• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan - Rekristalisasi Dan Aspirin - On

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil Pengamatan - Rekristalisasi Dan Aspirin - On"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A.

A. JUDUL JUDUL PERCOBAAN PERCOBAAN : : REKRISTALISASI REKRISTALISASI DANDAN aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaPEMBUATAN ASPIRINPEMBUATAN ASPIRIN B.

B. HARI/TANGGAL HARI/TANGGAL PERCOBAAN PERCOBAAN : : JUMAT JUMAT / / 01 01 NOVEMBER NOVEMBER 20132013 C.

C. SELESAI SELESAI PERCOBAAN PERCOBAAN : : SENIN SENIN / / 04 04 NOVEMBER NOVEMBER 20132013 D.

D. TUJUAN TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN :: 1.

1. Melakukan rekristalisasi dengan baikMelakukan rekristalisasi dengan baik 2.

2. Menentukan pelarut yang sesuai untuk Menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasirekristalisasi 3.

3. Menghilangkan pengotor melalui Menghilangkan pengotor melalui rekristalisasirekristalisasi 4.

4. Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenolMelakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol 5.

5. Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik.Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik. E.

E. KAJIAN KAJIAN TEORI TEORI :: 1.

1. RekristalisasiRekristalisasi

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi di antara molekul terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi di antara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar di antara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar di antara molekul  pelarutnya,

 pelarutnya, sambil sambil melepaskan melepaskan sejumlah sejumlah energi. energi. Kristalisasi Kristalisasi dari dari zat zat akan akan menghasilkanmenghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan  pembentukan kristal iniakan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.

 pembentukan kristal iniakan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan. Ada lima tahap dalam melakukan

Ada lima tahap dalam melakukan rekristalisasi zat-zat, yaitu:rekristalisasi zat-zat, yaitu: 1.

1. Memilih pelarut yang cocokMemilih pelarut yang cocok

Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat, etanol, metanol, dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu asetat, etanol, metanol, dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.

dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin. 2.

(2)

Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika larutan terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang, kemudian baru disaring.

3. Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisah zat-zat  pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lain-lain. Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna pengotor, maka sebelum disaring ditambah sedikit (±2% berat) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.

4. Dinginkan filtrat

Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang-kadang  pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang  pengaduk dapat mempercepat proses kristalisasi.

5. Menyaring dan mengeringkan Kristal

Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh  perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Keringkan kristal yang

diperoleh dalam eksikator.

Rekristalisasi bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar.

2. Pembuatan Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesic (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi, di mana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisilat direaksikan

(3)

dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat glacial karena asam asetat glacial ini bersifat murni dan tidak mengandung air, selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asam asetat glacial sehingga pada pereaksian volume semua digandakan.

Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.

Persamaan reaksinya:

 →

Aspirin berupa kristal tak berwarna dengan titik leleh 133,4ºC. Senyawa ini larut  baik dalam alkohol dan eter tetapi sedikit larut dalam air. Kemurnian aspirin dapat diuji

dengan cara dilarutkan ke dalam alkohol, kemudian ditambahkan larutan FeCl3. Jika tidak

terjadi perubahan warna, berarti aspirin sudah dalam keadaan murni, namun jika berwarna violet masih mengandung asam salisilat yang belum bereaksi.

kalor

(4)

F. ALUR KERJA

REKRISTALISASI

PEMBUATAN ASPIRIN 2,5 gram asam salisilat

Hasil

- Dimasukkan dalam Erlenmeyer 125 mL

- Ditambahkan 3,75 gram asam asetat anhidrida - Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat

- Diaduk sampai homogen

- Dipanaskan diatas penangas 50o

 – 

 60o C sambil di aduk hingga jernih.

- Didinginkan sambil tetap diaduk - Ditambahkan 37,5 mL aquades - Disaring dengan corong Buchner

- Ditambahkan 7,5 mL etanol 96% + 25 mL aquades - Direkristalisasi.

Kristal Aspirin

- Ditentukan berat dan titik leleh aspirin - Diuji kemurnian dengan FeCl3

Filtrat Residu

Kristal putih

- Dikeringkan dalam eksikator - Ditimbang beratnya

- Dibandingkan titik leleh dengan zat mula-mula - Disaring dalam keadaan panas dengan

corong bunchner

1 gram asam salisilat + 75 mL Aquades

Campuran

- Dimasukkan dalam Erlenmeyer 125 mL

- Dipanaskan di atas kompor sampai mendidih sambil diguncang. - Ditambah aquades sampai Kristal tepat larut

- Hitung volume aquades yang diperlukan

Hasil

- Didinginkan sampai terbentuk Kristal. - Saring kembali dengan corong Buchner

(5)

- Dimasukkan dalam Erlenmeyer 125 mL - Dipanaskan di atas kompor sampai mendidih

sambil diguncang.

- Ditambah aquades sampai Kristal tepat larut - Hitung volume aquades yang diperlukan

- Didinginkan sampai terbentuk Kristal. - Saring kembali dengan corong Buchner G. HASIL PENGAMATAN

 No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan 1 Rekristalisasi : Sebelum :

Asam salisilat : serbuk putih Aquades : tak berwarna

Sesudah :

- Asam salisilat + Aquades : Tidak berwarna

- Volume aquades yang ditambahkan : 70 mL - Berat kristal mula: 1 gram - Titik leleh kristal (Teori) :

159oC

- Berat kristal hasil : 0,9 gram - Titik leleh Kristal hasil

rekristalisasi : 160 oC - Kristal berbentuk jarum

H2O

Rekristalisasi sesuai untuk pemurnian zat seperti Asam Salisilat yang ditinjau dari  perubahan warna ungu ketika ditambahkan  beberapa tetes FeCl3. Randeman: 90% Filtrat Residu

- Dikeringkan dalam eksikator - Ditimbang beratnya

- Dibandingkan titik leleh dengan zat mula-mula

- Disaring dalam keadaan panas dengan corong bunchner

1 gram asam salisilat + 75 mL Aquades

Campuran

Hasil Kristal

(6)

2 Pembuatan Aspirin :  Sebelum :

- Asam Salisilat : serbuk putih - Asam Asetat Anhidrida : tidak

 berwarna

- H2SO4 pekat : tidak berwarna

- Etanol : tidak berwarna - FeCl3: Kuning

 Sesudah :

- Asam salisilat + Asetat Anhidrida + H2SO4 pekat :

Larutan tidak berwarna - Kristal : berbentuk jarum

kecil-kecil

- Kristal Aspirin + FeCl3:

 berwarna Ungu pekat

- Berat Kristal mula : 2,5 gram - Titik leleh Kristal (teori) :

133,4oC

- Berat Kristal hasil : 2,1 gram - Titik leleh Kristal (hasil):

135oC

+CH3COOH(aq)

Berat teoritis aspirin: 3,24 gram

Aspirin dapat dibuat melalui asetilasi terhadap asam salisilat yang mana memiliki titik leleh kristal sebesar 135oC. Kemurnian Kristal di uji dengan meneteskan FeCl3

 pada Kristal Aspirin dimana bila

terbentuk warna kuning dinyatakan Kristal tersebut murni, sedangkan  jika berwarna ungu

maka belum murni.

Randeman: 84% Kristal

- Ditentukan berat dan titik leleh aspirin - Diuji kemurnian dengan FeCl3

2,5 gram asam salisilat

Hasil

- Dimasukkan dalam Erlenmeyer 125 mL - Ditambahkan 3,75 gram asam asetat

anhidrida

- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat

- Diaduk sampai homogen

- Dipanaskan diatas penangas 50o –  60o C sambil di aduk hingga jernih.

- Didinginkan sambil tetap diaduk - Ditambahkan 37,5 mL aquades - Disaring dengan corong Buchner - Ditambahkan 7,5 mL etanol 96%

+ 25 mL aquades - Direkristalisasi.

 H 2SO4

(7)

H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. REKRISTALISASI

Pada percobaan 1, yaitu uji pembentukan rekristalisasi. Pertama-tama 1 gram asam salisilat yang sudah ditimbang dan sudah ditambahkan 75 mL air (dalam keadaan larut) dimasukkan pada erlenmeyer 125 mL. Kemudian dipanaskan sampai larut sambil diguncang. Lalu ditambahkan aquades sampai larutan homogen. Volume aquades yang diperlukan sampai larutannya homogen adalah sebesar 70 mL. Setelah itu dididihkan sambil diaduk. Setelah itu larutan disaring dengan corong Bunchner. Filtrat yang dihasilkan setelah disaring didinginkan berbentuk kristal berwarna putih yang berbentuk  jarum. Setelah itu kristal yang terbentuk diletakkan pada eksikator untuk memperoleh kristal yang lebih murni (tidak tercampur air). Kristal yang sudah dimasukkan dalam eksikator ditimbang, dan diperoleh massa kristal sebanyak 0,9 gram. Kristal yang telah ditimbang diuji dengan FeCl3  untuk mengetahui kemurniannya, dan dihasilkan warna

ungu. Titik leleh yang dihasilkan 160oC, hal ini terdapat pebedaan sebesar 1oC dari literatur (159o), sehingga kemurniaannya terbukti benar. Hasil randeman dari proses rekristalisasi adalah sebesar 90%.

2. PEMBUATAN ASPIRIN

Pada percobaan 2, yaitu uji pembentukan aspirin. Pertama-tama 2,5 gram asam salisilat kering yang sudah ditimbang dimasukkan pada Erlenmeyer 125 mL. setelah itu ditambahkan 3,75 gram asam asetat anhidrat. Kemudian ditambahkan 3 tetes asam sulfat  pekat, lalu dicampur hingga larutan homogen. Setelah itu, dipanaskan dengan penangas

yang telah di atur suhunya (50oC-60oC). Kemudian diaduk selama 5 menit. Lalu didinginkan sambil diaduk. Lalu ditambahkan 37,5 mL air. Setelah itu disaring dengan  penyaring Buchner. Residu dari penyaringan ditambah dengan 7,5 mL etanol, kemudian

ditambah 25 mL air. Lalu dipanaskan sampai larutan homogen. Setelah itu didinginkan sehingga terbentuk kristal. Lalu kristal yang dihasilkan disaring dengan penyaring Buchner. Sehingga dihasilkan residu berbentuk kristal, kemudian kristal yang dihasilkan diletakkan pada eksikator. Setelah diletakkan pada eksikator, kristal ditimbang dan dihasilkan massa sebesar 2,1 gram dengan titik leleh sama dengan 135oC. Hal ini terjadi

(8)

 perbedaan 1,6 oC dengan literaturnya (133,4oC). Pada saat kristal aspirin diuji dengan FeCl3, warna yang dihasilkan adalah ungu, sedangkan pada teori, apabila aspirin murni

atau mendekati murni akan muncul warna kuning. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kristal aspirin yang diperoleh tidak murni, dengan randeman sebesar 85%.

Terjadi kesalahan pada hasil percobaan kedua, dimana kristal aspirin yang didapatkan masih tidak murni. Hal ini dapat disebabkan karena:

1. Pada saat proses percobaan, larutan aquades yang ditambahkan terlalu banyak sehingga menyebabkan larutan yang terlalu encer karena penambahannya tidak tepat di sekitar titik jenuh larutan

2. Karena larutannya terlalu encer, maka ada kemungkinan bahwa asam salisilat yang terkandung dalam aspirin tidak sepenuhnya bereaksi sempurna (aspirin masih mengandung asam salisilat yang belum bereaksi).

I. KESIMPULAN

1. Titik leleh yang dihasilkan pada percobaan rekristalisasi adalah sebesar 160oC, hal ini terdapat pebedaan sebesar 1oC dari literatur (159o), sehingga kemurniaannya terbukti  benar.

2. Hasil randeman dari proses rekristalisasi adalah sebesar 90%.

3. Setelah diletakkan pada eksikator, kristal ditimbang dan dihasilkan massa sebesar 2,1 gram sedangkan hasil teoritisnya adalah 3,24 gram. Selain itu, ketika kristal aspirin diuji dengan FeCl3, warna yang dihasilkan adalah ungu, sedangkan pada teori, apabila aspirin

murni atau mendekati murni akan muncul warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa ada asam salisilat yang tidak bereaksi sempurna ketika percobaan dilakukan.

4. Titik leleh aspirin dalam percobaan ini sama dengan 135oC. Hal ini terjadi perbedaan 1,6

o

C dengan literaturnya (133,4oC).

(9)

J. JAWABAN PERTANYAAN

 REKRISTALISASI

1. Prinsip dasar rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pelarut.

2. urutan kerja yang dilakukan dalam pekerjaan rekristalisasi adalah: - Pemilihan pelarut yang cocok

- Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin

- Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut - Dinginkan filtrat

- Menyaring dan mengeringkan kristal.

3. Sifat yang harus dimiliki pelarut agar dapat digunakan untuk mengkristalisasi suatu senyawa organic tertentu:

- Pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin

-  biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut yang kurang  polar dan sebaliknya.

4. Penyaringan dengan labu isap (Buchner) lebih disukai dalam memisahkan kristal dari induk lindinya karena labu isap dilengkapi dengan vacum evaporator untuk menyaring suatu larutan pada senyawa tententu hingga didapat hasil yang maksimal, cepat, dan akurat. Prinsip kerja yang digunakan dalam penyaringan ini yaitu dengan meminimalisir suatu tekanan di dalam sistem sehingga tekanan di luar sistem menjadi lebih besar.

5. Randeman kristal hasil rekristalisasi:

   

   

   

    

 PEMBUATAN ASPIRIN 1.  →

2. Asetilasi: Terjadinya pergantian atom H pada gugus OH dan pergantian asam salisilat dengan asetil anhidrat.

Fungsi H2SO4 adalah sebagai katalisator.

(10)

3. Fungsi FeCl3 untuk membuktikan apakah dalam kristal mengandung asam salisilat atau

tidak. FeCl3  merupakan pereaksi umum golongan fenol. Penambahan fenol akan

membentuk senyawa berwarna di mana jika senyawa berada pada orto berwarna violet, meta tidak berwarna, dan para endapan kuning. di mana reaksinya akan menghasilkan reaksi samping yang berupa polimer yang mengandung gugus fenol. Pada percobaan didapatkan senyawa aspirin yang murni yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna violet saat ditambahkan FeCl3.

4. Randeman kristal aspirin:  

     

 

(11)

K. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Aspirin. http://id.wikipedia.org (Diakses tanggal 30 Oktober 2013). Arsyad, Natsir, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia. Respati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Aksara Baru.

Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

(12)

LAMPIRAN

Asam salisilat Penimbangan asam salisilat

Asam salisilat ditambah aquades Proses pemanasan asam salisilat dan

(13)

Larutan menjadi homogen setelah ditambahkan 70 mL aquades

Larutan didinginkan hingga terbentuk kristal

Proses penyaringan kristal Kristal basah yang didapat setelah

(14)

Kristal kering yang telah disimpan dalam esikator

Pengujian kristal rekristalisasi dengan FeCl3 (ungu)

(15)

Asam salisilat + asam asetat anhidrat + asam sulfat pekat

Larutan campuran diaduk

Proses pemanasan campuran di dalam penangas air

Filtrat yang diperoleh setelah disaring dengan corong Bunchner

(16)

Proses penyaringan kristal setelah direaksikan dengan etanol dan air

Kristal aspirin basah

Kristal aspirin kering setelah disimpan dalam esikator

Kristal aspirin setelah diuji dengan FeCl3

(17)

LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Randeman kristal hasil rekristalisasi:

 

 

   

 

 

    

 Randeman kristal aspirin:

 

     

 

     

 molAsam Asetat Anhidrad =

  =



 = 0,037

 molAsam Salisilat= 

 = 

 = 0,018

Asam Asetat Anhidrad + Asam Salisilat Aspirin + Asam Asetat

M: 0,037 0,018 -

-R: 0,018 0,018 0,018 0,018

S: 0,019 - 0,018 0,018

 Berat teoritis aspirin: n x MR

= 0,018 x 180 = 3,24 gram

Referensi

Dokumen terkait

Judul: “Pengaruh Efektifitas, Pengawasan, Dan Pembinaan Kredit Terhadap Peningkatan Usaha (Studi pada Debitur Kredit Usaha Rakyat Mikro Bank Rakyat Indonesia Tbk Malang)”

Falsafah keperawatan yaitu memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis,

Metode: Sampel dalam penelitian yaitu sediaan celup daun bunga kertas dalam satu kali produksi, mengguakan teknik pengumpulan data Simple Random Sampling,

Dengan pemanfaatan minyak kelapa murni yang ditambahkan pada eritrosit diharapkan dapat meningkatkan ketahanan membran eritrosit terhadap pajanan sinar

Asma Yang Mengikuti Senam Asma di Pekanbaru Menilai derajat Asma menggunakan Asthma Control Test Pada penelitian kali ini menggunakan kartu deteksi dini Alergi 2 Ni

norma yang berlaku pada organisasi. 5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan. harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun

Hal ini disebabkan karena tanah yang digunakan merupakan tanah andosol yang banyak mengandung bahan organik, sehingga penambahan pupuk anorganik dalam tanah tidak

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelayakan isi materi LKS Ekonomi kelas X semester genap di SMA Negeri Kota Semarang dilihat dari materi pokok menunjukkan