• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX MTsN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASKAH (MANUSCRIPT) Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX MTsN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASKAH (MANUSCRIPT) Oleh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX MTsN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASKAH (MANUSCRIPT)

Oleh

Cory Yusrizal1, Indriani Nisja2, Ramadansyah3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan sebagai berikut: (1) pengetahuan siswa tentang pidato masih minim; (2) Pembelajaran pidato jaraang dilatihkan kepada siswa sehingga siswa kurang terampil dalam berpidato; (3) Siswa kurang percaya diri tampil di depan kelas; (4) Penggunaan metode pembelajaran pidato kurang bervariasi dan guru belum memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk terampil berpidato didepan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa kelas MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan dengan menggunakan metode naskah ditinjau dari aspek ketepatan ucapan, intonasi, sikap, dan kelancaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi adalah siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pessir Selatan tahun pelajaran 2013-2014 dengan jumlah 180 siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 20 orang dengan menggunakan metode naskah. Hasil Penelitian ini serbagai berikut. Pertama, kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan hampir cukup dengan rata-rata 55. Kedua, kemampuan berpidato siswa untuk indikator intonasi hampir cukup dengan rata-rata 53. Ketiga, kemampuan berpidato siswa untuk indikator sikap tergolong cukup dengan rata-rata 60. Keempat, kemampuan berpidato siswa untuk ketepatan ucapan lebih dari cukup dengan rata-rata 75,5. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpidato siswa kelas IX MTSN Tarusan dengan menggunakan metode naskah cukup dengan rata-rata 60,85 yang terdapat tingkat penguasaan 56-65% pada skala 10.

(5)

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX MTsN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASKAH (MANUSCRIPT)

Oleh

Cory Yusrizal1, Indriani Nisja2, Ramadansyah3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the following problems: the first is, moreless student’s interesting in speech. The second is, teacher seldorn give a speech lesson to their student. the third is, is moreles variation in using speech method and learning technique that use by teacher. The fourth is, the students still not confidence to speech in front of the class. Not all the students can speech in front of the people using the right intonation. This research aims to describle the ability of speech grade students of IX MTsN Koto XI with manuscirpt technique in terms of aspeects of speech. This research is quantitative descriptive metho precise accuracy, intonations, d. Data were collected by using the performance tests in writing text to speech. This study aimed to determine the ability to write text to speech class X SMA Negeri 16 Padang using modeling techniques intonation, precise accuracy, attitude, and smoothness. This research descriptive quantitative method. Population of this research is IX grade students of MTsN Koto XI Tarusan that enrolled in academic year 2013/2014 which consists of one class that numbers 20 students. The results of this research are as follows. First, the ability of students for speech accuracy indicators classified nearly enough with an average 55. Second, the ability of students for speech intonation nearly enough indicators with an average 53. Third, the ability of students for speech attitude are qualified enough indicators with an average 60. Fourth, the ability of students for speech smoothness from more enought in qualyting with an average 75.5. The results of this study concluded that the ability of a class IX student speech MTsN Tarusan using the script enough to average 60.85 contained 56-65 % mastery level on a scale of 10.

(6)

PENDAHULUAN

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi utama yang paling efektif. Dengan bahasa seseorang dapat melakukan interaksi sosial atau melakukan pertukaran informasi dalam berbagai aspek dan disipilin ilmu. Berbicara ialah penyampaian maksud (ide, isi hati, serta pikiran) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. Kemampuan berbicara formal bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun temurun. Pada dasarnya secara ilmiah, manusia dapat berbicara, namun berbicara dalam situasi formal dalam bebicara dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar memerlukan latihan. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan rajin berlatih dan dilakukan secara terus menerus, banyak yang melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang relevan, misalnya mengikuti kegiatan dialog (interaktif), mendengarkan ceramah dan mendengarkan pidato.

Arsjad (1988: 1), mengemukakan bahwa berdasarkan kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan menulis dan membaca. Lebih dari separuh waktu yang gunakan berbicara, selebihnya barulah membaca dan menulis. Kemampuan berbicara adalah kunci sukses bagi semua orang. Dalam proses belajar-mengajar, pertanyaan, memberikan pendapat kepada guru atau siswa lain, bediskusi atau memecahkan masalah yang berhubungan dengan pembelajaran yang sedang dipelajari, dan berpidato dalam kegiatan organisasi sekolah.

Salah satu ragam berbicara yang sering di gunakan dari dulu sampai sekarang adalah berpidato. Dalam kerikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SLTP tahun 2006, pembelajaran terdapat pada kelas IX semester dua, standar kompetisi ke- 10 “mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato dan diskusi” dan kompetensi dasar 10.1 “berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas”.

Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa indonesia di MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan Ibu Zusmi Sefnida, S.Pd., pembelajaran pembicara khususnya berpidato tidak terlalu diminati siswa. Pembelajaran pidato jaraang dilatihkan kepada siswa sehingga siswa kurang terampil dalam berpidato. Siswa kurang percaya diri tampil di depan kelas penggunaan metode pembelajaran pidato kurang bervariasi dan guru belum memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk terampil berpidato didepan kelas.. Berdasarkan uraian tersebut, guru harus membiasakan setiap siswa untuk berlatih berbicara. Pemberian materi berbicara khususnya berpidato harus selalu di upayakan agar setiap siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan. Saat ini banyak metode atau teknik yang bisa digunakan dalam pembelajaran, salah satunya metode naskah yaitu memberikan naskah yang telah dipersiapkan guru kepada siswa. Ada juga naskah yang diminati oleh siswa untuk berpidato. Jadi, siswa tidak hanya mendapatkan materi saja tetapi juga praktik. Dengan menggunakan metode naskah ini dapat memberi keberanian kepada siswa untuk tampil didepan kelas dalam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI tarusan dengan menggunakan metode naskah ditinjau dari aspek intonasi, ketepatan ucapan yang tepat, sikap, dan kelancaran/kefasihan saat berpidato. Berdasarkan batasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu bagaimanakah kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Negeri 7 koto XI Tarusan dengan teknik pemodelan ditinjau darifaktor kebahasaan ( Intonasi dan ketepatan ucapan ) dan non kebahasaan ( sikap dan kelancaran/kefasihan)?

Menurut Hendrikus (1991:48) pidato merupakan bentuk utama monologika (Ilmu tentang seni berbicara secara monolog). Komunikasi dalam berpidato bersifat satu arah karena saat berpidato tidak terjadi interaksi timbal balik berupa tanya jawab antara pembicara dan pendengar. Yang aktif berbicara hanya pembicara, sedangkan pendengar tidak. Arief (2001:54) juga berpendapat bahwa pidato merupakan kegiatan berbicara untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi pada orang lain secara resmi. pidato bersifat satu arah karena aktifitas berbicara terjadi hanya pada satu orag saja, pendengar hanya mendengarkan. Dalam pidato tidak ada kesempatan tanya jawab, karena kalau ada tanya jawab itu bukan pidato, tapi ceramah.

Pembelajaran dikelas menuntut guru untuk memilih metode atau teknik yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Metode naskah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan guru dalam pembelajaran, Badudu dan Shinta (2013: 20) menyatakan “metode ini

(7)

digunakan bila terjadi kata sedikit saja dapat menimbulkan dampak buruk yang besar”. Metode ini digunakan untuk berpidato resmi dan dibacakan secara langsung., cara demikian dapat lebih memberanikan diri berpidato, dan agar tidak terjadinya kekeliruan dalam terampil berpidato.. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesutu, sebelum siswa melaksanakan tugas . misalnya, cara berpidato dengan lancar. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara mengucapkan kata-kata dan menepatkan intonasi yang tepat, sikap, dan kelancaran/kefasihan dengan isi pembicaraan. Setelah itu guru mempersiapkan naskah atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpidato berdasarkan naskah pidato yang diinginkan siswa. Kemudian siswa berpidato berdasarkan aspek-aspek yang yelah dijelaskan oleh guru untuk diambil penilaian.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 22 Februari s.d 29 April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari satu kelas yang berjumlah 20 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan dengan menggunakan metode naskah. Data penilitian ini adalah hasil kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan, meliputi aspek kebahasan (intonasi dan ketepatan ucapan) dan aspek nonkebahasaan (sikap, kelancaran/kefasihan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes. Tes yang sesuai dengan variabel yang diteliti adalah tes unjuk kerja. Instrumen pendukung adalah kamera digital untuk merekam kemampuan berpidato siswa dan lembaran pengamatan. Data yang telah berkumpul dianalisis melalui beberapa tahap. Pertama, menentukan skor kemampuan berpidato siswa. Kedua, pengolahan skor mentah yang diperolah siswa menjadi nilai dengan menggunakan rumus persentase. Ketiga, mencari nila rata-rata (M) Dari data yang di peroleh. Keempat, mengklasifikasikan kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Kecamatan Koto XI Tarusan dengan menggunakan skala 10. Kelima, membuat diagram hasil kemampuan berpidato siswa. Keenam, menyimpulkan hasil analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tingkat penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah 33,3. Berdasarkan deskripsi data, analisis data, dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan adalah hampir cukup (HC) dengan rata-rata 55 pada rentangan 46-55%. Kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan (artikulasi) ini dikelompokkan atas 3 kualifikasi, yaitu: (a) sempurna berjumlah 1 orang (5%), (b) lebih dari cukup berjumlah 11 0rang (55%), dan (c) kurang sekali berjumlah 8 orang (40%). Kedua, kemampuan berpidato siswa untuk indikator intonasi hampir cukup (HC) dengan rata-rata 53 pada rentangan 46-55%. Tingkat kemampuan berpidato siswa dapat diklasifikaikan atas 3 kelompok yaitu (a) sempurna sebanyak 3 orang (15%), (b) lebih dari cukup sebanyak 6 orang (30%), (c) kurang sekali sebanyak 11 orang (55%). Ketiga, kemampuan berpidato siswa untuk indikator sikap adalah cukup (C) dengan rata-rata 60 pada rentangan 55-65%. Tingkat kemampuan berpidato siswa tersebut diklasifikasikan (a) sempurna sebanyak 2 orang (10%), (b) lebih dari cukup sebanyak 12 orang (60%), (c) kurang sekali sebanyak 6 orang (30%). Keempat, kemampuan berpidato siswa untuk ketepatan ucapan adalah lebih dari cukup (LDC) dengan rata-rata 75,5% pada rentangan skala 66-75% . Tingkat kemampuan berpidato siswa dapat diklasifikasikan (a) sempurna sebanyak 7 orang (35%), (b) lebih dari cukup sebanyak 11 orang (55%), (c) kurang sekali sebanyak 2 orang (10%). Kelima, kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Tarusan dengan menggunakan metode naskah tergolong cukup (C), dengan rata-rata sebesar 60 berada pada rentangan 55-65% pada skala 10.

(8)

1. Faktor Kebahasaan

a. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX MTsN Tarusan Dengan Menggunakan Metode Naskah Untuk Indikator Ketepatan Ucapan (Artikulasi).

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa diketahui tingkat penguasaan kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Tarusan dengan menggunakan metode naskah untuk indikator ketepatan ucapan (artikulasi) tergolong hampir cukup (HC) dengan rata-rata (M) 55 % berada pada rentangan 46-55% pada skala 10. Kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan (artikulasi) ini dikelompokkan atas 3 kualifikasi, yaitu sempurna, lebih dari cukup, dan kurang sekali. Siswa yang tergolong dalam kualifikasi sempurna hanya 1 orang dengan kode sampel 04. Siswa yang tergolong ke dalam kualifikasi lebih dari cukup sebanyak 11 orang dengan kode sampel 01, 05, 06, 08, 09, 13, 14, 15, 16, 17, dan 20. Siswa yang tergolong ke dalam kualifikasi kurang sekali sebanyak 8 orang dengan kode sampel 02, 03, 07, 10, 11, 12, 18, 19. Selanjutnya, siswa yang dikelompokkan ke dalam kualifikasi ini karena tedapat kesalahan pengucapan dalam berpidato seperti kode sampel 15 yang bernama Rezi Fitria Mulia. Sampel ini dalam berpidato terdapat kesalahan dalam pengucapan 1-3 kali pengucapan, sehingga terjadi kerancuan makna pada saat berpidato.

b. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX MTsN Tarusan Dengan Menggunakan Metode Naskah Untuk Indikator Intonasi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpidato siswa kelas IX MTSN Tarusan dengan menggunakan metode naskah untuk indikator intonasi tergolong hampir cukup dengan rata-rata (M) 53,22% berada pada rentangan 46-55% pada skala 10. Kemampuan berpidato siswa untuk indikator ini dikelompokkan atas 3 kualifikasi yaitu (a) sempurna sebanyak 3 orang (15%), (b) lebih dari cukup 6 orang (30%), (c) kurang sekali sebanyak 11 orang (55%). Siswa yang tergolong sempurna untuk indikator ini terdapat pada dokumentasi 04, dan 17. Dilihat dari penempatan tekanan, nada, tempo, dan jeda oleh sampel 04, untuk indikator intonasi diberikan skor 3 sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang dimaksud adalah apabila penempatan tekanan, jeda, nada, dan tempo suara tepat dan sesuai isi pidato yang disampaikan sehingga menambah kekhidmatan dalam penyampaian dan begitu juga bagi yang mendengarkan, maka diberikan skor 3. Seperti yang terlihat pada jeda dan tempo yang telah diberi tanda di atas, penempatan jeda dan tempo pada sampel 04 telah sesuai dengan ketentuan berpidato yang diucapkan sehingga makna dari kata yang disampaikan tidak berubah, sedangkan untuk nada dan tekanan disampaikan dengan baik, sesuai dengan aba-aba yang diucapkan, dan tidak merubah makna. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada rekaman video yang bersangkutan. Intonasi merupakan salah satu faktor penentu dalam keterampilan berbicara, namun saat berpidato banyak siswa yang tidak memperhatikan penempatan intonasi, penyampaian datar. Oleh karena itu ketika tampil berpidato di depan kelas siswa yang mendengarkan merasa jenuh dan akhirnya membuat keributan di dalam kelas. Misalnya, siswa yang bernama Muhammad Hasyir, Viarra dengan kode sampel 08, 20. Hal ini dapat dilihat pada dokumentasi (KS08) dan (KS20).

2. Faktor Nonkebahasaan

a. Berpidato Siswa Kelas IX Mtsn Tarusan Dengan Menggunakan Metode Naskah Untuk Indikator Sikap.

Hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan berpidato siswa dengan menggunakan metode naskah untuk indikator sikap tergolong cukup, karena (M) nya pada rata-rata 60,1 % berada pada rentangan 55-65% pada skala 10. Kemampuan berpidato siswa untuk indikator ini dibagi atas tiga kualifikasi, yaitu: pertama, siswa yang tergolong sempurna berjumlah 2 orang (10%). Kedua, lebih dari cukup sebanyak 12 orang (60%). Ketiga, kurang sekali sebanyak 6 orang (30%). Pada indikator ini siswa yang memperoleh nilai sempurna adalah sampel 04 dan 17 orang bernama Radha Chania dan Lidya Febrina. Kriteria yang dimaksud adalah apabila tubuh tegap dan gerak-gerik tenang sehingga menunjukkan keseriusan, maka diberikan skor 3. Pada indikator sikap,

(9)

sampel 04 sudah memenuhi kriteria dengan baik, yakni tenang dari awal hingga penutupan, serius, tidak ada gerak-gerik yang berlebihan, serta tegas. Hal itu sesuai dengan pendapat Arief dan Yarni Munaf (2003: 170) yang menyatakan bahwa untuk pembawa acara resmi di lapangan harus terkesan tegas, baik gerakan maupun ucapan, sehingga tidak ada kesan main-main dan tidak serius. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada video yang bersangkutan.

b. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX MTsN Tarusan Dengan Menggunakan Metode Naskah Untuk Faktor Kelancaran/Kefasihan.

Berdasarkan analsis data diperoleh bahwa kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Tarusan dengan menggunakan metode naskah untuk indikator kelancaran/kefasihan tergolong lebih dari cukup, karena (M) nya sebesar 75,5% berada pada rentangan 66-75% pada skala 10. Untuk indikator ini tergolong atas tiga kualifikasi yaitu: (a) sempurna 7 orang (35%), (b) lebih dari cukup sebanyak 11 orang (55%), (c) kurang sekali sebanyak 2 orang (10%). Pada indikator ini siswa keseluruhan siswa sudah hampir semua lancar dalam berpidato tapi masih banyak kekurangan siswa pada tahapan intonasi, ketepatan ucapan (artikuasi), dapat dilihat pada sampel 01dan 14. Sampel yang mendapat skor 3 pada indikator kelancaran/kefasihan salah satunya sampel 04 karena penyampaian pidato lancar sekali. Lebih jelasnya langsung saja lihat rekaman video yang bersangkutan. Kemudian sampel yang mendapat skor terendah pada indikator ini adalah sampel 20. Kriteria yang dimaksud adalah pada saat berpidato sampel ini terdapat pengulangan kata yang sebelumnya lebih dari 3 kali.

3. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX MTsN Tarusan Dengan Menggunakan Metode Untuk Gabungan Keempat Indikator

Analisis data menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa kelas XI MTsN Tarusan dengan menggunakan metode naskah secara umum tergolong cukup dengan rata-rata tingkat penguasaannya 60,85% berada pada rentangan 55-65% pada skala 10. Kemampuan berpidato siswa dikelompokkan atas 5 kualifikasi, yaitu: (a) siswa yang tergolong baik sekali berjumlah 2 orang (10%); (b) siswa yang tergolong lebih dari cukup berjumlah 6 orang (30%); (c) siswa yang tergolong cukup 5 orang (25%); (d) siswa yang tergolong hampir cukup berjumlah 4 orang (20%); (e) siswa yang tergolong kurang berjumlah 3 orang (15%). Kode sampel 04 pada penelitian kemampuan berpidato menggunakan metode naskah berdasarkan indikator penilaian secara keseluruhan memperoleh skor 11 dengan nilai 92. Sampel ini memperoleh nilai tertinggi saat berpidato, karena ketika berpidato sampel ini tidak terdapat kesalahan dalam pengucapan (artikulasi) dengan skor 3, kesalahan intonasi dalam berpiato tidak ada dengan skor 3, dan sikap saat berpidato tegap dan serius, serta lancar dalaam berpiadato dengan skor 2. Pengulangan kata dalam berpidatopun tidak ada dengan skor 3, untuk lebih jelas dapat dilihat rekaman video yang bersangkutan.

Sampel yang memperoleh skor 10 dengan nilai 83 dalam penelitian ini adalah sampel 17. Perolehan nilai 83 ini hanya diperoleh satu sampel saja, karena sampel dalam penilaian ketepatan ucapan (lafal) terdapat 1-3 kali kesalahan pengucapan dengan skor 2, tidak ada terdapat kesalahan dalam penggunaan intonasi dengan skor 3, dalam berpidato hanya terdapat 1 kali pengulangan kata dengan skor 2, dan untuk sikap saat berpidato tubuh tegap dan gerak-gerik tenang sehingga menunjukkan keseriusan dengan kor 3. Lebih lengkap dapat dilihat rekaman video yang bersangkutan. Sampel yang memperoleh skor 9 dengan nilai 75 dalam penelitian ini. Salah satunya adalah sampel 05. Berdasarkan indikator dalam penelitian ini sampel 05 memperoleh nilai tersebut dikarenakan terdapat kesalahan 1-3 kali keslahan dalam pengucapan (artikulasi) dengan skor 2, 1-3 kesalahan dalam penggunaan intonasi dengan skor 2, terdapat 1 kali pengulangan kata dengan skor 2. Gerak-gerik tenang namun tubuh tidak tegap dan kurang serius dalam berpidato dengan sperolehan skor 3. Lebih lengkap dapat dilihat rekaman video yang bersangkutan. Sampel yang memperoleh skor 8 dengan nilai 67 dalam penelitian ini salah satunya adalah sampel 08.

(10)

Berdasarkan indikator dalam penelitian ini sampel memperoleh nilai tersebut karena dalam pengucapan terdapat 1-3 kali kesalahan pengucapan dengan skor 2, lebih dari 3 kali kesalahan sampel dalam penggunaan intonasi dengan skor 1, pengulangan kata lebih dari satu kali dengan skor 2, sikap tubuh tegap dan gerak-gerik tenang sehingga menunjukkan keseriusan dengan skor 3. Untuk lebih jelas dapat dilihat video yang bersangkutan. Sampel yang memperoleh skor 7 dengan nilai dengan nilai 58 salah satunya adalah sampel 18. Sampel memperoleh nilai tersebut karena terdapat lebih dari 3 kesalahan dalam ketepatan ucapan dengan skor 1, tidak ada terdapat kesalahan dalam penggunaan intonasi dengan skor 3, saat berpidato sering berhenti dan terdapat pengulangan kata lebih dari 3 kali dengan skor 1, dan untuk gerak-gerik tenang namun tubuh tidak tegap dan mengurangi keseriusan dengan skor 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat rekaman video yang bersangkutan. Sampel yang memperoleh skor 6 dengan nilai 50 dalam penelitian ini salah satunya sampel 14. Smapel memperoleh nilai tersebut karena terdapat keslahan pengucapan 1-3 kali dengan skor 2, lebih dari 3 kali kesalahan dalam penggunaan intonasi dengan skor 1, saat berpidato sering berhenti dan terdapat pengulangan kata lebih dari 3 kali dengan skor 1, dan gerak-gerik tenang, namun tubuh tidak tegap dan mengurangi keseriusan. Sampel yang memperoleh skor 5 dengan nilai 42 dalam penelitian ini salah satunya sampel 19.

Berdasarkan indikator dalam penelitian ini sampel 20 memperoleh skor karena dalam pengucapan (lafal) terdapat lebih dari 3 kesalahan dengan skor 1, lebih dari 3 kesalahan dalam penggunaan intonasi dengan skor 1, pembicaraan sering berhenti dan pengulangan kata lebih dari 3 kali dengan skor 1, serta dalam berpidato gerak-gerik tidak tenang, namun tubuh tidak tegap dan mengurangi keseriusan. Untuk lebih jelas dapat dilihat rekaman video yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia di MTsN Tarusan adalah 80. JikA Masalah ini dipengaruhi oleh cara belajar di sekolah. Siswa banyak yang tidak serius dalam belajar. Tetapi, kemampuan berbicara siswa setelah dilakukan penelitian disekolah tersebut sudah ada peningkatan sebelumnya, meskipun belum memuaskan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi data, analisis data, dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan adalah hampir cukup (HC) dengan rata-rata 55 pada rentangan 46-55% . Kemampuan berpidato siswa untuk indikator ketepatan ucapan (artikulasi) ini dikelompokkan atas 3 kualifikasi, yaitu: (a) sempurna berjumlah 1 orang (5%), (b) lebih dari cukup berjumlah 11 0rang (55%), dan (c) kurang sekali berjumlah 8 orang (40%). Kedua, kemampuan berpidato siswa untuk indikator intonasi hampir cukup (HC) dengan rata-rata 53 pada rentangan 46-55%. Tingkat kemampuan berpidato siswa dapat diklasifikaikan atas 3 kelompok yaitu (a) sempurna sebanyak 3 orang (15%), (b) lebih dari cukup sebanyak 6 orang (30%), (c) kurang sekali sebanyak 11 orang (55%). Ketiga, kemampuan berpidato siswa untuk indikator sikap adalah cukup (C) dengan rata-rata 60 pada rentangan 55-65%. Tingkat kemampuan berpidato siswa tersebut diklasifikasikan (a) sempurna sebanyak 2 orang (10%), (b) lebih dari cukup sebanyak 12 orang (60%), (c) kurang sekali sebanyak 6 orang (30%). Keempat, kemampuan berpidato siswa untuk ketepatan ucapan adalah lebih dari cukup (LDC) dengan rata-rata 75,5% pada rentangan skala 66-75% . Tingkat kemampuan berpidato siswa dapat diklasifikasikan (a) sempurna sebanyak 7 orang (35%), (b) lebih dari cukup sebanyak 11 orang (55%), (c) kurang sekali sebanyak 2 orang (10%). Kelima, kemampuan berpidato siswa kelas IX MTsN Tarusan dengan menggunakan metode naskah tergolong cukup (C), dengan rata-rata sebesar 60 berada pada rentangan 55-65% pada skala 10.

Berdasarkan penelitian ini, disarankan kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia menerapkan metode naskah dalam meningkatkan pembelajaran berbicara siswa. Karena keterampilan ini perlu dilakukan latihan secara rutin untuk bisa dikuasai siswa. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia lebih mengutamakan praktik berbicara itu sendiri daripada teori. Pada peneliti selanjutnya, disarankan agar menggunakan metode naskah dan metode lainnya dalam pelaksanaan peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa disekolah.

(11)

KEPUSTAKAAN

Arief, Ermawati dan Yarni Munaf. 2003. “Pengajaran Keterampilan Berbicara”. (Buku Ajar). Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Badudu dan Shinta. 2013. 9 Tahap Mempersiapkan Pidato & MC. Yogyakarta: Pustaka Cerdas

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato,Berdiskusi, Beragumentasi, Bernegoisasi. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan sementara

Mutta työlläni on myös käytännöllinen puolensa, sillä kaiken tämän teorioissa käytetyn ajan jälkeen saan uudenlaisen käsityksen siitä, mistä maineen käsite

Dari pandangan Winarno di atas tentang pengaruh implementasiatau penerapan kebijakan SOP dalam organisasi ini, diketahui bahwa implementasikebijakan SOP dalam organisasi

Pengembangan Media Tiga Dimensi Wayang Kreasi untuk Memahami Kebudayaan Jepang Balas Budi (on) dalam Cerita Rakyat Tsuru No Ongaeshi di I’Mc Center Surabaya.. Alfiana Norsha

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kerak kalsum sulfat dalam pipa pada variasi suhu (30, 60 0 C) dan dihambat dengan aditif berupa asam sitrat

MINIMAL SEMESTER 5 MAHASISWA'BIMBINGAN'DENGAN'DOSEN' PA'TENTANG'MAGANG' MAHASISWA'MENGAJUKAN'SURAT' MAGANG'KE'INSTANSI'

Ini dikarenakan penulis lagu (Danny O'donoghue) lebih banyak menggunakan kata-kata yang abstrak untuk memggambarkan suatu kondisi atau keadaan tertentu dari pengalam