• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

198

KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR

Moh. Yamin dan Suyidno FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Email: moh_yamin@unlam.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi pendidikan menengah dari sisi efisiensi internal dan skor UN di Kabupaten Banjar, kebutuhan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar, serta perbedaan kapasitas fiskal antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten. Jenis penelitian ini adalah survey dengan pendekatan kuantitatif dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi penelitian adalah SMA/SMK/MA dan sampel dipilih secara proporsional berdasarkan strata wilayah tinggi, sedang, dan rendah. Teknik analisis data kuantitatif secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dari skor UN umumnya pada posisi sedang (7.2-7.0) dan paling banyak pada posisi rendah (UN<7.0), terutama pada jenjang Madrasah Aliyah; (2) persebaran penduduk dan sekolah jenjang menengah belum merata sehingga mempengaruhi jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah; (3) anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan, terutama pada biaya kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan. Komponen biaya naik turun yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervisi, serta mengalami penurunan adalah biaya pemeliharaan dan penggantian; (4) sumber biaya dari orang tua mengalami kenaikan dan terbesar; (5) pemerintah perlu mengkaji ulang kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan posisi sekolah berdasarkan skor UN, terutama MA dengan posisinya yang rendah, persebaran penduduk dan persebaran sekolah, ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah terutama di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung, jenjang menengah paling sedikit adalah SMK. Biaya pendidikan orang tua terlalu tinggi. Anggaran baik dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah propinsi lebih kecil.

Kata Kunci: PMU, Kebijakan Fiskal, dan UN

Abstract

This study has the objective to determine the position of senior high school in terms of internal efficiency and National Examination scores in Banjar Regency, the need for Universal Secondary Education (Pendidikan Menengah Universal [PMU]), and differences in fiscal capacity between the central, province and district government. This research is survey with quantitative approach and questionnaire as the data collecting instrument. The study population is Senior High School, Vocational High School, and Islamic Senior High School and the sample is chosen proportionally based on high, medium, and low strata area. The quantitative data analysis technique is descriptively qualitative and quantitative. The results of the study show that (1) the position of senior high school in Banjar Regency from the national examination score commonly is in the mid position (7.2-7.0) and at the most bottom position (National Examination <7.0), especially at the Islamic Senior High School level; (2) the distribution of the population and senior high school is not evenly distributed that influences the number of students continuing to mid level; (3) education budget from year to year has increased significantly, especially on the cost of teachers' and employees' welfare, improvement of the training profession, the implementation of teaching-learning process, and students' affairs. The cost componen is up and down, namely assessment, power, services, supervision, maintenance, and replacement; (4) the source of the cost from students' parents increased and is the largest; (5) the government should review the readiness of Universal Secondary Education in Banjar Regency by taking into account the school position based on national examination score, especially Islamic Senior High School with low position, the population distribution and the schools distribution, the absence of medium school facilities and infrastructure, especially in Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, and Telaga Bauntung. The least number of school is vocational school. The cost of education from students' parents is too high. The budgets from the district and provincial government is smaller than central government.

(2)

199 PENDAHULUAN

Tahun 2010-2045 merupakan periode emas Indonesia untuk mempersiapkan generasi baru sehingga perlu dilakukan investasi sumber daya manusia secara besar-besaran. Karena kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif, tangguh dan mandiri, Susilo Yudhoyono dalam Pidato Presiden RI pada Penyampaian RAPBN 2013 tanggal 16 Agustus 2012 menjelaskan bahwa pada tahun 2013 akan dimulai pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal (PMU) untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang menengah, memperkecil disparitas antar daerah, dan memperkuat pelayanan pendidikan vokasi. Oleh karenanya, pemerintah perlu menyiapkan penyediaan guru serta pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan (Berita Edukasi, 18 Agustus 2012). Menindaklanjuti pidato Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menjelaskan bahwa program Pendidikan Menengah Universal (PMU) merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun sehingga pemerinah segera melakukan

amandemen UU Sisdiknas untuk

mengokohkan landasan pelaksanaan wajib belajar dari 9 tahun menjadi 12 tahun. Selain itu, Pemerintah propinsi Kalimantan Selatan memberikan dukungan pelaksanaan PMU dengan menetapkan angka pencapaian APK 97% pada tahun 2019.

Bupati Banjar dalam LKPJ Tahun 2011 pada hari Selasa, 17 April 2012 dalam sidang Paripurna DPRD Kabupaten Banjar

melaporkan bahwa perkembangan

pembangunan di Kabupaten Banjar dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti, tingkat kemiskinan berkisar 3,34% (nasional sebesar 12,49%), tingkat pengangguran terbuka 4,67 % (nasional sebesar 6,56%), dan IPM sebesar 70,94% berada pada peringkat 5 di antara 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Kenaikan tersebut ditunjang oleh pembangunan sumberdaya manusia baik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan maupun daya beli masyarakat yang mengalami

peningkatan. Pada penyelenggaraan urusan pendidikan, telah dilaksanakan program peningkatan PAUD, pengembangan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, Peningkatan Pendidikan Menengah, Pengembangan Pendidikan Non Formal, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Manajemen Pelayanan Pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat dengan proporsi anggaran pendidikan berkisar 39,57% terhadap total APBD tahun 2011. Realisasi dari program dan kegiatan yang telah dilaksanakan APK SD/MI sebesar 99,92%, APK SMP/MTs sebesar 80,89% dan APK SM/MA 68,21%. Sementara itu, untuk APM, SD/MI sebesar 89,04% dan APM SMP/MTs sebesar 53,42%, selanjutnya untuk APM

SMA/MA sebesar 34,16%. (Humas

Kabupaten Banjar, 18 April 2012).

LKPJ di atas menunjukkan bahwa APK dan APM SMA/SMK di Kabupaten Banjar belum sesuai dengan harapan pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang tidak melanjutkan ke sekolah menengah/kejuruan dan keterbatasan sekolah menengah/kejuruan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan APK pendidikan menengah di Kabupaten Banjar. Salah satunya adalah pemerintah menyambut positif dan ikut bertanggung jawab dalam mendukung pencanangan program Pendidikan Menengah Universal (PMU). Untuk mencapai 97% pada tahun 2019, mulai tahun 2012 pemerintah kabupaten Banjar harus berusaha meningkatkan APK pendidikan menengah minimal sebesar 35,5% per tahun.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah mengetahui posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dalam hal efisiensi internal dan skor UN baik SMA maupun SMK, mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar, serta mengetahui perbedaan kapasitas fiskal antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembiayaan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian adalah diperoleh informasi

(3)

200 tentang posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar, kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan PMU, selanjutnya diperoleh rumusan kebijakan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar secara merata dan bermutu.

KAJIAN TEORI

Pendidikan dan Paradigma Baru

Mengutip pendapat Romo Mangun Wijaya, pendidikan adalah proses awal dalam usaha menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. Kesadaran sosial hanya akan bisa tercapai apabila seseorang telah berhasil membaca realitas perantaraan dunia di sekitar mereka. Sebagai usaha untuk menambahkan kesadaran sosial, maka perlu adanya perangkat analisis yang bersumber dari kebebasan berpikir dari masing-masing individu, yang pada akhirnya memberikan daya nalar kritis terhadap perkembangan sosial yang ada. Sementara Jean Piaget mendefinisikan pendidikan sebagai penghubung dua sisi, “di satu sisi, individu yang sedang tumbuh (dan) di sisi lain, nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang. Tentu, apa yang disampaikan kedua tokoh pendidikan tersebut menegaskan bahwa modal besar dalam pemajuan kehidupan berbangsa diawali dari pendidikan. Dengan pendidikan, masa depan akan bisa diraih dengan sedemikian berhasil. Pasalnya, pendidikan meletakkan cara berpikir yang kritis dan tegas bagaimana langkah-langkah pergerakan dalam pemajuan. Pendidikan berjalin kelindan dengan bagaimana melangkah dan bergerak sesuai dengan upaya pencerdasan dan pencerahan. Pendidikan merubah cara berpikir yang awalnya sangat statis menuju dinamis dan konstruktif. Pendidikan mengangkat kehidupan manusia yang awalnya terpuruk menjadi bermartabat. Dengan demikian, mengapa ada kemajuan besar dalam kehidupan berbangsa, ini selanjutnya tidak terlepas dari konteks pendidikan yang terus menerus mengawal sebuah perubahan bermakna bagi kepentingan bersama di atas segala-galanya.

Jauh-jauh hari Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan memiliki tujuan guna

memanusiakan manusia muda, yang disebut homonisasi dan humanisasi. Lebih tepatnya, manusia dipimpin dengan cara sedemikian rupa supaya ia bisa berdiri, bergerak, bersikap dan bertindak sebagai manusia sehingga ia kemudian memiliki kebudayaan yang tinggi. Ketika proses homonisasi ditunaikan, ini tidak akan lepas dari upaya untuk menjadikan manusia yang benar-benar kuat dan teguh dalam berpendirian. Sementara tatkala humanisasi dijalankan dalam rangka proses pendidikan untuk manusia, maka ini bermuara pada pemberadaban manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki nilai yang tinggi dan keluhuran yang tinggi menjadi sebuah akhir dari pendidikan humanisasi. Oleh sebab itu, menjadi sebuah urgensi bersama dan bangsa ini untuk mempercepat proses pendidikan yang benar-benar membebaskan dan mencerahkan. Tujuan mendasar dari hal tersebut adalah agar tidak lagi terjadi buta aksara. Anak-anak Indonesia mampu menjadi manusia-manusia yang mengenal diri dan lingkungannya sehingga dengan demikian mereka tidak lagi menjadi asing di dalam negerinya sendiri. Dengan pendidikan yang didapat, mereka selanjutnya mampu menggali serta mengembangkan bakat sekaligus potensi yang dimilikinya untuk bisa menjadi bermartabat.

Pendidikan Menengah Universal

Undang Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 ayat 1 menyatakan “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”; ayat 2 “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”; ayat 3 “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; dan ayat 4 “negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional”. Tentu, apa yang ditegaskan dalam konstitusi republik tercinta ini sudah sangat jelas menegaskan bahwa negara bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan

(4)

201 pendidikan bagi seluruh rakyatnya dari Sabang sampai Merauke. Wajib belajar 9 tahun yang selama ini sudah dilakukan negara sesungguhnya menjadi bagian dari tanggung jawab negara dalam membebaskan rakyatnya dari keterbelakangan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun di sini dimaknai bahwa semua anak Indonesia wajib mengikuti pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar dan negara bertanggung jawab sepenuhnya dalam pembiayaan.

Kini memasuki era reformasi dan perjalanan pemerintah sudah berganti dari satu rezim kepada rezim selanjutnya, maka program pendidikan 12 tahun yang kemudian disebut Pendidikan Menengah Universal (PMU) menjadi penting untuk dilaksanakan seutuhnya. Ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh selanjutnya menjelaskan, ada tiga sasaran PMU. Sasaran pertama adalah untuk menaikkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah secara signifikan. Ini didasarkan setidaknya terdapat 235 kabupaten/kota dengan APKnya di bawah rata-rata nasional. Pengertiannya adalah kalau tidak menyelenggarakan PMU, APK 90 persen itu baru dicapai tahun 2040. Sementara dengan PMU, APK 90% akan dicapai pada tahun 2020.

Kedua, PMU ditujukan untuk memperkecil disparitas antar kabupaten/kota. Ada 71 kabupaten/kota yang saat ini rata-rata APKnya di bawah 50 persen. Dengan PMU ini, ini diharapkan akan mendongkrak APK di kabupaten/kota tersebut agar mempersempit disparitas APKnya dengan kabupaten/kota lainnya. Ketiga, PMU akan memperbaiki komposisi SMA dan SMK agar ke depannya ada keseimbangan antara pendidikan vokasi dan akademis reguler.

Perbedaan Standar Biaya Pendidikan Nasional dengan Dana BOS

Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Lembaga sekolah akan dapat berfungsi dengan memadai ketika memiliki sistem manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana

prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil mencakup kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan pada pasal 2 menjelaskan bahwa (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, (2) masyarakat meliputi: (a) penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat, (b) peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, (c) pihak lain yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Selain itu, pasal 50 menjelaskan sumber pendanaan pendidikan harus ditentukan berdasarkan 3 prinsip meliputi : (1) prinsip keadilan, berarti besarnya pendanaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing- masing, (2) prinsip kecukupan berarti pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan, (3) prinsip keberlanjutan berarti pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

Dalam rangka membantu pembiayaan pendidikan, Kemendikbud meluncurkan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Dalam petunjuk teknis BOS 2013,

(5)

202 dijelaskan bahwa Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang bertujuan mendukung keberhasilan program PMU yang dirintis pada tahun 2013. Seluruh stakeholder pendidikan wajib memperhatikan pentingnya BOS, yaitu (1) memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu, (2) sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu, (3) mempersempit gap partisipasi sekolah antar kelompok penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa), (4) menyediakan

sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan biaya ekstrakulikuler sekolah, (5) mendorong dan memotivasi kepada pemerintah daerah serta masyarakat yang mampu untuk memberikan subsidi kepada siswa miskin (subsidi silang).

Program BOS SMA/SMK berupa

pemberian dana langsung ke sekolah dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. Adapun perbedaan besaran biaya bos dibandingkan dengan standar biaya pendidikan nasional sebagai berikut:

Tabel 1 Perbedaan Besaran Dana BOS dengan Standar Biaya Nasional

Dana BOS Standar Biaya Nasional

Per Siswa SMA/MA.SMK Januari-Juni 2013: Rp. 60.000 Juli-Des 2013: Rp. 500.000 Biaya BOS pertahun = Rp. 60.000 + Rp. 500.000 = Rp. 60.000 Permendiknas no 60 tahun 2009 SMA/MA Bahasa : Rp. 960.000/smt SMA/MA IPS : Rp. 960.000/smt SMA/MA IPA : Rp. 1.010.000/smt Perkiraan biaya SMA rata-rata pertahun

= 2 (2 x Rp. 960.000 + Rp. 1.010.000)/3 = Rp. 1.950.000 SMK Non teknik terendah Rp. 1.830.000

SMK Non teknik tertinggi Rp. 2.150.000 SMK teknik terendah Rp. 1.830.000 SMK teknik tertinggi Rp. 2.510.000 Perkiraan biaya rata-rata pertahun: = Rp. 2.200.000

Tabel di atas menjelaskan masih ada kekurangan biaya untuk SMA per tahun sekitar Rp. 1.950.000, – Rp. 560.000, = Rp. 1.390.000, dan kekurangan biaya SMK pertahun sekitar Rp. 2.200.000, – Rp. 560.000, = Rp. 1. 640.000. Kekurangan biaya tersebut perlu dicarikan solusinya untuk diatasi bersama-sama antara pemerintah daerah dan masyarakat, terutama orang tua peserta didik.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data angka putus sekolah dan kelulusan, serta data UN SMA/MA/SMK di Kabupaten Banjar. Selanjutnya dilakukan analisis untuk menstratifikasi SMA/SMK/MA menjadi dua belas quintile berdasarkan pada angka par-tisipasi kasar. Pada masing-masing quintile ini akan dibandingkan skor UN.

Pada tahap kedua pengumpulan data primer melalui angket berupa kebutuhan pendanaan dalam penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah. Pemilihan satuan pendidikan dilakukan secara acak dengan tidak mempertimbangkan distribusi status satuan pendidikan. Selanjutnya, dirumuskan kebijakan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar secara merata dan bermutu.

Populasi penelitian adalah

SMA/SMK/MA di Kabupaten Banjar. Melalui analisis efisiensi internal, ditentukan tiga stratifikasi wilayah (tinggi, sedang, dan rendah). Selanjutnya, dari setiap wilayah dibagi lagi dalam empat stratifikasi, yaitu sekolah negeri atau swasta di bawah naungan Dinas Pendidikan atau Departemen Agama. Selanjutnya dari masing-masing wilayah ditentukan SMA, MA, dan SMK secara proporsional. Setiap sampel diambil responden penelitian yang meliputi semua kepala sekolah sampel, satu guru wali kelas X, satu guru wali kelas XII, satu rombongan

(6)

203 belajar kelas X , tiga orang tua siswa kelas X dan XII dari strata tinggi, sedang dan bawah, pejabat Dinas Pendidikan serta pejabat Departemen Agama kabupaten Banjar yang berhubungan dengan pendanaan pendidikan dan pengalokasian dana, dan pejabat Bappeda Kabupaten Banjar yang berkaitan dengan alokasi dan mekanisme pendanaan sekolah.

Secara garis besar, pengumpulan data menggunakan dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar berupa angka putus sekolah, kelulusan, dan data UN SMA/SMK, angket pembiayaan sekolah menengah, angket orang tua siswa, serta penyebaran angket terhadap kepala sekolah, wali kelas, Pejabat Dinas Pendidikan, Pejabat Departemen Agama, dan Bappeda Kabupaten Banjar. Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis data sekunder adalah untuk mengidentifikasi efisiensi internal (studi dokumentasi berupa angka partisipasi kasar, angka putus sekolah dan angka kelulusan,

hasil UN SMA, MA dan SMK), menganalisis data pembiayaan pendidikan pada sampel wilayah, kecamatan yang menjadi lokasi penelitian dan sekolah yang menjadi sampel sekolah. Selanjutkan, dilakukan perumusan kebijakan kesiapan penyelenggaraan Pendidikan Menengah Universal di Kabupaten Banjar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Posisi Pendidikan Menengah di Kabupaten Banjar

Skor UN SMA/MA dan SMK

Untuk mengetahui posisi pendidikan Menengah di Kabupaten Banjar, salah satunya dapat diketahui dari hasil analisis skor UN SMA/MA/SMK tahun 2008/2009-2011/2012 yang ada di Kabupaten Banjar. Hasil analisis data skor UN dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Jenjang SMA

Hasil analisis skor UN jenjang SMA di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Hasil Analisis Skor UN Jenjang SMA di Kabupaten Banjar

No SMA/MA

IPA IPS BAHASA

2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 1 SMAN 1 Martapura 7.46 7.29 7.47 7.67 7.31 7.70 7.79 8.35 7.18

2 SMAN 1 Mataraman 7.14 7.36 7.21 7.13 6.63 7.30 7.14 7.5 6.65 6.51 6.68 6.87 3 SMAN 1 Sungai Tabuk 6.63 7.58 6.93 6.59 6.04 7.29 6.63 6.55 6.46 4 SMAN 1 Gambut 7.02 7.82 7.39 7.32 7.25 7.91 7.52 7.4 6.98 7.29 7.08 6.96 5 SMAN 1 Karang Intan 6.42 7.02 6.93 7.34 6.88 7.26 7.45 8.21

6 SMAN 1 Pengaron 6.34 7.77 7.02 6.95 6.31 7.46 7.21 7.87 7 SMAN 1 Aluh – Aluh 6.19 7.54 7.09 7.55 5.82 6.79 6.73 7.58 8 SMA N 1 Barun-Tung Baru 7.01 7.14 6.82 6.82 6.92 7.13 9 SMA PGRI 1 Martapura 6.59 7.11 6.87 6.91 10 SMA Muhammadiyah Martapura 6.84 7.25 7.12 7.26 5.26 6.96 6.72 7.94 5.81

11 SMA Darul Hijrah Puteri 5.07 6.86 5.88 5.72 5.87 6.65 6.17 5.99 12 SMA Islam Arriyadh

Pengaron 5.3 6.85 6.39 7.03

Berdasarkan hasil rata-rata nilai UN tersebut, selanjutnya dikelompokkan sekolah dengan mata pelajaran IPA, IPS, maupun Bahasa dalam kategori tinggi (rata-rata skor

UN ≥ 7,2), kategori sedang (7,2 > rata-rata skor UN ≥ 7,0), dan kategori rendah (rata-rata skor UN<7,0) yang kemudian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3 Posisi SMA berdasarkan skor UN

Tinggi Sedang Rendah

SMA UN SMA UN SMA/MA UN

SMA-IPA

(7)

204

SMA N 1 Gambut 7.39 SMA N 1 Aluh – Aluh 7.09 SMAN 1 Karang Intan 6.93 SMA N 1 Mataraman 7.21 SMA N 1 Baruntung Baru 7.08

SMA Darul Hijrah Puteri

Martapura 5.88

SMA N 1 Pengaron 7.02

SMA-IPS

SMAN 1 Martapura 7.79 SMA N 1 Mataraman 7.14 SMAN 1 Baruntung Baru 6.92

SMAN 1 Gambut 7.52 SMA PGRI 1 Martapura 6.87

SMAN 1 Karang Intan 7.45 SMAN 1 Aluh – Aluh 6.73

SMA N I 1 Pengaron 7.21 SMA Muhammadiyah Martapura 6.72

SMAN 1 Sungai Tabuk 6.63

SMA-Bahasa

SMAN 1 Martapura 7.18 SMAN 1 Mataraman 6.68

SMAN 1 Gambut 7.08 SMAN 1 Sungai Tabuk 6.46

SMA Islam Arriyadh Pengaron 6.39

SMA Darul Hijrah Puteri

Martapura 6.17

SMA Muhammadiyah Martapura 5.81

Tabel di atas menunjukkan bahwa sekolah pada kategori SMA-IPA yang berada pada posisi tinggi adalah SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, dan SMAN 1 Mataraman. Sekolah pada kategori sedang adalah SMA Muhammadiyah Martapura, SMA N 1 Aluh – Aluh, SMA N 1 Baruntung Baru, SMA N 1 Pengaron, sedangkan sekolah kategori rendah adalah SMAN 1 Sungai Tabuk, SMAN 1 Karang Intan, SMA Darul Hijrah Puteri Martapura. Pada kategori SMA-IPS yang berada pada kategori tinggi adalah SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, SMAN 1 Karang Intan, SMA N Pengaron. Sekolah kategori sedang hanya SMAN 1 Mataraman, sedangkan sekolah kategori rendah SMAN 1 Baruntung Baru, SMA PGRI 1 Martapura, SMAN 1 Aluh–Aluh, SMA Muhammadiyah

Martapura, SMAN 1 Sungai Tabuk. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil SMA yang berada pada posisi tinggi dan sedang, yaitu SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, SMAN 1 Mataraman, SMAN 1 Pengaron. Pada umumnya, yang lain lebih banyak berada pada posisi rendah (UN<7.0). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum mata pelajaran IPA belum terlalu dikuasai oleh siswa SMA, padahal IPA memiliki peranan sangat penting dalam pengembangan teknologi dan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan bagi kehidupan.

Jenjang MA

Hasil analisis skor UN jenjang MA di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 Hasil Analisis Skor UN Jenjang MA di Kabupaten Banjar No

SMA/MA

IPA IPS BAHASA

2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 1 MA NEGERI 1 Martapura 6.88 7.62 7.02 6.57 6.27 6.75 6.57 6.68 6.54 6.91 6.87 7.17 2 MA NEGERI 2 Martapura 6.58 7.39 7.08 7.27 7 7.22 7.45 8.14 5.97 6.81 6.63 7.1 3 MA NEGERI 3 Martapura 6.83 7.82 6.53 6.94 6.80 6.92 4 MA NEGERI 4 Martapura 7.15 7.63 7.13 6.61 6.74 7.20 6.90 6.76 5 MA NEGERI 5 Martapura 6.47 6.56 6.36 6.04 6.88 6.42 6.66 6.69 6 MA Hidayatullah 6.74 7.36 6.88 6.54 6.18 6.47 6.44 6.66 7 MA Pangeran Antasari 6.49 6.55 6.45 6.3 6.56 6.65 6.49 6.25 0 8 MA Puteri Al-Amin Pasayangan 6.27 6.60 6.54 6.74 6.33 6.53 6.58 6.87 9 MA Muallimin Darussalam 6.04 8.51 6.62 7.04 6.66 6.33 10 MA Puteri Cindai Alus 5.90 5.49 5.09 6.15 11 MA Darul Hijrah Putera 7.08 7.85 7.40 7.28 7 7.45 7.31 7.49 12 MA Izharil Ulum 4.99 6.51 5.99 6.48 13 MA Al Hidayah 6.12 6.76 6.65 7.08 14 MA Al Irsyad Astambul 6.22 6.88 6.66 6.89

(8)

205 15 MA Athahiriyah Pengaron 6.07 6.04 6.24 6.6 16 MA Raudhatul Yatama 6.26 6.86 6.45 6.24 17 MA Manbaul Ulum 5.12 6.90 6.11 6.31 18 MA Darul Imad 6.69 6.61 6.60 6.49 19 MA Abnaul Amin 5.27 6.54 6.13 6.58 20 MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh 6.84 6.79 6.62 6.24 21 MA Raudhatusy Syubban 6.68 6.82 6.78 6.85 22 MA Nurul Hidayah Lok Baintan 6.04 6.58 6.18 5.93 23 MA Arrahmah Sei Tabuk 6 6.75 6.37 6.35 24 MA IstiqamaH 6.37 25 MA Darul Huda 6.38

Berdasarkan hasil rata-rata nilai UN tersebut, selanjutnya dikelompokkan sekolah dengan mata pelajaran IPA, IPS, maupun Bahasa dalam kategori tinggi (rata-rata skor

UN ≥ 7,2), kategori sedang (7,2 > rata-rata skor UN ≥ 7,0), dan kategori rendah (rata-rata skor UN < 7,0), yang selanjutnya diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5 Posisi MA berdasarkan skor UN

Tinggi Sedang Rendah

MA-IPA

MA UN MA UN MA UN

MA Darul Hijrah Putera 7.40 MAN 1 Martapura 7.02 MA Hidayatullah 6.88 MAN 3 Martapura 7.32 MAN 4 Martapura 7.13 MA Puteri Al-Amin Pasayangan 6.54 MA Muallimin Darussalam 7.27 MAN 2 Martapura 7.08 MA Pangeran Antasari 6.45

MAN 5 Martapura 6.36

MA Izharil Ulum 5.99

MA-IPS

MAN 2 Martapura 7.45 MAN 1 Martapura 6.57

MAN 4 Martapura 6.90

MAN 3 Martapura 6.80

MA Raudhatusysyubban 6.78

MA Muallimin Darussalam 6.66

MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh 6.62

MA Darul Imad 6.60

MA Pangeran Antasari 6.49

MA Raudhatul Yatama 6.45

MA Darul Huda 6.38

MA Istiqamah 6.37

MA Arrahmah Sei Tabuk 6.37

MA Nurul Hidayah Lok Baintan 6.18

MA Abnaul Amin 6.13

MA Manbaul Ulum 6.11

MA Puteri Cindai Alus 5.49

MA-BAHASA

(9)

206

MAN 5 Martapura 6.66

MA AL Irsyad Astambul 6.66

MA Al Hidayah 6.65

MAN 2 Martapura 6.63

MA Puteri Al-Amin Pasayangan 6.58

MA Hidayatullah 6.44

MA Athahiriyah Pengaron 6.24

MA Puteri Cindai Alus 6.15

Tabel di atas menunjukkan bahwa MA pada mata pelajaran IPA yang berada dalam kategori sekolah tinggi adalah MA Darul Hijrah Putera, dan MAN 3 Martapura, MA Muallimin Darussalam. Sekolah dalam kategori sedang adalah MAN 1 Martapura, MAN 4 Martapura, dan MAN 2 Martapura, sedangkan pada kategori rendah meliputi MA Hidayatullah, MA Puteri Al-Amin Pasayangan, MA Pangeran Antasari, MAN 5 Martapura, dan MA Izharil Ulum. Pada matapelajaran IPS, sekolah dalam kategori tinggi hanya MAN 2 Martapura, lainnya dalam kategori rendah yaitu MAN 1 Martapura, MAN 4 Martapura, MAN 3 Martapura, MA Raudhatusysyubban, MA Muallimin Darussalam, MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh, MA Darul Imad, MA Pangeran Antasari, MA Raudhatul Yatama, MA Darul Huda, MA Istiqamah, MA Arrahmah Sei Tabuk, MA Nurul Hidayah Lok

Baintan, MA Abnaul Amin, MA Manbaul Ulum, dan MA Puteri Cindai Alus. Begitu juga dengan bahasa, sekolah pada posisi tinggi hanya MA Darul Hijrah Putra, sedangkan lainnya pada posisi rendah, yaitu MAN 1 Martapura, MAN 5 Martapura, MA AL Irsyad Astambul, MA Al Hidayah, MAN 2 Martapura, MA Puteri Al-Amin Pasayangan, MA Hidayatullah, MA Athahiriyah Pengaron, dan MA Puteri Cindai Alus. Ternyata tampak bahwa MA yang berada pada kategori tinggi pada umumnya hanya MA Darul Hijrah Putra, sementara yang lainnya pada mata pelajaran tertentu, yakni ada pada posisi sedang tetapi lebih banyak pada posisi rendah.

Jenjang SMK

Hasil analisis skor UN jenjang SMK di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6 Hasil Analisis Skor UN Jenjang SMK di Kabupaten Banjar

Data pada tabel di atas menunjukkan

bahwa SMK1 Martapura dan SMK

Darussalam Martapura pada posisi tinggi; SMKN 1 Gambut berada di posisi sedang, sementara SMKN 1 Sungai Pinang dan SMKN 1 Simpang Empat berada di posisi rendah. Ini memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya kendatipun SMK Darussalam Martapura adalah sekolah swasta, kualitasnya

berada di atas rata-rata sekolah menengah kejuruan negeri.

Posisi Pendidikan Menengah di lihat dari Persebaran Penduduk dan Persebaran Sekolah

Kepadatan Penduduk

Persebaran penduduk di Kabupaten Banjar pada setiap kecamatan dapat dilihat

pada tabel berikut:

No SMK 2009 2010 2011 2012 1 SMKN 1 Martapura 6.61 8.80 7.73 7.78 2 SMK Darussalam Martapura 6.89 8.38 7.66 7.73 3 SMKN 1 Gambut 6.71 8.24 7.39 7.21 4 SMKN 1 Sungai Pinang 6.92 5 SMKN 1 Simpang Empat 6.56

(10)

207

Tabel 7 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Banjar

Kecamatan Luas Kepadatan (2011) Kepadatan (2012)

Martapura 82.48 2498 2545 Martapura Timur 458.65 988 998 Kertak Hanyar 149.38 881 905 Sungai Tabuk 61.42 395 406 Aluh-Aluh 35.47 333 340 Tatah Makmur 134.65 312 318 Gambut 42.03 285 292 Beruntung Baru 216.5 215 220 Mataraman 29.99 161 165 Astambul 45.83 153 157 Karang Intan 147.3 144 147 Martapura Barat 560.85 114 116 Sambung Makmur 433.25 80 82 Simpang Empat 129.3 72 74 Pengaron 215.35 37 38 Sungai Pinang 1166.35 32 33 Telaga Bauntung 158 20 20 Paramasan 453.3 8 8 Aranio 148.4 7 7

Tabel di atas menunjukkan bahwa Martapura Kota merupakan kecamatan paling padat penduduk. Hal ini dikarenakan Martapura Kota selain sebagai ibukota Kabupaten juga sebagai pusat perekonomian sehingga sebagian besar penduduk Kabupaten Banjar berdomisili di Martapura Kota. Kecamatan padat selanjutnya adalah Martapura Timur, Kertak Hanyar, dan Sungai Tabuk dimana Martapura Timur berada pada

wilayah dekat kota Banjarbaru. Sedangkan Kertak Hanyar dan Sungai Tabuk berada diantara Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru sehingga berpeluang besar untuk mengalami perkembangan penduduk dan perekonomian yang pesat. Persebaran penduduk Kabupaten Banjar dari segi usia ternyata secara umum tersebar merata pada berbagai kelompok umur.

Tabel 8 Persebaran Penduduk berdasarkan Usia

Usia 2010 2011 2012 00 - 04 48017 48924 49866 05-09 50784 51765 49997 10-14 47029 47921 49398 15 - 19 48996 49943 48098 20 - 24 46413 47321 47672 25 - 29 47555 48468 48192 30 - 34 45228 46082 47277 35 - 39 42315 43218 44540 40 - 44 35646 36357 38848 45 - 49 28654 29224 31400 50 - 54 22662 23106 24929 55 - 59 14396 14667 17056 60 - 64 10983 11219 11660 65 - 18161 18528 19064 Jumlah 506839 516743 527997

Persebaran penduduk pada tabel di atas, 28% berada pada kelompok usia sekolah pada jenjang dasar dan menengah, sedangkan pada

kelompok jenjang menengah sendiri kurang lebih 9% dari total penduduk. Melihat kondisi tersebut, seharusnya jumlah siswa SD, SMP,

(11)

208 maupun SMA/sederajat tidak berbeda terlalu jauh, tetapi kenyataan masih banyak anak usia SMA yang tidak melanjutkan sekolah.

Persebaran jumlah siswa secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9 Persebaran Siswa Usia Sekolah

No Kecamatan 2011 2012 SD SMP SMA SMA 1 Martapura 10696 4865 6063 4951 2 Sungai Tabuk 6930 1732 1044 1137 3 Gambut 4468 1525 1507 1636 4 Astambul 4325 1495 407 445 5 Aluh-Aluh 3928 1223 513 539 6 Kertak Hanyar 3949 1093 461 550 7 Karang Intan 3815 1018 304 372 8 Martapura Timur 2785 181 62 71 9 Beruntung Baru 2009 547 385 139 10 Pengaron 2076 457 169 190 11 Sungai Pinang 2156 381 129 148 12 Martapura Barat 1926 357 111 111 13 Sambung Makmur 1486 383 294 136 14 Mataraman 791 877 494 500 15 Tatah Makmur 1419 569 0 0 16 Simpang Empat 659 800 151 191 17 Aranio 1331 211 0 0 18 Paramasan 713 31 0 0 19 Telaga Bauntung 450 0 0 0

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperkirakan pada siswa SD yang melanjutkan ke SMP hanya 32%, dan yang melanjutkan ke jenjang menengah sekitar 22%. Angka siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA pada umumnya terjadi hampir pada semua kecamatan. Pada kecamatan Martapura, Sungai Tabuk, dan Gambut hanya sedikit siswa tidak melanjutkan ke jenjang menengah, tetapi pada kecamatan yang lain hampir 50% lebih tidak melanjutkan ke jenjang menengah,

apalagi kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung tidak ada siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah. Persebaran Sekolah

Salah satu motivasi siswa melanjutkan jenjang sekolah adalah ketersediaan sarana prasarana sekolah yang dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini persebaran SD, SMP, SMA di Kabupaten Banjar.

Tabel 10 Persebaran Sekolah di Kabupaten Banjar

No Kecamatan SD SMP SMA Total

1 Martapura 51 25 16 92 2 Sungai Tabuk 45 9 6 60 3 Simpang Empat 39 12 1 52 4 Astambul 36 10 3 49 5 Aluh-Aluh 32 12 4 48 6 Karang Intan 33 12 1 46 7 Gambut 37 5 3 45

(12)

209 8 Mataraman 24 7 2 33 9 Kertak Hanyar 24 5 3 32 10 Beruntung Baru 20 4 3 27 11 Pengaron 21 4 1 26 12 Sungai Pinang 20 4 1 25 13 Martapura Timur 20 3 1 24 14 Martapura Barat 16 5 1 22 15 Sambung Makmur 14 5 2 21 16 Tatah Makmur 15 3 0 18 17 Aranio 14 4 0 18 18 Paramasan 9 1 0 10 19 Telaga Bauntung 5 0 0 5

Tabel di atas menunjukkan bahwa persebaran sekolah belum sepenuhnya merata. Jumlah sekolah paling banyak berada di Martapura Kota baik SD, SMP, maupun SMA. Selanjutnyam disusul Kecamatan Sungai tabuk, Simpang Empat, Astambul, Aluh-aluh, Karang Intan, dan Gambut. Bahkan ada beberapa kecamatan yang belum ada sekolah jenjang menengahnya, yaitu

Kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung.

Persebaran sekolah yang tidak merata secara tidak langsung akan mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan sekolah, hubungan antara jumlah sekolah dengan jumlah siswa yang melanjutkan sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11 Hubungan Jumlah Sekolah dengan Siswa Bersekolah

Kecamatan Siswa (2011) 2012 SD SMP SMA Siswa SMA/ Sederajat Jumlah Sekolah SMA/Sederajat Martapura 10696 4865 4951 6063 16 Sungai Tabuk 6930 1732 1137 1044 6 Gambut 4468 1525 1636 1507 3 Astambul 4325 1495 445 407 3 Aluh-Aluh 3928 1223 539 513 4 Kertak Hanyar 3949 1093 550 461 3 Karang Intan 3815 1018 372 304 1 Martapura Timur 2785 181 71 62 1 Beruntung Baru 2009 547 139 385 3 Pengaron 2076 457 190 169 1 Sungai Pinang 2156 381 148 129 1 Martapura Barat 1926 357 111 111 1 Sambung Makmur 1486 383 136 294 2 Mataraman 791 877 500 494 2 Tatah Makmur 1419 569 0 0 0 Simpang Empat 659 800 191 151 1 Aranio 1331 211 0 0 0 Paramasan 713 31 0 0 0 Telaga Bauntung 450 0 0 0 0

(13)

210 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa di jenjang menengah sebanding dengan jumlah sekolah menengah di wilayah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor kepadatan penduduk, ternyata jumlah sarana prasarana sekolah secara tidak langsung mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke jenjang menengah. Hal ini tampak di Kecamatan Martapura Kota dengan jumlah sekolah jenjang menengahnya sebanyak 16 buah, ternyata jumlah siswa jenjang menengahnya 4951 (tahun 2011) dan 6063 (tahun 2012). Sementara Kecamatan Tatah Makmur, Paramasan, Aranio, dam Telaga Bauntung yang belum memiliki sarana

prasaran sekolah jenjang menengah, ternyata tidak ada siswa yang sekolah di jenjang menengah.

Kebutuhan Penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar

Kebutuhan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar pada umumnya terbagi dalam biaya operasional dan investasi. Biaya operasional yang dikeluarkan secara garis besar meliputi kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, Peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, penilaian, pemeliharaan dan penggantian, daya dan jasa,

kesiswaan, dan supervisi.

Tabel 12 Biaya operasional setiap sekolah jenjang menengah

Pengeluaran Biaya Operasional Tahun

2010 2011 2012

Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan 3.000.000 172.591.133 222.875.438 Peningkatan profesi diklat 17.715.109 37.300.833 46.514.167 Penyelenggaraan KBM 213.967.225 162.022.333 280.394.500

Penilaian 61.050.292 41.534.772 55.422.756

Pemeliharaan dan penggantian 133.498.970 85.270.588 46.873.175

Daya dan jasa 22.707.727 28.174.983 22.945.833

Kesiswaan 55.634.333 60.659.556 68.661.433

Supervisi 3.136.667 3.583.333 2.822.500

Total 510.710.323 591.137.531 746.509.802 Tabel di atas menunjukkan bahwa

anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan dimana peningkatan lebih dititikberatkan pada peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan. Penyelenggaraan KBM pada umumnya digunakan untuk insentif tambahan bagi guru PNS/GTY dari Pemerintah kabupaten, insentif tambahan bagi tenaga administrasi di sekolah dari Pemerintah kabupaten, honor kelebihan jam mengajar guru dari sekolah, honor diterima guru bantu/honorer daerah dari sekolah, biaya perjalanan dari sekolah untuk proses mutasi/promosi per guru, tunjangan hari raya untuk guru dan administrasi, biaya sekolah untuk pakaian seragam guru dan administrasi, alokasi uang lembur dari sekolah bagi tenaga administrasi sekolah. Biaya-biaya

di atas sangat penting untuk meningkatkan motivasi guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik.

Biaya peningkatan profesi diklat digunakan untuk diklat peningkatan professional guru, diklat bagi kepala sekolah, diklat bagi tenaga administrasi sekolah, kegiatan KKG/MGMP, kegiatan MKKS, dan lain sebagainya. Biaya penyelenggaraan KBM biasanya digunakan untuk penyediaan buku ajar siswa, penyediaan bahan praktikum IPA, penyediaan bahan praktik IPS, penyediaan bahan praktik keterampilan, pengembangan kurikulum muatan lokal dan pengembangan diri, serta pelaksanaan remedial siswa.

Biaya kesiswaan pada umumnya ditujukan untuk biaya pembinaan pramuka sekolah, pembinaan olahraga sekolah, pembinaan kesenian sekolah, pelaksanaan Porseni sekolah, pelaksanaan Cerdas Cermat

(14)

211 sekolah, pelaksanaan Olimpiade sains tingkat sekolah, pembinaan KIR, penyelenggaraan Peringatan hari raya besar, kegiatan Pesantren kilat, kegiatan orientasi siswa baru. Biaya siswa sangat penting untuk menunjang bakat dan minat siswa yang tidak diperoleh di dalam kelas. Selain itu, berbagai kegiatan siswa lebih efektif untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa yang lebih positif.

Meskipun secara total anggaran operasional naik, tetapi ada beberapa komponen biaya dengan besarannya yang naik turun, yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervisi. Biaya penilaian digunakan untuk biaya ulangan umum (teori), biaya ulangan umum praktek, biaya ujian akhir tertulis, biaya ujian akhir praktik, biaya pengembangan dan penilaian tes diagnostik

untuk siswa baru, biaya sekolah untuk pengukuran IQ, EQ siswa, dan biaya pembelian buku raport siswa. Biaya daya dan jasa digunakan untuk biaya listrik, air PDAM, telepon, dan internet. Biaya supervisi digunakan untuk biaya kegiatan supervisi oleh kepala sekolah. Sedangkan biaya yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir adalah biaya pemeliharaan dan penggantian yang digunakan untuk biaya perawatan bangunan sekolah, biaya perawatan perabot kantor, biaya penggantian alat ipa, biaya penggantian alat keterampilan yang rusak, dan biaya penggantian buku pelajaran yang rusak. Sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan sekolah sampel secara total dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 13 Biaya Investasi Jenis Pembiayaan

Pendidikan (persekolahan)

Aspek Pembiayaan Besaran Nominal

2010/2011 2011/2012 2012/2013 1. Sarana

Prasarana

a. Biaya untuk pembebasan tanah untuk lahan

sekolah 0 0 0

b. Bangunan

 Biaya pembangunan ruang kelas baru 710000000 290000000 125000000  Biaya pembangunan ruang Tata

Usaha 930000000 835000000 1007500000

 Biaya pembangunan ruang Kepala

Sekolah 150000000 1005000000 800000000

 Biaya pembangunan ruang Wakil KS 150000000 3500000 52000000  Biaya pembangunan ruang Guru 150000000 220000000

 Biaya pembangunan ruang

Perpustakaan 120000000 241000000 50000000

 Biaya pembangunan Laboratorium

IPA 30000000 445000000

 Biaya pembangunan Lab Bahasa 160000000 160000000  Biaya pembangunan ruang

Keterampilan 161000000 60000000

 Biaya pembangunan lapang Olahraga 50000000 51165000  Biaya pembangunan ruang

Serbaguna 50000000 73200000

 Biaya pembangunan ruang Ibadah 102366770 92000000 112800000  Biaya pembangunan kamar kecil

/WC 50000000 15000000 40000000

 Biaya pembanguan ruang Ekstrakurikuler

15000000

 Biaya pembangunan ruang BK 52000000 15000000 5000000 c. Buku

 Biaya pembelian buku Teks Utama

pertahun 80835000 70952842 69148000

 Biaya pembelian buku Perpustakaan

per tahun 23000000 52200000 50000000

 Biaya pembelian buku Sumber

pertahun 60000000 13800000 26701000

 Biaya pembelian buku Pelengkap

per tahun 60000000 56000000 76000000

d. Alat 25000000 49500000 60000000

 Biaya pembelian Alat peraga per

tahun 71300000 45250000 87610000

(15)

212 tahun

 Biaya pembelian LCD per tahun 11750000 29800000 45550000  Biaya pembelian Komputer per

tahun 37250000 57315913 144630000

 Biaya pembelian Perabot per tahun 10000000 18393400 14500000 Tenaga a. Biaya pengadaan tenaga pendidik perorang 78000000 15500000 13080000

b. Biaya pengadaan tenaga kependidikan

per orang 12600000 15200000 14700000

Komponen

Lainnya 13000000 29100000 30100000

Total 2826751770 3179101770 3410512155

Biaya investasi dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan angka dengan alokasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan sekolah bersangkutan. Biaya investasi merupakan biaya yang diperuntukkan untuk kebutuhan investasi jangka panjang sehingga ada beberapa sekolah dalam tiga tahun terakhir yang banyak memerlukan biaya investasi, tetapi beberapa sekolah juga ada yang tidak mengeluarkan biaya investasi. Biaya investasi hanya terjadi pada sarana prasarana berupa bangunan, pengadaan buku dan alat peraga, dan tidak ada ada biaya investasi untuk pembebasan lahan untuk sekolah.

Perbedaan Kapasitas Fiskal antara

Pemerintah Pusat, Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

Pembiayaan Penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar

Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan pada pasal 2 menjelaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan kapasitas fiskal dalam pendanaan pendidikan untuk setiap jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Banjar.

Tabel 14 Sumber Dana Pendidikan Jenjang Menengah

Sumber Dana 2010 2011 2012 1. Pemerintah Pusat 1.150.189.000 1.250.157.667 579.162.209 2. Pemerintah Propinsi 157.333.250 49.440.600 83.860.867 3. Pemerintah Kab/Kota 288.260.483 314.227.911 459.491.278 4. Orang Tua 767.395.120 1.026.215.301 1.368.500.357 5. Sumber lainnya 240.000.000 322.443.333 301.850.000

Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber dana dari pemerintah pusat pada tahun 2011 mengalami kenaikan sekitar seratus juta rupiah, tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan secara signifikan sekitar enam ratus juta rupiah. Sementara bantuan dari pemerintah propinsi juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan anggaran pendidikan setiap tahun hanya terjadi pada sumber biaya dari

pemerintah daerah kab/kota, orang tua, dan sumber lainnya. Hal ini perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai perimbangan pendanaan antara pemerintah pusat, propinsi, dan daerah agar pembiayaan pendidikan bisa terpenuhi dengan baik. Berikut ini adalah secara umum biaya yang digunakan setiap orang tua siswa pada jenjang SMA, SMK, dan MA untuk keperluan anaknya.

Tabel 15 Biaya Pendidikan Anak dari Orang Tua

Biaya Orang Tua 2010 2011 2012

SMA SMK MA SMA SMK MA SMA SMK MA Alat perlengkapan sekolah(per tahun) ` a. Sepatu 173125 150000 140000 190000 150000 200000 177273 100000 230000

(16)

213 b. Seragam sekolah 262500 400000 400000 387857 400000 335000 430000 450000 275000 c. Seragam olahraga 135625 85000 152500 133333.3 85000 300000 125000 50000 300000 d. Alat tulis (ballpoint, pensil, penghapus, dll) 93750 125000 97500 141429 100000 105000 137818 100000 132500 e. Buku tulis 86429 150000 140000 109375 150000 175000 119500 100000 150000 Biaya transport PP per hari 7250 20000 6000 10000 20000 8250 10429 15000 8750 Uang saku/uang

jajan per hari 36875 10000 8000 8625 10000 9000 17700 11667 10000 Biaya

ekstrakurikuler per

tahun 180000 10000 50000 213571 10000 75000 31556 10000 75000 Biaya bimbingan

belajar per tahun 143750 510000 100000 162500 535000 100000 541667 720000 150000 Pengeluaran biaya

lainnya 962000 10000 1240000 700000 10000 1077500 875800 10000 1152000 Total 2081304 1470000 2334000 2056690 1470000 2384750 2466743 1566667 2483250

Tabel di atas menunjukkan bahwa pengeluaran orang tua setiap tahun untuk kebutuhan anaknya ternyata lebih besar pada siswa SMA, kemudian MA dan terendah adalah untuk siswa SMK.

Alternatif Pemecahan Masalah

Pemerintah perlu mengkaji ulang terkait dengan syarat kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan: Persebaran nilai UN jenjang menengah pada umumnya lebih banyak pada posisi sedang (7,2–7.00) dan paling banyak posisi rendah (UN<7.0), terutama pada sekolah jenjang Madrasah Aliyah. Persebaran siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah belum merata. Salah satu faktornya adalah ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah di kecamatan yang bersangkutan, seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Persebaran sekolah jenjang menengah lebih banyak pada Madrasah Aliyah, kemudian SMA, dan paling sedikit adalah SMK.

Biaya pendidikan yang dikeluarkan orang tua dalam tiga tahun mengalami kenaikan signifikan apalagi tahun 2012 menempati posisi tertinggi, disusul kemudian biaya pendidikan dari pemerintah pusat. Anggaran dari pemerintah kab/kota maupun pemerintah propinsi lebih kecil.

Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan: Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan pembelajaran inovatif mengacu pencapaian UN. Penambahan sarana dan prasaran sekolah

jenjang menengah atau mendirikan sekolah jenjang menengah satu atap, terutama di kecamatan yang belum ada sekolah menengahnya, seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Penambahan jumlah sekolah menengah kejuruan berbasis potensi lokal terutama pada daerah yang jauh dari SMK yang sudah ada. Peningkatan sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua.

SIMPULAN

Posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dilihat dari skor UN pada umumnya pada posisi sedang (7.2 - 7.0) dan paling banyak di posisi rendah (UN < 7.0) ada pada jenjang Madrasah Aliyah. Posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dilihat dari persebaran penduduk dan persebaran sekolah menunjukkan bahwa pada setiap kecamatan persebaran penduduk dan persebaran sekolah, terutama jenjang menengah belum merata sehingga mempengerahui jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah. Anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan dimana peningkatan lebih dititikberatkan pada peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan, tetapi ada beberapa komponen biaya dengan besarannya yang naik turun yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervise, serta biaya

(17)

214 yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, yakni biaya pemeliharaan dan penggantian. Sumber dana dari pemerintah pusat pada tahun 2011 mengalami kenaikan sekitar seratus juta rupiah, tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan secara signifikan sekitar enam ratus juta rupiah. Sementara bantuan dari pemerintah propinsi juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan anggaran pendidikan setiap tahun hanya terjadi pada sumber biaya dari pemerintah daerah kab/kota, orang tua, dan sumber lainnya. Pemerintah perlu mengkaji ulang terkait dengan syarat kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan posisi sekolah berdasarkan skor UN terutama MA yang memiliki posisi rendah, persebaran penduduk dan persebaran sekolah, ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung, persebaran sekolah jenjang menengah lebih banyak Madrasah Aliyah, kemudian SMA, dan paling sedikit adalah SMK. Biaya pendidikan yang dikeluarkan orang tua dalam tiga tahun mengalami kenaikan signifikan apalagi tahun 2012 menempati posisi tertinggi, disusul kemudian biaya pendidikan dari pemerintah pusat. Anggaran dari pemerintah kab/kota maupun pemerintah propinsi lebih kecil.

Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan/diklat pembelajaran inovatif mengacu pencapaian UN. Penambahan sarana

dan prasarana sekolah jenjang menengah atau mendirikan sekolah jenjang menengah satu atap, terutama di kecamatan yang belum memiliki sekolah menengah,seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Penambahan jumlah sekolah menengah kejuruan berbasis potensi lokal, terutama pada daerah yang jauh dari SMK yang sudah ada. Peningkatan sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua.

Atas simpulan yang disampaikan, maka selanjutnya perlu diikuti dengan rekomendasi yang perlu dilakukan pemerintah daerah sebagaimana berikut: Pemerintah Kabupaten Banjar diharapkan menyesuaikan persyaratan kesiapan penyelenggaraan pendidikan menengah universal dengan memperhatikan posisi pendidikan menengah yang ada berdasarkan skor UN, persebaran penduduk, dan persebaran sekolah yang ada. Kerjasama dengan instansi lain melalui bintek/diklat dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dalam menyukseskan UN. Perlu penambahan sekolah jenjang menengah atau sekolah satu atap, diutamakan untuk jenjang sekolah menengah kejuruan di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Perimbangan kebijakan dalam sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

A’ad. 2012. Strategi Implementasi Pendidikan Menengah Universal. Diakses melalui www. rapendik.com/program/halo-pendidikan/umum pada tanggal 28 Februari 2013.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aulia, V. 4 Januari 2012. Tantangan Pendidikan 2012 menuju MDGs. Jurnal Nasional hal 10.

Freire, P. 1981. Education for Critical Consciousness. New York: Continum.

Indratno, A. Ferry T. (Ed). 2007. Kurikulum yang Mencerdaskan: Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif. Jakarta: Kompas. Kemenag Propinsi Kalsel. 2013. Peringatan

Hardiknas Tahun 2012 di Kabupaten Banjar. Liputan 4 Maret 2013

Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, UUD 1945, Amandemen I, II,III,IV. Surabaya: Penerbit Apollo.

Mangunwijaya, Y.B. Saya Ingin Membayar Utang kepada Rakyat. Yogyakarta: Kanisius. Kompas Edisi Desember 2012. Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(18)

215 Mulyadi, A. 2012. Lulusan SMP Tak

Tertampung di Pendidikan Menengah. Kompas 5 Mei 2012. Diakses melalui www.lipsus.kompas.com.

Nur, M. Rasyid. 2013. Menyongsong Kurikulum 2013, Menanti Guru Kreatif-Inovatif. Diakses melalui http://edukasi.kompasiana.com/2013. Pemerintah Kabupaten Banjar. 2007.

Selayang Pandang Kabupaten Banjar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Sd/Mi), Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(Smp/Mts), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)

Direktorat Pembinaan SMA. Tanpa Tahun. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sekolah Menengah Atas Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013.

Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. Tanpa Tahun. Petunjuk Teknis Tahun 2013. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Menengah, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Rusman. 2012. Peran Pendidikan di Era Global. http://pendi56.blogspot. com/2012/04/peran-pendidikan-di-era-globalisasi.html.

Suyidno, Yamin, M., Setiti, S. 2012. Pemetaan Kompetensi Guru SD di Kabupaten Banjar. Laporan Penelitian Jaringan Penelitian. Jakarta: Puslitjak. Supriadi, M. 2012. Daerah Sudah Terapkan

Wajib Lulus SMA Sederajat. Kompas 4 Maret 2012. Diakses melalui www.lipsus.kompas.com.

______. Anggaran Pendidikan 2013 Rp 331 Triliun, Rp 23,4 Triliun Untuk BOS, Rp 43,1 Triliun Untuk Tunjangan Guru. Berita Edukasi 18 Agustus 2012. Diakses melalui http://setkab.go.id/berita-5407-anggaran-pendidikan-2013

______. LKPJ Bupati Banjar Tahun 2011 Disampaikan. Berita 18 April 2012.

Diakses melalui

http://humas.banjarkab.go.id.

______. Pendidikan Menengah Universal, Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Berita Edukasi 19 Agustus 2012. Diakses melalui .http://www.kemdiknas. go.id/kemdikbud/berita/588

_____. Tiga Sasaran Pendidikan Menengah Universal. Diakses melalui http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/ berita/590 pada tanggal 3 Maret 2013.

Gambar

Tabel 1 Perbedaan Besaran Dana BOS dengan Standar Biaya Nasional
Tabel 2 Hasil Analisis Skor UN Jenjang SMA di Kabupaten Banjar
Tabel 4 Hasil Analisis Skor UN Jenjang MA di Kabupaten Banjar
Tabel 5 Posisi MA berdasarkan skor UN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di wilayah agropolis ini terdapat lembaga keuangan seperti lembaga jasa perbankan dan koperasi unit desa (KUD). Di wilayah agropolis inilah barang jadi dan barang

Pengambilan darah jari untuk pemeriksaan malaria merupakan kegiatan yang didukung oleh peserta diskusi, selain itu mereka juga setuju dan bersedia bila ada kegiatan penyuluhan

Sekarang, versi 5 second edition -nya dengan segala kemampuan tambahan yang baru, dengan ukuran file yang hanya 1,41MB saja (cukup untuk dimuat pada satu floppy disk ),

Suatu misal kolam yang terdapat saluran pipa gas atau pipa air yang bocor maka kamera dapat mendeteksi lubang pada pipa tanpa harus manusia yang langsung

Berdasarkan permasalahan di atas , pada tugas akhir ini akan menentukan alternatif trase terefektif dan efisien dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang akan

Alur T3 sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 huruf c merupakan alur kabel bawah laut untuk kegiatan telekomunikasi yang berada di sebagian perairan sebelah timur Provinsi

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Penggugat yang telah dikaitkan dengan keterangan saksi-saksi Penggugat, Majelis Hakim telah menemukan fakta hukum di

Panitia dapat diberikan 1 (satu) hari Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Kota dan Penginapan sebelum pelaksanaan dan hanya untuk kegiatan yang memerlukan kepanitiaan dengan