• Tidak ada hasil yang ditemukan

PB 11 (XI) MERAWAT JENAZAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PB 11 (XI) MERAWAT JENAZAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PB 11 (XI)

MERAWAT JENAZAH

I. Standar Kompetensi

Memahami dan mempraktekkan ketentuan hukum penyelenggaraan jenazah II. Kompetensi Dasar

1. Siswa dapat menjelaskan hukum dan tata cara penyelenggaraan jenazah

2. Siswa dapat mempraktekkan cara memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan jenazah

Setiap makhluk yang berjiwa pasti mengalami kematian, tidak terkecuali manusia. Allah swt. memuliakan manusia semasa hidupnya ataupun ketika meninggalnya, oleh karenanya fardhu kifayah hukumnya melaksanakan perawatan terhadap jenazah sesama muslimnya. Perawatan dimaksud adalah : memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkan.

Anak yang dilahirkan sebelum waktunya dan yang lahir dalam keadaan sudah mati, maka tidak disembahyangkan. Bila lahir dan masih terlihat tanda-tanda hidupnya baru kemudian meninggal, maka diperlakukan seperti layaknya orang dewasa.

A. MEMANDIKAN JENAZAH

a. Syarat jenazah yang wajib dimandikan

1. Jenazah seorang muslim atau muslimat.

2. Bagian dari tubuh jenazah masih ada, walaupun sebagian. 3. Matiannya bukan karena mati syahid.

b. Yang berhak memandikan jenazah

Mayat laki-laki harus dimandikan oleh laki-laki pula, kecuali istri atau mahramnya, begitu pula sebaliknya. Apabila istri dan mahramnya sama-sama ada maka yang paling berhak adalah istrinya, begitu juga sebaliknya. Hal ini dimaksudkan agar apabila pada mayat terdapat aib, suami/istri dan mahram lebih bisa menjaga kerahasiannya.

Oleh karena itu bila orang lain yang memandikan, maka harus dipilih mereka yang betul-betul dapat dipercaya. Nabi saw. bersabda :

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ ﻥﻮــﻧﻮـﻣﺄــﳌﺍ ﻢـﻛﺎـﺗﻮـﻣ ﻞـﺴـﻐـﻴـﻟ

Artinya : Hendaknya yang memandikan jenazah itu, orang-orang yang

terpercaya. HR. Ibnu Majah c. Cara memandikan jenazah

1. Yang memandikan boleh berniat dan boleh tidak.

2. Jenazah hendaknya diletakkan di tempat yang agak tinggi dan terlindung dari terik matahari, hujan atau pandangan orang banyak

(2)

3. Jenazah dibersihkan dari kotoran dan najis yang melekat di tubuhnya, termasuk yang ada pada kuku jarinya serta mulut dan giginya, begitu juga yang ada di setiap lubang tubuhnya.

4. Jenazah diangkat (agak didudukkan) diurut/ditekan perutnya agar kotoran yang mungkin akan keluar dapat dikeluarkan secara tuntas.

5. Ketika membersihkan kemaluan jenazah, hendaknya memakai kaos tangan, karena menyentuh kemaluan orang lain haram hukumnya, kecuali suami istri.

6. Menyiramkan air ke seluruh badan sampai merata, dimulai dari anggota badan sebelah kanan.

7. Setelah itu disabun dan disiram kembali dengan air yang dicampur kapur barus, daun bidara atau apa saja yang harum baunya dan tidak mengandung najis, sunat dilakukan tiga kali berturut-turut.

8. Setelah selesai, kemudian diwudhu’i.

9. Air yang masih melekat di badan dan rambut jenazah supaya dihanduki dan kemudian disisir rambutnya, bila ada rambut yang rontok hendaknya diletakkan kembali di sela-sela rambutnya, kedua tangannya diletakkan di atas dada.

10. Kalau karena sesuatu hal ada bagian tubuh jenazah yang tidak dapat dibasahi dengan air (karena luka terbakar atau anak lelaki yang belum dikhitan) maka bagian tersebut dibiarkan, dan sebagai gantinya jenazah ditayamumi.

11. Jika tidak didapati yang sejenis kelamin dengan mayat dan tidak ada mahramnya, maka sebaiknya mayat cukup ditayamumi saja.

Rasulullah saw. bersabda :

ـﻋ

ﻦ

َﺔﻴـﻄﻋ ﻡﺍ

ﻲـﺿﺭ

ـﻟﺎﻗ ﺎﻬــﻨـﻋ ﺍ

ـ

ﺖ

:

ﻨﻟﺍ ﺎﻨـــﻴﻠﻋ ﻞـﺧﺩ

ﱯـــ

ُﺍ ﻰﻠـﺻ

ﻋﻠـ

ﻴـ

ﻪ

ﺳﻭ

ـﻧﻭ ﻢﻠـ

ْﻐـﻧ ﻦﺤ

ﻨـﺑﺍ ﻞـﺴ

ــ

ـﺘـ

ﻪ

ﺍ ﻝﺎﻘــﻓ

ْﻏ

ـﻨـﻠﺴ

ﺎﺴــﻤـﺧ ﻭﺍ ﺎــﺛﻼﺛ ﺎﻬـ

َﺍﻭﺍ

ــْﻛ

َﺜـ

ﺮ

ﻚــﻟﺫ ﻦــﻣ

ِﺇ

ﺭ ﻥ

ُﺘــــﻳﺃ

ﻦ

ٍﺭﺪــﺳﻭ ﺀﺎﻤـــﺑ ﻚــﻟﺫ

ﻌـﺟﺍﻭ

ﻲــﻓ ﻦـــﻠـ

ﺮﺧﻵﺍ

ﺓ

َﻛ

ُﻓﺎ

ﻮـ

ﺍﺭ

ﺔــﻳﺍﻭﺭ ﻰـﻓﻭ ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﻯﺭﺎﺨـﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

ﺪـــﺑﺍ

ﺎﻬــﻣﺎﻴــﻤـِﺑ ﺃ

ُﺿﻮـﻟﺍ ﻊـﺿﺍﻮــﻣﻭ

ﺎـﻬـﻨــﻋ ﺀﻮـ

Artinya : Dari Ummu ‘Athiyah, ra. telah masuk kepada kami sewaktu kami memandikan puteri Beliau, lalu Beliau bersabda : Mandikanlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih, kalau kamu pandang lebih baik dari itu, dengan air serta daun bidara dan basuhlah yang terakhir dengan dicampur kapur barus. HR. Bukhari dan Muslim. Dalam

(3)

riwayat lain: “Mulailah dari anggota badan yang kanan dan anggota wdlu’ dari jenazah.

B. MENGKAFANI JENAZAH

Minimal kain kafan untuk mayat laki-laki atau wanita adalah satu lapis kain kafan putih, sedangkan yang sempurna adalah tiga lapis untuk laki-laki dan 5 lapis untuk wanita.

a. Cara mengkafani jenazah laki-laki.

Kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah, kemudian dihamparkan perlembar sambil ditaburi harum-haruman. Kemudian jenazah diletakkan di atasnya, kedua tangannya berada di atas dadanya , kemudian kain kafan itu dibungkuskan selembar demi selembar, setelah itu diikat dengan tiga ikat tali yang terbuat dari bagian kain kafan. Tentang tiga lembar kain kafan ini, disebutkan dalam hadits :

ـﺋﺎﻋ ﻦﻋ

ُﻝﻮــﺳﺭ ﻦـﻔـُﻛ َﺔـﺸ

ِﺍ

ُﺍ ﻰﻠﺻ

ﻋ ـ

َﻠـ

ﻪﻴ

َﻠﺳﻭ

ﻢ

ﺔــﺛﻼـﺛ ﻰﻓ

ﻮــْﺛﺍ

ـِﺑ ٍﺏﺍ

ُﻛ ﻦﻣ ﺔـﻴــﻟﻮـﺤـﺳ ٍﺾـﻴ

ﺮـ

ﻴـﻟ ﻒـﺳ

ﻴــﻓ ﺲ

َﻗ ﺎﻬـ

ﻻﻭ ﺺــﻴـﻤـ

ـﻣﺎﻤـﻋ

ـــــ

ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘـﻣ ٌﺔ

Artinya : Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang terbuat dari kapas, tidak ada di dalamnya baju ataupun surban. HR. Muttafaq Alaih

b. Cara mengkafani jenazah wanita

Bagi jenazah wanita disunatkan dikafani dengan 5 lembar, yaitu : basahan (kain bawah), baju, penutup kepala dan kemudian dibungkus dengan dua lembar kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

Pada setiap lembar kain kafan juga disunatkan diberi harum-haruman, kemudian juga disiapkan tiga utas tali dari bagian kain kafan. Setelah semuanya siap lalu ditata dengan baik dan berurutan untuk memudahkan pembungkusan. Pertama tali diletakkan, diperkirakan pada bagian atas kepala, perut dan di bawah kaki, lalu dua kain pembungkus dihamparkan satu persatu, kemudian tutup kepala, lalu baju dan paling atas kain basahan. Mengkafani dimuai dari kain basahan, baju, kerudung lalu dibungkus dengan dua lembar secara berurutan, dan yang terakhir diikat dengan tali yang telah dipersiapkan.

Khusus bagi orang yang meninggal ketika ihram, menurut keterangan suatu hadits tetap diperlakukan seperti jenazah biasa, akan tidak perlu diberi harum-haruman, tidak ditutup kepalanya serta dibungkus dengan kain ihramnya.

(4)

ﻋ

ﻦـ

ﺟ

ِﺑﺎ

ٍﺮـ

ﻋ

ِﻦ

ِﺒـﻨـﻟﺍ

ُﺍ ﻰﻠﺻ ﻰ

ﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴــﻠﻋ

َﺍ ﻢ

ﻣ

ﺮـ

َﻗ ﻰﻓ

ْﺘـَﻠـ

ُﺍ ﻰ

ﺪــﺣ

ْﻓﺪـﺑ

ـﻨــ

ِﻬـ

ﻢ

ﺪـﺑ

ﻣ

ﻢﻬــﺋﺎ

ﻭ

ـﻳ ﻢـﻟ

ْﻐ

ﺴـ

ﻮﻠ

ﻢـﻟﻭ ﺍ

ﱠﻞـﺼــﻳ

ﻴـﻠـﻋ

ِﻬـ

ﻢ

ﻯﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Dari Jabir : Sesungguhnya Nabi saw. Memerintahka kepada sahabat-sahabat beliau, sehubungan dengan mereka yang gugur dalam perang Uhud, supaya mereka dikubur beserta darah mereka, tidak dimandikan dan tidak pula disembahyangkan. HR. Bukhari

C. MENYALATKAN JENAZAH

Shalat jenazah hanya wajib untuk jenazah orang Islam, sedangkan untuk orang kafir atau musyrik haram hukumnya, walaupun masih kerabat. Perhatikan hadits Nabi saw. berikut :

ﺭ ﻝﺎﻗ

ﺳ

ﻮــ

َﻝ

ـﺻ ﻢﻠـﺳﻭ ﻪﻴــﻠﻋ ﺍ ﻰﻠﺻ ﺍ

ﱡﻠـ

ﻋ ﺍﻮ

ـَﻠ

ـﺗﻮـﻣ ﻰ

ـُﻛﺎ

ﻢـ

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Bersabda rasulullah saw. : “Shalatkanlah olehmu orangorang yang

mati (di antara kamu, yang Islam). HR. Ibnu Majah. a. Syarat shalat jenazah

1. Menutup aurat, badan suci dari najis dan hadas (kecil dan besar), pakaian suci dari najis serta menghadap kiblat.

2. Jenazah, selesai dimandikan dan dikafani.

3. Meletakkan jenazah di sebelah kiblat orang yang menshalati, kecuali shalat jenazah di atas kubur atau shalat ghaib.

b. Rukun shalat jenazah

1. Berdiri, bila mampu

2. Berniat seperti biasa, hanya ditujukan atas jenazah. 3. Takbir 4 kali (termasuk takbiratul ihram)

4. Membaca Al fatihah

5. Membaca shalawat atas Nabi saw. 7. Salam

c. Sunat shalat jenazah

1. Mengangkat tangan pada setiap takbir yang empat.

2. Merendahkan suara bacaan (ketika shalat siang hari maupun malam). 3. Membaca ta’awwudz sebelum Fatihah.

(5)

4. Memperbanyak shaf, minimal 3 shaf (keterangan hadits). 5. Memperbanyak yang ikut shalat, berdasar hadits Nabi saw. :

ﻣ

ﻣ ﺎ

ﻦ

ﻣ

ﺴـ

ﻠـ

ٍﻢ

َﻓ ﺕﻮـﻤـﻳ

ﻴـ

ُﻘـ

ﻋ ﻡ ﻮ

ﺟ ﻰﻠ

ـﻨـ

َﺯﺎ

ـﺗ

َﺍ ﻪـ

ـﺑﺭ

ﺭ ﻥﻮــﻌـ

ﻼــﺟ

ـﻳ ﻻ

ﺸ

ِﺮ

ْﻙ

ِﺎﺑ

ﻴـﺷ

ًﺌ

ـﺷ ﻻﺍ ﺎ

ﱠﻔ

ﻬـﻌـ

ُﺍ ﻢ

ﻓ

ﻴـﻪ

ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﺪﲪﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Orang Islam yang mati, lalu disembahyangkan jenazahnya oleh 40 orang yang tidak musyrik, pastilah Allah memberi mereka syafa’at padanya. HR. Ahmad dan Muslim

6. Shalat jenazah dilakukan dengan berjamaah.

7. Imam atau perorangan berdiri di arah kepala, bila mayat laki-laki dan di arah tengah pinggang bila mayat wanita.

d. Tata cara melaksanakan shalat jenazah

Satu kali shalat jenazah boleh dilakukan untuk satu orang atau lebih, boleh juga dilakukan perorangan atau berjamaah, dan juga boleh dilakukan berulang-ulang dengan orang yang berbeda untuk satu jenazah atau lebih. Shalat jenazah bisa juga dilakukan oleh wanita dan ini sudah dapat mencukupi kewajiban kifayah, akan tetapi lebih utama dilakukan oleh laki-laki.

Shalat jenazah boleh dilakukan dimana saja asal memenuhi syarat, akan tetapi bila memungkinkan lebih baik dilakukan di dalam masjid, karena mengingat keistimewaan masjid tersebut.

Setelah jenazah siap di tempat shalat (diletakkan terlentang dengan kepala di sebelah utara), maka :

1. Bila jenazah laki-laki Imam mengambil tempat di arah kepala, dan di arah pinggang / perut bila wanita, makmum diusahakan terdiri dari tiga shaf. 2. Niat shalat jenazah bersamaan dengan takbiratul ihram dilanjutkan

dengan membaca Al Fatihah.

3. Takbir ke dua, dilanjutkan baca shalawat, dengan bacaan :

ﻢـﻬـﻠﻟﺍ

ﻴـــﺳ ﻰﻠـﻋ ﻞـﺻ

ﺪـَﻧ

ﺪـﻤــﺤﻣ ﺎـ

4. Takbir ke tiga, dilanjutkan membaca doa untuk si mayat :

ْﻏﺍ ﻢــﻬـﻠﻟﺍ

ـﻔـ

ﺮـ

ــَﻟ

ﻪـ

ﻭ ﻪــﻤـﺣﺭﺍﻭ

ﻋ

ـﻓﺎ

ﻪـ

ــﻋﺍﻭ

ﻋ ﻒـ

ـﻨــ

َﺍﻭ ﻪـ

ــْﻛ

ِﺮـ

ﻡ

ـﻧ

َﻟ ﺰـ

ــﻪ

ﺳﻭﻭ

ﻣ ﻊــ

ـﺪ

ﺧ

َﻠــ

ﻪ

Artinya : Ya Allah ! Ampunilah dia, berilah rahmat dan maaf kepadanya, muliakanlah kedatangannya, lapangkanlah pintu masuknya dan jadikanlah surga tempat kembalinya. HR. Muslim

(6)

5. Takbir ke empat, dilanjutkan doa :

ـﺗ ﻻ ﻢـﻬـﻠﻟﺍ

ِﺮـﺤ

ﻨـﻣ

َﺍ ﺎ

ﺮـﺟ

ﻩ

ـﺗ ﻻﻭ

ﺘـْﻔـ

ﻨــ

ﻭ ﻩ ﺪـﻌــﺑ ﺎ

ْﻏﺍ

ﻔـ

ﺮـ

ﻟـﻨـ

ـ

ﻭ ﺎ

ـﻟـ

ﻪ

Artinya : Ya Allah ! Janganlah Engkau rugikan kami dari mendapatkan pahalanya, dan janganlah Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia. HR. Hakim

6. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Bacaan salam :

ﺴﻟﺍ

ﻼـ

ﻡ

ﻋَﻠـ

ﻴـ

ُﻜ

ﻢ

ﻭ

ﺭ

ﻤـﺣ

ُﺔ

ﻭ ﺍ

ـﺑ

ﺮ

َﻛ

ـﺗﺎـ

ﻪ

Penjelasan :

Ketika berdoa setelah takbir ke tiga dan ke empat, maka supaya disesuaikan dengan jenis jenazahnya, yaitu apabila jenazah wanita maka dhamir hu ( 207 A ) diganti dengan ha ( 207 B ), bila jenazah dua orang maka diganti dengan huma ( 207 C ) dan apabila banyak diganti dengan hum ( 207 D ), contoh : 1. Untuk jenazah wanita :

ﻢـﻬـﻠﻟﺍ

ْﻏﺍ

ﻔـ

ﺮـ

ـﻟـ

ﻬ

ﻬـﻤـﺣﺭﺍﻭ ﺎ

ﻭ ﺎ

ﻋ

ـﻓﺎ

ﻬ

ﻋﺍﻭ ﺎ

ﻋ ﻒـ

ﻨــ

ﻬـ

ــﻛﺍﻭ ﺎ

ِﺮ

ﻡ

ـﻧ

ـﻟ ﺰـ

ــﻬ

ﺳﻭﻭ ﺎ

ﻣ ﻊــ

ـﺪ

ﺧ

َﻠـــ

ﻬﺎ

2. Untuk dua jenazah laki-laki/wanita/laki-laki dan wanita

ﻢـــﻬـﻠﻟﺍ

ْﻏﺍ

ـــﻔـ

ْ ﺮـ

ﻬــــﻟ

ﻤ

ـــﻬـﻤـﺣﺭﺍﻭ ﺎ

ـﻤ

ﻋﻭ ﺎ

ــــﻓﺎ

ـِﻬ

ﻤ

ـــﻋﺍﻭ ﺎ

ﻋ ﻒـ

ﻨــ

ـــﻬـ

ـﻤ

ـﻧ ﻡﺮـﻛﺍﻭ

ﻬــﻟ ﺰـ

ـﻤ

ﺳﻭﻭ ﺎ

ﻣ ﻊــ

ـﺪ

ﺧ

َﻠـ

ﻬـ

ﻤـﺎ

3. Untuk jenazah lebih dari dua :

ﻢــﻬـﻠﻟﺍ

ْﻏﺍ

ــﻔـ

ﺮـ

ــَﻟ

ﻬـ

ﻢ

ﻢﻬــﻤـﺣﺭﺍﻭ

ﻋﻭ

ــﻓﺎ

ِﻬـ

ﻢ

ــﻋﺍﻭ

ﻋ ﻒـ

ــﻨــ

ﻢﻬـ

ـﻧ ﻡﺮـﻛﺍﻭ

ـﻟ ﺰـ

ﻬـ

ﻢ

ﺳﻭﻭ

ﻣ ﻊــ

ـﺪ

ﺧ

َﻠـﻬ

ﻢ

4. Bila jenazahnya anak-anak yang belum baligh,maka setelah takbir ke tiga membaca :

ﻢـﻬـﻠﻟﺍ

ﺟﺍ

ﻌـ

ْﻠـ

ﻪـ

ــﻨﻟ

ﺳ ﺎ

ـﻠـ

ــﻔ

ـﻓﻭ ﺎ

ﺮ

َﺍﻭ ﺎًﻃ

ﺍﺮــﺟ

(7)

Artinya : Ya Allah ! Jadikanlah dia bagi kami, pendahulu, tabungan dan pahala di surga.

D. MEMAKAMKAN JENAZAH a. Mengantar jenazah ke kubur

Setelah mayat dishalati, maka disunatkan segera dikebumikan, hal ini berdasar hadits Nabi saw. sebagai berikut :

ﳉﺎﺑ ﺍﻮﻋﺮﺳﺍ

ـ

َﻛ ﻥﺈﻓ ﺓﺯﺎﻨ

ـَﻧﺎ

ﻟﺎﺻ ﺖ

ـ

ـﺤ

ـًﺔ

ـَﻗ

ﺮـ

ُﺘـﺑـ

ـﻤـ

ﻧ ﻮ

ـــ

ﻬ

َﳋﺍ ﱃﺍ ﺎ

ﻴـــ

ِﺮ

َﻛ ﻥﺇ

َﻧﺎ

َﻏ ﺖ

ﻴـ

ﻟﺍﺫ ﺮـ

ﻚ

َﻓ

ﺸـ

ﺮـ

ـﺗ

َﻀ

ﻮـﻌ

َﻧ

ﻬـ

ﻌــﻟ ﺎ

ـﻣ ﻪــﻠ

ِﺭ ﻦ

ـَﻗ

ِﺑﺎ

ُﻜ

ﻢ

ﻪﻋﺎﻤﳉﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Hendaklah kamu segerakan mengangkat jenazah, karena jika ia

orang shalih, maka kamu melekaskannya kepada kebaikan, dan jika ia bukan orang shalih, maka agar kejahatan itu segera terbuang dari tanggungan kamu. HR. Jama’ah

Berjalan mengantarkan jenazah, merupakan kebaikan yang disunatkan, dan ketika mengantar jenazah tersebut menurut Imam Syafi’i sebaiknya berjalan di depan jenazah, sedang menurut madzhab Hanafi sebaiknya berjalan di belakang mayat. Dan berdasar hadits Nabi saw. bahwa apabila seseorang melihat jenazah berlalu maka disunatkan berdiri, walaupun jenazah itu non muslim, dengan membaca :

ﺕﻮـﻤــﻳ ﻻ ﻯﺬﻟﺍ ﻲـﺤـﻟﺍ ﻥﺎﺤﺒــﺳ

Artinya : Maha suci Dzat yang Maha Hidup dan tidak akan mati.

b. Tata cara pemakaman jenazah

1. Terlebih dahulu disiapkan liang kubur sedalam kira-kira setinggi orang berdiri lebih sedikit, dan sunat dibuat lubang lahad, jika tanah kuburan keras, jika tanah pekuburan bercampur pasir sebaiknya dibuat lubang tengah. Lahad adalah lubang yang digali di sebelah kiblat untuk menempatkan mayat, sedang lubang tengah adalah lubang kecil di tengah-tengah kubur, sebagaimana hadits Nabi saw. :

(8)

ﻦــﺑ ﺮـــﻣ ﺎــﻋ ﻦـــﻋ

ﻝﺎــﻗ ﺪـــﻌــﺳ

:

ــﻟ ﺍﻭﺪـــﺤـﻟﺍ

ﻲ

ــﻟ

ــﺤ

ـﻧﺍ ﻭ ﺍﺪـ

ﻋ ﺍﻮـــﺒـﺼ

ﻲـــﻠ

ـﻧ ﱭــﻠﻟﺍ

َﻛ ﺎﺒــﺼ

ـﻤــ

ﻊــﻨـﺻ ﺎ

ِﺑ

ﺮ

ﺳ

ﻮـــ

ِﻝ

ِﺍ

ﻢﻠــﺳﻭ ﻪﻴــﻠـﻋ ﺍ ﻰﻠـﺻ

ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﺪﲪﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Dari Amir bin Sa’ad, berkata : Buatkan lubang lahad

untukku, dan pasanglah di atasku batubata, sebagimana dibuat pada kubur Rasulullah saw.. HR. Ahmad dan Muslim

2. Sesampainya di kubur, jenazah diturunkan dengan pelan-pelan kemudian diletakkan di lubang lahad atau lubang tengah dengan posisi miring ke kanan menghadap kiblat. Ketika meletakkan jenazah disunatkan membaca :

ـﺴﺑ

ِﻢ

ِﺍ

ﻭ

ﻋ

ﻣ ﻰﻠ

ﱠﻠـ

ﺔـ

ِﺭ

ﺳ

ﻮــ

ِﻝ

ِﺍ

ﻩﺍﻭﺭ

ﺩﻭﺍﺩ ﻮﺑﺍ ﻭ ﻯﺬﻣﱰﻟﺍ

Artinya : Dengan nama Allah dan atas Agama Rasulullah. HR. Tirmidzi dan Abu Daud

3. Tiga tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempelkan ke tanah.

4. Kemudian jenazah ditutup dengan papan kayu, lalu ditimbun tanah sampai setinggi satu jengkal dari tanah asal, lalu dipasang tanda atau batu nisan. 5. Menyiram air di atas kubur, sesuai dengan yang dikerjakan Nabi saw. :

ﺍ

ﻥ

ــﻨـﻟﺍ

ﱯـ

ــﺻ

ُﺍ ﻰﻠـ

ﻢﻠـــﺳﻭ ﻪﻴـــﻠـﻋ

ﺵ ﺭ

ﻋ

ـﻗ ﻰــﻠ

ـﺑﺍ ﺮـــﺒـ

ﻪـــﻨـ

ﺇـﺑ

ﻫﺍﺮـ

ﻴــ

ﻓﺎﺸﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ﻢ

ــ

ﻰﻌ

Artinya : Sesungguhnya Nabi saw. telah menyiram kubur putera Beliau Ibrahim. HR. Syafi’i

6. Mendoakan jenazah, sesuai hadits Nabi saw. :

ﺳﺍ

َﺘــ

ْﻐـ

ــﻔـ

ﺧﻷ ﺍﻭﺮـ

ــﻴـ

ُﻜـ

ـــﻟﺄــﺳﺍﻭ ﻢ

ـــﻟ ﺍﻮ

ﻪ

ْﺜـﺘـﻟﺍ

ِﺒ

ﻪــــﻧﺎﻓ ﺖـــﻴـ

ُﻝﺄـﺴـﻳ ﻥﻻﺍ

ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﻯﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

Artinya : Mohonkanlah ampunan bagi saudaramu dan mintalah agar dikuatkan hatinya, karena sesunguhnya pada sdaat ini ia sedang ditanya (oleh Malaikat Munkar Nakir)” HR. Bukhari Muslim’

(9)

7. Berdasar hadits Nabi saw. terdapat beberapa perbuatan yang disunatkan, yaitu :

a. Ketika memasukkan mayat wanita ke kubur, sunat menutup kain di atasnya.

b. Kubur ditinggikan sejengkal dari tanah asal dan menyiramnya. c. Menandai atau memberi batu nisan.

d. Menaruh kerikil di atas kubur.

e. Mendoakan mayat setelah selesai dikubur.

Semua hadits tentang masalah sunat-sunat yang berkaitan dengan kubur tertulis dalam buku Fiqh Islam, oleh H. Sulaiman Rasyid.

E. TATA CARA TA’ZIYAH

Ta’ziyah adalah melayat ke rumah keluarga jenazah dengan tujuan meringankan beban keluarga yang berduka, menasehati agar bersabar, jangan keluh kesah dan meratap, mendoakan si mayat agar mendapat ampunan Allah swt. serta keluarga yang ditinggal selalu mendapat bimbingan dan rahmatNya. Dalam Islam disunatkan melayat sampai hari ketiga dari meninggalnya si mayat, dan ketika melayat ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Membantu keluarga yang ditinggal (materi atau immateri).

2. Membantu mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penye-lenggaraan jenazah.

3. Ketika menunggu selesainya penyelenggaraan jenazah lebih baik mendoakan si mayat atau dzikir dan membaca Al Qur’an daripada berbicara yang tidak perlu (ngobrol).

4. Ikut shalat jenazah dan ikut mengantar jenazah ke pemakaman.

Membaca Al Qur’an, shalawat, dzikir dan sebaginya, ketika ta’ziyah atau

ketika ziarah ke kubur dan lain-lain, berguna bagi mayat (ahli kubur), yang menurut Imam Syafi’i dan Imam Hambali harus dialamatkan dengan doa, jadi statusnya sebagai doa, dan kalau doa tergantung kepada Allah swt. mengabulkan atau tidaknya.

F. ZIARAH KUBUR

Diceritakan oleh ibu ‘Aisyah ra, dalam hadits yang amat panjang dan diriwayatkan oleh Muslim, pada akhir hadits itu dinyatakan (artinya ):

ﻝﺎﻘــﻓ

:ِﺇ

ﻥ

ﺭ

ـﺑ

ﻚ

ﻳـ

َﻙﺮـﻣﺄ

َﺍ

ﻥ

ـﺗ

ﻲـﺗﺄ

َﻞـﻫ

ﺒـﻟﺍ

ـﻘــ

ِﻊــﻴ

َﻓ

َﺘـ

َﺘـﺴ

ْﻐـ

ـﻟ ﺮــﻔـ

ــﻬ

ﻢ

ﻒـــﻴـﻛ ﺖﻠـــﻗ ﺖــﻟﺎﻗ

ﺃــُﻗ

ﻮـ

ُﻝ

َﻟ

ــﻬـ

ــﻳ ﻢـ

ﺭ ﺎ

ﺳ

َﻝﻮــــ

ْﺍ

ــُﻗ ﻝﺎــﻗ ؟

ﻮـﻟ

ﻡﻼﺴﻟﺍ

ـﻳﺪﻟﺍ ﻞﻫﺍ ﻰﻠﻋ

ـ

ِﺭﺎ

ـﳌﺍ ﻦـﻣ

ﺆـ

ــﻣ

ﻨـ

ــﺣﺮـﻳﻭ ﲔـــﻤﻠﺴــﳌﺍ ﻭ ﲔ

ُﺍ ﻢ

(10)

ـﳌﺍ

َﺘـﺴ

ْﻘـ

ﺪـ

ــــﻣ

ﲔـ

ـــﻣ

ﻨـ

ﺧﺄﺘﺴــﳌﺍﻭ ﺎ

ــــﻳﺮـ

ـــﱠﻧﺍ ﻭ ﻦ

ﺎﺇ

ﻥ

ـــﺷ

ﺀﺎ

ُﺍ

ـــِﺑ

ُﻜـ

ﻢ

َﻻ

ﺣ

ُﻘـ

ﻥﻮـ

Artinya : Maka berkata (Jibril) : Sesungguhnya Allah swt. memerintahkan agar tuan (Muhammad saw.) datang kepada penghuni (makam) Baqi’ untuk memohonkan ampunan bagi mereka. Berkata Ibu ‘Aisyah : Apa yang harus saya katakan kepada mereka itu ya Rasulullah ? Jawab Rasul, katakan : Selamat bahagia atas kaum mukminin dan muslimin dari kuburan ini. Dan semoga Allah swt. memberi rahmat kepada yang telah meninggal dan yang masih hidup dari kami, dan kami insya Allah akan menyusul tuan-tuan kelak.

Kemudian pada akhir hadits dari Abu Hurairah ra yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan :

َﻓ

ﺰــ

ُﻘـﻟﺍ ﺭﻭ

ﻓ ﺭﻮـﺒـ

ﻬــﻧ

ـﺗ ﺎ

َﺬ

ﱢﻛ

ــﳌﺍ ﺮــ

ﻮ

ﺕ

Artinya : Oleh karena itu, ziarahlah (kamu) ke kubur karena ziarah itu mengingatkan akan kematian.

Pelajaran yang dapat diambil dari dua hadits di atas adalah :

1. Disunatkan untuk ziarah ke kuburan kaum mukminin dan muslimim.

2. Tujuan ziarah kubur adalah mendoakan mereka yang telah meninggal dan yang amsih hidup, agar selalu mendapat rahmat dan ampunan dari Allah swt.

3. Hikmah atau manfaat ziarah kubur adalah mengingat kematian, bahwa pada gilirannya nanti pasti kita juga akan dikubur, untuk ini jalan satu-satunya adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. Hal ini berarti bahwa ziarah kubur dapat merangsang peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt.

Kemudian untuk dapat mewujudkan tiga hal tersebut di atas dengan sempurna, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1. Ketika berdoa, tetap harus memperhatikan dan mengikuti tata cara ﻊﺷﻔﺷ adab dalam berdoa.

2. Ketika berada di kubur, harus tetap menjaga nilai-nilai akhlaqul karimah, dilarang keras / haram melakukan hal-hal sebagai berikut :

- berbicara yang tidak pantas - duduk di atas kubur

- berjalan / melangkahi kubur - perbuatan ma’siyat lainnya.

Referensi

Dokumen terkait