PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PKn SISWA KELAS IV SD No.1 CEMAGI TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh: Ni Wayan Nilawati1 Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi untuk meningkatkan hasil belajar PKn, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar PKn. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Nomor 1 Cemagi pada semester I Tahun Ajaran 2018/2019, dengan subjek penelitian kelas IV dengan jumlah 20 siswa terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan. Penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas, menggunakan dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi dan instrument pengumpulan data menggunakan format hasil belajar. Metode analisis data menggunakan cara sederhana dengan nilai hasil belajar PKn (skor perolehan/skor maksimal) x 100 dan untuk menarik kesimpulan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dilihat dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terjadi peningkatan dari awal dengan nilai rata-rata 72, ketuntasan klasikal yang mendapat nilai kategori tinggi sebesar 35%, pada siklus I nilai rata-rata 75,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 86 dengan ketuntasan klasikal yang mendapat nilai kategori tinggi sebesar 85% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Audio-visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV Semnester 1 SD No. 1 Cemagi Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: Pembelajaran Kontekstual, Audio Visual, Hasil Belajar PKn
Abstract
This research background is to improve the learning outcomes of Civics Education subject. This research was carried out at Sekolah Dasar Nomor 1 Cemagi in semester I in the academic year 2018/2019 by selecting grade IV students as the research subject consisted of 20 students (9 male students and 11 female students). This research is a classroom action research, using cycle consisting of planning phase, implementation phase, evaluation phase and reflection phase. Data collection techniques used was test and observation. While data collection instruments used was using the format of learning outcomes. The data analysis method applied a simple analysis by assessing the learning outcomes of Civics education subject: (obtained score/maximum score) x 100, and by drawing conclusions using a qualitative descriptive method. Judging from the results of evaluations that have been carried out, there was an increase from the initial data obtained with an average score only reached 72 (within 35% learning completeness), in the first cycle, it increased to 75.5 and in the second cycle, it increased to 86 by achieving a high category of 85% of learning completeness. Form the data, it can be concluded that the application of contextual learning using Audio-visual- assisted media can improve students’ learning outcomes of Civics Education in grade IV Semester 1 SD Negeri 1 Cemagi in the academic year 2018/2019.
Keywords: Contextual Learning, Audio Visual, Civics Learning Outcomes 1Ni Wayan Nilawati adalah Guru SD No1 Cemagi
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
PENDAHULUAN
Pembelajaran PKn di SD mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran PKn diarahkan untuk membentuk warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Begitu pentingnya peranan PKn seperti yang diuraikan di atas, seharusnya PKn menjadi salah satu muatan pelajaran yang disenangi dan digemari oleh siswa. “Namun sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pembelajaran PKn kurang banyak diminati dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan, karena kebanyakan lembaga pendidikan formal dominan pada penyajian materi yang bersifat kognitif dan psikomotorik belaka, kurang menyentuh pada aspek afektif” (Susanto, 2014:228).
Menurut Sudjana (2013: 3) “hasil belajar siswa adalah hasil perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor”. Demikian juga menurut Purwanto (2009:46) “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat belajar”. Perubahan tingkah laku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Pencapaian itu atas tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Slameto (2003:54) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi a) faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan, b) faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir, c) faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. (2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang meliputi a) faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama, b) faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah, c)
faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Keberhasilan siswa dalam belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan-kemapuan guru yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari – hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lainnya.
Sardiman (2011:222) yang menyatakan, Dalam pembelajaran kontekstual, siswa didorong untuk mengerti makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Diharapkan siswa menjadi sadar bahwa yang dipelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian siswa akan memosisikan diri sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual di dalam kelas harus berlandasan pada komponen-komponen tersebut. Ini seperti yang dijelaskan oleh Zainal (2014:6) bahwa sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika sudah menerapkan ketujuh komponen dalam pembelajarannya. Ketujuh komponen tersebut sebagai berikut: (1) Kontruktivisme, siswa membangun pemahamannya sendiri dari pengalaman berdasarkan pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontrusksi/membangun bukan menerima pengetahuan. (2) Penemuan/
Inkuiry, proses dari perpindahan dan pengamatan menjadi pemahaman dan siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. (3) Bertanya (Questioning), kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa dan bagi siswa merupakan bagain penting dalam pembelajaran berbasis penemuan. (4) Masyarakat belajar (Learning Community), sekolompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan berbagi ide. (5) Pemodelan (Modeling), proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar serta mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. (6) Refleksi
(Reflection), cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, mencatat apa yang telah dipelajari, dan membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. (7) Penilaian yang sebenarnya, (Authentic Asessment), mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk dan tugas – tugas yang relevan dan kontekstual.
Media audio-visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Asyhar (2012: 45) Mendefinisikan bahwa media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.
Sementara itu Asra (2007: 5) mengungkapkan bahwa “media audio-visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi, dan sound slide”. Sedangkan Rusman (2012: 63) menjelaskan “bahwa media audio-visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar”. Contoh dari media audio-visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara (sound slide).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media audio-visual merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Contoh media audio-visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound slide) dan lain-lain.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada SD No. 1 Cemagi, dari yang berada pada kriteria sedang menjadi tinggi atau sangat tinggi pada penilaian acuan patokan (PAP) adalah dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya. Model pembelajaran ini menghubungkan konsep pelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Dalam kegiatan pembelajaran kontekstual, siswa menkonstruksi dan menemukan sendiri konsep atau pengetahuan yang diterima. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh prinsip yang berorientasi pada siswa yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar (berkelompok), pemodelan, refleksi siswa, dan penilaian autentik. Melihat dari karakteristik dari pembelajaran kontekstual tersebut sangat cocok dipadukan
dengan tutor sebaya, jadi antar siswa terjalin hubungan yang sangat erat dan menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa. Berhubungan dengan kehidupan nyata siswa media yang cocok untuk menunjang pembelajaran adalah media audio-visual, karena siswa langsung mengalami sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Audio-visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV Semester 1 SD No. 1 Cemagi Tahun Pelajaran 2018/2019
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research dengan pola kolaboratif dengan guru kelas. PTK adalah
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut (Sanjaya, 2014:149).
Penelitian ini dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari dua siklus yang dilaksanakan sesuai PTK model Kurt Lewin. Setiap siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Kusumah, 2012:26). Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, yang terdiri dari 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus (Arikunto, 2009:21)
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD No. 1 Cemagi pada pembelajaran dengan muatan PKn. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2018/2019. Subjek penelitian terdiri dari 15 siswa kelas IV terdiri dari 6 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn siswa kelas IVSD No. 1 Cemagi dan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual.
Menurut Sugiyono (2013:2) “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu: metode tes dan metode nontes. Untuk mengukur muatan PKn digunakan metode tes yakni jenis tes objektif dalam bentuk soal
pilihan ganda biasa sebanyak 30 butir soal tiap siklusnya. Sedangkan untuk mengukur kompetensi keterampilan PKn dan kompetensi sikap dalam belajar PKn, metode yang digunakan adalah metode non tes yaitu observasi dengan instrumen lembar pengamatan/ observasi. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai tercapainya persentase penguasaan kompetensi pengetahuan PKN minimal 80% siswa berada pada presikat tinggi (80-89) pada skla PAP.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskritif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Selanjutnya metode analisis deskriptif kualitatif, Agung (2012:67) menyatakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum. Penilaian pengetahuan mengacu pada rentang predikat dalam lampiran Permendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap dilaksanakan sesuai lampiran sesuai dengan Permendikbud No.104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakan tindakan dengan menerapakan pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media audio-visual pada materi Pemerintahan Desa dan Kecamatan siswa kelas IVSD No. 1 CemagiTahun Ajaran 2018/2019 dengan jumlah subjek sebanyak 15 orang siswa. Data yang terkumpul pada penelitian ini adalah mengenai hasil belajar PKn.
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutuor sebaya berbantuan media audio visual meningkatkan hasil belajar muatan PKn siswa kelas IVSD No. 1 Cemagi. Hal tersebut terlihat dari peningkatan hasil belajar muatan PKn pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasikal siswa pada siklus I mencapai 35% siswa nilai
PKn berada pada kategori tinggi. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal siswa mencapai 85% siswa nilai muatan PKn berada pada kategori tinggi. Dengan demikian ketuntasan klasikal hasil belajar kompetensi pengetahuan PKn siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 50%.
Tabel 01. Tabel Rekapitulasi Indikator Pencapaian Data Hasil Belajar Muatan PKn pada Siswa Kelas IVSD No. 1 Cemagi pada Siklus I, dan Siklus II.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa ketuntasan klasikal muatan PKn hanya mencapai 35% siswa yang berada pada kategori tinggi yang mana belum mencapai indikator keberhasilan hasil belajar muatan PKn yaitu minimal 80% siswa mendapat nilai 80-89 atau pada kategori tinggi sehingga harus dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II ketuntasan klasikal hasil belajar muatan PKn menjadi 85% meningkat sebanyak 50%. Hasil belajar muatan PKn siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Jadi, penelitian ini dihentikan pada siklus II.
Selain meningkatnya hasil belajar muatan PKn dengan penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual, juga meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I, jumlah skor yang diperoleh adalah 75,5 dari skor maksimal 100 sehingga dikategorikan baik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peneliti sebagai guru telah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Namun masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki diantaranya : Guru masih belum bisa memotivasi siswa agar lebih aktif, karena masih ada beberapa siswa yang belum mampu menggunakan alat dan bahan untuk pembelajaran , dan penggelolaan kelas yang belum kondusif, karena siswa masih cenderung ribut pada saat pembelajaran berlangsung sehingga kurang fokus. Pada siklus I terdapat 15 siswa yang hadir. Berdasarkan hasil observasi beberapa kekurangan disiklus I antara lain: Sebagian siswa kurang aktif dalam pembelajaran di dalam kelompok, Masih ada siswa yang kurang serius, dan Siswa cenderung ribut ketika ada masalah-masalah kecil dalam pembelajaran.
Indikator Nilai Rata-rata Peningkatan Ketuntasan Klasikal Peningkatan
Siklus I 75,5 10,4 35% 50%
Adapun beberapa indikator yang menunjukkan keberhasilan dalam pembelajaran antara lain, Siswa memperhatikan penjelasan dari guru, Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan Siswa berani bertanya serta berani mengemukakan pendapatnya. Pada pembelajaran di siklus I masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki diantaranya: Guru belum bisa memotivasi siswa agar lebih aktif, karena masih ada beberapa siswa yang belum mampu menggunakan alat dan bahan untuk pembelajaran, dan penggelolaan kelas yang belum kondusif, karena siswa masih cenderung rebut pada saat pembelajaran berlangsung sehingga kurang fokus.
Dari hasil analisis data ketuntasan klasikal siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, karena pada siklus I hanya mencapai 35% atau baru 5 siswa yang nilainya berada rentang 80-89 atau berada pada kategori tinggi dari 15 siswa. Hasil analisis pada siklus I masih belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran muatan PKn pada siklus I dilanjutkan ke siklus II.
Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran siklus II, jumlah skor yang diperoleh adalah 86 dari nilai maksimal 100 sehingga dikategorikan sangat baik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peneliti yang bertindak sebagai guru telah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sangat baik.
Perbaikan telah dilakukan dalam menanggulangi kekurangan pada siklus I. Dalam memotivasi, guru mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa dan menjelaskan manfaat dari materi yang dipelajari. Kelas yang kurang kondusif dalam pembelajaran dapat dikendalikan dengan membuat aturan-aturan reward-punishment bagi siswa yang aktif dan yang tidak disiplin dalam pembelajaran.
Pada siklus II terdapat 15 siswa yang hadir. Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran beberapa kekurangan di siklus II antara lain, Beberapa kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II. Masalah keaktifan dan motivasi yang rendah dapat diatasi dengan cara menjelaskan manfaat dari materi pelajaran, serta dengan memberikan reward berupa permen bagi siswa yang aktif. Masalah kedisiplinan dapat diperbaikidengan cara membuat aturan dalam diskusi kelas. Siswa atau kelompok yang ditunjuk untuk memberikan pendapat adalah siswa yang paling disiplin. Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil belajar muatan PKn siklus I 𝑋⃑ = 75,5 kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil
belajar muatan PKn 𝑋⃑ = 86, sehingga dari siklus I ke siklus II nilai hasil belajar muatan PKn siswa mengalami peningkatan sebesar 10,5. Dengan demikian nilai rata-rata hasil belajar muatan PKn telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata hasil belajar PKn mengalami peningkatan. Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 35 % kemudian meningkat pada siklus II menjadi 85%. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar PKn siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh ketuntasan hasil belajar muatan PKn dengan nilai siswa berada pada rentang 80-89 atau berada pada kategori tinggi pada skala PAP, meskipun masih ada 2 siswa yang masih belum tuntas atau belum mencapai kategori tinggi. Ketujuh siswa tersebut nantinya direkomendasikan ke wali kelas untuk diberikan pembinaaan.
B. Pembahasan
Penelitan ini dilaksanakan di SD No. 1 Cemagi pada siswa kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019, banyak siswa kelas IVadalah 15 siswa yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Pada penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar muatan PKn melalui penerapan model pembelajaran kontekstual melalui media audio-visual. Penelitian ini dirancang melalui beberapa siklus hingga menemukan tindakan yang terbaik. Pada siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan refleksi siklus I, apabila belum berhasil akan dilanjutkan ke siklus II yang terdiri perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan refleksi siklus II, apabila berhasil maka penelitian akan dihentikan karena telah mencapai target yang ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan minat belajar pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu masih banyak siswa secara individu yang memiliki hasil belajar PKn pada kategori rendah maupun sedang walaupun secara klasikal rata-rata hasil belajar muatan PKn seluruh siswa sudah memenuhi KKM. Hal ini di sebabkan karena ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga hasil belajar PKn siswa belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini. Maka dari itu segala upaya dirancang untuk menanggulangi kelemahan pada siklus I dan selanjutnya dilaksanakan pada siklus II. Pada siklus II ini segala yang diupayakan berjalan lancar sehingga pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar muatan PKn.
Berdasarkan analisis siklus I yaitu persentase ketuntasan klasikal hasil belajar belajar mencapai 35% pada kategori tinggi, maka dari itu pada siklus I indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai. Sedangkan pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 85% berada pada kategori tinggi, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata kelasdari siklus I ke siklus II dan terjadi peningkatan ketuntasan klasikal secara keseluruhan. Secara umum penelitian ini dapat dikatakan berhasil, karena mampu meningkatkan hasil belajar muatan PKn siswa kelas IV SD No. 1 Cemagi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar muatan PKn siswa kelas IV semester genap SD No. 1 Cemagi tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil belajar muatan PKn pada siklus I yaitu persentase ketuntasan klasikal hasil belajar belajar mencapai 35% pada kategori tinggi, maka dari itu pada siklus I indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai. Sedangkan pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 85% berada pada kategori tinggi, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Terjadi peningkatan rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II dan terjadi peningkatan ketuntasan klasikal secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A.Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Aqid, Zainal. 2014. Model – Model, Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif). Bandung: Penerbit Vrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya,Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prendamedia Grup.
Sudjana, Nana. 2013. Media pengajaran penggunaan dan pembuatannya. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi