• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN SOLOK"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

T A H U N 2 0 1 6

LAPORAN

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN SOLOK

(2)
(3)

ii

Daftar Isi

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... ivii DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ... I-1 1.2. METODOLOGI PENYUSUNAN... I-5 1.3. DASAR HUKUM ... I-7 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN ... I-10

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1. GAMBARAN WILAYAH KAB. SOLOK ... II-1 2.1.1. Kondisi Administrasi ... II-1 2.1.2 Kependudukan ... II-3 2.1.3 Sosial BUdaya ... II-8 2.1.4 Iklim Kab. Solok ... II-9 2.1.5 Hidrologi ... II-10 2.1.6 Topografi ... II-10 2.1.7 Geologi ... II-11 2.1.8 Perekonomian ... II-11 2.1.9 Kelembagaan ... II-13 2.2 KEMAJUAN PELAKSANAAN STRATEGI SANITASI KOTA ... II-22 2.2.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik ... II-22 2.2.2 Sub Sektor Persampahan ... II-24 2.2.3 Sub Sektor Drainase ... II-26 2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI ... II-27 2.3.1 Sub Sektor Air Limbah ... II-27 2.3.2 Sub Sektor Persampahan ... II-38 2.3.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan ... II-54 2.4. AREA BERESIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK ... II-63

(4)

iii

2.4.1 Sub Sektor Air Limbah ... II-63 2.4.2 Sub Sektor Persampahan ... II-65 2.4.3 Sub Sektor Drainase ... II-68

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

3.1. Visi Dan Misi Sanitasi ... III-1 3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi... III-4 3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi ... III-5 3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi ... III-16 3.2.3. Skenario Pencapaian Sasaran ... III-22 3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah ... III-23

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

4.1. Air Limbah Domestik ... IV-2 4.2. Pengembangan Persampahan ... IV-3 4.3 Drainase Perkotaan ... IV-4

BAB V PROGRAM KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

5.1. Kebutuhan biaya sanitasi ... V-2 5.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber

Pendanaan Pemerintah ... V-2 5.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber

Pendanaan Non Pemerintah ... V-7 5.4 Antisipasi Funding GAP ... V-8

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

6.1 Air Limbah Domestik ... VI-2 6.2 Persampahan ... VI-6 6.3 Drainase ... VI-11

(5)

iv

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari di Kab. Solok Tahun 2014 ... II – 6 Tabel 2.2. Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok ... II – 8 Tabel 2.3 Jumlah Sungai di Kabupaten Solok ... II – 12 Tabel 2.4. Jumlah Danau di Kabupaten Solok ... II – 14 Tabel 2.5. Sebaran Jenis Tanah Pada Tiap Wilayah Kecamatan di Kab. Solok ... II – 16 Tabel 2.6. Banyaknya hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Kec. Tahun 2014 ... II – 19 Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kab. Solok Tahun 2010-2014 ... II – 20 Tabel 2.8. Jumlah Kepala Keluarga/KK Kab. Solok Tahun 2010-2014 ... II – 21 Tabel 2.9. Jumlah dan Proyeksi Penduduk Kab. Solok Tahun 2010-2021 ... II – 22 Tabel 2.10. Tingkat Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kab. Solok

Tahun 2015-2021 ... II – 24 Tabel 2.11. Jumlah KK Miskin Per Kecamatan di Kab. Solok Tahun 2014 ... II – 25 Tabel 2.12. Klasifikasi Pola Ruang Wilayah Kabupaten ... II – 29 Tabel 2.13. Kemajuan SSK Tahun Sebelumnya Sub Sektor Air Limbah ... II – 35 Tabel 2.14. Kemajuan SSK Tahun Sebelumnya Sub Sektor Persampahan ... II – 38 Tabel 2.15. Kemajuan SSK Tahun Sebelumnya Sub Sektor Drainase ... II – 40 Tabel 2.16. Jumlah MCK Plus dan Penyebarannya di Kab. Solok 2010-2015 ... II – 42 Tabel 2.17. Perkiraaan Timbulan Sampah di Kab. Tahun 2015 ... II – 47 Tabel 2.18. Layanan Persampahan di Kab. Solok Tahun 2015 ... II – 49 Tabel 2.19 Lembaga (Dinas/Lembaga Teknis Daerah) Terkait Urusan Bidang

Sanitasi Kab. Solok ... II – 50 Tabel 2.20. Jumlah Timbulan Sampah dan sampah Terangkut di Kab. Solok ... II – 51 Tabel 2.21. Sarana dan Prasarana Operasional Sampah Kab. Solok Tahun 2016 ... II – 51

(6)

v

Tabel 2.22. Lokasi Tempat Pengelolaan Sampah (Rumah Atap Pengelolaan

Sampah) ... II – 53 Tabel 2.23. Pengelolaan Persampahan di Tingkat Nagari/Kecamatan ... II – 55 Tabel 2.24. Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten ... II – 55 Tabel 2.25. Daftar Program/Proyek Layanan yang berbasis Masyarakat ... II – 56 Tabel 2.26. Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan

Persampahan ... II – 58 Tabel 2.27. Daftar Peraturan Persampahan Kab. Solok ... II – 60 Tabel 2.28. Wilayah Genangan di Kab. Solok ... II – 68 Tabel 2.29. Daftar peraturan Terkait Drainase Lingkungan ... II – 72 Tabel 2.30. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan

Drainase Lingkungan ... II – 73 Tabel 2.31. Area Berisiko Sanitasi Air Limbah ... II – 76

Tabel 2.31.1 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Berisiko Sedang dan

Tidak Berisiko ... II – 77 Tabel 2.32. Daftar Permasalahan Mendesak Sektor Air Limbah Domestik ... II – 81 Tabel 2.33. Area Berisiko Sanitasi Sektor Persampahan ... II – 82

Tabel 2.33.1 Area Berisiko Sanitasi Sektor Persampahan Berisiko Sedang dan Tidak Berisiko ... II – 82 Tabel 2.34. Permasalahan Mendesak Sub Sektor Persampahan ... II – 86 Tabel 2.35. Area Berisiko Sanitasi Sektor Drainase ... II – 88

Tabel 2.35.1 Area Berisiko Sanitasi Sektor Drainase Berisiko Sedang

dan Tidak Berisiko ... II – 89 Tabel 2.36. Permasalahan Mendesak Sub Sektor Drainase ... II – 93 Tabel 3.1. Visi Misi Sanitasi Kab. Solok ... III – 2 Tabel 3.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Solok ... III – 7

(7)

vi

Tabel 3.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kab. Solok ... III – 9 Tabel 3.4. Tahapan Pengembangan Drainase Kab. Solok ... III – 13 Tabel 3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah Domestik Kab. Solok ... III – 16 Tabel 3.6. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan Kab. Solok ... III – 19 Tabel 3.7. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase Kab. Solok ... III – 21 Tabel 3.8. Skenario Pencapaian Sasaran Sektor Sanitasi Kab. Solok ... III – 22 Tabel 3.9. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Solok Untuk Sanitasi III – 24 Tabel 3.10. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan ... III – 25 Tabel 3.11. Rekapitulasi Belanja SKPD Kab. Solok 2011-2015 ... III – 27 Tabel 3.12. Belanja Sanitasi Per Kapita Kab. Solok ... III – 28 Tabel 3.13. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita ... III – 29 Tabel 3.14. Peta Perekonomian Kab. Solok Thun 2011-2015 ... III – 30 Tabel 5.1. Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau

Pembiayaan Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... V – 2 Tabel 5.2. Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi

Untuk 5 Tahun ... V – 3 Tabel 5.3. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Kab. Solok ... V – 4 Tabel 5.4. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi ... V – 5 Tabel 5.5. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN ... V – 6 Tabel 5.6. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR V – 6 Tabel 5.7. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan Partisipasi Masyarakat ... V – 7 Tabel 5.8. Funding GAP ... V – 8 Tabel 6.1. Capaian Stratejik Air Limbah ... VI – 6 Tabel 6.2. Capaian Kegiatan Air Limbah ... VI – 6 Tabel 6.3. Evaluasi Air Limbah ... VI – 9 Tabel 6.4. Pelaporan Monev Implementasi SSK Air Limbah ... VI – 9

(8)

vii

Tabel 6.5. Capaian Stratejik Persampahan ... VI – 10 Tabel 6.6. Capaian Kegiatan Persampahan ... VI – 17 Tabel 6.7. Evaluasi Persampahan ... VI – 20 Tabel 6.8. Pelaporan Monev Implementasi SSK Persampahan ... VI – 22 Tabel 6.9. Capaian Stratejik Drainase ... VI – 23 Tabel 6.10. Capaian Kegiatan Drainase ... VI – 26 Tabel 6.11. Evaluasi Drainase ... VI – 27 Tabel 6.12. Pelaporan Monev Implementasi SSK Drainase ... VI – 28

(9)

viii

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kab. Solok ... II – 2 Gambar 2.2. Peta Sebaran Wilayah Nagari Kab. Solok ... II – 3 Gambar 2.3. Peta Tutupan Lahan Kab. Solok ... II – 4 Gambar 2.4. Peta Atopografi dan Peta Kemiringan Lahan Kab. Solok ... II – 9 Gambar 2.5. Struktur Organisasi Kab. Solok ... II – 25 Gambar 2.6. Struktur Organisasi Pemerintahan Kab. Solok yang menangani

Sektor Sanitasi ... II – 26 Gambar 2.7. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Solok ... II – 31 Gambar 2.8. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik ... II – 44 Gambar 2.9. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan ... II – 53 Gambar 2.10. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan ... II – 62 Gambar 2.11. Apakah dirumah mempunyai Sarana Pengelolaan Air Limbah

Selain Tinja ... II – 63 Gambar 2.12. Apakah Rumah yang Ditempati Saat Ini Atau Lingkungan Pernah

Terkena Banjir ... II – 66 Gambar 2.13. Peta Area Berisiko Sektor Air Limbah ... II – 79 Gambar 2.14. Peta Area Berisiko Sektor Persampahan ... II – 86 Gambar 2.15. Peta Area Berisiko Sektor Drainase ... II – 91 Gambar 3.1. Zona Pengembangan Sektor Air Limbah Domestik Kab. Solok ... III – 6 Gambar 3.2. Zona Pengembangan Sektor Persampahan Kab. Solok ... III – 10 Gambar 3.3. Zona Pengembangan Sektor Drainase Kab. Solok ... III – 14

(10)

BAB I-1

BAB I

PEN

D

AHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Solok merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sektor sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan terukur bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Solok dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Pengembangan layanan sanitasi Kabupaten harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah yang bersifat strategis. Rencana jangka

menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang

dibutuhkan mengingat sebuah Kabupaten akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi sanitasi secara menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi Kabupatennya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi

Kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan)

berisikan, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan pengembangan layanan sanitasi sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Kabupaten Solok pada tahun 2012 telah menyusun dokumen SSK sebagai acuan dasar pembangunan sektor sanitasi selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017. Beberapa program dan kegiatan yang ditargetkan telah diimplementasikan secara bertahap sehingga menambah cakupan layanan sanitasi Kabupaten. Oleh sebab itu ditahun kelima periode tersebut perlu dimutakhirkan kembali perencanaan lima tahunan berikutnya sehingga bisa memberikan gambaran

(11)

BAB I-2 Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Solok iniberisikan visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten berikut dengan strategi pencapaiaannya, yang kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan yang didukung komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) akan meliputi :

Aspek Teknis; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor san itasi yang terdiridari (a) layanan sub sektor air limbah domestik, (b) layanan sub sektor persampahan, (c) sub sektor drainase lingkungan, serta (d) aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Aspek Pendukung; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen (a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan (c) Komunikasi, (d) Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, aspek Jender dan Kemiskinan, (f) Monitoring dan Evaluasi.

Pembangunan sanitasi di Kabupaten Solok juga harus diupayakan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan dukungan dari semua pihak baik pemerintah provinsi, pemerintah pusat, sektor swasta maupun sumber pembiayaan dari donor, agar lebih efisien, efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat serta bersinergi dengan program nasional.

Kabupaten Solok harus memiliki sensitivity analysis terhadap program dan

kegiatan yang ada dalam SSK, yaitu simulasi seberapa nilai nominal suatu program yang layak untuk diajukan dalam satu tahun anggaran. Hal ini berkaitan erat dengan

availability sumber pendanaan, pentahapan dan pemaketan program perlu

dipertimbangkan agar dapat dijadikan dasar strategi pendanaan agar target pembangunan Sektor Sanitasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Kegiatan pemutakhiran dokumen SSK diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan Kabupaten, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual Kabupaten sehingga mampu mendorong pembangunan ekonomi lokal, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kabutuhan nyata. Karena merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait dengan sektor sanitasi, maka secara struktural dokumen SSK juga merupakan terminal “expenditure plan” dari seluruh instansi terkait tersebut

(12)

BAB I- 3 dalam penganggaran pendanaan, baik dalam tingkatan Kabupaten, provinsi, pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.

Hubungan antara SSK dimutakhirkan ini dengan dokumen perencanaan Kabupaten lainnya antara lain dokumen Rencana Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Keciptakaryaan, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015 serta dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok tahun 2012-2031 memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi Kabupaten, diperlukan dokumen perencanaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif. Melalui PPSP Kabupaten Solok telah melakukan penyusunan dokumen perencanaan sanitasi, dokumen tersebut adalah Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tahun 2012– 2015 dan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS)2013-2018. Untuk dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai ,Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Solok memiliki 4 karakteristik utama, yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya yaitu :

1. Disusun oleh, dari dan untuk Kabupaten 2. Komprehensif, Multi sektor & terintegrasi 3. Berdasarkan data empiris (aktual)

4. Gabungan pendekatan top down dan bottom

Dalam konteks yang lebih luas, SSK tahun 2011-2015 adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian Universal Acess ditahun 2019 pada targed capaian RPJNM 2010-2014 dan memasuki tahun 2015, Pemerintah Indonesia akan memasuki periode

RPJMN baru 2015-2019 yang menetapkan target baru yaitu 100% (universal access)

akses sanitasi layak di akhir tahun 2019. Dalam upaya untuk mencapai target tersebut dirasakan pentingnya Kabupaten Solok memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan. Untuk itu Pokja Sanitasi Kabupaten Solok melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi tahap kedua melakukan Pemutakhiran SSK pada tahun2015 ini.

Dokumen pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten yang berisi tentang pemetaan sanitasi skala Kabupaten, kerangka pengembangan dan pentahapan pembangunan sanitasi dan strategi,serta kebutuhan program/kegiatan pembangunan

(13)

BAB I- 4 sanitasi di Kabupaten Solok hingga 5 (lima) tahun kedepan. Pemutakhiran SSK merupakan pemantapan dari perencanaan SSK yang telah lewat masa perencanaanya untuk menjaga keberlanjutan perencanaan sanitasi dan mengakomodasikan pencapaian target universal access.

Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Solok tahun 2015-2019 disusun dengan merujuk pada dokumen SSK yang sudah ada dan lebih difokuskan pada upaya untuk mengimplementasikan program dan kegiatan jangka menengah dalam upaya

mencapai universal access. Untuk memastikan dokumen Pemutakhiran SSK dapat

diimplementasikan maka dalam proses penyusunannya disinkronkan dengan dokumen-dokumen perencanaan yang ada di Kabupaten. Berikut ini merupakan posisi dokumen-dokumen Strategi Sanitasi Kabuaten (SSK) baik terhadap dokumen lain maupun dokumen perencanaan pemerintah lainnya pada gambar 1.1. dibawah ini :

Gambar1.1KedudukanDokumen PemutakhiranSSKdengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Berdasarkan gambar 1.1 diatas terlihat jelas bahwa dokumen pemutakhiran SSK Kabupaten Solok juga di singkronkan dengan beberapa dokumen perencaan lainnya seperti RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD.

(14)

BAB I-5

1.2 METODOLOGI PENYUSUNAN

Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Solok disusun oleh Pokja Sanitasi berdasarkan buku pedoman penyusunan pemutakhiran Strategi Sanitasi. Penyusunan dilakukan secara partisipatif dan terintegrasi melalui berbagai diskusi secara rutin, pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan Fasilitator Kabupaten (CF) dan Fasilitator Provinsi (PF). Metode yang digunakan dalam penyusunan Pemutakhiran SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap.

Dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK terdapat 5 (lima) proses utama yang harus dilaksanakan. Proses kegiatan penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Solok dapat dilihat pada gambar1.2 berikut:

(15)

BAB I-6 DenganProses Percepatan Implementasiyangdilihat sepertigambar 1.3.berikutini

Gambar1.3 Proses Percepatan Implementasi Dokumen Pemutakhiran SSK

Berdasarkan gambar 1.2 dan 1.3 diatas, Metode yang digunakan dalam penyusunan Dokumen ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap, terdiri dari tahapan berikut:

1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi Kabupaten saat ini, untuk

belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan. Pada tahap ini Pokja mengkaji permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi Kabupaten. Metoda yang digunakan adalah kajian data sekunder dan penggalian data primer melalui kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi;

2. Melakukan Studi dan penyusunan EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan yaitu suatu kegiatan studi lapangan untuk memehami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku – perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang di survey mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku, dipelajari hal – hal yang terkait dengan higienitas antara lain, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Solok dan Bidang Sumber Daya dan Prasarana Bappeda

(16)

BAB I-7 Kabupaten Solok selaku leading sektor. Anggota tim survey dipilih dari kader kesehatan yang dilatih melalui kegiatan workshop dan pelatihan survey EHRA. Selanjutnya, data EHRA menjadi bahan masukan untuk penyusunan strategi sanitasi Kabupaten, sehingga tergambar benang merah antara perencanaan dengan fakta lapangan.

3. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam

visi, misi sanitasi Kabupaten, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada.

4. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan.

Analisis kesenjangan digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

5. Merumuskan strategi sanitasi Kabupaten yang menjadi basis penyusunan program

dan kegiatan pembangunan sanitasi Kabupaten jangka menengah. Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang dan ancaman sistem sanitasi Kabupaten.

1.3 DASAR HUKUM

Landasan hukum dalam penyusunan strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Solok adalah:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor4 Tahun 1992 Tentang Perumahan

dan Pemukiman;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

(17)

BAB I-8

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 12 Tahun 2008

9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tetang Sumber Daya Air.

11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan

Permukiman;

15. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

16. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air &

Pengendalian Pencemaran Air;

17. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum;

18. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;

19. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;

20. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan

PerKabupatenan;

21. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman

Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;

(18)

BAB I-9

23. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai;

24. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya Air.

25. Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi

Bunga Oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum;

26. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

27. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan.

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

29. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya

Air;

30. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan

Sumber Daya Air;

31. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim

Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

32. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang

Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

33. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

34. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001

tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL

35. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun

2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

36. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

37. Peraturan Mentri PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan

(19)

BAB I-10

38. Peraturan Mentri PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana

Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

39. Peraturan Mentri PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembinaan

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

40. Peraturan Mentri PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang

Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

41. Peraturan Mentri PU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Kerjasama

Pengusahaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

42. Peraturan Daerah Kabupaten Solok No. 3 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung

43. Peraturan Daerah Kabupaten Solok no. 1 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Solok Tahun 2031.

1.4 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Pembahasan Strategi Sanitasi Kabupaten dalam dokumen ini terdiri dari VI (Enam) bab. Bab I, II dan III merupakan Arah Pembangunan Sanitasi Kabupaten atau Kerangka Kerja Sanitasi yang memberikan arahan jangka panjang, dan jangka menengah yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat Kabupaten, propinsi dan pusat. Sedangkan Bab III, IV, V, dan VI memberikan gambaran rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan.

- Bab I PENDAHULUAN berisikan latar belakang, metodologi penyusunan, dasar

hukum, dan sistematika penulisan.

- Bab II profil sanitasi Kabupaten Solok berisikan tentang kemajuan pelaksanaan

pembangunan sanitasi yang meliputi gambaran wilayah, kemajuan pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini, dan area beresiko serta permasalahan sanitasi.

- Bab III kerangka pengembangan sanitasi, memberikan penjelasan tentang

kerangka pengembangan sanitasi yang berisikan penjelasan visi dan misi sanitasi, pentahapan pengembangan sanitasi, dan kemampuan pendanaan sanitasi daerah.

(20)

BAB I-11

- Bab IV Strategi Pembangunan Sanitasi menjelaskan tentang strategi

pengembangan sanitasi yang meliputi beberapa sub sektor sanitasi, antara lain air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase.

- Bab V Program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi, menjelaskan tentang

program dan kegiatan yang akan dilakukan secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, antara lain ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah dan antisipasi Funding GAP.

- Bab VImonitoring dan evaluasi capaian SSK, menjelaskan tentang strategi

(21)

BAB II-1

BAB II

PRO

FIL SANITASI KABUPATEN SOLOK

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KAB. SOLOK

2.1.1 GAMBARAN GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH

Pemekaran wilayah Kabupaten Solok pada akhir tahun 2003 telah melahirkan satu kabupaten baru yaitu Kabupaten Solok Selatan. Dengan terjadinya pemekaran ini menyebabkan luas wilayah Kabupaten Solok mengalami pengurangan secara signifikan dari semula 708.402 Ha (7.084.02 Km2) menjadi 373.800 Ha (3.738.00 Km2). Secara

geografis Kabupaten Solok saat ini terletak diantara 01°20’27’’ dan 01°21’39” Lintang Selatan dan 100°25’00” dan 100°33’43” Bujur Timur.

Luas wilayah Kabupaten Solok ± 373.800 Ha yang terbagi dalam 14 kecamatan dengan 74 Nagari dan 414 Jorong. Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Tigo Lurah dengan luas 602,5 KM2 atau 16,12 % dari luas Kabupaten Solok secara keseluruhan.

Sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Danau Kembar dengan luas 70,1 KM2 atau sekitar 1,86 % dari luas Kabupaten Solok. Adapun

batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Solok adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar; - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang; - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Dilihat dari jumlah nagari yang ada, Kecamatan X Koto Sungai Lasi dan Kecamatan X Koto Di Atas memiliki jumlah nagari terbanyak yaitu sebanyak 9 nagari, sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah nagari terkecil adalah Kecamatan Junjung Sirih, Danau Kembar, dan Pantai Cermin sebanyak 2 nagari. Untuk lebih jelasnya, kondisi administratif dan nagari di Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

(22)

BAB II- 2 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Solok

(23)

BAB II- 3 Gambar 2.2 Peta Sebaran Wilayah Nagari di Kabupaten Solok

(24)
(25)

BAB II- 5 Tabel 2.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari dan Jorong di

Kabupaten Solok Tahun 2014 No Kecamatan Luas (KM2) Ibukota

Kecamatan

Jumlah Nagari Jorong

1 Pantai Cermin 366,00 Surian 2 28

2 Lembah Gumanti 459,72 Alahan Panjang 4 39

3 Hiliran Gumanti 263,28 Talang Babungo 3 20

4 Payung Sekaki 364,50 Kubang Nan Duo 3 11

5 Tigo Lurah 602,50 Batu Bajanjang 5 20

6 Lembang Jaya 99,90 Bukit Sileh 6 43

7 Danau Kembar 70,10 Simp. Tj. Nan IV 2 19

8 Gunung Talang 385,00 Talang 8 40

9 Bukit Sundi 109,00 Muara Panas 5 20

10 X Koto Sungai Lasi 171,00 Sungai Lasi 9 28

11 Kubung 192,00 Selayo 8 37

12 X Koto Singkarak 295,00 Singkarak 8 46

13 Junjung Sirih 102,50 Paninggahan 2 11

14 X Koto Diatas 257,00 Tanjung Balit 9 52

Total 3.738,00 74 414

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2015

2.1.2 GAMBARAN TOPOGRAFI

Kabupaten Solok mempunyai keadaan topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah di bagian utara, dengan ketinggian berkisar antara 100 meter hingga di atas 1.000 meter dari permukaan air laut. Daerah dengan ketinggian antara 300 sampai 500 meter diatas permukaan laut meliputi sekitar 37 %, kawasan yang berada pada ketinggian 500 sampai 1.000 meter meliputi 34 % dan kawasan yang berada pada ketinggian 1.000 sampai 1.700 meter meliputi sekitar 29 % dari luas keseluruhan Kabupaten Solok. Ketinggian wilayah di Kabupaten Solok dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelas ketinggian, yaitu :

1. Ketinggian antara 100 – 500 meter diatas permukaan air laut.

Tersebar di Kecamatan XI Koto Singkarak, Junjung Sirih, XI Koto Sungai Lasi, Kecamatan Kubung, dan Bukit Sundi.

(26)

BAB II- 6 2. Ketinggian antara 500 – 1.000 meter diatas permukaan air laut.

Tersebar di bagian Utara, yaitu Kecamatan Payung Sekaki, Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Gunung Talang, dan Kecamatan X Koto Diatas.

3. Ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut

Kondisi topografi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Dataran antar perbukitan mempunyai sebaran secara memanjang berarah Barat Laut - Tenggara di sekitar Singkarak, Kota Baru, Kota. Sebaran dari satuan ini menempati lebih kurang sekitar 10% dari luas daerah kajian, dengan lereng datar – hampir datar berkisar antara 0 % - 5 %. Satuan dataran antar perbukitan di apit oleh bukit-bukit yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Pola satuan ini mengikuti pola patahan yang ada di sekitarnya, oleh karena itu terbentuknya satuan ini sangat dimungkinkan akibat pergerakan patahan Sumatera, membentuk cekungan atau Graben.

2. Satuan bentang alam perbukitan termasuk dalam zona Pegunungan Bukit Barisan yang secara umum mendominasi daerah kajian dengan sebaran sekitar 60 % dari luas kajian. Satuan ini menempati paling dominan di seluruh wilayah Kabupaten Solok elevasi antara 500 m – 1.000 m(dpl) kelerengan mulai morfologi agak curam dengan kemiringan lereng berkisar 15 % - 40 %. Satuan ini menutupi sebagian wilayah Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Hiliran Gumanti, bagian selatan wilayah kecamatan Payung Sekaki serta sebagian selatan wilayah kecamatan X Koto Diatas. 3. Satuan bentang alam pegunungan tersebar hampir merata di wilayah perencanaan

dengan sebaran sekitar 30 % dari luas kajian meliputi kecamatan X Koto Singkarak, kecamatan Kubung, kecamatan Talang, kecamatan X Koto diatas, kecamatan Tigo Lurah dan kecamatan Lembang Gumanti. Satuan ini menempati elevasi > 1.000 m (dpl) kelerengan mulai morfologi curam antara 40 % - 70 %. Daerah yang termasuk dalam satuan bentang alam ini meliputi wilayah Gunung Gadut (1.859 m), Gunung Sugirik (1.787 m) termasuk dalam Kecamatan X Koto Singkarak, sekitar daerah Gunung Api Talang (2.591 m) Kecamatan Talang, Gunung Papan Kecamatan X Koto Diatas, seluruh wilayah bagian Selatan Kecamatan Tigo Lurah dan wilayah Gunung Boleng (2.560 m) Kecamatan Lembah Gumanti.

(27)

BAB II- 7 Sedangkan berdasarkan kemiringan, wilayah Kabupaten Solok dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yang didasarkan atas data Status Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat tahun 2001 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok

No Klasifikasi Lereng Lereng

(%)

Luas (Ha)

Persentase Luas (%)

1 Datar, Agak Landai 0 – 8 84.642,97 22,64

2 Landai 8 – 15 90.005,35 24,08

3 Agak Curam 15 – 25 118.176,04 31,61

4 Curam 25 – 40 70.286,53 18,80

5 Sangat Curam > 40 10.689,11 2,86

Sumber : Hasil Analisis Peta, 2010

Kondisi topografi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

4. Dataran antar perbukitan mempunyai sebaran secara memanjang berarah Barat Laut - Tenggara di sekitar Singkarak, Kota Baru, Kota. Sebaran dari satuan ini menempati lebih kurang sekitar 10% dari luas daerah kajian, dengan lereng datar – hampir datar berkisar antara 0 % - 5 %. Satuan dataran antar perbukitan di apit oleh bukit-bukit yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Pola satuan ini mengikuti pola patahan yang ada di sekitarnya, oleh karena itu terbentuknya satuan ini sangat dimungkinkan akibat pergerakan patahan Sumatera, membentuk cekungan atau Graben.

5. Satuan bentang alam perbukitan termasuk dalam zona Pegunungan Bukit Barisan yang secara umum mendominasi daerah kajian dengan sebaran sekitar 60 % dari luas kajian. Satuan ini menempati paling dominan di seluruh wilayah Kabupaten Solok elevasi antara 500 m – 1.000 m(dpl) kelerengan mulai morfologi agak curam dengan kemiringan lereng berkisar 15 % - 40 %. Satuan ini menutupi sebagian wilayah Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Hiliran Gumanti, bagian selatan wilayah kecamatan Payung Sekaki serta sebagian selatan wilayah kecamatan X Koto Diatas.

(28)

BAB II- 8 6. Satuan bentang alam pegunungan tersebar hampir merata di wilayah perencanaan dengan sebaran sekitar 30 % dari luas kajian meliputi kecamatan X Koto Singkarak, kecamatan Kubung, kecamatan Talang, kecamatan X Koto diatas, kecamatan Tigo Lurah dan kecamatan Lembang Gumanti. Satuan ini menempati elevasi > 1.000 m (dpl) kelerengan mulai morfologi curam antara 40 % - 70 %. Daerah yang termasuk dalam satuan bentang alam ini meliputi wilayah Gunung Gadut (1.859 m), Gunung Sugirik (1.787 m) termasuk dalam Kecamatan X Koto Singkarak, sekitar daerah Gunung Api Talang (2.591 m) Kecamatan Talang, Gunung Papan Kecamatan X Koto Diatas, seluruh wilayah bagian Selatan Kecamatan Tigo Lurah dan wilayah Gunung Boleng (2.560 m) Kecamatan Lembah Gumanti.

Sedangkan berdasarkan kemiringan, wilayah Kabupaten Solok dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yang didasarkan atas data Status Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat tahun 2001 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok

No Klasifikasi Lereng Lereng

(%)

Luas (Ha)

Persentase Luas (%)

1 Datar, Agak Landai 0 – 8 84.642,97 22,64

2 Landai 8 – 15 90.005,35 24,08

3 Agak Curam 15 – 25 118.176,04 31,61

4 Curam 25 – 40 70.286,53 18,80

5 Sangat Curam > 40 10.689,11 2,86

(29)

BAB II- 9 Gambar 2.4. Peta Topografi dan Peta Kemiringan Lahan

(30)

BAB II- 10 Berdasarkan kondisi kemiringan lereng di atas, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Kemiringan 0 – 8% (datar), terkonsentrasi di beberapa tempat yang mencakup sebagian Kecamatan X Koto Diatas, X Koto Singkarak, Kubung, Bukit Sundi, Gunung Talang, Payung Sekaki, Danau Kembar, dan Lembah Gumanti.

2. Kondisi kemiringan 8 – 15% (datar s/d landai), yang terkonsentrasi di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Solok.

3. Kondisi kemiringan 15 – 25% (agak curam), yang menyebar secara merata di semua kecamatan.

4. Kondisi kemiringan 25 – 40% (curam), yang terkonsentrasi di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Solok khususnya pada daerah Barat dan Selatan.

5. Lahan dengan kemiringan > 40% (sangat curam), tersebar secara merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Solok dan lebih terkonsentrasi pada daerah Bagian Barat dan Selatan.

Komponen kelerengan diatas 40 % ini menjadikan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Solok untuk mengembangkan wilayahnya. Dengan kelerengan sangat curam ini, maka banyak lokasi di Kabupaten Solok yang terancam bahaya tanah longsor dan erosi yang intensif. Menurut data dari Dinas Pertambangan Propinsi Sumatera Barat sedikitnya ada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Talang, Lembah Gumanti, Lembang Jaya, IX Koto Sungai Lasi dan X Koto Singkarak yang di dalam areanya terdapat lokasi-lokasi rawan erosi, bencana tanah longsor berupa jatuhan, nendatan, badan jalan longsor, badan jalan amblas, jatuhan akibat aktivitas penambangan.

2.1.3 Gambaran Geohidrologi

Hidrologi merupakan kondisi tata air yang ada pada suatu wilayah. Kondisi hidrologi suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan, jenis batuan, jenis tanah serta tingkat kelerengan (faktor internal) dan kondisi tutupan lahan (kondisi internal). Kondisi hidrologi yang ada di Kabupaten Solok dapat dikatakan sangat baik. Dengan pola aliran pada umumnya adalah bersifat dendritik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumber air baik yang berupa air permukaan maupun mata air dan air tanah, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

(31)

BAB II- 11

a. Air Permukaan

Keadaan air permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi, jenis batuan dan material penyusun tanah, penggunaan lahan, curah hujan dan aktifitas manusia. Masing-masing wilayah morfologi yang berbeda mempunyai kondisi air permukaan yang berbeda pula. Potensi air permukaan sebagian besar berasal dari berbagai mata air yang banyak terdapat di kawasan ini dan mengalir malalui sungai-sungai kecil dengan membentuk pola aliran yang berbentuk dendritik dan karena sifat hujan orografisnya yang tinggi memungkinkan kondisi sungai untuk mengalir sepanjang tahun sehingga daerah ini tidak akan mengalami kekurangan air sepanjang tahun kecuali jika lingkungan daerah hulu sungai dan peresapannya mengalami kerusakan, seperti adanya aktivitas penggundulan hutan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Solok merupakan bagian dari dua Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengalr ke arah timur yatu DAS Agam Kuantan – Indragiri dan DAS Batang Hari.

Tabel 2.4 Jumlah Sungai di Kabupaten Solok

No Kecamatan Nama Sungai Lokasi

1 Pantai Cermin Batang Lolo Lolo

Batang Indarung Surian Batang Kulembah Surian Batang Kayu Manang Surian

2 Lembah Gumanti Batang Gumanti Alahan Panjang

Batang Hari

Lembah Gumanti Sangir

Sungai Pagu

3 Payung Sekaki Batang Kipat Air Luo

Batang Luo Air Luo

4 Tigo Lurah Batang Pelangki Tigo Lurah

Batang Kapujan Batu Bajanjang

(32)

BAB II- 12

No Kecamatan Nama Sungai Lokasi

Bukit Sundi Kubung

X Koto Singkarak

6 Gunung Talang Batang Talang Talang

Batang Barus Lubuk Salasih

7 Bukit Sundi Batang Air Halim Kinari

8 X Koto Sungai Lasi Sungai Lasi Sungai Lasi

Batang Pamo Pianggu

Batang Lawas Lembah Gumanti

Payung Sekaki

9 Kubung Air Ganting Gantung Ciri

Sungai Saring Koto Hilalang

Air Gawan Selayo

Batang Inang Tanjung Bingkung

10 X Koto Singkarak Air Kuek Saning Bakar

Air Sumani Sumani

11 Junjung Sirih Air Paninggahan Paninggahan

Air Muara Pingai Muara Pingai

12 X Koto Diatas Batang Katialo Katialo Tj. Balik

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2015

Selain sungai, Kabupaten Solok juga mempunyai Danau yang terdiri-dari :

1. Danau Diatas yang berada di Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar;

2. Danau Dibawah yang berada di Kecamatan Danau Kembar;

3. Danau Talang yang berada di Kecamatan Danau Kembar;

4. Danau Singkarak yang berada di Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjung Sirih. Danau ini juga terdapat pada wilayah administrasi Kabupaten Tanah Datar.

(33)

BAB II- 13 Tabel 2.5 Jumlah Danau di Kabupaten Solok

No Nama Danau Kecamatan Panjang (KM)

Lebar (KM)

Luas (KM2)

1 Danau Diatas Lembah Gumanti

Danau Kembar

6,25 2,75 17,2

2 Danau Dibawah Danau Kembar 5,62 3,00 16,9

3 Danau Talang Gunung Talang 1,5 0,88 1,3

4 Danau Singkarak X Koto Singkarak

Junjung Sirih

20,75 6,25 129,7

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2015

b. Mata Air

Dari kondisi alam yang terdapat di Kabupaten Solok banyak dijumpai mata air yang berasal dari lembah atau kaki perbukitan. Hal ini disebabkan adanya lapisan batuan yang kedap air dibawahnya yang mengalami peregangan tidak terus ke dalam melainkan ke arah lateral dan muncul di kaki tebing (lembah) atau kaki perbukitan sebagai mata air. Adanya mata air dapat dimanfaatkan menjadi cadangan sumber air bersih.

Menurut jenisnya (Todd, 1995) mata air di Kabupaten Solok dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Mata air depresi (deppresion springs) terbentuk karena permukaaan tanah memotong muka air tanah.

2. Mata air rekahan/ struktur sesar (fracture/fault springs), muncul dari struktur rekahan atau jalur sesar.

3. Mata air kontak (contact springs), muncul pada kontak batuan yang bersifat impermiable (batuan tersier) dan permeable (batuan kwarter).

Secara keseluruhan, pemanfaatan sumber mata air di Kabupaten Solok belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan sumber mata air yang ada selama ini, sebagian besar dikelola/dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Solok, seperti di Kecamatan Kubung, Nagari Selayo dan Nagari Gaung. PDAM juga memanfaatkan sumber mata air di Kecamatan X Koto Diatas Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto

(34)

BAB II- 14 Singkarak Nagari Kacang dan Koto Sani dan Nagari Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya.

c. Air Tanah

Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh faktor hujan, luas dan kondisi daerah peresapan, sifat kelulusan bahan permukaan dan batuan yang terdapat di bawahnya serta morfologi. Potensi air tanah bebas yang cukup besar dapat dijumpai di sekitar Kota Solok dan Muara Labuh yang berkisar antara 1-3 meter dibawah permukaan air tanah. Sedangkan di wilayah lainnya relatif berkedudukan dalam, yaitu berkisar antara 5-15 meter dibawah permukaan air tanah, kecuali sekitar daerah lembah yang agak lebar dengan air tanahnya yang dangkal.

2.1.4 Gambaran Geologi

Berdasarkan faktor pembentuk tanah yaitu batuan induk, topografi, umur, iklim, dan vegetasi, maka Kabupaten Solok memiliki beberapa jenis tanah sebagai berikut : 1. Jenis tanah andosol, dengan ciri umum berasal dari bahan induk abu vulkan.

Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam. Daerah sebaran jenis tanah ini terdapat di Kecamatan X Koto Diatas, X Koto Singkarak, Kubung, Gunung Talang, Lembang Jaya, Bukit Sundi, Payung Sekaki, Danau Kembar, Gumanti, dan Pantai Cermin dengan luas sebesar 64.310,05 HA. 2. Jenis tanah Gleisol/Hidromorf Kelabu, mempunyai sifat umum berupa tidak peka

terhadap erosi, perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan. Jenis tanah gleisol ini tersebar di Kecamatan Junjung Sirih, X Koto Singkarak, Bukit Sundi, dan Lembah Gumanti dengan luas keseluruhan sebesar 7.975,95 HA.

3. Jenis tanah Kambisol/Latosol, jenis tanah ini umumnya tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300– 1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami

(35)

BAB II- 15 proses pelapukan lanjut, serta agak peka terhadap erosi. Jenis tanah kambisol ini terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Solok kecuali di Kecamatan Lembang Jaya. Luas keseluruhan jenis tanah ini adalah sebesar 209.691,55 HA. 4. Jenis tanah Mediteran/Tanah Kapur, berasal dari batuan kapur keras (limestone).

Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.dan mempunyai kepekaan sedang terhadap erosi, tersebar di Kecamatan Junjung Sirih, X Koto Singkarak, dan Kecamatan X Koto Diatas dengan luas sebesar 9.286,62 HA. 5. Jenis tanah Podsolik, berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim

basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering. serta mempunyai tingkat kepekaan terhadap erosi yang peka dengan sebaran meliputi Kecamatan Junjung Sirih, X Koto Singkarak, X Koto Diatas, IX Koto Sungai Lasi, Payung Sekaki, dan Kecamatan Tigo Lurah. Jenis tanah podsolik ini mempunyai luas sebesar 74.859,99 Ha.

Tabel 2.6 Sebaran Jenis Tanah Pada Tiap Wilayah Kecamatan di Kabupaten Solok

No Tanah Jenis Sebaran Lokasi (Kecamatan) Luas (HA)

1 Andosol X Koto Diatas, X Koto Singkarak, Kubung, Gunung

Talang, Lembang Jaya, Bukit Sundi, Payung Sekaki, Danau Kembar, Lembah Gumanti, dan Pantai Cermin

64.310,05

2 Gleisol Junjung Sirih, X Koto Singkarak, Kubung, Bukit Sundi,

dan Lembah Gumanti

7.975,95

3 Kambisol Seluruh kecamatanyang ada di Kabupaten Solok kecuali

di Kecamatan Lembang Jaya

209.691,55

4 Mediteran Junjung Sirih, X Koto Singkarak, danX Koto Diatas 9.286,62

5 Podsolik Junjung Sirih, X Koto Singkarak, X Koto Diatas, IX Koto

Sungai Lasi, Payung Sekaki, dan KecamatanTigo Lurah

74.859,99

(36)

BAB II- 16 Kabupaten Solok merupakan daerah yang rawan bencana alam. Bencana alam sering terjadi di beberapa kecamatan yang mengakibatkan banyaknya kerusakan di beberapa tempat. Bencana yang sering terjadi meliputi erosi, gerakan tanah, banjir, bahaya gunung berapi, dan gempa.

a. Erosi.

Erosi pada umumnya terjadi pada daerah perbukitan dan tebing sungai terutama pada hari hujan, terarah dan sebahagian besar akan mengalir deras pada permukaan tanah lapis demi lapis pada tanah penutup seperti:

Daerah perladangan / lahan berlereng dengan kemiringan <15 % Daerah bergelombang antara 8 – 15 %

Daerah berbukit antara 15 – 25 % Daerah bergunung > 25 %

b. Gerakan Tanah

Gerakan tanah disebabkan oleh sesar atau lipatan yang ada pada Kabupaten Solok. Gerakan tersebut terjadi disekitar lereng yang bersungai dan terjal serta bahan pelapukan yang gembur. Sehingga curah hujan yang tinggi akan memacu lebih cepat terjadinya gerakan tanah. Berdasarkan letak Kabupaten Solok yang berada pada daerah patahan semangka dan berdasarkan identifikasi dari gerakan tanah, maka dapat dibedakan atas jenis gerakan tanah longsoran, aliran, dan Lawine.

Secara tektonik kedudukan Kabupaten Solok yang termasuk dalam lempeng benua Asia yang ditunjam lempeng samudera Hindia di Pantai Barat Sumatera. Penunjaman kedua lempeng tersebut menghasilkan beberapa patahan aktif di daratan Sumatera berupa Patahan Besar Sumatera, yang dikenal sebagai patahan Semangko.

Patahan aktif Semangko pada lokasi perencanaan merupakan patahan utama yang memanjang pada ruas Kecamatan Pantai Cermin, Danau Diatas, Danau Dibawah ke Utara sampai Danau Singkarak dan membentuk graben Kota Solok merupakan bagian dari patahan aktif sepanjang Sumatera. Jalur patahan – patahan aktif di

(37)

BAB II- 17 Kabupaten Solok melintasi mulai dari Kecamatan Pantai Cermin terus ke Utara melewati Kecamatan Lembah Gumanti, Danau Diatas – Danau Dibawah Kecamatan Lembang Jaya, Kecamatan Bukit Sundi, Kecamatan X Koto Singkarak terus ke Danau Singkarak. Akibat pergerakan patahan aktif utama timbul patahan aktif ikutan lain yang berdimensi lebih kecil sejajar dengan jalur patahan utama (Sumatera) tersebar di Kecamatan Gunung Talang, Kecamatan Kubung sedikit di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Payung Sekaki terus ke Utara. Jalur gempa utama di Kabupaten Solok berada pada sepanjang jalur patahan Sumatera yang melintasi Kabupaten Solok. Bila terjadi pelepasan energi yang terjadi di Samudera Hindia dengan kekuatan > 7 SR, maka akan sangat berpotensi menghasilkan gempa sepanjang patahan tersebut.

c. Banjir

Banjir disebabkan oleh curah hujan yang megaliri sungai-sungai besar seperti Batang Lembang dan Batang Sumani, serta letak kawasan tertentu pada posisi cekungan. Bahaya banjir sering terjadi di Kecamatan Kubung, IX Koto Sungai Lasi dan Kecamatan Junjung Sirih.

d. Bahaya Gunung Berapi dan Gempa

Aktivitas gunung berapi ( Gunung TalanG ) sangat berpengaruh terhadap terjadinya bahaya gempa, disamping gempa tektonik.

2.1.5 Gambaran Klimatologi

Berdasarkan klasifikasi aldemen, Wilayah Kabupaten Solok termasuk kedalam iklim C, D, dan E dengan curah hujan rata-rata adalah 2.013 mm dan hampir merata setiap tahun. Pada tahun 2014 banyaknya hari hujan antara 126 – 232 dengan curah hujan berkisar antara 1.185 – 2.713 mm. Daerah bagian utara mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan dengan wilayah bagian tengah dan selatan. Bulan yang paling rendah curah hujannya yaitu Bulan Juli sementara itu bulan yang paling banyak curah hujan nya terjadi pada Bulan November sampai Februari.

(38)

BAB II- 18 Tabel. 2.7 Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan

Menurut Kecamatan Tahun 2014 No. Kecamatan Banyak Hari Hujan

(Hari) Curah Hujan (mm) 1 Pantai Cermin 230 2060 2 Lembah Gumanti 221 2601 3 Hiliran Gumanti 184 1334 4 Payung Sekaki 165 2040 5 Tigo Lurah 195 2713 6 Lembang Jaya 213 2396 7 Danau Kembar 232 2368 8 Gunung Talang 215 2240 9 Bukit Sundi 168 2144

10 IX Koto Sungai Lasi 126 1706

11 Kubung 232 1818

12 X Koto Singkarak 187 1889

13 Junjung Sirih 129 1682

14 X Koto Diatas 187 1185

Rata-rata 192 2013

Sumber : Kabupaten Solok dalam angka 2015

2.1.6 KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kabupaten Solok selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014 tidak merata. Untuk jumlah penduduk pada tahun terakhir yaitu tahun 2014 berjumlah 361.094 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Kubung yaitu sekitar 58.260 jiwa dan jumlah penduduk yang terendah yaitu di Kecamatan Payung Sakaki 8.243 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dibawah ini :

(39)

BAB II- 19 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Solok

Tahun 2010–2014

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pantai Cermin 20.337 20.472 20.330 20.538 20.693 20.337 20.472 20.330 20.538 20.693 2 Lembah Gumanti 53.178 54.464 56.121 56.554 56.983 53.178 54.464 56.121 56.554 56.983 3 Hiliran Gumanti 16.053 16.280 15.444 16.593 16.718 16.053 16.280 15.444 16.593 16.718 4 Payung Sekaki 8.027 8.093 8.105 8.181 8.243 8.027 8.093 8.105 8.181 8.243 5 Tigo Lurah 9.574 9.709 9.833 9.918 9.993 9.574 9.709 9.833 9.918 9.993 6 Lembang Jaya 25.752 26.038 26.183 26.429 26.629 25.752 26.038 26.183 26.429 26.629 7 Danau Kembar 18.853 19.081 19.260 19.435 19.582 18.853 19.081 19.260 19.435 19.582 8 Gunung Talang 46.738 47.399 48.351 48.764 49.133 46.738 47.399 48.351 48.764 49.133 9 Bukit Sundi 22.827 23.035 23.028 23.253 23.428 22.827 23.035 23.028 23.253 23.428 10 IX Koto Sungai Lasi 9.671 9.689 9.502 9.605 9.678 9.671 9.689 9.502 9.605 9.678 11 Kubung 55.303 56.307 57.334 57.822 58.260 55.303 56.307 57.334 57.822 58.260 12 X Koto Diatas 18.461 18.264 17.472 17.703 17.836 18.461 18.264 17.472 17.703 17.836 13 X Koto Singkarak 31.686 31.816 31.140 31.744 31.984 31.686 31.816 31.140 31.744 31.984 14 Junjung Sirih 12.105 12.058 11.704 11.844 11.934 12.105 12.058 11.704 11.844 11.934 Jumlah 209.732 213.021 215.974 218.137 219.788 138.833 139.684 137.833 140.246 141.306 348.565 352.705 353.807 358.383 361.094 Perdesaan Total Jumlah Penduduk No Kecamatan / Nagari Perkotaan

(40)

BAB II- 20 Tabel 2.8 Jumlah Kepala Keluarga/KK Kabupaten Solok

Tahun 2010–2014

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pantai Cermin 4.067 4.094 4.066 4.108 4.139 4.067 4.094 4.066 4.108 4.139 2 Lembah Gumanti 10.636 10.893 11.224 11.311 11.397 10.636 10.893 11.224 11.311 11.397 3 Hiliran Gumanti 3.211 3.256 3.089 3.319 3.344 3.211 3.256 3.089 3.319 3.344 4 Payung Sekaki 1.605 1.619 1.621 1.636 1.649 1.605 1.619 1.621 1.636 1.649 5 Tigo Lurah 1.915 1.942 1.967 1.984 1.999 1.915 1.942 1.967 1.984 1.999 6 Lembang Jaya 5.150 5.208 5.237 5.286 5.326 5.150 5.208 5.237 5.286 5.326 7 Danau Kembar 3.771 3.816 3.852 3.887 3.916 3.771 3.816 3.852 3.887 3.916 8 Gunung Talang 9.348 9.480 9.670 9.753 9.827 9.348 9.480 9.670 9.753 9.827 9 Bukit Sundi 4.565 4.607 4.606 4.651 4.686 4.565 4.607 4.606 4.651 4.686

10 IX Koto Sungai Lasi 1.934 1.938 1.900 1.921 1.936 1.934 1.938 1.900 1.921 1.936

11 Kubung 11.061 11.261 11.467 11.564 11.652 11.061 11.261 11.467 11.564 11.652 12 X Koto Diatas 3.692 3.653 3.494 3.541 3.567 3.692 3.653 3.494 3.541 3.567 13 X Koto Singkarak 6.337 6.363 6.228 6.349 6.397 6.337 6.363 6.228 6.349 6.397 14 Junjung Sirih 2.421 2.412 2.341 2.369 2.387 2.421 2.412 2.341 2.369 2.387 41.946 42.604 43.195 43.627 43.958 27.767 27.937 27.567 28.049 28.261 69.713 70.541 70.761 71.677 72.219 Jumlah No Kecamatan / Nagari

Jumlah Kepala Keluarga/KK

(41)

BAB II- 21 Tabel 2.9 Jumlah dan Proyeksi Penduduk Kabupaten Solok

Tahun 2010–2021

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010-2015 dan Hasil Analisis

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 1. Pantai Cermin 20.337 20.472 20.330 20.538 20.693 21.521 22.382 23.277 24.208 25.176 26.183 27.231 2. Lembah Gumanti 53.178 54.464 56.121 56.554 56.983 59.262 61.633 64.098 66.662 69.329 72.102 74.986 3. Hiliran Gumanti 16.053 16.280 15.444 16.593 16.718 17.387 18.082 18.805 19.558 20.340 21.154 22.000 4. Payung Sekaki 8.027 8.093 8.105 8.181 8.243 8.573 8.916 9.272 9.643 10.029 10.430 10.847 5. Tigo Lurah 9.574 9.709 9.833 9.918 9.993 10.393 10.808 11.241 11.690 12.158 12.644 13.150 6. Lembang Jaya 25.752 26.038 26.183 26.429 26.629 27.694 28.802 29.954 31.152 32.398 33.694 35.042 7. Danau Kembar 18.853 19.081 19.260 19.435 19.582 20.365 21.180 22.027 22.908 23.824 24.777 25.769 8. Gunung Talang 46.738 47.399 48.351 48.764 49.133 51.098 53.142 55.268 57.479 59.778 62.169 64.656 9. Bukit Sundi 22.827 23.035 23.028 23.253 23.428 24.365 25.340 26.353 27.407 28.504 29.644 30.830 10. IX Koto Sungai Lasi 9.671 9.489 9.502 9.605 9.678 10.065 10.468 10.886 11.322 11.775 12.246 12.736 11. Kubung 55.303 56.307 57.334 57.822 58.260 60.590 63.014 65.535 68.156 70.882 73.717 76.666 12. X Koto Diatas 18.461 18.264 17.472 17.703 17.836 18.549 19.291 20.063 20.866 21.700 22.568 23.471 13. X Koto Singkarak 31.686 31.816 31.140 31.744 31.984 33.263 34.594 35.978 37.417 38.913 40.470 42.089 14. Junjung Sirih 12.105 12.058 11.704 11.844 11.934 12.411 12.908 13.424 13.961 14.520 15.100 15.704 348.565 352.505 353.807 358.383 361.094 375.538 390.559 406.182 422.429 439.326 456.899 475.175 Kabupaten Solok

Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)

(42)

BAB II- 22 Sedangkan untuk kepadatan dan penduduk Kabupaten Solok pada tahun 2014 adalah sebesar 96,60 jiwa/km2. Tipikal penyebaran pusat-pusat permukiman masih

terkonsentrasi pada pusat pengembangan ekonomi dan akses pelayanan perkotaan. Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2010 – 2014) tercatat Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 – 2014 adalah sebesar 0,04 % per tahunnya. Sedangkan untuk pertumbuhan da kepadatan penduduk dimasa yang akan datang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(43)

BAB II- 23 Tabel 2.9 Tingkat Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kab. Solok

Tahun 2015– 2021

Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010-2015 dan Hasil Analisis

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 1. Pantai Cermin 366,00 828 861 895 931 968 1.007 1.047 21.521 22.382 23.277 24.208 25.176 26.183 27.231 2. Lembah Gumanti 459,72 2.279 2.370 2.465 2.564 2.666 2.773 2.884 59.262 61.633 64.098 66.662 69.329 72.102 74.986 3. Hiliran Gumanti 263,28 669 695 723 752 782 814 846 17.387 18.082 18.805 19.558 20.340 21.154 22.000 4. Payung Sekaki 364,50 330 343 357 371 386 401 417 8.573 8.916 9.272 9.643 10.029 10.430 10.847 5. Tigo Lurah 602,50 400 416 432 450 468 486 506 10.393 10.808 11.241 11.690 12.158 12.644 13.150 6. Lembang Jaya 99,90 1.065 1.108 1.152 1.198 1.246 1.296 1.348 27.694 28.802 29.954 31.152 32.398 33.694 35.042 7. Danau Kembar 70,10 783 815 847 881 916 953 991 20.365 21.180 22.027 22.908 23.824 24.777 25.769 8. Gunung Talang 385,00 1.965 2.044 2.126 2.211 2.299 2.391 2.487 51.098 53.142 55.268 57.479 59.778 62.169 64.656 9. Bukit Sundi 109,00 937 975 1.014 1.054 1.096 1.140 1.186 24.365 25.340 26.353 27.407 28.504 29.644 30.830 10. IX Koto Sungai Lasi 171,00 387 403 419 435 453 471 490 10.065 10.468 10.886 11.322 11.775 12.246 12.736 11. Kubung 192,00 2.330 2.424 2.521 2.621 2.726 2.835 2.949 60.590 63.014 65.535 68.156 70.882 73.717 76.666 12. X Koto Diatas 257,00 713 742 772 803 835 868 903 18.549 19.291 20.063 20.866 21.700 22.568 23.471 13. X Koto Singkarak 295,50 1.279 1.331 1.384 1.439 1.497 1.557 1.619 33.263 34.594 35.978 37.417 38.913 40.470 42.089 14. Junjung Sirih 102,50 477 496 516 537 558 581 604 12.411 12.908 13.424 13.961 14.520 15.100 15.704 3,738.00 14.444 15.022 15.622 16.247 16.897 17.573 18.276 375.538 390.559 406.182 422.429 439.326 456.899 475.175 Kabupaten Solok

Pertumbuhan Penduduk (Jiwa) Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas

Wilayah (KM²) No Kecamatan

(44)

BAB II- 24

2.1.7 PENDUDUK MISKIN

Berdasarkan data survei yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Solok pada tahun 2013 sampai dengan 2014, angka kemiskinan di Kabupaten Solok masih cukup tinggi, seperti yang tergambar pada tabel berikut ini:

Tabel 2.10. Jumlah KK Miskin per Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2014

No Kecamatan Miskin Rentan

Miskin Sangat Miskin Total 1 Pantai Cermin 721 843 51 1,615 2 Lembah Gumanti 1,975 1,230 13 3,218 3 Hiliran Gumanti 607 1,090 101 1,798 4 Payung Sekaki 129 551 5 685 5 Tigo Lurah 69 1,310 66 1,445 6 Lembang Jaya 1,135 1,328 39 2,502 7 Danau Kembar 805 600 17 1,422 8 Gunung Talang 1,230 2,165 140 3,535 9 Bukit Sundi 517 783 49 1,349

10 IX Koto Sungai Lasi 404 457 12 873

11 Kubung 1,559 1,162 28 2,749

12 X Koto Singkarak 1,321 1,795 118 3,234

13 X Koto Diatas 876 1,000 29 1,905

14 Junjung Sirih 415 692 50 1,157

Total 11,763 15,006 718 27,487

Sumber: Bappeda Kab Solok, 2015

2.1.8 KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH, STRUKTUR ORGANISASI BESERTA

TANGGUNGJWABNYA

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 7 s.d 11 Tahun 2008, tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Solok menetapkan bahwa struktur organisasi pemerintah daerah terdiri dari 1 Inspektorat, 5 buah badan, 12 buah dinas, 7 buah kantor serta Sekretariat DPRD dan Sekretariat Daerah yang dibantu oleh 3 asisten.

(45)

BAB II- 25 Sedangkan SKPD yang terkait lansung dengan sektor sanitasi adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

Sedangkan SKPD yang berkaitan dengan sektor sanitasi secara tidak langsung antara lain Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, Badan Bemberdayaan Masyarakat dan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.

Gambar 2.5

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOLOK

BUPATI DPRD

SEKRETARIAT DAERAH

SKPD LAINNYA LEMBAGA TEKNIS

DAERAH DINAS DAERAH

ASISTEN PEMERINTAH ASISTEN EKBANGKESRA ASISTEN ADMINISTRASI SEKRETARIAT DPRD 1. DINAS PENDAPATAN, PENGELOLA KEU & ASET 2. DINAS PENDIDIKAN,

PEMUDA & OLAH RAGA 3. DINAS KESEHATAN 4. DINAS PERTANIAN, PERIKANAN & PETERNAKAN 5. DINAS HUTBUN 6. DINAS KOPERINDAG &

UMKM 7. DINAS SOSNAKER &

TRANSMIGRASI 8. DINAS PEKERJAAN UMUM 9. DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA 10. DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI 11. DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO 12. DINAS KEPENDUDUKAN & CAPIL 1. INSPEKTORAT 2. BKD 3. BAPPEDA 4. BADAN PEMBERDAYAAN MASY 5. BADAN KELUARGA

BERENCANA & PEM. PEREMPUAN 6. KANTOR ARSIP &

PERPUST 7. KANTOR KESBANGPOL LINMAS 8. KANTOR LINGKUNGAN HIDUP 9. KANTOR KETAHANAN PANGAN 10.RSUD 11.KPPM 1. BAG PEM UMUM 2. BAG PEM NAGARI 3. BAG HUKUM & HAM 1. BAG PEREKONOMIAN 2. BAG PEMBA NGUNAN 3. BAG KESRA 1. BAG UMUM 2. BAG ORGANISASI 3. BAG.HUMAS 1. BAG. TATA USAHA 2. BAG PERSIDANG AN 3. BAG ANGGARAN BAG.HUMAS 1. Satpol PP 2. BPBD KECAMATAN

(46)

BAB II- 26 Gambar 2.6

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOLOK YANG MENAGANI SEKTOR SANITASI

BUPATI DPRD BAPPEDA Bidang Sumber Daya Dan Prasarana DINAS PU Bidang Pengembangan Kawasan KPLHK Bidang Persampahan DINKES Bidang Kesehatan Masyarakat Bidang Pembinaan TK dan SD DISDIKPORA BPM Bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengembanga n Partisipasi Masyarakat Bidang Pemberdayaan Keluarga/KS

Badan KB dan Pem. Perempuan

2.1.9 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

A. ARAHAN PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG KOTA

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:

a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten;

b. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);

c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun;

Gambar

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Solok
Gambar 2.2 Peta Sebaran Wilayah Nagari di Kabupaten Solok
Tabel 2.2 Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok  No  Klasifikasi Lereng  Lereng
Tabel 2.3 Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok  No  Klasifikasi Lereng  Lereng
+7

Referensi

Dokumen terkait