• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati² ABSTRAK. : Cross sectional, respon penerimaan individu terhadap penyakit, kecemasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati² ABSTRAK. : Cross sectional, respon penerimaan individu terhadap penyakit, kecemasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

64 HUBUNGAN ANTARA RESPON PENERIMAAN INDIVIDU TERHADAP PENYAKIT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULER DI RUANG

JANTUNG RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI

Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati²

ABSTRAK

Masalah psikologis yang sering muncul pada penyakit jantung adalah anxiety disorders (gangguan kecemasan). Hal ini disebabkan apabila individu dapat memulai fase-fase dalam proses berduka dan masuk pada fase damai atau fase penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tetapi apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan, jika mengalami berduka/ kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan. Penelitian ini bertujuan Untuk menggambarkan dan mengidentifikasi hubungan antara respon penerimaan individu terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian diambil dari responden yang di rawat di ruang jantung RS. Dustira Cimahi sebanyak 70 orang, diambil dengan cara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan dianalisis secara statistik dengan α=0,05. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) serta besarnya hubungan (OR). Uji statistik didapatkan bahwa respon penerimaan individu terhadap penyakit dengan kecemasan didapatkan p value sebesar 0,046. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara respon penerimaan individu terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi. Disarankan hendaknya pihak rumah sakit Mengikutsertakan peran anggota keluarga dalam hal merawat terutama untuk kebutuhan klien, sehingga klien dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya baik fisik maupun psikologisnya, selain itu membuat program pelatihan dan kegiatan seminar keperawatan atau memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan dan seminar yang dilaksanakan oleh instansi lain yang berkaitan dengan penanganan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler khususnya intervensi non farmakologi dalam asuhan keperawatan.

(2)

65

Relationship between Response of Individual Acceptance Over Disease and Anxiety on Patiens with Cardiovascular Disorder at Ward for Heart Disorder of Dustira Hospital in Cimahi

Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati²

ABSTRACT

Psychological problems that often happen over heart disease is anxiety disorders. It is stimulated when individual started grieving phases and entered peaceful or acceptance phase, so that, he could end grieving process and deal with lost feeling completely. Yet, it will be difficult for individual to enter acceptance phase, if he is still in one of the phases and has not reached acceptance phase whether still experience grieving/lost. The objective of research is to describe and to identify relationship between response of individual acceptance over disease and anxiety on patients with cardiovascular disorder at ward for heart disorder of Dustira hospital in Cimahi. Design of research used was cross sectional. Sample to this research were taken by random sampling from respondents who were hospitalized at ward for heart disorder of Dustira hospital in Cimahi, numbered for 70 people. Data collecting was done by questionnaire, filled by respondents and analyzed statistically with α=0,05. Data analysis was through two phases, those were univariate to see frequency distribution, and bivariate to overview relationship (chi square) and how close the relationship (OR). Statistical test showed response of individual acceptance over disease and anxiety showed p value 0,046. Analysis result indicates significant relationship between individual acceptance response over disease and anxiety on patients with cardiovascular disease at Dustira hospital in Cimahi. It is suggested the hospital to involve the family members in sharing duties especially, on clients needs, so that, clients can rest fairly for their physical and psychological health, besides that to hold training program and seminar activities of nursing, or to give nurses opportunities to take part in training and seminar hold by other agencies interrelated with anxiety intervention on patients with cardiovascular disorder, especially, non pharmacological intervention in nursing care.

(3)

66 A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di AS saja diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun ini. Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karena penyakit ini, atau sekitar 30,3% dari total kematian di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya dilaporkan dari negara berkembang. Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung dari tahun ke tahun terus meningkat, contoh untuk penyakit yang disebabkan oleh hipertensi sebesar 31,7%. Di Jawa Barat prevalensi penyakit jantung menduduki urutan kedua setelah penyakit sendi (Yayasan Jantung Indonesia, 2008).

Timbulnya suatu penyakit yang kronis seperti pada penderita penyakit jantung dalam suatu keluarga memberikan tekanan pada sistem keluarga tersebut dan menuntut adanya penyesuaian antara si penderita sakit dan anggota keluarga yang lain. Penderita sakit ini sering kali harus mengalami hilangnya otonomi diri, peningkatan kerentanan terhadap sakit, beban karena harus berobat dalam jangka waktu lama (Melayu,2008).

Seseorang yang mengalami penyakit jantung akan melewati kondisi psikologis yang dinamakan berduka. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain (Suliswati, 2005). Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan nyata.

Selanjutnya Suliswati (2005) juga mengatakan individu yang berduka kadang-kadang tidak mampu untuk menjalani perasaan berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka lebih panjang dari respon normal. Sebagai contoh individu yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang biasa, sehingga akan berdampak kepada kondisi psikologis individu itu sendiri. Menurut Keltner (1995), menyebutkan bahwa masalah psikologis yang sering muncul pada penyakit jantung adalah anxiety disorders (gangguan kecemasan).

Pada sampel orang dewasa yang memiliki penyakit jantung mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan kecemasan (katon, 2003). Disebutkan bahwa pada populasi dengan usia dewasa didapatkan 34% klien dengan penyakit jantung mengalami gangguan kecemasan umum dan 24 % mengalami gangguan panik.

Menurut Atkinson, et all (2006) mengartikan kecemasan sebagai emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh istilah seperti kuatir, prihatin, tegang dan takut yang dialami oleh semua manusia dengan derajat yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya

(4)

perasaan-67 perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah. Apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan.

Kecemasan dapat memberikan dampak yang merugikan bagi si penderitanya yaitu selain penurunan kualitas hidup, bila cemas pada klien dengan penyakit jantung tidak diatasi maka dapat mengantarkan klien pada tingkat kecemasan yang tinggi hingga mengganggu sistem kardiovaskuler dan akan memperberat keadaan penyakitnya. Oleh karena itu banyak para ahli medis yang menyarankan agar penderita jantung menenangkan dirinya, jangan sampai memikirkan banyak hal. Karena untuk yang sudah menderita penyakit jantung, keadaan yang membuat pikiran terasa berat akan mempengaruhi keadaan jantungnya, maka terjadilah gangguan kardiovaskuler bila kecemasan tidak dapat dihindari (Yayasan Jantung Indonesia, 2008). Kecemasan pada klien dengan penyakit jantung dapat disebabkan oleh persepsi yang salah terhadap penyakit jantung sebagai penyakit yang mematikan, memerlukan biaya perawatan yang cukup besar karena berlangsung kronik, kecemasan akibat ketidakmampuan untuk melakukan pencegahan atau mencari pengobatan.

Sesuai dengan studi pendahuluan peneliti melalui wawancara informal terhadap 10 klien dengan gangguan kardiovaskuler yang dirawat di ruang jantung Rumah Sakit Dustira Cimahi didapatkan data, bahwa 7 klien menyatakan tidak percaya akan penyakit yang dideritanya karena klien beranggapan bahwa kalau mereka menderita penyakit jantung akan cepat meninggal dunia sehingga dari perasaan tersebut klien mengakui mengalami gelisah, tidak dapat tidur nyenyak, rasa khawatir, ketakutan. Sedangkan 3 orang lainnya mengatakan pasrah kepada Tuhan YME karena kesembuhan atau kematian itu sudah ada yang mengatur sehingga klien tidak begitu memikirkan akan penyakitnya dan klien mempercayakan sepenuhnya kepada tenaga medis yang merawatnya.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini hanya 2 variabel yang diteliti yaitu respon individu terhadap penerimaan penyakit yang meliputi menolak (denial), marah (anger), Tawar menawar (Bergaining), Depresi (Depresion), Menerima (Acceptance) dengan kecemasan pada klien dengan gangguan kardiovaskuler.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jenis kuesioner ini berupa angket terbuka dimana responden memilih jawaban yang telah disediakan dalam bentuk skala bertingkat. Pertanyaan yang diberikan meliputi respon penerimaan individu terhadap penyakit

(5)

68 menurut Kubler & Ross dan kecemasan menggunakan HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety dengan modifikasi oleh peneliti disesuaikan dengan tujuan penelitian dan teori yang ada.

Sampel penelitian ini adalah pasien yang yang menderita gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 70 orang pasien. Analisis menggunakan tabulasi silang dengan uji Chi Squere dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%).

C. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Respon Penerimaan Penyakit Pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuer di Ruang Jantung RS Dustira Cimahi.

Respon Penerimaan individu Frekuensi Persentase (%) Menerima Tidak menerima 25 45 35,7 64,3 Total 70 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa respon penerimaan penyakit pada klien dengan gangguan kardiovaskuler berdasarkan sampel yang diambil oleh peneliti didapatkan bahwa sebagian besar responden 45 orang (64,3%) dengan sikap tidak menerima akan penyakit yang dideritanya.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler di Ruang Jantung RS Dustira Cimahi.

Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Cemas Tidak Cemas 35 35 50 50 Total 70 100

(6)

69 Dari hasil penelitian diketahui dari 70 orang pasien setengah responden (50%) merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya.

Analisis Bivariat

Tabel 3

Distribusi respon penerimaan terhadap penyakit berdasarkan kecemasan pasien dengan gangguan kardiovaskuler di ruang jantung Rumah Sakit Dustira Cimahi

Respon Penerimaan Individu Kecemasan Total OR 95% CI P Value Cemas Tidak Cemas N % N % N % Menerima 8 32 17 68 25 100 0,314 (0,1 – 0,8) 0,046 Tidak menerima 27 60 18 40 45 100 Jumlah 35 50 35 50 70 100

Hasil analisis hubungan antara respon penerimaan terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien dengan gangguan sistem kadiovaskuler di ruang jantung Rumah Sakit Dustira Cimahi, diperoleh bahwa dari 25 responden ada 17 (68%) pasien dengan sikap menerima terhadap penyakit yang dideritanya dan merasa tidak cemas, sedangkan dari 45 responden ada 27 (60%) pasien dengan sikap tidak menerima terhadap penyakit yang dideritanya dan merasa cemas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,046 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara respon penerimaan indiividu terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,314, artinya pasien yang berespon terhadap penerimaan penyakitnya yang bersikap tidak menerima mempunyai peluang 0,3 kali untuk mengalami kecemasan dibandingkan dengan pasien yang bersikap menerima terhadap penyakit yang dideritanya.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat di ruang jantung Rumah Sakit Dustira didapat bahwa 68% respoden respon penerimaan terhadap penyakit yang diderita dengan sikap menerima dan merasa tidak cemas, sedangkan 60% responden respon penerimaan terhadap penyakit yang dideritanya dengan sikap tidak menerima dan merasakan kecemasan.

(7)

70 Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa individu yang menerima akan keadaan penyakitnya cenderung akan tidak merasa cemas dibandingkan dengan individu yang tidak menerima akan kondisi penyakitnya cenderung akan lebih merasa cemas, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Yosep (2009) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Jiwa mengatakan bahwa Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan tentang penyakitnya yang pada dasarnya individu akan mengalami fase-fase kehilangan atau berduka seperti denial, anger, bergaining, depression dan acceptance, apabila individu dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau fase penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tetapi apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan, jika mengalami berduka/ kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Sehingga Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai satu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya diharapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukan ansietas pada kehidupan yang selanjutnya (Stuart & Sundeen, 1998). Selain itu juga Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,046 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara respon penerimaan terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,314, artinya pasien yang berespon terhadap penerimaan penyakitnya yang bersikap tidak menerima mempunyai peluang 0,3 kali untuk mengalami kecemasan dibandingkan dengan pasien yang bersikap menerima terhadap penyakit yang dideritanya. Hal ini di dukung oleh studi yang dilakukan Yellowles,1987 dalam Katon, 2003 dalam www. Psychosomatic Medicine, diperoleh 27 Maret 2009), mengatakan bahwa pada sampel orang dewasa yang memiliki penyakit jantung mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan kecemasan, tetapi pada penelitiannya tidak dicantumkan nilai p value, hanya di sebutkan bahwa penelitian yang dilakukan pada populasi dengan usia dewasa didapatkan 34% klien dengan penyakit jantung mengalami gangguan kecemasan umum dan 24 % mengalami gangguan panik.

Sehingga sesuai dengan yang dikatakan oleh Suliswati (2005) bahwa kecemasan dapat timbul dari bagaimana mekanisme koping individu tersebut, karena individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal, karena ketika mengalami ansietas, individu

(8)

71 menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung tetap dominan ketika ansietas menghambat akan menyebabkan individu akan jatuh kepada kondisi depresi.

E. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan antara Respon Penerimaan Individu terhadap penyakit dengan Kecemasan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskuler di Ruang Jantung RS. Dustira Cimahi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden 64,3% dengan sikap tidak menerima akan penyakit yang dideritanya.

2. Dari hasil penelitian diketahui setengah responden 50% merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara respon penerimaan individu terhadap penyakit dengan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler di ruang jantung RS. Dustira Cimahi dengan nilai P 0,046 (< 0,05).

Saran

1. Bagi Rumah Sakit

a. Membuat program pelatihan dan kegiatan seminar keperawatan atau memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan dan seminar yang dilaksanakan oleh instansi lain yang berkaitan dengan penanganan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler khususnya intervensi non farmakologi dalam asuhan keperawatan.

b. Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya dalam mencegah atau mengurangi timbulnya kecemasan pada klien dengan gangguan kardiovaskuler di ruang jantung dengan pembuatan prosedur tetap (protap) tentang penanganan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.

c. Mengikutsertakan peran anggota keluarga dalam hal merawat terutama untuk kebutuhan klien, sehingga klien dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya baik fisik maupun psikologisnya.

(9)

72 2. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wacana yang berharga dalam mengatasi masalah - masalah tentang kecemasan dan respon penerimaan individu terhadap penyakit sehingga dapat menjadi data dasar pada penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.

(10)

73 DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, et all. (2006). Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara.

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan: Istiwidayanti dan Soedjarwo).Edisi 5.Jakarta: Erlangga.

Katon,2003,tersediahttp://www.Psychosomatic Medicine, diperoleh tanggal 27 Maret 2009.

Keltner,N.L.(1995).PsychiatricNursing, 2nd.ed. St. Louis: Mosby Year Book.

Melayu,2008,tersediahttp://redeagle.myflexiland.com/index.php, diperoleh tanggal 27 Maret 2009.

Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan Jiwa, Edisi 3 (Ed-3). Bandung: EGC.

Suliswati (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yayasan Jantung Indonesia, 2008, tersedia http://id.inaheart.or.id, diperoleh tanggal 27 Maret 2009.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengetahui Karakter Streetscape Koridor Jalan Pandanaran Kota Semarang dengan menggunakan teori dan metode analisis yang

[r]

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis, merancang dan menghasilkan suatu basisdata yang mendukung sistem CRM ( Customer Relationship Management ) yang berbasiskan website

Pengaruh Auditor, Etika Profesi dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada

objek penelitian adalah : Apakah Budaya Organisasi dankepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada CV. Grand Keude Kupie

Bagi kepala sekolah membuktikan bahwa layanan konseling kelompok behavioral dapat meningkatkan self efficacy yang rendah sehingga konseling kelompok behavioral dapat

 Materi analitika yang bersifat logika bertujuan untuk menguji potensi akademis (skolastik) peserta namun sedapat mungkin memiliki relevansi yang tinggi dengan