• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2008: 2) adalah sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation of

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2008: 2) adalah sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation of"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.AUDITING

Auditing menurut Arrens & Mark S Beaslev (2003) dalam Rachmawaty (2008: 2) adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by competent, independent person”. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Standar umum yaitu:

a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor,

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat,

2. Standar pekerjaan lapangan yaitu:

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaiknya dan jika digunakan asisten harus

(2)

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang dilakukan,

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit 3. Standar pelaporan yaitu:

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya,

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor,

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

2.2.Timeliness/Ketepatan Waktu Laporan Keuangan

Scott (2003) dalam Rachmawaty (2008: 2) mendefinisikan informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun demikian, informasi baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila

(3)

informasi tersebut tepat waktu. Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin, agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan keuangan.

2.3.Profitabilitas

”Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu” (Amilia dan Setiadi, 2006: 6) dalam Simbolon (2009: 17). Profitabilitas mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh operasional perusahaan. Semakin besar rasio profitabilitas perusahaan, maka akan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang mengalami laba, cenderung melaporkan laporan keuangannya lebih cepat daripada yang profitabilitasnya rendah. Menurut Hossain dan Taylor (1998:11) dalam Simbolon (2009: 18) “it is likely that if profitability of a company is high, management likely to hurry to publish the corporate annual report in order to experience the comfort of communicating it as it is ‘good news’”. Sedangkan jika perusahaan mendapat rugi (loss), maka audit delay akan semakin panjang. Hossain dan Taylor (1998:12) dalam Simbolon (2009: 18) berpendapat bahwa “an auditor may proceed more caustiously during the audit process in response to a company loss if the auditor’s believes the

(4)

company’s loss increases the likelihood of financial failure or management fraud”. Sehingga dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin singkat audit delay. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). “ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dan total asset” (Wild, Subramanyan, dan Hasley, 2005:41) dalam Simbolon (2009: 18).

2.4.Solvabilitas

”Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya (baik kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek) dari harta perusahaan tersebut” (Amilia dan Setiadi, 2006: 7) dalam Simbolon (2009: 18). Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila tingkat solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Menurut Amilia dan Setiadi (2006: 7 ) dalam Simbolon (2009: 19), ”solvabilitas yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan sehingga perusahaan berusaha untuk ’memoles’ terlebih dahulu sebelum laporan keuangan disajikan. Dalam penelitian ini rasio yang akan dipakai adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER, maka semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Perusahaan dengan

(5)

kewajiban yang besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka. Maka semakin besar tingkat solvabilitas, semakin cepat pula audit delay. DER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Wild, Subramanyan, dan Hasley, 2005:41) dalam Simbolon (2009: 19).

2.5.Size Perusahaan

”Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan” (Amilia dan Setiadi, 2006: 4) dalam Simbolon (2009: 20). Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin akan terjadi memampukan auditor mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan pekerjaan intern. Selain itu, manajemen dari perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Sehingga perusahaan berskala besar

(6)

cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal. ”Thats managements of larger companies may have incentive to reduce both audit delay and report delay since larger company may be monitored more closely by investors, trade unions and regulatory agencies, and thus face greater external pressure to report earlier” (Hossain dan Taylor : 1998,10) dalam Simbolon (2009: 20). Dalam hal ini peneliti akan menggunakan Logaritma Total Aktiva sebagai proksi dari ukuran perusahaan.

2.6.Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik.

Reputasi Kantor akuntan publik adalah salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi audit delay. Pada umumnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar (yang bekerja sama dengan KAP internasional) mempunyai insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat . KAP besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan pengauditan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit. Menurut Hossain dan Taylor (1998:13) dalam Simbolon (2009: 21) “it may be reasonable to expect that larger audit firms would complete audits on a more

(7)

timely basis because of their experience; larger firms may be able to audit such companies more efficiently than small audit firms”. Dalam penelitian ini, KAP akan dikategorikan menjadi Big Four dan non Big Four. Kategori KAP merupakan variabel dummy di mana perusahaan yang bermitra KAP Big Four akan di beri nilai 1 ( satu) dan yang tidak bermitra akan di beri nilai 0 (nol).

2.7.Pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas dan size perusahaan) dan faktor eksternal (reputasi KAP) terhadap Audit Delay.

Ashton & Elliot (1987) dalam Rachmawaty (2008: 4) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan beberapa variabel independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, besarnya laba rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh memperpanjang Audit Delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri dibandingkan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian pemeriksaan relatif lebih banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku.

(8)

Owusu-Ansah (2000) dalam Rachmawaty (2008: 4) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan dengan menggunakan teknik regresi two stage least square (2SLS) untuk mengetahui bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan dapat menjelaskan ketepatwaktuan pelaporan.

Na’im (1998) dalam Rachmawaty (2008: 4) menemukan bahwa ketepatwaktuan penyetoran laporan keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan sebagai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Dengan mengelompokkan sampel ke dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan laporan keuangan tahunan.

Halim (2000) dalam Rachmawaty (2008: 4) melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 1997. Variabel independen yang digunakan total revenue, jenis industri, bulan penutupan buku tahun, lamanya menjadi klien KAP, rugi atau laba operasi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Dari hasil penelitian diperoleh Audit Delay cenderung panjang apabila perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian, sedangkan hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap Audit Delay adalah tahun buku dan pelaporan kerugian.

(9)

Wirakusuma (2004) dalam Rachmawaty (2008: 4) melakukan penelitian yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik (studi empiris mengenai keberadaan divisi internal audit pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Adapun hal yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, jenis industri, internal audit, reputasi auditor, opini auditor dan jumlah waktu pelaksanaan audit. Hasil yang diperoleh adalah faktor-faktor ukuran perusahaan profitabilitas, internal auditor dan opini auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan. Sedangkan jenis industri dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit lap keuangan tahunan.

2.8.Pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas dan size perusahaan) dan faktor eksternal (reputasi KAP) terhadap Timelines.

Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ketepatwaktuan laporan keuangan dilakukan oleh Dyer & Mc Hugh (1975) dalam Rachmawaty (2008: 4) yang meneliti faktor-faktor spesifik perusahaan, yaitu ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan tingkat profitabilitas. Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan yang signifikan dari ukuran perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku dengan ketepatwaktuan laporan keuangan, sementara tingkat profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan ketepatwaktuan laporan keuangan.

(10)

Menurut Courtis (1976) dan Giling (1977) dalam Rachmawaty (2008: 4), bahwa mereka tidak menemukan hubungan-hubungan yang konsisten antara faktor-faktor spesifik perusahaan dengan perilaku ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan.

Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu-Ansah (2000) dalam Rachmawaty (2008: 4) menemukan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Sementara itu Givoly & Palmon (1982) dalam Rachmawaty (2008: 4) menggunakan ukuran perusahaan dan kompleksitas operasi untuk dapat menjelaskan ketepatwaktuan (Timeliness), menemukan bahwa penundaan pelaporan erat kaitannya dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news) cenderung menyebabkan keterlambatan pengumuman dan ukuran perusahaan menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan.

Penelitian yang dilakukan Givoly & Palmon (1982) juga menguji pengaruh karakteristik perusahaan dengan ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan dan kompleksitas audit secara langsung berhubungan dengan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chambers & Pennman (1984) di Amerika menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan terbalik antara besarnya perusahaan dan keterlambatan pelaporan.

(11)

2.9.Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness adalah faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Yang merupakan faktor internal yaitu: a. Profitabilitas.

Semakin besar rasio profitabilitas perusahaan, maka akan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang mengalami laba, cenderung melaporkan laporan keuangannya lebih cepat daripada yang profitabilitasnya rendah. Sehingga dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin singkat audit delay.

Perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung lebih cepat dalam menyediakan laporan keuangan tahunan yang telah di audit, sehingga akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya kepada Bapepam dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Dengan demikian profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay dan ketepatan waktu pelaporan keuangan.

b. Solvabilitas.

Bila rasio solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Maka semakin besar rasio solvabilitas, semakin cepat pula audit delay.

Perusahaan dengan kewajiban yang besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk

(12)

mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka.

c. Size Perusahaan

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin mudah mendapatkan modal eksternal dengan jumlah yang lebih besar terutama dari hutang. Dengan tersedianya dana yang ada, maka memberi kemudahan perusahaan untuk melaksanakan peluang investasi. Dengan bertambahnya nilai pasiva akan diikuti dengan bertambahnya nilai aktiva perusahaan. Pengaruh inilah yang menunjukkan semakin besarnya nilai aktiva perusahaan, maka jangka waktu pengauditan laporan keuangan lebih pendek, dan jangka waktu penyampaian laporan keuangan ke Bapepam lebih cepat.

Sedangkan yang merupakan faktor eksternal adalah Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP). Pada umumnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar (yang bekerja sama dengan KAP internasional) mempunyai insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat. KAP besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan pengauditan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit.

(13)

Variable Independent

Variable Dependent Faktor Internal

Faktor Eksternal

Gambar 1: Kerangka Pemikiran 2.10. Hipotesis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesa yang diajukan adalah:

H1 a : Profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Audit Delay. b : Solvabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Audit Delay. c : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Audit

Delay.

d : Reputasi KAP memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Audit Delay. H2 a : Profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Timeliness.

b : Solvabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Timeliness. c : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

Timeliness.

d : Reputasi KAP memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Timeliness. 1. Profitabilitas 2. Solvabilitas 3. Size Perusahaan Reputasi Kantor Akuntan Publik 1. Audit Delay 2. Timeliness

Gambar

Gambar 1: Kerangka Pemikiran  2.10.  Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

bahasa-bahasa lain atau non-verbal atau sarana komunikasi lainnya, maka persyaratan bahasa yang merugikan orang-orang dari suatu kelompok ras mungkin merupakan diskriminasi tidak

kolom 4 diisi dengan harga satuan yang merupakan besaran untuk membayar

Target dari pemasaran kalender ini adalah mahasiswa IPB yang pada dasarnya adalah mahasiswa pertanian, sehingga informasi yang ada pada kalender ini dapat bermanfaat

Setelah diperoleh nilai akurasi secara keseluruhan, hasil dari penelitian ini akan dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Wibowo (2012) tentang

dalam Penentuan Pasangan Hidup dalam Perkawinan di Desa Klapayan Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwasannya dari beberapa bukti serta informasi

Begitupun dengan strategi jigsaw, karyawisata, bercerita berpasangan, dan bermain peran ( role play ) juga dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan

mengkaji perubahan sosial ekonomi petani jeruk di desa

Tujan dari asuhan kebidanan continuity of care adalah memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan trimester III, persalinan, nifas, neonatus,