• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Landasan Teori"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

BAB II

Landasan Teori

2.1. Pengertian Kebakaran

Api dan manusia dalam batas tertentu merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Api memang dapat memberikan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia, selama manusia dapat menguasainya. Tetapi juga dapat pula merupakan ancaman yang sangat bahaya, jika api tersebut tidak dapat dikendalikan lagi dan disebut kebakaran.

Sifat Kebakaran adalah merusak benda apapun yang ada di sekitarnya karena api yang besar dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, dari pengertian tersebut, tidak berarti api yang kecil dapat diabaikan. Api kecil jika nyalanya tidak terkendalikan, maka dapat menyebabkan kebakaran, sebaliknya jika apinya besar apabila terkendalikan, maka tidak menimbulkan ancaman bahaya kebakaran. Sumber : (Departemen Pekerja Umum 1987)

(2)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.1.1. Proses Kebakaran

Proses kebakaran terjadi karena adanya reaksi oksidasi antara unsur Oksigen (O2), material yang terbakar, serta memerlukan panas. Keseimbangan antara ketiga

unsur inilah yang dapat menimbulkan api.

Benda

O2 Panas

a. Oksigen (O2), yang terdapat di udara bebas sebenernya adalah suatu gas

pembakaran yang menyebabkan nyala api, oleh sebab itu jumlah oksigen akan sangat menentukan kadar atau keaktifannya pembakaran suatu benda. Jika kadar oksigen kurang dari 12% tidak akan menimbulkan kebakaran.

b. Bahan yang mudah terbakar, adalah bahan yang mempunyai titik nyala rendah. Titik nyala rendah adalah tempratur rendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Makin rendah titik nyala suatu bahan makan akan semakin mudah benda itu terbakar.

c. Panas yang cukup, panas yang ada akan menyebabkan perubahan suhu/ temperatur suatu bahan, sehingga bahan akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi mudah terbakar. Sumber-sumber panas itu adalah sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia, dan sebagainya.

(3)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.1.2. Tahapan Kebakaran

Pada umumnya kebakaran atau berkembangnya suatu api melalui beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Pertumbuhan (Growth Period) b. Tahap Pembakaran (Burning Period) c. Tahap Surut (Dry Period)

Tahap-tahapan tersebut ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu, dari suhu rendah kemudian meninggi dan mencapai puncaknya serta berangsur-angsur menurun, seperti terlihat pada kurva dibawah ini.

gambar 2.1 Kurva Suhu Api

Sumber : http://dinafadiah.blogspot.com/

Untuk pemadam api, paling mudah dilakukan pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan lebih sulit dipadamkan atau dikendalikan.

(4)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.1.3. Klasifikasi Kebakaan

Klasifikasi kebakaran dan media pemadam kebakaran :

1. Kelas A. Kebakaran yang ditimbulkan oleh bahan-bahan yang mudah terbakar seperti kertas, kayu, plastik. Alat pemadamnya berupa Dry Chemical Multipurpose dan ABC soda acid.

2. Kelas B. Kebakaran yang ditimbulkan oleh bahan-bahan seperti bensin, oli, cat dan minyak tanah. Alat pemadamnya berupa dry chemical foam, BCF ( Bromo Clorodi Flour Methane), CO2, dan gas halon.

3. Kelas C. Kebakaran yang ditimbulkan oleh arus listrik. Alat pemadamnya berupa dry chemical, CO2, gas halon, dan BCF. Jenis ini

memerlukan bahan yang tidak menghantarkan listrik.

4. Kelas D. Kebakaran yang ditimbulkan oleh sejenis logam, seperti : magnesium, titanium, dan uranium. Alat pemadamnya khusus sejenis gib yang betul-betul kering dan dicampur bahan kimia. Jenis ini antara lain metal X, metal guard, dry sand, dan bubuk pryme.

Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang terjadi adalah Kelas D. Biasanya untuk kelas A,B dan C alat pemadam dapat digabunkan kedalam satu alat atau tabung, kecuali bila diperlukan jenis khusus.

2.1.4. Penyebab Kebakaran

Penyebab kebakaran dapa dipengaruhi oleh adanya faktor alam, kemajuan teknologi, dan perkembangan penduduk. Seperti terlihat pada tabel berikut dibawah ini :

(5)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Tabel 2.1 penyebab Kebakaran

Alam Kemajuan Teknologi Perkembanan Penduduk

Matahari Gempa Bumi Petir Gunung Berapi Listrik Biologi Kimia - Ulah Manusia Sengaja Tidak Sengaja Awam

Sumber : Departemen Pekerja Umum 1987

1. Alam. Misalnya : Panas matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat mengakibatkan kebakaran.

2. Manusia. Dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api dan juga karena kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Misalnya : merokok, memasak.

3. Alat. Dapat terjadi karena kualitas alat yang rendah, penggunan alat yang salah, dan pemasangan instalasinya tidak memenuhi syarat. Misalnya : pemakaian daya listrik berlebihan & kebocoran gas.

4. Menyala Sendiri. Dapat terjadi pada gudang bahan kimia, karena korsleting listrik (hubungan singkat), dan lain sebagainya.

5. Kebakaran yang Disengaja. Seperti Misalnya : sabotase, huru-hara, dan asuransi ganti rugi.

Secara mendalam, penyebab kebakaran dapat dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut :

(6)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

 Lemahnya usaha pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi.

 Lemahnya pengaturan/perundang-undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaanya (perda No.3 tahun 1975)

 Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan/perundang-undangan sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.

b. Faktor Fisik

 Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak beraturan.

 Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.

2.2 Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu hal yang tidak diinginkan atau malapetaka, dan oleh karena itu perlu diperhatikan cara atau sistem penanggulangannya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan dan memadamkan api ila terjadi kebakaran, penanggulangan kebakaran dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan sesudah terjadi kebakaran. Usaha-usaha yang harus dan prlu dilakukan

2.2.1. Usaha Pencegahan

Usaha pencegahan kebakaran dalam hal ini adalah usaha secara bersama untuk menghindari kebakaran atau meniadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Usaha ini mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang dan menuntut peran serta seluruh masyarakat.

(7)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

1. Mengadakan penyuluhan pada masyarakat yang berkaitan dengan masalah bahaya kebakaran.

2. Membuat jaringan jalan, saluran sanitasi, serta peningkatan kesejahteraan sosial penduduk

3. Mengadakan dan menjalankan undang-undang/ peraturan daerah, seperti :

 Undang- undang yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.

 Keputusan Mentri Pekerja Umum No. 02/KPTS/1985. Tentang ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada gedung bertingkat.

 Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun 1975, tentang ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI jakarta.

 Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3985-2000, tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

2.2.2. Cara Pemadaman

Dari pengertian tentang penyebab kebakaran dapat ditemukan cara-cara pemadaman api, yaitu :

(8)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

a. Cara pendinginan : sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas. Contoh : penyemprotan air ( bahan pemadam pokok), pada benda yang terbakar.

b. Cara penguraian : sistem pemadam dengan cara memisahkan dan menjauhkan benda-benda yang dapat/mudah terbakar.

c. Cara isolasi : sistem pemadam dengan cara mengurangi kadar O2 pada

lokasi sekitar benda-benda yang terbakar. Sistem ini biasanya disebut sistem lokalisasi, yaitu dengan membatasi/menutupi benda-benda yang terbakar agar tidak bereaksi dengan O2, contohnya :

 Karung yang dibasahi oleh air, misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.

 Menyemprotkan bahan kimia, yaitu dengan alat pemadam CO2.

2.2.3. Pemilihan & Penempatan Alat Kebakaran

Penempatan alat pemadam kebakaran harus sesuai dengan keadaan dari gedung itu sendiri, agar dapat bekerja dengan baik dan juga memenuhi persyaratan yang berlaku. Oleh sebab itu, penempatan alat pemadam kebakaran seperti Sprinkler head fire extinguisher, hydran box, alarm kebakaran, lampu darurat, tangga kebakaran, hydrant pillar, siamese connection, dan sebagainya perlu diperhatikan.

Guna menunjang bekerjanya alat-alat tersebut, diperlukan suatu sistem koordinasi melalui suatu panel control atau tidak melalui panel kontrol, seperti hydran. Pada diagram sistem kerja perlengkapan kebakaran dibawah ini yang bekerja secara elektrik dan dikontrol oleh petugas panel.

(9)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Gambar 2.2. Diagram Sistem Kerja Perlengkapan Kebakaran

Sumber : Departemen Pekerja Umum 1987

2.3. Sistem Penyediaan Air

2.3.1. Jaringan Kota

Sambungan pada sistem sambungan kota untuk keperluan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dapat diterima, apabila kapasitas dan tekananya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi ditempat penyambungan yang direncanakan dan ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak yang berfungsi sebagai pipa utama pada shaft pipa. Berikut ini adalah ketentuan untuk sistem pemadam kebakaran : PANEL LISTRIK TIAP LANTAI PERLENGKAPAN KEBAKARAN OTOMATIS ALARM SELURUH LANTAI MEKANIKAL & ELEKTRIKAL ALARM TIAP LANTAI PETUGAS KEAMANAN BANGUNAN MANUAL ALARM SISTEM PERLANTAI (CALL BOX) BARISAN PEMADAM KEBAKARAN PANEL KONTROL TERPUSAT

(10)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

a. Sesuai dengan keputuan menteri pekerjaan umum 02/KPTS/1985 pasal 1 tentang alat pemadam kebakaran, jenis kebakaran ringan harus memiliki debit air (Q) sekurang-kurangnya 0,001 m3/s (untuk satu sprinkler head).

b. Sesuai dengan keputusan gubernur DKI jakarta no.887 tahun 1981 tentang persyaratan dan standar debit aliran hidrant pillar untuk gedung dengan jenis kebakaran ringan harus memiliki (Q) sekurang-kurangnya 0,019 m3/s ( untuk satu pillar hydrant pada satu halaman gedung).

c. Sesuai dengan keputusan gubernur DKI jakarta No. 977 thn 1981 tentang persyaratan dan standar debit aliran hidrant box untuk gedung dengan jenis kebakaran ringan harus memiliki (Q) sekurang-kurangnya 0,006 m3/s ( untuk satu hydrant box pada tiap lantai)

2.3.2. Tangki Bertekanan

Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. Sistem tersebut dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan atau permukaan tinggi air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan.

Tangki bertekanan harus terisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan udara sedikitnya 4,9 atm, kecuali ditentukan oleh pejabat yang berwenang. Apabila dasar tangki bertekanan terletak sedemikian rupa dibawah sistem sprinkler yang tertinggi, maka tekanan udara yang harus diberikan minimum 4,9 atm ditambah 3 kali tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan sistem sprinkler diatas tangki.

(11)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.3.3. Tangki Gravitasi

Tangki gravitasi diletakan pada ketinggian tertentu, direncanakan dengan baik dan dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Hydrant kebakaran dan sprinkler otomatis harus :

 Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut.

 Mempunyai lubang aliran keluar untuk kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.

2.4. Jenis Perencanaan Istalasi Pipa

Secara umum perencanaan instalasi pipa jika ditinjau dari segi lokasi perencanaan, maka akan kita dapatkan dua jenis perencanaan yaitu :

 Perencanaan instalasi pipa diluar gedung  Perencanaan instalasi pipa didalem gedung

Kedua jenis perencanaan tersebut memiliki banyak perbedaan yang akan kita tinjau dibawah ini :

2.4.1. Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung

Perencanaan instalasi pipa di luar gedung ini berbeda jika kita bandingkan dengan perencanaan instalasi pipa di dalam gedung karena ada kalanya fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air dan gas tetapi dapat pula berupa minyak atau cairan-cairan kimia.

(12)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Sistem perencanaan instalasi ini dapat dibagi menjadi :

 Perencanaan instalasi pipa dinas P.D.A.M.

 Perencanaan instalasi pipa di bidang industeri kimia.  Perencanaan instalasi pipa di bidang perminyakan dan gas.

 Perencanaan instalasi pipa di bidang industri lain yang memerlukan.

2.4.2. Perencanaan Instalasi Pipa di Dalam Gedung

Sistem perencanaan instalasi ini dapat dibagi, menjadi :

 Perencanaan instalasi pipa Plumbing System.  Perencanaan instalasi pipa Fire Protection System.  Perencanaan instalasi pipa central air condition system.

2.5. Perencanaan Pipa Instalasi Dalam Gedung

2.5.1. Sistem Pendistribusian Air Bersih

Pada instalasi plumbing system terdapat dua jenis cara pendistribusian air bersih, yaitu :

a) Sistem langsung

Pada sistem ini pendistribusian air di dalam gedung di sambung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini banyak digunakan pada rumah-rumah tinggal dan gedung-gedung kecil. Dalam sistem ini tidak digunakan tangki atap (Roof Tank).

Keuntungan dari menggunakan sistem ini adalah investasi awal yang murah dan perawatan serta pemeliharaan mudah. Tetapi sistem ini juga

(13)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

mempunyai kerugian, yaitu yang diakibatkan pompa yang lebih sering bekerja, dan menyebabkan biaya operasi pompa menjadi lebih tinggi. Secara skematik, sistem langsung distribusi air bersih dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(gambar 2.3. Sistem langsung pada distribusi air bersih) Sumber : http://mujiatun.wordpress.com/

b) Sistem tidak langsung

Sistem ini banyak di pergunakan pada perumahan dan gedung-gedung. Sistem tidak langsung ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : biaya operasi pompa yng rendah dan pompa menjadi lebih awet. Tetapi juga mempunyai kerugian, yaitu : investasi awal lebih tinggi dan membutuhkan perawatan yang berkala secara terus-menerus.

(14)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

(gambar 2.4. sistem tidak langsung pada distribusi air bersih)

Sumber :http://mujiatun.wordpress.com/

Perbedaan kedua sistem ini adalah pada pemakaian roof tank, karna pada sistem langsung tidak digunakan. Pada umumnya pada plumbing system menggunakan sistem tidak langsung dan pada fire protection system menggunakan sistem langsung.

2.5.2. Instalasi Pipa Fire Protection Syistem

Pada instalasi sistem ini dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem, yaitu:

 Sprinkler System

Sistem ini merupakan sistem pencegahan pertama yang sangat baik. dalam sistem sprinkler, kepala sprinkler dihubungkan lansung dengan sistem pemipaan yang berisi air bertekanan. Dengan demikian air dapat segera dipancarkan melalui kepala sprinkler pada saat kebakaran dan sistem ini sangat handal karena

(15)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

tidak ada sistem lain yang harus diaktifkan selain kepala sprinkler. Sistem ini juga dilengkapi dengan head detector atau smoke detector.

Berikut ini terdapat beberapa jenis sprinkler head dan Drencher yang umum digunakan :

( gambar 2.5. sprinkler head tipe Quartzoid bulb)

Sumber :http://www.machineryspaces.com/fire-fighting-automatic- water-spray-system.html

Pada tipe ini berisi sebuah bola (bulb) yang terbuat dari kaca special (special glass) yang digunakan untuk menahan katup air pada tempatnya. Bola (bulb) tersebut berisi cairan kimia berwarna dimana bila dipanaskan (terkena panas) sampai suhu tertentu maka cairan kimia akan berkembang dan gelas akan tertekan sampai suatu batas tertentu yang akhirnya gelas akan pecah sehingga katup terbuka dan air akan mengalir menuju deflektor dan air akan memancar keluar untuk memadamkan api. Dalam penggunaan sprinkler head adaberbagi

(16)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

jenis yang dikaitkan dengan tempratur ruang yang terjadi kebakaran seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Rata-Rata Temperatur bola (bulb)

Rata-Rata Temperatur (0C ) Warna dan Cairan Bola

55 Orange 68 Merah 79 Kuning 93 Hijau 141 Biru 182 Ungu (Mauve) 227-288 Hitam

( gambar 2.6. sprinkler head tipe side-wall)

(17)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Jenis ini dirancang untuk digunakan pada sisi samping ruang atau koridor, sehingga air akan terpancar pada bagian tengah dari ruangan atau koridor. Jenis ini banyak digunakan pada terowongan-terowongan.

( gambar 2.7. (a) tife window drencher)

Sumber : http://www.angussprinkler.co.uk/utcfs/Templates/Pages/

Tipe ini digunkan untuk memancarkan air pada (diatas) ruangan tertutup atau perkantoran maupun perguruan tinggi. Untuk satu ruangan biasanya terdapat 3 atau lebih agar dapat menjangkau seluruh ruangan.

(18)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

( gambar 2.8. (b) tipe roof drencher)

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_sprinkler_system

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe pada gambar 2.7 (a) tetapi pada pemasaangannya tipe ini diletakan pada atap (roof) untuk mencegah meluasnya api.

Untuk penempatan Sprinkler Head, terdapat 2 jenis sistem pengaturan penempatan, yaitu :

( gambar(a) metode ½ S dan ½ D)

(19)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

( gambar (b) metode ½ S dan ½ D)

S = jarak antara dua Sprinkler Head yang terletak pada satu jalur pipa

D = jarak antara dua pipa cabang didalam satu ruang

Gambar 2.9. (a),(b), jenis-jenis pengaturan penempatan

Disamping dua jenis penempatan tersebut, terdapat pula beberapa metode distribusi untuk Sprinkler bila melihat posisi dari pipa distribusi.

(20)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

(b) End Side With Feed Pipe

(c) End Center With Central Feed Pipe

(d) End Center With End Pipe

Gambar 2.10. (a) (b) (c) (d). metode Distribusi Untuk Sprinkler

(21)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

 Halon System

Sistem ini pada peletakan dan instalasinya tidak begitu berbeda jauh dengan Sprinkler System, hanya saja pada sistem ini fluida yang digunakan hanya berupa gas atau serbuk. Sistem ini biasa dignakan pada ruang perpustakaan, ruang komputer atau ruang kontrol listrik yang mana pada ruangan tersebut tidak memungkinkan ruangan air.

 Hydrant System

Pada sistem ini dapat dipecahkaan lagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Hydrant Box mempunyai fungsi mengalirkan air secara manual dengan menggunakan selang. Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Indoor Hydrant Box dan Outdoor Hydrantbox. Pemasangan Hydarnt Box disesuaikan dengan kebutuhan dan luas dari ruangan atau gedung. Tetapi untuk pemakaian minimalnya. Diharuskan pada setiap lantai terdapat satu buah dan begitu juga yang di luar gedung. Untuk pemasangan Hydrant Box didalam ruangan ( menempel pada dinding) harus disertai dengan pemasangan alarm push button, alarm lamp dan alarm horn.

(22)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Gambar 2.11. Indoor Hydrant Box

Gambar 2.12.outdoor Hydrant Box

(23)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Pada bagian dalam masing-masing Hydrant Box terdapat gulungan selang atau lebih dengan istilah Hose Reel.

2. Hydrant Pillar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PDAM atau GWR pada gedung dan disalurkan ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan pada bagian luar gedung itu sendiri. Jika diesel pump dan main pump tidak berfungsi/tidak dapat digunakan, untuk harus dipasang sedikitnya satu hydrant pillar.

( gambar 2.13. detail suplay air untuk Hydrant Pillar)

Sumber:http://www.bromindo.com/wp-content/uploads/2014/05/62-Pompa-Hydrant

(24)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

(gambar 2.14. Hydrant Pillar )

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/_zENSuL6R0aw/SYb_2uLw59I

3. Siamese Connection

Alat ini memiliki fungsi untuk mensuplay air dari mobil pemadam kebakaran untuk disalurkan kedalam sistem instalasi pipa pemadam kebakaran yang ada didalam gedung dan selanjutnya dipancarkan melalui sprinkler-sprinkler dan hydrant box didalam gedung. Alat ini diletakan pada bagian luar gedung yang jumlah serta peletakannya disesuaikan dengan luas dan kebutuhan gedung itu sendiri.

(25)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

( gambar 2.15. siamese connection)

2.6. Pemasangan Instalasi Pipa

Dalam pelaksanaanya, instalasi pipa ini dipasang bersamaan dengan pemasangan instalasi listrik, dimana instalasi ini ddiletakan antara plafon dengan plat lantai yang berjarak.

 Min (0,4 0,5) m atau Max (0,5 1) m

Hal tersebut menjadi alasan untuk memudahkan perbaikan apabila terjadi kerusakan dan juga untuk memudahkan pelaksanaan perawatan rutin.

(26)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.7. Pemeriksaan & Pemeliharaan Instalasi Pemadam Kebakaran

2.7.1. Pemeriksaan Sistem Pemadam Kebakaran

Dalam tahap ini ada dua tahan pemeriksaan yang dilakukan pada perencanaan instalasi pemadam kebakaran, yaitu :

 Pemeriksaan Sebagian

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum sesuatu bagian dari sistem pemadam kebakaran ditanam dalam tanah atau seblum diletakan diantara plafon dengan pelat dasar lantai. Kesemuanya ini harus dilakukan disaat proses pembangunan sedang berjalan agar pemeriksaan agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih baik.  Pemeriksaan Seluruhnya

Pemeriksaan ini dilakukan apabila seluruh sistem telah terpasang dan gedung telah mencaapai bobot pekerjaan sebesar 70% dari rencana keseluruhan.

2.7.2. Pengujian Sistem Pemadam Kebakaran

Pengujian pada umumnya dilakukan atas masing-masing jenis alat setelah selesai pemasangan, seperti :

a. Pengujian Tangki

Setelah seelesai dibangun/dipasang, tangki harus dibersihkan secara baik dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Dan pada pengujian ini tangki harus tidak menunjukan adanya gejalakebocoran sekurang-kurangnya 24 jam

(27)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Pada pengujian tekanan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tekanan akan sampai ke semua bagian dar sistem instalasi pipa pemadam kebakaran tersebut. Cara pelaksanaannya yaitu dengan menjalankan pompa pengujian untuk menghantarkan tekanan air kesemua pipa cabang dan membuka semua katup untuk sementara, agar dapat diketahui apakah tekanan air masuk pada tiap-tiap pipa cabang sesuai dengan cara yang diinginkan. Selama pengujian berlangsu ng,tidak boleh terjadi perubahan atau penurunan tekanan.

c. Penngujian Pipa dan Aliran

Pada pengujian ini aliran harus bener-bener lancar sehingga debit aliran masuk mendekati sama dengan debit aliran keluar. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka instalasi pipa harus diperiksa ulang untuk menjamin bahwa sistem yang sudah terpasang dapat berfungsi dengan baik.

d. Pengujian Katup

Pengujian katup tidak secara khusus dilakukan, tetapi bukan berarti katup tidak memiliki peranan yang penting pada instalasi malainkan pengujian pada katup tercakup pada pengujian aliran pada pipa

e. Pengujian Sistem Automatisasi Sprinkler

Pengujian ini dapat dilakukan hanya pada beberapa bagian sprinkler. Yaitu dengan cara memanaskan sprinkler head, pada tempratur tertentu tabung kaca sprinkler head akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang-lubang sprinkler head.

(28)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.8. Pemeliharaan Instalasi Pemadam Kebakaran

Aspek pemeliharaan suatu instalasi tidak dapat dipisahkan dari peranangan maupun pemasangannya. Terlebih pada instalasi pemadam kebakaran ini, karena sistem ini merupakan suatu sistem yang sangat penting yang harus dimiliki sebuah gedung dan pemelihraannyatidak boleh dikesampingkan, sebab akan berakibat fatal. Ini dikarenakan, walau suatu diinstalasi telah dirancang dan dibanggun dengan baik tetapi jika pemeliharaannya kurang memadai, maka instalasi tersebut tidak akan dapat diandalkan untuk berfungsi dengan baik.

Umumnya masalah pemeliharaan instalasi pemadam kebakaran kurang dapat perhatian, bahkan pada gedung yang dirancang dan dibanggun dengan penampilan yang baik sekalipun. Mutu dari suatu gedung sebenarnya tidak dapat dinilai dengan baik jika perancangan, pemasangan, serta pemeliharaannya tidak dilakukan secara berkala.

2.8.1. Pemeliharaan Pipa

Pemeliharaan atas pipa haruslah secara periodik dan yang harus dilakukan diantaranya, adalah :

 Pemeriksaan laju air dan tekanan air.

 Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat (korosi)  Pemeriksaan penggantung dan penyangga pipa

(29)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.8.2. Pemeliharaan Pompa

Pemeliharaan atau pemeriksaan atas pompa juga harus dilakukan secara teratur ( periodik), yang meliputi :

 Tekanan  Arus Listrik  Temperatur  Kebocoran Air  Getaran  Kebisingan

Hal-hal tersebut diatas dapat dan harus dilaksanakan secara berkala baik setiap minggu, bulan, maupun setiap tahun.

2.8.3. pemeliharaan Switch dan tangki tekanan

Untuk pemeliharaan switch dan tangki tekanan perlu adanya pengujian tekanan dan juga kalibrasi dari alat-alat ukur untuk tekanan seperti flow switch dan pressure gauge.

2.8.4. Pemeliharaan Sprinkler Head dan Detector

Kedua alat ini harus mengalami perawatan pada kondisi yang baik, dan alat tersebut juga harus bebas dari korosi ( khusus untuk sprinkler head), tidak boleh tempat yang memiliki resiko tinggi akan korosi maka sebaiknya untuk sprinkler dilapisi/diolesi oli (gemuk).

(30)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.8.5. Pemeliharaan Tangki Persediaan Air

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan sehubung dengan pemeliharaan tangki, yaitu:

 Pemeriksaan ketinggian permukaan air

ketinggian permukaan air pada tangki harus dijaga, antara lain dengan menggunakan pelampung agar ketinggian permukaan air pada tangki dapat tetap terpenuhi.

 Pemeriksaan bagian dalam tangki

Dinding tangki sudah sewajarnya tidak mempunyai retakan, terlebih bila ada bagian yang bocor.

Komponen-komponen elektrik yang merupakan bagian dari item indeksi muka air harus diperiksa secara teratur (periodik) untuk meyakinkan bahwa seluruh sistem selalu bekerja dengan baik.

2.9. Analisa Perancangan Dan perhitungan

Diameter pipa sprinkler yang digunakan pada pendistribusian, dihitung mulai dari titik yang terjauh dari pipa utama dan pipa cabang. Kemudian dilanjutkan dengan penghitungan diameter, berikutnya setelah itu disesuaikan dengan melihat tabel, yaitu ukuran pipa sprinkler untuk kebakaran ringan.

Ukuran pipa sprinkler dan hydrant, keduanya mengikuti peraturan yang ditetapakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, serta peraturan NFPA ( National Fire Protection Association ).

(31)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Tabel 2.3. Ukuran pipa Sprinkler untuk Kebakaran Ringan

Jumlah Sprinkler Inch mm

2 1 25 3 1 ¼ 32 4 – 5 1 ½ 40 6 – 10 2 50 11 – 30 2 ½ 65 31 – 60 3 75 61 – ….. 4 100

Ref :“ Panduan Pemasangan Sistem Sprinkler untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung “, 1987, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

(32)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Gambar 2.16. Isometri Instalasi Pipa Sprinkler System Berdasarkan penomeran Pipa

(33)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Untuk 1 Sprinkler head, pipa no. 1, 2, 4, 6, 8, 9, 1, 13, 14, 17, 19, 22, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 44, 46, 48, 49, 51, 53, 56, 57, 59, 61, 63, 65, 66, 68, 73, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 85, 87, 90, 91, 92, 94, 97, 99, 102, 103, 105, 107, ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 2 Sprinkler head, pipa no. 3, 10, 15, 24, 36, 41, 58, 75, 86, 93, 95, 104 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 3 Sprinkler head, pipa no. 5, 12, 26, 43, 60, 77, 95, 106 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 4 Sprinkler head, pipa no. 7, 28, 45, 62, 79, 96, 108 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 5 Sprinkler head, pipa no. 16, 30, 47, 64, 81, 98 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 6 Sprinkler head, pipa no. 18, 32, 67, 83, 100 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 7 Sprinkler head, pipa no. 20, 50, 69 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

(34)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Untuk 9 Sprinkler head, pipa no. 37, 54, 88 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 11 Sprinkler head, pipa no. 21 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 20 Sprinkler head, pipa no.38 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

Untuk 29 Sprinkler head, pipa no. 55 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ). Untuk 38 Sprinkler head, pipa no. 72 ( lihat gambar 10. 1. 1 isometri ).

2.9.1. Pehitungan Diameter Pipa Hydrant Gedung

Diambil D = 0,065 m = 65 mm ( 2 ½ “ ), sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 877 tahun 1981 tentang persyaratan dan standar hydrant.

A = 4 2 D D = V Q 4 ...(2.1) Tabel 2.4 Pemilihan Diameter Pipa

Pipa hisap utama ( mm) Pipa tekan utama ( mm) Pipa cabang utama ( mm ) Pipa cabang sprinkler ( mm ) Pipa drain ( mm ) Pipa hydrant ( mm ) 150 100 100 20 – 75 25 65

Ref :Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

(35)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.9.2. Perhitungan Tebal Pipa

Perhitungan tebal pipa dalam perancangan ini menggunakan rumus :

t = PDc . 2 . ...(2.2) dimana : t = tebal pipa ( m )

P = tekanan pipa ( N/m2 ) D = diameter pipa ( m )

σ = tegangn tarik yang diizinkan bahan ( N/m2 ) c = safetypipa( 0,003 m )

Sch = Px100

...(2.3)

dimana : Sch = Schedule 40

P = tekananpipa( N/m2 )

σ = tegangntarik yang diizinkanbahan( N/m2 )

2.9.3. Kerugian Head Reducer( Hc )

Head kerugian reducer ( adalah penyempitan aliran ) pada pipa dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

Hc = g V Cc 1 .2 1 2 2        ...(2.4) Dimana :

Cc = Koefisien penyempitan air

(36)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) Cc ditentukan dari 1 1 2 2 1 2 ) ( 4 / ) ( 4 / D D A A  ...(2.5) 1 2 A A dimana D2< D1 Hc = Kerugian reducer ( m ) V = Kecepatan aliran ( m/s ) g = Percepatan gravitasi ( m/s2 ) = 9,81 m/s2

Tabel 2.5 Standar Penyempitan Cc Untuk Air ( Weisbach )

A2/A1 Cc 0,1 0,624 0,2 0,632 0,3 0,643 0,4 0,659 0,5 0,681 0,6 0,712 0,7 0,755 0,8 0,813 0,9 0,892 1 1,00

Ref :DeputiUrusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

(37)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9.4. Kerugian head belokan, katup, sambungan / percabangan ( He )

Kerugian head belokan, katup, sambungan / percabangan ( He ) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini :

He = g v K 2 . 2 ...(2.6) dimana : He = Kerugianbelokan, katup, fitting / percabangan

V = Kecepatan aliran ( m/s )

g = Percepatan gravitasi (m/s2 ) = 9,81 m/s2 K = Faktor jumlah kerugian untuk belokan, katup,

sambungan belokan, fitting, percabangan yang terjadi pada pipa.

Tabel 2.6 Standar Koefisien Kerugian Tinggi Tekan ( K ) untuk Peralatan Bantu

Peralatan Bantu KerugianTinggiTekan ( K )

Angle Valve 5,0 Gate Valve 0,19 Check Valve 2,5 Strainer 0,19 Flexibel Joint 10 Tee Standart 1,8 Elbow Standart 0,9 SikuLekukPanjang 0,60 SikuLekukMenegah 0,75

Ref :Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

(38)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9.5. Kerugian Head gesekan dalam pipa( Hf )

Re =

d v.

...(2.7) dimana : Re = Bilangan Reynolds

v = Kecepatan air ( m/s )

μ = Viskositaskinematik air ( m2/s ) Syarat aliran bersifat laminar atau turbulen :

● Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar. ● Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.

● Pada Re = 2300 ~ 4000, terdapat daerah transisi dimana aliran dapat bersifat laminar atau turbulen tergantung kondisi pipa aliran. Dari data diketahui :

V = 3 m/s

μ = 1,007 x 10-6 m2/s ( pada suhu 200 )

Karena Re > 4000, maka aliran bersifat turbulen. Sehingga untuk menghitung kerugian gesek dalam pipa menggunakan rumus :

Hf = g v D L f 2 . . 2 ...(2.8) Untuk F didapat dari rumus :

f = 0,020 + D 0005 , 0 ( Formula Darcy )...(2.9)

dimana : Hf = Kerugian gesek dalam pipa ( m )

f = Koefisien gesekan dari pipa distribusi L = Panjang pipa ( m )

(39)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

g = Percepatan gravitasi (m/s2 ) = 9,81 m/s2

2.9. 5. 1. 1. Perhitungan Kerugian Head Gesekan Dalam Pipa ( Hf )

pada Pipa Sprinkler System Untuk diameter 150 mm ( L = 3,25 m ) Dimana : f = D 0005 , 0 020 , 0  f = 15 , 0 0005 , 0 020 , 0  = 0,023 Hf = g v D L f 2 . . 2 ...(2.10)

2.9. 5. 1. 2. Perhitungan Kerugian Head Gesekan Dalam Pipa ( Hf )

Pada Pipa Fire Hydrant Untuk diameter 150 mm ( L = 2,82 m ) Dimana : f = D 0005 , 0 020 , 0  f = 15 , 0 0005 , 0 020 , 0  = 0,023 Hf = g v D L f 2 . . 2 ...(2.11)

(40)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9. 5. 1. 3. Perhitungan Kerugian Head Reducer( Hc ) / Penyempitan

pada Pipa Sprinkler System

PadapipaFire Sprinkleruntuk diameter 150 mm ke 100 mm

 

 

5 , 0 45 , 0 0177 , 0 0079 . 0 15 , 0 4 14 , 3 1 , 0 4 14 , 3 4 4 2 2 1 2 2 1 2 D D A A Maka Cc didapat : 0,681 Hc = g V Cc 1 .2 1 2 2        ...(2.12)

2.9. 5. 1. 4. Perhitungan Kerugian Head Reducer( Hc ) / Penyempitan

pada Pipa Hydrant System

Pada Pipa HydrantUntuk diameter 150 mm ke 80 mm

 

3 , 0 28 , 0 0177 , 0 0050 . 0 15 , 0 4 14 , 3 08 , 0 4 14 , 3 4 4 2 2 1 2 2 1 2 D D A A

Maka Cc didapat : 0,643 ( lihat tabel 10. 4 1 )

Hc = g V Cc 1 .2 1 2 2        ...(2.13)

(41)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9. 5. 1. 5. Perhitungan KerugianHead Belokan, Katup,

Sambungan / Percabangan ( He ) pada Pipa Sprinkler system

Kerugian – kerugian tersebut dihitung berdasarkan jumlah peralatan bantu yang digunakan. Koefisien kerugian tinggi – tekan K, dapat dilihat pada tabel 10. 5. 1.

● Flexible Joint K = 1 x 10 = 10 ● Gate Valve K = 4 x 0,19 = 0,76 ● Check Valve K = 1 x 2,5 = 2,5 ● Tee K = 23 x 1,8 = 41,4 ● Elbow K = 24 x 0,9 = 21,6 Ktotal = 76,26 Maka : He = g v K 2 . 2 ...(2.14) 2.9.6. Perhitungan KerugianHead Belokan, Katup,

Sambungan / Percabangan ( He ) pada Pipa Hydrant

● Flexible Joint K = 1 x 10 = 10 ● Gate Valve K = 2 x 0,19 = 0,38 ● Check Valve K = 1 x 2,5 = 2,5 ● Tee K = 2 x 1,8 = 3,6 ● Elbow K = 2 x 0,9 = 1,8 Ktotal = 18,28 He = g v K 2 . 2 ...(2.15)

(42)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9.7. Jumlah Seluruh Kerugian HeadFire Sprinkler dan Hydrant pada Pipa Tekan

Fire Sprinkler dan Pipa Hydrant

Fire Sprinkler Hl1 = Hf + Hc + He

PipaHydrant

Hl1 = Hf + Hc + He...(2.16)

2.9. 8. Perhitungan Kerugian Head pada Pipa Hisap ( Suction )

2.9. 8. 1. Kerugian Head Belokan, Katup, Sambungan / Percabangan ( He )

Kerugian – kerugian tersebut dihitung berdasarkan jumlah peralatan bantu yang digunakan koefisien kerugian tinggi – tekan K, dapat dilihat pada tabel 10. 5. 1. ● Flexible Joint K = 1 x 10 = 10

● Strainer K = 1 x 0,19 = 0,19

● Katup Hisap dengan Saringan K = 1 x 1,19 = 1,19

Ktotal = 11,38 Maka : He = g v K . 2 . 2 ...(2.17) 2.9. 9. Perhitungan Head Total Pompa

Dalam menentukan head pompa kita mengasumsikan bahwa pompa harus mampu menyuplai air ketitik terjauh dengan tekanan yang memadai. Untuk mendapatkan head total digunakan persamaan Bernoulli dari permukaan air.

2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 g Z V g P H H Z g V g p pompa       ……….

(43)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) Hpompa=

2 1

 

2 1

2 2 1 2 2g Z Z hl hl V g P P       ...(2.18) P 1 h a Pipa hisap Pom pa Sistem P ip a tekan P2 T itik Sprinkler

Gambar 2.17 Skema Sistem Pompa

2.9. 9. 1. Head Pompa Yang Dibutuhkan Sprinkler » Δhp = head tekanan

» P2 = 1,02 x 10 5

( tek. umum pada Sprinkler ) » P1 = 105 N/m2 ( tek. Atmosfir = 1 atm ) » ρ = 998,2 Kg/m3 ( pada suhu 200 ) Δhp =   g P P 1 2 ...(2.19) 2.9. 9. 2. Head Pompa Yang Dibutuhkan Hydrant

» Δhp = head tekanan

» P2 = 4,43 x 105 ( tek. umum pada Hydrant ) » P1 = 105 N/m2 ( tek. Atmosfir = 1 atm ) » ρ = 998,2 Kg/m3 ( pada suhu 200 ) Δhp =   g P P 1 2 ...(2.20)

(44)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

Karena dalam perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pompa Sprinkler Head dan Hydrant gedung digabung, dimana sistem instalasi fire sprinkler dan pipa hydrant pengoperasiannya memiliki sistem yang sama maka dalam perancangan ini dipilih head pompa adalah 225 m. Hal tersebut tidak masalah karena kedua sistem fire sprinkler dan pipa hydrant dapat bekerja dengan baik, karena diambil head yang terbesar.

2.9.10. Jumlah Sprinkler pada Gedung Bertingkat ditinjau dari Klasifikasi Sifat Hunian

2.9. 10. 1. Klasifikasi Sifat Hunian

2.9. 10. 2. Hunian Bahaya Kebakaran Ringan

Yang termasuk hunian bahaya kebakaran ringan adalah seperti hunian : Tabel 2.7 bahaya kebakaran ringan

*. Tempat ibadat *. Rumah sakit

*. Klub *. Penjara

*. Pendidikan *. Museum *. Perawatan *. Perkantoran

*. Lembaga *. Perumahan

*. Perpustakaan *. Restoran ( ruang makan ) *. Perhotelan

Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

(45)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9. 10. 3. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang

Hunian kebakaran sedang ini dibagi menjadi 3 kelompok :

2.9. 10. 3. 1. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelas I

Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang Kelas I adalah seperti hunian :

Tabel 2.8 bahaya kebakaran sedang kelas 1

*. Parkir mobil dan ruang pamer *. Pabrik susu *. Pabrik minuman tidak termasuk

bagian pembotolan

*. Pabrik elektronika

*. Restoran ( daerah dapur ) *. Pabrik barang gelas

*. Pengalengan *. Pabrik permata

Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

2.9. 10. 3. 2. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelas II

Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang Kelas II adalah seperti hunian :

Tabel 2.9 bahaya kebakaran sedang kelas II

*. Penggilingan produk biji – bijian *. Pabrik bahan makanan *. Perdagangan dan Perkantoran *. Pabrik tekstil

*. Gudang perpustakaan *. Pengolahan logam

*. Pabrik mobil *. Perakitan barang kayu

(46)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

*. Pabrik kertas *. Pabrik mebel

*. Pabrik ban *. Pabrik kembang gula

*. Pabrik permen *. Pabrik barang keramik

Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

2.9. 10. 3. 3. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelas III

Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang Kelas III adalah seperti hunian :

Tabel 2.10 bahaya kebakaran sedang kelas III

*. Pabrik gula *. Pabrik sabun

*. Pabrik pakaian *. Pabrik karet *. Pabrik tepung terigu *. Pabrik elektronika *. Pabrik sikat *. Pabrik pesawat terbang

*. Pabrik lilin *. Pabrik plastik

Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah.

2.9. 10. 4. Hunian Bahaya Kebakaran Berat

Yang termasuk hunian bahaya kebakaran berat adalah seperti hunian :

Tabel 2.11 bahaya kebakaran berat

*. Pabrik kembang api *. Pabrik karet buatan *. Pabrik bahan peledak *. Pabrik karet busa

(47)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

*. Pabrik korek api *. Studio film dan televisi *. Pabrik kimia *. Penyulingan minyak bumi Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan

Prasarana Wilayah.

Berdasarkan pengklasifikasian di atas dapat ditentukan bahwa gedung MercuBuana termasuk jenis KebakaranSedang Kelas II ( Ordinary Hazard Occupancies Group II ).

2.9. 11. Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler

Setelah kita mengetahui jenis kebakaran apa yang seharusnya digunakan oleh GedungMercuBuana menurut pengklasifikasian, barulah kita bisa tentukan jumlah sprinkler yang harus digunakan pada Gedung tersebut menurut Tabel Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler di bawah ini.

Tabel 2.12 Standar Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler

Jenis Bahaya Kebakaran

Jumlah Kepala Sprinkler ( buah )

Ringan 300

Sedang 1000

Berat > 1000

(48)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044)

2.9. 12. Kapasitas Aliran & Reservoir

Pada perencanaan instalasi pipa pemadam kebakaran diproyek gedung MercuBuana menggunakan GWR ( Ground Water Reservoir ) yang terletak di lantai Basemant. Sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 887 tahun 1981 dan dari Departemen P.U mengenai Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran Tahun 1980, untuk jenis kebakaran sedang diasumsikan kebakaran terjadi dalam waktu 30 menit dan diperkirakan hanya ¼ bagian saja yang terbakar.

2.9. 13. Pemilihan Jenis Pompa 2.9. 13. 1. Jenis – jenis Pompa

Pada instalasi pipa, jenis pompa yang banyak digunakan adalah pompa jenis putar dan kelebihan dari pompa jenis ini adalah :

» Konstruksinya sederhana dan mudah dioperasikan. » Ukurannya tidak terlalu besar dan sedikit ringan. » Hargabeli dan pemeliharaannyakecil.

» Dapat memompa terus – menerus tanpa gejolak ( stabil ). » Aliran zatnya tidak terputus – putus dan getarannya kecil.

Untuk menjaga tekanan dalam pipa dan mengalirkan air pada saat terjadi kebakaran, digunakan pompa untuk sprinkler dan hydrant yang masing –masing terdiri dari 3 jenis pompa yang dipasang secara paralel, yaitu :

1. Electric Pump

Disebut juga sebagai pompa utama, yang berfungsi untuk memadamkan api bila terjadi kebakaran dan bekerja secara otomatis apabila sprinkler pecah atau hydrant digunakan.

(49)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2. Diesel Pump

Digunakan apabila pompa utama mati disebabkan karena listrik yang disuplai PLN padam atau karena berbagai hal maka pompa ini dapat digunakan.

3. Jockey Pump

Pompa ini mempunyai head tinggi dengan kapasitas yang kecil. Pengaturan tekanan dilakukan dengan manometer tekanan, yang dipasang pada tiap satu rangkaian pada masing – masing lantai. Pompa ini berfungsi untuk menjaga atau mempertahankan tekanan pada dalam pipa, agar tetap berada dalam batas yang direncanakan.

Penurunan tekanan bisa diakibatkan oleh kebocoran pada instalasi pipa, seperti pada sambungan pipa.

Kapasitas pompa yang akan digunakan sebesar : 1250 gpm. Sesuai dengan standar ( NFPA 20, 1999 ), atau sekitar :

079 , 0 60 1000 785 , 3 1250   x x Q m3/s

Jadi kapasitas pompa yang digunakan sebesar : 0,079 m3/s Daya pompa, yang digunakan rumus :

P =

 xgxHxQ

...(2.21) Dimana : P = daya pompa ( watt )

(50)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) g = 9,81 m/s2 H = 225 m Q = 0,079 m3/s ηρ = Efisiensi pompa

Untuk mendapatkan nilai efisiensi pompa, tentukan dahulu besaran putaran

spesifik pompa ( ns ) dengan rumus : 3/4

H Q n

………. ...(2.22)

Dimana : ns = Putaran spesifik pompa ( rpm )

n = Putaran pompa ( rpm ) Q = Kapasitas pompa H = Head total pompa ( m )

(51)

Universitas Mercu Buana Hairun Nizar (41308010044) 2.10 Flowchart Diagram

Gambar 2.18 flowchart Diagram Start

Data Pompa Data Luas Gedung

Tower lantai 7

Pengolah Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

selesai Dasar Awal Study

Literatur

Gambar

gambar 2.1 Kurva Suhu Api
Tabel 2.1 penyebab Kebakaran
Gambar 2.2. Diagram Sistem Kerja Perlengkapan Kebakaran
Tabel 2.2 Rata-Rata Temperatur bola (bulb)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya keterampilan fish handling dan sanitasi pada mitra akan diatasi dengan pelatihan penanganan ikan sehingga mutu ikan yang dijual akan baik dan pada akhirnya

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kunci determinasi berpengaruh terhadap

Data hasil angket tanggapan mahasiswa terhadap multimedia pembelajaran lectora inspire berbasis multipel representasi pada kesetimbangan kimia dapat dilihat pada Tabel

Pengelolaan sumber daya manusia menjadi sangat penting karena perusahaan dapat mencapai kinerja yang diharapkan serta memiliki keunggulan kompetitif ketika orang di

Proyek : Pembangunan PLTS di wilayah Sumatra Barat Deskripsi : Berkapasitas 16 MW.. Proyek : Pembangunan PLTS di wilayah

Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang

Oleh karena itu, penelitian ini hanya membahas penyerapan Fe sebagai logam yang paling banyak kandungannya, meskipun percobaan dilakukan menggunakan sampel air baku dan limbah

Bagi usulan akreditasi ulang yang hasil akreditasi peringkatnya tetap dan telah memiliki sertifikat yang masih berlaku masa akreditasi, maka sertifikat baru tidak akan