Kajian Ilmiah dalam Rangka
Mendukung Program Pembebasan Rabies
Pengendalian dan Penanggulangan Rabies
Tahun 2020
1. Drh. Muhammad Syibli
Kasubdit P3H – Dit. Kesehatan Hewan
2. Drh. Muhammad Azhar
Medik Veteriner Madya/Koor. URC-PHMS Pusat Direktorat Kesehatan Hewan
Disampaikan pada Workshop :
Pengendalian dan Penanggulangan Bahaya Rabies Prov. Aceh Banda Aceh, 13 – 15 Oktober 2016
Topik Bahasan
1. Rencana Aksi Pemberantasan Rabies di
Indonesia
2. Konsep Pengendalian Populasi Anjing
Berbasis Ekologi
3. Rencana Anggaran
4. Metode Estimasi Populasi Anjing
5. Simulasi Proposal Survei Estimasi
1. Rencana Aksi
Pemberantasan Rabies
di Indonesia
Referensi :
drh. Anak Agung Gde Putra, MSc, PhD, SH
Mantan Medik Veteriner Utama, Balai Besar Veteriner Denpasar
Anggota Komisi Akhli Kesehatan Hewan (2014-2018)
Acuan Teknis Operasional
• Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2014
tentang Pengendalian dan Penanggulangan
Penyakit Hewan
• Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2012
tentang Pengendalian Zoonosis
• Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 61/Permentan/PK.320/
12/2015 tentang Pemberantasan Penyakit
Hewan tanggal 10 Desember 2015.
Salah Satu Sumber Risiko Penyebaran Rabies
Antar Pulau
Anjing Kampung dan Rabies
di Indonesia
Anjing Kampung
Berpemilik Tidak Berpemilik
Liar/ Stray Dilepas liarkan Kombinasi: rumah dan lepas Dalam rumah
Infected 1997 1953 1983 1958 1974 1958 1959 1956 1970 1975 1971 1972 1972 Free 2003 2004 1997
Pemerintah Canangkan Indonesia
Bebas Rabies Tahun 2020 ?
2005 2008 2005 1884 2010 1969 2010 ? ? ? 2019 2020 2018 2017 2016
Kebijakan Nasional: Bahan Diskusi
Pencegahan, Pengendalian atau Pemberantasan
rabies menggunakan
pendekatan Pulau
:
- Cegah masuk ke Pulau Papua, dan pulau-pulau lainnya, - Kendalikan di pulau tertular sesuai prioritas.
Berantas bertahap berdasarkan
prioritas
(priority
setting) karena keterbatasan sumber daya
(logistik dan SDM:
- Jumlah rabies pada manusia tinggi,
- Jumlah rabies pada anjing (HPR) tinggi,
Kebijakan Nasional: Bahan Diskusi
Penyusunan Rencana Aksi
Pemberantasan Berdasarkan Kondisi
Sosial Budaya Setempat :
- Pulau Kalimantan, dan sekitarnya
- Pulau Sumatera, dan sekitarnya
- Pulau Sulawesi, dan sekitarnya,
- Pulau Flores (sedang berjalan),
- Pulau Bali (sedang berjalan)
- Pulau Jawa,
Mengapa Perlu Memberantas Rabies
Secara Terintegrasi; Provinsi dan
Kabupaten/Kota Dalam Satu Pulau
• Integrasi Antar Wilayah:
- Sangat sulit mengawasi lalulintas anjing (HPR) antar daerah/wilayah, - Wilayah yang sudah bisa dibebaskan terancam tertular kembali.
• Integrasi Antar Sektor:
- Integrasi kegiatan antar Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan dapat meningkatkan upaya menekan kasus rabies pada manusia se efektif mungkin,
- Integrasi kegiatan antar Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan serta Badan Lingkungan Hidup dapat mengendalikan lingkungan hidup anjing tanpa pemilik (stray dog) dan anjing yg dipelihara dilepas.
Tahap-tahapan Penyusunan Master Plan
Pemberantasan Rabies Dalam Satu Pulau
Membangun Komitmen Bersama Persiapan Penyusunan Program Pemberantasan Audiensi Ke Gubernur dan Bupati / Walikota Finalisasi Program Pemberantasan Masuk DIPA Gerakan Massal Pemberantasan Rabies Serentak se Pulau 5 1 2 3 4
Penyusunan Program
Pemberantasan Rabies
Persiapan Penyusunan Proposal Induk
Pemberantasan Rabies Dalam Satu Pulau
• Masing-masing Dinas Peternakan Provinsi,
menyiapkan/mengumpulkan data
kabupaten/kota, tentang:
- Estimasi data populasi anjing (berbasis desa),
- Data rabies pada anjing (HPR) dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa),
- Data rabies pada manusia dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa),
- Data gigitan anjing (HPR) dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa),
Organisasi dan Koordinasi
• Tersedia TIKOR Rabies pada setiap jenjang
pemerintahan pada :
-
setiap provinsi,
-
kabupaten/kota
dalam satu Pulau
• Tersedia Tim Teknis (ICS) Rabies pada setiap jenjang
pemerintahan pada :
-
setiap provinsi,
-
kabupaten/kota
dalam satu Pulau
Organisasi dan Koordinasi
• Surveilans rabies diusulkan
dikoordinasikan oleh BBVet atau BVet yg
ada di pulau terkait.
• Pengujian Otak Anjing (HPR) dan Uji
Serologi Sblm atau Pasca Vaksinasi oleh:
- BBVet atau BVet, sekaligus sebagai laboratorium rujukan.
- Lab. Veteriner Provinsi/Kab.-Kota jika tersedia fasilitas untuk itu
Organisasi dan Koordinasi
Tim Teknis Sekurang-kurangnya Memuat:
Koordinator Pengendali Program, yang mengkoordinir:
1. Tim Perencanaan 2. Tim Logistik
3. Tim Operasional, yg meliputi : - Unit Respons Cepat
- Tim Vaksinator yang cukup, sesuai estimasi populasi anjing & geografi
- Tim Surveilans - Tim KIE
- Tim Data, Analisis dan Informasi, dan - lain-lain
Tim Penghubung dengan Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya
Isu Teknis
• Vaksin dan Vaksinasi
• Eliminasi Anjing
Vaksin dan Vaksinasi
• Vaksinasi adalah cara
paling efektif memberantas rabies.
• Pilihan jenis vaksin, tergantung pada tipe pemeliharaan anjing.
• Cakupan vaksinasi
sekurang-kurangnya 70% (angka ini diperoleh dari Ro
rabies dan pertimbangan cepatnya pergeseran
populasi anjing termasuk kegagalan vaksinasi).
Memvaksin Anjing Yang Dipelihara
Secara Dilepas dan Stray Dog
Anjing Pasca Vaksinasi
(pakai kolar/kalung)
Pembelajaran:
Vaksinasi Massal Rabies di Peru
• Estimasi populasi HPR : 400.000 ekor • Rasio manusia:anjing = 10:1
• Vaksinasi massal 25 Febr s/d 27 Maret 1985 (tiap hr selama 30 hr) • Jmlh vaksinatur: 110 tim (tiap 2 orang) untuk menangani 11
daerah, dan 11 supervisor
• Vaksin: 3-year long lasting immunity, sekali suntik • Jumlah HPR tervaksin : 327.535 (~ 82%) HASIL • Tingkat protektivitas: - 1 th pasca vaks : 97% - 2 th pasca vaks : 89% - 3 th pasca vaks : 83%
• Kasus Rabies pasca vaksinasi massal:
- 3 bln pasca program : 2 rabies pada kucing dan 1 pd anjing - Setelah itu tdk ada lg kasus rabies 38 bln pasca vaksinasi
Mengapa R
0Penting Diketahui?
Critical vaccination percentage
↑ R
0=
↑
P
critR
0= 2
→ P
crit= 1 - 1/2 = 50%
R
0= 5
→ P
crit= 1 - 1/5 = 80%
R
0= 10
→ P
crit= 1 - 1/10 = 90%
Pemusnahan atau Eliminasi Anjing
- Penurunan densitas kontak hanya bersifat
sementara (penurunan sementara Ro).
- Anjing adalah hewan sosial, walau populasi
menurun, mereka masih bisa saling bertemu,
jadi tingkat kontak tidak menurun signifikan.
- Dapat mengurangi dukungan masyarakat
terhadap
pengendalian/pemberantasan rabies.
- Eliminasi anjing berpotensi memicu pergerakan
anjing, sehingga berrisiko menyebarkan rabies.
Eliminasi Anjing dan
Kelahiran Anak Anjing
1.
Sumber Dana :
APBN dan APBD
2.
Sumber Daya Manusia
:
a)
Tenaga Pelaksana Keswan
(BBV, Dinas yang
membidangi fungsi Keswan tingkat Provinsi dan
Kab/Kota).
b)
Tenaga Kesehatan
Dinas Kesehatan Tingkat
provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
c)
Stake Holder
Karantina, Perangkat Desa, BNPB,
POLRI dan TNI
d)
Masyarakat .
3.
Kemampuan Pengujian Laboratorium.
1.
Rendahnya kesadaran Masyarakat .
2.
Tidak semua kegiatan teknis kesehatan hewan di
tanggulangi oleh APBD.
3.
Data populasi HPR yang belum akurat.
4.
Data laporan GHPR yang tidak singkron antara Dinas
yang membidangi fungsi keswan dan Dinkes.
5.
Rendahnya koordinasi dalam penggulangan rabies
(Dinas Keswan
– Dinas Kesehatan).
6.
Anjing sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi
(economic value).
7.
Lemahnya pengawasan lalu lintas HPR antar daerah
1.
Pendekatan kepulauan .
2.
Komitmen pemerintah daerah dalam
pencapaian status bebas.
3.
Pendekatan non Teknis :
•
KIE melalui pendekatan sosial dan
keagamaan.
NON TEKNIS :
1. Penerbitan Peraturan
2. Komunikasi – Informasi dan Edukasi (Sosialisasi Rabies)
3. Pengawasan pemeliharaan HPR
4. Pengendalian lalu-lintas HPR
5. Peningkatan peran serta masyarakat umum
6. Peningkatan tanggungjawab pemilik HPR
7. Pengendalian Populasi Anjing (control populasi).
STRATEGI
TINDAKAN PEMBERANTASAN RABIES...action plan
TEKNIS:
1. Pendataan HPR (Estimasi Populasi HPR).
2. Pelatihan Vaksinator Mandiri 3. Pelatihan rantai dingin.
4. Vaksinasi Massal
5. Observasi hewan tersangka rabies (Tracing GHPR)
6. Penyidikan dan tracing 7. Surveilans dalam Rangka
pembebasan.
2. Konsep
Pengendalian
Populasi Anjing
Berbasis Ekologi
Sumber:
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD
Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesmavet, 2016
Anjing dan Manusia
Ekologi anjing
berkaitan dengan aktivitas
manusia apabila ingin efektif, pengendalian
populasi anjing harus dibarengi dengan
perubahan perilaku manusia
Klasifikasi Anjing
Menurut lokasi:
• Anjing urban
• Anjing pedesaan
Menurut tingkat keliaran:
• Anjing berpemilik,
dilepasliarkan
• Anjing tidak berpemilik,
dilepasliarkan
• Anjing liar (anjing domestik
berbalik menjadi liar)
Menurut fungsi:
• Anjing masyarakat
• Anjing pemburu
• Anjing kesayangan
• Anjing peternakan
• Anjing transportasi
• Anjing konsumsi
Populasi anjing
Tingkat pengawasan/ikatan sosial:
Sangat baik Tidak ada Liar
Sumberdaya (pakan, air, penampungan):
Dengan sengaja Tanpa sengaja
Sumber dari manusia “dog food”
Limbah dan sampah
Predator
Rabies
– Eliminasi anjing –
Media massa
Populasi Anjing Liar di Bali Sangat Mengkhawatirkan.
Dipublikasikan tanggal 14 Februari 2015. Republika, Baca:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/14/nj qbg1-populasi-anjing-liar-di-bali-sangat-mengkhawatirkan
Hindari Rabies, Usulkan Semua Anjing di Bali Dihabisi. Dipublikasikan tanggal 19 Juni 2015, Jawa Pos. Baca:
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/17554/hindari-rabies-usulkan-semua-anjing-di-bali-dihabisi
Pembantaian Anjing di Bali, Ini Alasan dan Metodenya. Dipublikasikan tanggal 24 Juli 2015, Tempo. Baca:
https://m.tempo.co/read/news/2015/07/24/058686077/pembantai an-anjing-di-bali-ini-alasan-dan-metodenya
Studi populasi anjing
Ukuran populasi
Struktur populasi
Sumber: Wandeler A.I. (CFIA)
Berpemilik “Milik
Masyarakat” berpemilik Tidak
Sangat baik Tidak ada Liar
Kuesioner Kuesioner Pemanfaatan sumberdaya Kuesioner mark – recapture observasi langsung studi postmortem observasi langsung radio telemetry
Manajemen populasi anjing terkait
pengendalian rabies
Estimasi ukuran populasi (population size)
Menurunkan ukuran populasi/pertumbuhan/
pergantian (turnover):
• Kontrol kelahiran (birth control) – operasi (surgikal)
– chemikal
• Pemusnahan (culling)
– Pemusnahan massal
– Pemusnahan bertarget hewan berisiko tinggi
• Manajemen habitat
• Pengendalian lalulintas
Lebih sedikit anjing yang harus
divaksin
Mempertahankan kekebalan
populasi
Tujuan program pengendalian populasi
anjing (Artikel 7.7.3. OIE TAHC)
• Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anjing berpemilik dan yang dilepasliarkan;
• Mengurangi jumlah anjing liar ke batas yang dapat diterima; • Mempromosikan kepemilikan yang bertanggung jawab
(responsible dog ownership);
• Menciptakan dan mempertahankan populasi anjing yang memiliki kekebalan dan bebas rabies;
• Mengurangi risiko penyakit-penyakit zoonotik selain rabies; • Mengelola risiko kesehatan manusia lainnya;
• Mencegah bahaya lingkungan dan hewan lainnya • Mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan
Legislasi Kepemilikan yang bertanggungjawab (kendali kelahiran, registrasi dan identifikasi anjing) Promosi dan edukasi
kesejahteraan hewan Program pengendalian anjing liar Media Asosiasi kesejahteraan hewan Pemerintah Pusat Dokter hewan swasta Universitas
Kelembagaan nasional dan regional lainnya
Masyarakat Pemerintah daerah
Estimasi Ukuran Populasi
• Survei rumah tangga
– terbatas pada anjing berpemilik
• Tek ik mark – recapture (capture – recapture)
Estimasi populasi anjing dengan metoda
Photographic capture and recapture
• Untuk menghitung anjing lepasliar dilakukan
pemantauan ke 4 (empat) desa di Bali dengan
memfoto semua anjing yang berada dalam radius 25
meter selama 4 hari berturut-turut.
• Anjing baru dan anjing yang di ‘
recaptured
’ (difoto
lagi pada hari yang berbeda) diidentifikasi dan
dihitung.
Probabilitas deteksi
anjing berkeliaran
• Probabilitas deteksi anjing berkeliaran hanya 19% yang
teramati setiap harinya dan 43% anjing
berkeliaran tidak pernah teramati!
• Lebih dari 60% anjing berpemilik dilepasliarkan oleh pemiliknya 0,26 0,24 0,24 0,19 0,20 0,19 0,19 0,15 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 1 2 3 4 Pr o b ab ilit as
Hari survei ke-
Female Male Betina Jantan 1491 individu anjing Betina
Estimasi Jumlah Anjing di Banjar
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 0-25 26-50 51-75 76-100 101-125 126-150 More P er senJumlah anjing di Banjar
Owned dogAnjing berpemilik Observed free-roaming dog
Total = 7.468
Total = 2.418
Med = 42,5
Med = 17,7
Anjing berkeliaran
• Rata2 jumlah anjing berpemilik = 61,2 ekor • Rata2 jumlah anjing
berkeliaran =19,8 ekor
Contoh studi ekologi:
Perilaku anjing
Dilakukan pengamatan terhadap perilaku anjing (dog
behaviour) di 26 desa di Kabupaten Gianyar, Karang
asem dan Kota Denpasar (jumlah semua 69 anjing)
Pengamatan selama 48 yang dilakukan oleh 3 tim
Tiga jenis data diambil pada pengamatan ini, yaitu
– Data tentang aktivitas anjing;
– Data tentang pergerakan anjing; dan
– Data sumber-sumber makanan
bagi anjing
Profil perilaku anjing 24 jam
Kontak Makan Grooming Bergerak Istirahat
• Anjing beristirahat 23.00-04.00 10.00-13.00 dan 18.00-20.00 • Aktifitas lain adalah perilaku netral dan bergerak terjadi sepanjang hari 00.00-23.00
• Aktifitas dominan adalah istirahat
• Proporsi bervariasi setiap individu anjing
Sosialisasi netral
Rata-rata lama istirahat (menit)
per hari
0 50 100 150 200 250 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23Rest - Female - AdultIstirahat – Betina - Dewasa Rest - Male - AdultIstirahat – Jantan - Dewasa
• Aktivitas anjing jantan lebih tinggi dari anjing betina dewasa di malam hari
• Umumnya anjing beristirahat di siang hari (11:00-15:00)
Rata-rata kontak
anjing
–manusia per jam
1,0 0,0 0,0 0,8 1,0 0,4 1,3 0,8 1,0 0,8 1,6 0,5 0,4 0,3 0,3 2,0 2,1 1,4 0,8 0,5 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,8 0,9 0,4 0,2 0,5 1,0 0,0 0,0 0,3 0,4 0,8 0,7 0,7 0,4 0,2 0,0 0,0 0,0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23
kontak - Average of Adult Male kontak - Average of Adult Female kontak - Average of Boys
kontak - Average of Girls
Kontak-jantan dewasa Kontak-jantan betina Kontak-anak laki2 Kontak-anak perempuan • Kontak anjing-manusia
tertinggi terjadi di pagi dan sore hari
Pola pergerakan anjing
Pergerakan anjing selalu konsisten mengikuti jalan raya (3 contoh yang diplot oleh Google Earth)
Kontrol kelahiran
Rasional Alasan untuk menggunakan Alasan untuk tidak menggunakan
Biologik -Me gura gi turnover da penambahan yang peka -Dapat mengurangi ukuran populasi (relatif lambat dibandingkan pemusnahan) -Meningkatkan kesehatan dan daya hidup, sehingga memper-tahankan cakupan vaksinasi
-Jumlah yang besar harus ditargetkan untuk efek yang cukup signifikan
-Tidak ada pengurangan populasi jika permintaan tinggi atau ada peningkatan lalulintas untuk memenuhi permintaan -Meningkatkan daya hidup sehingga mempercepat pertumbuhan populasi
Sosial -Manusiawi (humane)
-Peningkatan kesehatan dapat diketahui pemilik/masyarakat -Mengurangi gangguan akibat anjing kawin dan anak anjing
-Tidak manusiawi (inhumane) -Respon tidak begitu terlihat
-Permintaan akan anak-anak anjing
Operasional -Berpotensi untuk disuntikkan -Mahal
-Hanya beberapa sterilan yang disetujui (atau hanya untuk 1 jenis kelamin saja)
Pemusnahan (culling)
Rasional Alasan untuk menggunakan Alasan untuk tidak menggunakan
Biologik -Mengurangi tingkat kontak
dengan asumsi bergantung pada kepadatan populasi
-Mengurangi ukuran populasi secara cepat
-Mengeliminasi anjing terinfeksi dan yang sedang menginkubasi -Menghilangkan suseptibilitas (apabila vaksinasi ada tandanya) -Mengurangi penambahan yang peka (lebih sedikit anjing
reproduktif yang bisa bertahan)
-Tidak ada efek pengurangan kepadatan terhadap penularan
-Batas ambang tidak diketahui/tidak ada -Meningkatkan kontak & penyebaran
akibat gangguan sosial/lalu lintas manusia -Penggantian anjing (biasanya yang tidak divaksin) mengurangi cakupan dan
memungkinkan masuknya infeksi baru -Penghilangan anjing yang divaksin akan mengurangi kekebalan kelompok
-Meningkatkan pertumbuhan populasi -Menyebabkan gangguan sosial
Sosial -Respon nyata oleh lembaga yang
bertanggungjawab
-Persepsi logis terhadap efeknya
-Rasa dendam apabila anjing sehat/berpemilik dimusnahkan
-Metoda tidak manusiawi/tidak diterima secara sosial
Operasional -Dirasa murah dan langsung
-Peralatan tersedia
-Mahal
-Semakin sulit didapat
-Anjing yang divaksin sulit dibedakan
Metoda inefektif yang tidak kompromistis
dengan kesejahteraan hewan
• Kekurangan sumberdaya + pengetahuan + ketakutan akan rabies telah memunculkan sejumlah upaya masyarakat untuk mencoba mengendalikan populasi anjing lewat peracunan,
elektrik atau menenggelamkan ke dalam air.
– Peracunan dengan strychnine sampai akhir-akhir ini merupakan satu-satunya upaya pengendalian anjing yang tersedia di
sejumlah negara. Anjing mati secara perlahan, kejang-kejang dan memerlukan waktu beberapa jam untuk mati.
• Pesan OIE (Terrestrial Animal Health Code):
« Euthanasia anjing, jika hanya digunakan sendiri, tidak efektif untuk tindakan pengendalian. Jika digunakan, harus dilakukan secara manusiawi dan dengan kombinasi dengan tindakan lain untuk mencapai pengendalian jangka panjang yang efektif. »
Apa yang perlu dipelajari?
Anjing• Jumlah anjing dilepasliarkan atau anjing jalanan
• Di a ika populasi lepasliar (stray) (berpemilik vs lepasliar, kesejahteraan, jenis kelamin, umur, betina menyusui/bunting, anak-anak anjing)
• Akses sumberdaya: apa yang menyebabkan anjing bertahan hidup dan bereproduksi?
• Besaran/ukuran populasi anjing berpemilik
Perilaku Masyarakat (Apa yang difikirkan publik, apa yang diinginkan publik)
• Perilaku masyarakat terhadap anjing lepasliar? Terhadap anjingnya sendiri? • Kesadaran masyarakat tentang hubungan antara anjing lepasliar dan
berpemilik ( lepasliar bisa berarti lepasliar berpemilik, tetapi memproduksi anak anjing)
• Kesadaran masyarakat dan perilaku terhadap prinsip-pri sip responsible
pet ownership (vaksinasi, sterilisasi, kendali reproduksi)
• Apa yang menjadi kepedulian publik? Rabies? Gigitan? Gonggongan? • Apakah publik menginginkan anjingnya dilepasliarkan? vs. Apakah
menginginkan anjingnya dimusnahkan?
• Apakah publik bertoleransi dengan komunitas anjing jika aman/sehat, tidak agresif dan disterilisasi?
Perilaku orang (Apa yang
dilakukan orang)
• Mengapa orang memiliki anjing?
• Bagaimana orang tersebut memperlakukan anjingnya? Pelatihan?
• Apakah orang tersebut membiarkan anjingnya dilepasliarkan? Diabaikan? • Apakah yang dilakukan orang tersebut dengan anak-anak anjing yang tidak
diinginkan jika anjingnya bunting?
• Apa isu yang paling umum yang orang tidak bisa tangani sehingga menyebabkan pembiaran? Penyakit, perilaku, uang dlsbnya.
3. Rencana Anggaran
Pemberantasan Rabies
Administrasi
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Pengadaan ATK dan Bahan
Komputer Supplies 1 Paket 10,000,000
2 Penggandaan dan
penjilidan 1 Tahun 10,000,000
3 Jasa surat menyurat 1 Tahun 5,000,000 4 Bahan publikasi
Penyusunan Program dan
Rapat Koordinasi
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1
Penyusunan Proposal
Pemberantasan Rabies
1 Paket
10,000,000
2
Rakor Tingkat Regional
2 Paket
67,000,000
3Rakor Tingkat Provinsi
2 Paket
25,000,000
4Rakor Tingkat Kabupaten
10 Paket
10,000,000
Vaksinasi
No
Kegiatan
Volume Satuan
Harga
Satuan
1 Vaksin rabies anjing 15,000 dosis 16,000
2 Operasional 15,000 dosis 5,000
3 Pengadaan Sarana
Prasarana/Peralatan:
* Kulkas 2 unit 3,500,000 * Ice Box 20 unit 500,000 * Colar & Penning 15,000 bh 10,000 * Spuit 200 box 150,000 * Kapas 5 kg 100,000 * Sarung Tangan 60 box 100,000
No Kegiatan Volume Satuan Harga Satuan
* Masker
60 box 100,000
* Jaring / Net
penangkap anjing 20 unit 1,000,000
* VAR untuk petugas
50 kuur 800,000 * Thermometer 20 unit 75,000 * Forcep Panjang 20 unit 750,000 * Ketalar 50 cc 10 botol 850,000 * Xylazine 50 cc 10 botol 500,000 * Antiseptik (alkohol 70%) 50 botol 15,000
Regulasi
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan 1 Penyusunan Perda Kabupaten/Kota (Pembatasan HPR) 1 Paket 75,000,000 2 Penyusunan Pergub
Prov (Pembatasan Lalu
lintas HPR) 1 Paket 5,000,000 3 Penyusunan Instruksi Bupati/Walikota tentang Pengendalian dan Penanggulangan Rabies 1 Paket 5,000,000
Sosialisasi Penerapan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE)
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Pelaksanaan Workshop
Tingkat Provinsi 2 Paket 50,000,000
2 Pelaksanaan Workshop
Tingkat Kabupaten 4 Paket 25,000,000
3 Operasional Sosialisasi
/ Penyuluhan / KIE di
lapang 300 OH
Pemutakhiran Data
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Petugas Pendata Estimasi
Populasi HPR (anjing), BV
Medan 9 OP
7,515,000
2 Petugas Pendata Estimasi
Populasi HPR (anjing), Dinas
Prov. Aceh 30 OH
350,000
3 Petugas Pendata Estimasi
Populasi HPR (anjing),
Kabupaten/Kota 15 OH
150,000
4 Analisis Data Populasi HPR di
Pengawasan Lalu Lintas
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Pembangunan dan
operasional Check Point 1 Lokasi
2 Pembangunan dan
operasional Check Point 1 Lokasi
3 Pembangunan dan
Surveilans
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Pengambilan Sampel / Spesimen
Oleh BV Medan :
a) Serum darah 9 OP 7,515,000
b) Kepala anjing/otak 9 OP 7,515,000
2 Bahan Pengujian Laboratorium 1 Paket 50,000,000 3 Pengambilan Sampel / Spesimen
Oleh Dinas Prov Aceh :
a) Kepala anjing/otak 90 Kepala 100,000 b) Bahan Pengujian
Peningkatan Kapasitas SDM
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1 Pembinaan Lab. Veteriner
Prov. Aceh, untuk mendukung
pemberantasan rabies 3 OP
7,515,000
2 Pelatihan Vaksinator /CC 1 Paket 50,000,000 3 Pelatihan Dog Catcher 1 Paket 75,000,000 4 Pelatihan Komunikasi bagi
penyuluh /petugas 1 Paket 50,000,000
5 Pelatihan Data encoder 1 Paket 50,000,000 6 Pelatihan Penanganan
Investigasi, Diagnosa dan
Penanganan Gigitan HPR
No Kegiatan Volume Satuan Harga
Satuan
1
Investigasi dan
Diagnosa: Pengumpulan
data kasus penyakit
Rabies
9
OP
7,515,000
2
Penata laksanaan
4. Metode Estimasi
Populasi Anjing
Metode Estimasi Populasi
Anjing Kampung
Beberapa metode yang mungkin dapat
dilakukan :
1.
Metode Capture
– Mark - Release - Recapture
2.
Metode Sight Resight
3.
Metode dengan menghitung rasio antara manusia
Kabupaten ...
Kabupaten ... Kec C Kec B Kec ... Kec ADesa Desa Desa Desa
@ desa 25kk @ desa 25kk @ desa 25kk @ desa 25kk
Estimasi Populasi Anjing:
Menggunakan Rasio Anjing : Manusia
Suber Informasi Unit Perhatian Rasio Anjing:
Manusia WHO, 1984 Asia 1 : 16 Dr. Teken Temadja, Ditjennak, 1984 Bali 1 : 4 Dr. Sofyan Sudardjat, Ditjennak, 1992 Indonesia 1 : 25
Yudistira Foundation, Bali Bali 1 : 6.5
Disnak Badung, Februari 2009
Densitas Anjing Kampung dan Penduduk per
Km
2di Kabupaten Badung
Tipe Desa Mean + SD Range 95% CI
Urban (6 desa): Anjing 256 + 191 137 - 645 55 - 458 Manusia 2.051 + 1.534 1.102 – 5.163 441 – 3.662 Sub-urban (22): Anjing 185 + 95 31 - 371 142 – 227 Manusia 1.479 + 764 250 – 2.989 1.140 – 1.817 Rural (34 desa); Anjing 129 + 61 18 - 245 108 - 151 Manusia 1.034 + 488 149 – 1.955 863 – 1.204
50 kuur 800,000
Drh. Muhammad Azhar
Med Vet Madya/Koor URC-PHMS HP. 0818914043
Email: azhar_drh@yahoo.com