GAMBAS DALAM PENCIPTAAN TEKO KERAMIK
PENCIPTAAN
Oleh:
AGUS MUNIF MUDHOFAR NIM 1311738022
PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI
JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
i
GAMBAS DALAM PENCIPTAAN TEKO KERAMIK
PENCIPTAAN
Oleh:
AGUS MUNIF MUDHOFAR NIM 1311738022
PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA
FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
ii
GAMBAS DALAM PENCIPTAAN TEKO KERAMIK
PENCIPTAAN
Oleh:
AGUS MUNIF MUDHOFAR NIM 1311738022
Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta sebagai
Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana S-1 dalam
Bidang Kriya Seni
2018
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN/MOTTO
Segala puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta. Tugas Akhir ini mampu dirampungkan dengan baik dan tepat waktu. Sehingga dengan rasa bahagia saya khaturkan
syukur dan terimakasih.
Kepada Keluarga dan Chocholips,tiada kalimat terindah yang mampu saya ucapkan selain kalimat “terimakasih atas
bantuannya dan semoga Tuhan senantiasa mempermudah dan memberkahi segala hajat yang diinginkan”.
Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih banyak dan saya persembahkan penciptaan tugas akhir ini kepada kalian
semua.
“Apa yang telah kita perjuangkan sekarang
yakinlah bahwa ada campur tangan
Allah Yang Memberi Manfaat (An-Nafi’u)
bagi kehidupan kita yang akan datang
Berjuang untuk kemaslahatan yang lebih baik”
(Agus Munif Mudhofar)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di bidang Kriya Seni, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin berterimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu.
Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
2. Dr. Suastiwi, M.Des., Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
3. Dr. Ir. Yulriawan Dafri, M. Hum., Ketua Jurusan Kriya, Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
4. Dr. Timbul Raharjo. M. Hum., Dosen Pembimbing I. 5. Arif Suharson. S.Sn., M.Sn., Dosen Pembimbing II. 6. Dra. Dwita Anja Asmara, M.Sn., Cognate.
7. Febrian WisnuAdi, S.Sn.,M.A., DosenWali.
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Kriya, Staf Akmawa Seni Rupa, dan Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
9. Keluarga Besar Penulis. 10.Sahabat dan Rekan-rekan.
vii
Atas segala keikhlasan bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir, mudah-mudahan mendapat imbalan yang berlimpah, kemulyaan, kemudah-mudahan, serta kesejahteraan dari Allah SWT. Semoga laporan Tugas Akhir ini mampu memberikan banyak manfaat bagi penulis serta khalayak.
Yogyakarta, 11Januari 2018
Agus Munif Mudhofar NIM 1311738022
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR ... i
HALAMAN JUDUL DALAM ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN/MOTTO ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK (INTISARI) ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penciptaan ... 1
B. Rumusan Penciptaan ... 3
C. Tujuan dan Manfaat ... 3
D. Metode Pendekatan dan Penciptaan ... 4
BAB II. KONSEP PENCIPTAAN ... 7
A. Sumber Penciptaan ... 7
B. Landasan Teori ... 11
BAB III. PROSES PENCIPTAAN ... 18
A. Data Acuan ... 18
B. Analisis ... 23
C. Rancangan Karya ... 25
D. Proses Pewujudan ... 39
1. Bahan dan Alat ... 39
ix
2. Teknik Pengerjaan ... 46
E. Kalkulassi Biaya Pembuatan Karya ... 60
BAB IV. TINJAUAN KARYA ... 65
A. Tinjauan Umum ... 65 B. Tinjauan Khusus ... 70 BAB V. PENUTUP ... 78 A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 80 WEBTOGRAFI ... 82 LAMPIRAN ... 83
A. Foto Poster Pameran ... 83
B. Foto Situasi Pameran ... 84
C. Katalogus ... 85
D. Biodata (CV) ... 86
E. Compact Disk (CD) ... 87
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keterangan alat dan fungsinya ... 42
Tabel 2. Kalkulasi biaya karya 1 ... 60
Tabel 3. Kalkulasi biaya karya 2 ... 61
Tabel 4. Kalkulasi biaya karya 3 ... 61
Tabel 5. Kalkulasi biaya karya 4 ... 61
Tabel 6. Kalkulasi biaya karya 5 ... 62
Tabel 7. Kalkulasi biaya karya 6 ... 62
Tabel 8. Kalkulasi biaya karya 7 ... 62
Tabel 9. Kalkulasi biaya karya 8 ... 63
Tabel 10. Kalkulasi biaya lain-lain ... 63
Tabel 11. Rekapitulasi biaya keseluruhan ... 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambas dan parai dijual di Pasar Modern ... 8
Gambar 2. Teko berbahan keramik dan logam dijual di Swalayan Progo ... 10
Gambar 3. Kendhi susu masa Majapahit... 13
Gambar 4. Bentuk dan karakter gambas ... 18
Gambar 5. Potongan dan bagian dalam gambas ... 19
Gambar 6. Gambas muda yang masih menyatu dengan bunga ... 19
Gambar 7. Daun gambas ... 20
Gambar 8. Bunga gambas ... 20
Gambar 9. Longneck pumkin... 21
Gambar 10. Teko handle rotan dijual di Swalayan Progo ... 22
Gambar 11. Karya Timbul Raharjo ... 22
Gambar 12. Sketsa alternatif 1 ... 25
Gambar 13. Sketsa alternatif 2 ... 26
Gambar 14. Sketsa alternatif 3 ... 26
Gambar 15. Sketsa alternatif 4 ... 27
Gambar 16. Sketsa alternatif 5 ... 27
Gambar 17. Sketsa alternatif 6 ... 28
Gambar 18. Sketsa alternatif 7 ... 28
Gambar 19. Sketsa alternatif 8 ... 29
Gambar 20. Sketsa alternatif 9 ... 29
Gambar 21. Sketsa alternatif 10 ... 30
Gambar 22. Sketsa alternatif 11. ... 30
Gambar 23. Sketsa terpilih 1 dan proyeksi ... 31
xii
Gambar 24. Sketsa terpilih 2 dan proyeksi ... 32
Gambar 25. Sketsa terpilih 3 dan proyeksi ... 33
Gambar 26. Sketsa terpilih 4 dan proyeksi ... 34
Gambar 27. Sketsa terpilih 5 dan proyeksi ... 35
Gambar 28. Sketsa terpilih 6 dan proyeksi ... 36
Gambar 29. Sketsa terpilih 7 dan proyeksi ... 37
Gambar 30. Sketsa terpilih 8 dan proyeksi ... 38
Gambar 31. Rotan dan kawat ... 41
Gambar 32. Peralatan pembentukkan ... 42
Gambar 33. Ampelas ukuran 100 ... 43
Gambar 34. Spray gun dan kompresor ... 43
Gambar 35. Meja gypsum ... 44
Gambar 36. Tungku pembakaran ... 44
Gambar 37. Plat dan bata penyangga tahan api ... 45
Gambar 38. Phyromter ... 46
Gambar 39. Persiapan tempat kerja dan peralatan ... 47
Gambar 40. Tanah liat Sukabumi siap pakai dan pengolahan kembali ... 48
Gambar 41. Kneading ... 49
Gambar 42. Membuat slab dan menghaluskan permukaan lempengan tanah ... 49
Gambar 43. Pembentukan ... 50
Gambar 44. Pendetailan ... 51
Gambar 45. Pengeringan ... 52
Gambar 46. Penataan dalam tungku... 53
Gambar 47. Pembakaran biskuit ... 54
Gambar 48. Grafik pembakaran biskuit ... 54
xiii
Gambar 49. Penggelasiran teknik tuang... 57
Gambar 50. Penggelasiran teknik semprot... 58
Gambar 51. Penggelasiran teknik kuas ... 58
Gambar 52. Pembakaran gelasir ... 59
Gambar 53. Grafik pembakaran gelasir ... 60
Gambar 54. Hasil pembakaran gelasir ... 67
Gambar 55. Hasil karya mengalami retak dalam pembakaran ... 68
Gambar 56. Hasil penggelasiran tidak menutup ... 68
Gambar 57. Teko yang lancar ketika mengeluarkan air ... 69
Gambar 58. Teko yang tidak lancar ketika mengeluarkan air ... 69
Gambar 59. Karya tugas akhir 1 ... 70
Gambar 60. Karya tugas akhir 2 ... 71
Gambar 61. Karya tugas akhir 3 ... 72
Gambar 62. Karya tugas akhir 4 ... 73
Gambar 63. Karya tugas akhir 5 ... 74
Gambar 64. Karya tugas akhir 6 ... 75
Gambar 65. Karya tugas akhir 7 ... 76
Gambar 66. Karya tugas akhir 8 ... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Foto Poster Pameran ... 83
Foto Situasi pameran ... 84
Katalogus ... 85
Biodata (CV) ... 86
Compact Disk (CD) ... 87
xv
ABSTRAK (INTISARI)
Gambas atau yang bernama latin Luffa acutangula, merupakan buah dari tanaman yang berjenis merambat yang biasa dijadikan sayuran untuk dikonsumsi. Gambas tersebut berdasarkan sepengetahuan penulis, merupakan buah yang sering ditanam pula oleh orang tua penulis di pekarangan rumah dari masa penulis masih kecil hingga masa sekarang. Gambas memiliki banyak manfaat, yakni dapat dijadikan sayuran dan obat. Secara visualnya karakter gambas bergaris-garis, berwarna hijau, dan bentuknya bulat memanjang, membuat penulis termotivasi untuk menjadikannya sebagai inspirasi penciptaan karya keramik yang berkorelasikan nilai humanis atau kemanusiaan .
Bentuk gambas yang bulat memanjang menjadi pertimbangan dasar yang relevan ketika diwujudkan menjadi teko. Metode pendekatan sebagai disiplin ilmu dalam menciptakan teko yang mengacu gambas yakni: estetika, semiotika, dan ergonomis. Adapun metode penciptaan dalam menciptakan teko keramik yang mengacu gambas tersebut, terlebih dahulu dilakukan eksplorasi untuk menelaah secara mendasar, kontemplasi untuk memantapkan konsep, berimajinasi dengan menuangnkan gagasan dalam pembuatan sketsa altenatif, dan mewujudkannya dengan teknik-teknik tertentu.
Karya keramik yang terinspirasi oleh gambas merangsang pikiran penulis untuk merepresentasikannya ke dalam perwujudan teko. Namun perwujudan teko yang diciptakan tidak menitikberatkan pada perwujudan alamiah gambas secara nyata, tetapi telah mengalami pengubahan secara deformasi atau distorsi berdasarkan konsep dan imajinasi. Walaupun demikian, teko yang diciptakan tetap dalam substansi nilai fungsi sebagai wadah air minum sebagaimana teko pada umumnya, dan dapat pula dijadikan benda kreasi pada interior untuk menambah daya estetis ruangan.
Kata Kunci: Gambas, Teko, Keramik
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Sumber inspirasi dalam menciptakan karya seni dapat mengacu pada segala sesuatu yang ada di alam ini. Salah satunya yaitu mengambil objek dari salah satu jenis flora yang ada dialam sekitar. Pengambilan objek tersebut tentu tidakserta-merta, tetapi memiliki alasan tersendiri yang mendasari untuk menciptakannya ke dalam karya seni.
Gambas merupakan buah yang biasa dijadikan sayuran dan tidak sulit dijumpai di alam Indonesia (khususnya Jawa). Apa lagi yang biasa pergi ke pasar membeli sayuran maupun pergi ke toko-toko sayuran. Gambas memiliki nama latin yakni Luffa acutangula. Gambas merupakan buah dari jenis tanaman meramba tyang dapat ditanam di pekarangan rumah, ladang kosong, dan sawah. Sehingga dalam penumbuhannya dibutuhkan tiang-tiang yang terbuat dari kayu atau bambu untuk penyangga dan perambatannya, karena tumbuhan gambas dapat menjalar dan mengembang menjadi rimbun memenuhi tiang-tiang yang telah ditata atau disiapkan.
Gambas memiliki ciri berwarna hijau, berbentuk bulat memanjang, terkadang lurus dan bengkok, memiliki tekstur yang bergelombang dan bergaris-garis cenderung vertikal yang berjumlah 10 garis. Ketika dipotong-potong akan menyerupai roda yang bergigi. Semakin menua dan mengering, kulit gambas akan semakin mengeras berwarna hijau-kecokelatan dan biji yang terdapat di dalamnya akan menjadi berwarna hitam. Biji tersebut dapat menjadi benih tanaman gambas dan akan tumbuh apabila ditimbun menggunakan tanah. Selain itu,gambas juga kaya akan manfaat untuk kesehatan seperti, obat diabetes, radang usus, asma, radang tenggorokan, cacingan, radang kelenjar telinga, melancarkan peredaran darah dan melancarkan air susu ibu (ASI).1
1
Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto,Panen Sayuran Secara Rutin di Lahan Sempit, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2014), p. 156
2
Pengambilan tema gambas tersebut merupakan hasil dari pengamatan yang dilakukan ketika mengamati dan meninjau langsung macam-macam flora yang ada di sekitar rumah untuk dijadikan bahan acuan menciptakan karya keramik. Selain dari karakternya yang khas, gambas yang penulis ketahui dari masa kecil hingga sampai saat ini yakni, masih sering ditanam pula oleh orang tua di pekarangan rumah sebagai sayuran konsumsi.
Pengamatan tersebut memberikan inspirasi tersendiri dan merangsang pikiran untuk menciptakannya sebagai karya seni keramik. Mengapa harus gambas? Mengapa bukan parai atau jenis buah lainnya yang notabene sama-sama dapat dijadikan sayuran? Pemilihan terhadap gambas tersebut merupakan hasil dari eksplorasi dan pertimbangan penulis dalam menentukan opsi atau sumber inspirasi secara subyektif dan obyektif. Di antara semua jenis buah dari tanaman yang ada, yang lebih memiliki nilai estetis dan kesan tersendiri ialah gambas. Oleh sebab itu, pemilihan gambas sebagai tema dalam penciptaan karya keramik bukanlah dari “asal ambil objek dan wujudkan”, melainkan dari hasil pengamatan secara mendasar.
Representasi secara konsepsi dari sumber inspirasi gambas tersebut, yakni diwujudkan sebagai karya seni teko keramik yang mengandung simbol dan memiliki makna. Muatan makna secara simbolis tersebut bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi ekspresi dan imajinasi penulis di dalam karya yang diciptakan; yakni dikorelasikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal kemanusiaan atau manusiawi (humanis) seperti: kisah hidup, nilai sosial, kepribadian, keimanan, dan emosi. Sehingga antara karya dan maknanya memiliki hubungan atau keterkaitan secara konotasi.
Walaupun teko yang diciptakan merupakan dalam konteks penciptaan karya seni, namun nilai kegunaan sebagaimana umumnya masih menjadi substansi tersendiri dalam penciptaannya. Yaitu sebagai tempat untuk menampung atau menyimpan air minum. Teko merupakan salah satu benda dalam kebutuhan rumah yang biasa atau sudah akrab diwujudkan menggunakan media tanah liat. Selain itu, bentuk gambas lebih relevan untuk diwujudkan menjadi teko daripada menjadi piring, mug atau gelas. Meskipun
3
sebetulnya dapat pula diwujudkan menjadi benda lainnya seperti tempat lampu, vas bunga atau benda fungsional lainnya. Akan tetapi, penulis lebih termotivasi untuk dapat merepresentasikan acuan gambas tersebut dalam perspektif teko keramik.
B. Rumusan Penciptaan
1. Bagaimana konsep penciptaan bentuk teko keramik dengan sumber ide gambas?
2. Bagaimana menciptakan bentuk teko dengan acuan gambas menggunakan media keramik?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Menciptakan konsep bentuk teko keramik dengan sumber ide gambas. b. Menciptakan bentuk teko dengan acuan gambas menggunakan media
keramik. 2. Manfaat
a. Dapat menambah pengalaman dalam menciptakan keramik yang bertemakan flora.
b. Dapat memberikan wawasan terhadap khalayak khususnya mengenai dunia keramik.
c. Dapat digunakan sebagai sarana edukasi dalam akademisi yang ingin mempelajari seni keramik.
d. Dapat digunakan sebagai benda kreasi atau seni yang mampu menambah keindahan.
e. Dapat digunakan sebagai tempat untuk menampung air minum dalam keadaan air dingin atau panas.
4
D. Metode Pendekatan dan Penciptaan
1. Metode Pendekatan
a. Estetika
Louis O. Kattsoff, menjelaskan bahwa, estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.2 Pendekatan estetika ini, dapat penulis gunakan sebagai disiplin ilmu yang mampu mendasari alasan penulis dalam menentukan sumber inspirasi. Karena alasan ketertarikan penulis terhadap sumber inspirasi tersebut mencakup unsur seperti yang terdapat pada estetika yaitu, bentuk, tekstur, warna, dan garis.
b. Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang mengajarkan dan mempelajari tentang bagaimana menciptakan dan memahami suatu tanda. Charles Sander Peirce (1839-1914) merupakan salah satu pelopor semiotika modern dari dua tokoh pelopor yang ada. Menurut Peirce, Makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu.3 Pendekatan semiotika ini merupakan salah satu cara untuk mengontrol dan mengetahui karya yang diciptakan, karena karya seni merupakan tanda yang diciptakan dan dapat dibaca oleh penonton. c. Ergonomi
Pendekatan ergonomi merupakan salah satu paradigma yang biasa digunakan dalam membuat benda fungsional. Untuk itu, dalam penciptaan karya keramik yang mengacu gambas ini, ergonomis
2Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono (Yogyakata:
Tiara Wacana Yogya, 1996), p.81
3
Nooryan Bahari, Kritik Seni:Wacana, Apresiasi dan Kreasi, (Yogyakarta: PustakaPelajar,2008), p.107
5
masih menjadi patokan tersendiri supaya bentuk teko yang diciptakan masih relevan dengan fungsinya.
Secara istilahnya, „ergonomi‟ dalam bahasa Indonesia, merupakan terjemahan dari istilah ergonomics (Inggris). Istilah ini diyakini dulunya berasal dari bahasa Yunani. Suku kata ergon dalam bahasa Yunani artinya: bekerja. Akan tetapi peran ergonomi dalam penciptaan karya ini, menentukan dan memutuskan, beberapa tinggi derajat kesesuaian dan kenyamanan yang berkaitan dengan hubungan antara benda dengan manusia sebagai penggunanya.4
2. Metode Penciptaan
Setiap menciptakan karya seni atau dalam berkreatifitas, tentu terdapat metode sebagai langkah-langkah secara sistematis dari upaya penciptaannya. Mulai dari proses mencari inspirasi atau awal mula ide tersebut diperoleh, hingga dapat mewujudkannya. Tahapan-tahapan tersebut seperti yang tertera pada metode penciptaan di bawah ini, sebagai bentuk pemahaman bagaimana runtutan tahapan dalam penciptaan karya dengan tema gambas ini dapat terealisasikan.
1. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan proses yang meliputi aktivitas penjelajahan menggali sumber ide dengan langkah identifikasi dan perumusan masalah; penelusuran, penggalian, pengumpulan data dan referensi. Kemudian, dilanjutkan dengan pengolahan data dan analisis data untuk mendapatkan konsep pemecahan masalah secara teoretis.5 Eksplorasi menjadi tahapan awal karena pertama yang dilakukan yakni meninjau secara langsung (riil) dan secara tidak langsung objek acuan, hingga kemudian diperoleh data untuk dilakukan analisis.
4Bram Palgunadi, Disain Produk; Aspek-aspek Disain, (Bandung: ITB, 2008), p.73-75 5SP. Gustami, Butir-Butir Mutiara Estetika Timur, (Yogyakarta: Prasista: 2007),
p.329-330
6
2. Kontemplasi
Setelah memperoleh konsep berdasarkan eksplorasi, perlu peneguhan lebih mendalam lagi tentang konsep yang telah diperoleh untuk mencari esensi yang terkandung, yakni dengan melakukan kontemplasi. Kontemplasi merupakan proses perenungan dan berfikir secara mendalam terhadap karya yang ingin diciptakan termasuk dalam menentukan bobot atau gagasan yang terkandung dalam karya yang diciptakan. Sebab, dengan kontemplasi manusia bisa memperoleh “kurnia dari atas”.6
3. Imajinasi
Salah satu pemahaman imajinasi menurut Sartre, bahwa imajinasi merupakan aktifitas produktif yang mengintensikan atau menjelaskan sesuatu objek dengan cara tertentu.7 Termasuk dengan cara membuat sketsa alternatif untuk memperoleh gambaran yang sesui dengan konsep dalam menciptakan karya keramik. Sehingga berimajinasi sifatnya bukan hanya sebagai gambaran di dalam kepala, melainkan dapat bersamaan dengan pembuatan sketsa.
4. Perwujudan
Tahap perwujudan merupakan tahap mewujudkan keramik berdasarkan sketsa-sketsa alternatif yang telah ditentukan. Kemudian diwujudkan menggunakan beberapa teknik yang sudah menjadi basis kemampuan atau keterampilan (skill) secara empiris (pengalaman penulis) dalam membuat keramik, seperti: teknik slab, teknik pijit, dan teknik pilin hingga pada tahapan finishing. Tahap perwujudan tidak stagnan (berhenti) pada proses finishing pembentukan saja, tetapi sampai proses finishing pembakaran biskuit dan gelasir.
6
A.A.M. Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2004), p.92
7Sartre, dalam Tedjoworo, Imaji dan Imajinasi;Suatu Telaah Filsafat
Postmodern,Yogyakarta: Kanisius, 2001), p36