• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PELAKSANAAN GEDUNG pk.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODE PELAKSANAAN GEDUNG pk.pdf"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

NAMA PERUSAHAAN : CV. PRIMA KARYA

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN GEDUNG PKP-PK : 270 M2

LOKASI PEKERJAAN : BANDAR UDARA LONG AMPUNG KAB. MALINAU

TAHUN ANGGARAN : 2015

A. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu proyek, perlu menentukan dan mengatur langkah-langkah kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga siapnya pekerjaan tersebut. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Semuanya ini berguna untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan-peralatan yang nanti akan dipergunakan.

Pada pelaksanaan pekerjaan perlu diperhatikan juga alat-alat penanggulangan awal pada kecelakaan kerja (kotak p3k), untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dalam lokasi proyek akan diberi rambu-rambu safety seperti berikut:

Ruang lingkup dalam pekerjaan ini meliputi : A. PEKERJAAN PERSIAPAN

B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI C. PEKERJAAN SELASAR DAN TERAS

D. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN E. PEKERJAAN BETON BERTULANG

F. PEKERJAAN LANTAI

H. PEKERJAAN PENUTUP ATAP I. PEKERJAAN PLAFOND

J. PEKERJAAN KAYU KUSEN DAN JENDELA K. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG L. PEKERJAAN PENGECATAN

M. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH/KOTOR N. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

O. PEKERJAAN KERAMIK P. PEKERJAAN LAIN-LAIN

(2)

B. METODE PELAKSANAAN A. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan persiapan meliputi :

1. Pembersihan dan Perataan Lokasi

Membersihkan lahan tapak dari semak-semak serta tanaman-tanaman liar sehingga bangunan dapat dipersiapkan untuk dibangun. Mempertahankan pohon-pohon besar yang memiliki letak strategis (mempunyai jarak yang cukup dari rencana lokasi bangunan) untuk memberikan keteduhan pada area tapak. Selanjutnya sampah sampah pembersihan dibuang pada lokasi yang telah di setujui dan tidak mecemari lingkungan.

2. Pengukuran/Bouwplank

Pekerjaan pengukuran dan pemasangan Bouwplank ini merupakan indentifikasi lokasi Pagar yang akan dibangun dengan melakukan pemasangan Bowplank dan pengukuran As secara detail, akurat, siku, lurus dan waterpass. Pekerjaan ini dilakukan untuk memperoleh informasi kondisi eksisting, dengan Referensi gambar rencana desain. Dimensi elevasi yang tertera dalam gambar dituangkan dilapangan, dengan menggunakan alat ukur. Selanjutnya semua data pengukuran dicatat dan hasil pengukuran ditandai dengan membuat patok bouwplank. Semua tanda pengukuran harus dibuat jelas dan dijaga jangan sampai berubah. Pengukuran dilakukan menggunakan alat Digital Theodolite. Pengukuran mencakup leveling, elevasi, dan plumber.

Selanjutnya hasil pengukuran dilakukan pekerjaan Rekayasa Lapangan untuk memastikan kondisi eksisting dengan rencana pelaksanaan. Rekayasa dibuat oleh Manager Proyek (Civil Engineer), Pelaksana Lapangan, dibantu oleh Surveyor/Draftmen. Hasil Rekayasa Lapangan akan didiskusikan dengan pihak Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Employer. Hasil rekayasa lapangan akan dituangkan dalam suatu gambar pelaksanaan (as build drawing) secara detail yang menjadi acuan bagi kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi dilapangan.

Bowplank kayu dipasak pada setiap rencana sudut bangunan pada jarak sekitar 1 meter diluar area rencana bangunan. Bowplank terdiri dari dua bagian vertikal yang dipasak serta bagian horizontal berupa papan kurang lebih 1.5 m yang dipaku pada bagian atas kedua tiang vertikal dengan tinggi antara 50-80 cm. Posisi sudut bangunan bagian luar ditandai dengan menggunakan benang/tali panjang, bagian ujungnya kemudian ditandai dengan menggunakan pakuyang ditanam pada

(3)

bagian atas papan horizontal. Benang/tali kemudiandiikatkan pada paku tersebut dan dihubungkan ke sudut bangunan lainnya.

Sebelum melakukan proses tata letak selanjutnya, adalah penting sekali garis luar (outline) bangunan diperiksa sudutnya untuk membentuk sudut 900 yang

akurat. Cara paling mudah untuk melakukan hal ini adalah memeriksa diagonalnya. Bila sudut bangunan sudah 900 maka perhitungan phytagorasnya akan tepat

(32+42=52). Bila setelah diperiksa sudutnya tidak tepat makaposisi tanda pada sudut tersebut harus diatur kembali sampai perhitungan diagonal yang benar dan garis luar bangunan membentuk posisi sudut dengan tepat 900.

Benang/tali yang terikat pada paku kemudian dapat digunakan sebagai tanda bagian luar dan batas dinding bangunan serta pondasi. Bowplank yanglain kemudian dapat diletakkan dengan perlakuan yang sama pada tiapsudut. Bowplank diperlukan untuk pengerjaan tembok antara, kolom, dan pondasi. Bowplank harus lurus dan sejajar dengan permukaan laut. Bila permukaantanahnya turun atau naik maka ketinggian bowplank harus disesuaikan sehingga cara menaikkan atau menurunkannya. Bowplank yang saling berseberangan harus sejajar pada seluruh tapak bangunan.

Yang perlu perhatikan pemasangan bouwplank:

¸ Semua bowplank harus lurus dan sejajar dengan bowplank yang berseberangan.

¸ Peletakkan sudut-sudut bangunan harus akurat .

¸ Tata letak bangunan pada tapak harus diperiksa secara cermat untuk membentuk 900pada tiap sudutnya.

3. Administrasi dan Dokumentasi

Sebelum pekerjaan dimulai pengawas lapangan harus mengambil dokumentasi disaat pekerjaan masih di tahap 0 %, 50 % dan 100 %, disertai dengan laporan-laporan antara lain, laporan harian, laporan mingguan dan bulanan serta menyiapkan administrasi lainnya yang di anggap perlu.

4. Pekerjaan Direksi Keet (Sewa Gudang)

Direksikeet dibangun untuk kantor sementara yang lokasinya tidak jauh dari lokasi pekerjaan. Direksikeet dilengkapi dengan meja, kursi, perangkat computer, transportasi 1 unit.

(4)

Penyimpanan Material adalah sebagai berikut : 1. Transportasi dan Distribusi Material

Material bangunan utama seperti semen, batu-bata, besi, kawat beton, paku, kayu dan peralatan lainnya di datangkan dari Tapaktuan, menggunakan jalan darat. Sementara material alam, seperti, pasir, kerikil, batu kali/belah, tanah timbun, kayu, dan material alam lainnya juga diperoleh dari lokal setempat . 2. Metode penyimpanan dan penggunaan material:

Semua material utama produksi pabrikan disimpan dalam gudang, dan setiap jenis material diberi tanda (Mark). Prinsip penggunaan adalah material pertama masuk, material yang terlebih dahulu keluar. Material lokal seperti; kayu, pasir, kerikil, batu, tanah; di stock pile dan disimpan di lokasi batching plan dan ditutup dengan plastic terpal untuk perlindungan dari iklim dan cuaca. Sistem administrasi penyimpanan dan pengeluaran material diatur dan dikelola oleh personil Logistics. Sementara untuk kuantitas dan kualitas material yang masuk dan yang digunakan, Site Manager akan memastikan material yang digunakan proyek benar-benar baik mutunya. Material yang digunakan untuk keperluaan lapangan berdasarkan sistem invois/permintaan oleh Mandor yang disetujui oleh Site Manager, ditindaklanjuti oleh Logistics Gudang untuk dikeluarkan dari gudang. Adapun proses supplier/pengadaan material konstruksi adalah sebagai berikut ini:

Material yang di stock di lokasi proyek (pasir, kerikil, tanah timbun, batu bata, kayu, dll), yang akan distockpile harus terlindung dari cuaca( panas dan hujan), dengan cara ditutup dengan platik/terpal. Sekeliling material dibuat blok platik/kayu, agar material tidak berserakan.

5. Papan Nama Proyek

Papan nama proyek dibuat pada bidang datar yang berukuran standard dan tulisannya mudah dibaca, papan nama tersebut di pajang pada lokasi pembangunan dan 100 m pada jalan masuk menuju lokasi proyek pembangunan harus diberi tanda arah menuju lokasi.

B. PEKERJAAN TANAH 1. Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas

(5)

tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar.

Gali pondasi sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras. Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-kotoran lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan dibawah lantai.

2. Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton. Elevasi atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang digunakan harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan inspeksi lapangan.

3. Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek)

4. Pasangan Batu Kosong (Aanstamping)

1. Pada saat pengerjaan lubang galian pondasi telah selesai dilakukan, makabagian paling dasar dari lubang pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan setebal 5 cm, diatasnya diberi lapisan batu gunung/kali (Aanstamping) yang dipadatkan setebal 10 cm. Batu gunung/batu kali disusun dengan teratur, antara batu dengan batu harus diberi pemisah pasir urug. Batu gunung yang digunakan bermutu tinggi, kuat, bersih, tanpa retak-retak dan tidak ada cacat yang mempengaruhi mutunya.

5. Pasangan Batu Gunung/Kali 1 : 4

Untuk menjaga keseimbangan dan dudukan batu gunung yang rata maka setelah lapisan pasir urug di diberi campuran adukan semen sebelum dilakukannya proses pasangan pondasi batu gunung/kali dan pondasi tapak. Adukan yang digunakan untuk pasangan batu gunung/kali 1Pc : 4Ps. Ada berberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Batu yang digunakan adalah dari kualitas baik dari jenis yang keras dan tidak berlubang.

(6)

2. Batu gunung/kali yang kami gunakan tidak mengandung atau menempel tanah dan ukurannya minimal 15 cm sedangkan ukuran maksimun 20 cm.

3. Batu gunung yang digunakan bermutu tinggi, kuat, bersih, bersudut (tidak bulat), tanpa retak-retak dan tidak ada cacat yang mempengaruhi mutunya.

4. Pasir pasang yang dipakai berupa pasir keras, bersih dan sebelum diaduk dengan semen dalam keadaan kering.

5. Semen yang digunakan adalah Semen Portland Type I dan memakai satu jenis PC untuk seluruh pekerjaan.

6. Air yang digunakan adalah air tawar yang bersih dan tidak mengadung lumpur, minyak, asam alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. C. PEKERJAAN SELASAR DAN TERAS

1. PASANGAN PONDASI SELASAR 1. Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar.

Gali pondasi sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras. Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-kotoran lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan dibawah lantai.

2. Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton. Elevasi atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang digunakan harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan inspeksi lapangan.

(7)

3. Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek) 4. Beton Cor Lantai Kerja Pondasi

Untuk menjaga keseimbangan dan dudukan Pasangan Bata Trasram 1 : 2 yang rata maka setelah lapisan pasir urug di diberi, maka adukan beton cor lantai kerja di tuangkan kedalam lobang pondasi. Campuran adukan lantai kereja adalah 1Pc : 3Ps : 5 Kr.

5. Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

6. Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan).

Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu

(8)

sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana dalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dangunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.

Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan berikanlah lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding.

Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6 mm.

Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya.

Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

(9)

2. PASANGAN PONDASI 1. Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar.

Gali pondasi sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras. Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-kotoran lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan dibawah lantai.

2. Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton. Elevasi atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang digunakan harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan inspeksi lapangan.

3. Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek) 4. Beton Cor Lantai Kerja Pondasi

Untuk menjaga keseimbangan dan dudukan Pasangan Bata Trasram 1 : 2 yang rata maka setelah lapisan pasir urug di diberi, maka adukan beton cor lantai kerja di tuangkan kedalam lobang pondasi. Campuran adukan lantai kereja adalah 1Pc : 3Ps : 5 Kr.

(10)

5. Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

6. Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan).

Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana dalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dangunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.

Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja

(11)

akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan berikanlah lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding.

Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6 mm.

Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya.

Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil. D. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1. Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

(12)

2. Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan).

Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana dalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dangunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.

Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan berikanlah lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding.

Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6 mm.

Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya.

(13)

Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

3. Pasangan Bata 1 : 4

Sebelum menyusun bata, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan sloof sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 4 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang ditarik antar kolom(dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

4. Plesteran 1 : 4

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan).Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dan gunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.

Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi

(14)

(dengan hasil permukaan dinding yang halus). pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan. Berikan lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding.

Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan pada kedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6mm. Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15 cm ke dinding sebelahnya. Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

E. PEKERJAAN BETON BERTULANG Pekerjaan Beton Bertulang meliputi : 1. Pondasi Tapak Beton Bertulang 2. Sloof 20 x 30 cm

3. Kolom Induk 25 x 25 cm 4. Kolom Praktis 13 x 13 cm 5. Ring Balok 20 x 30 cm 6. Balok Latai 13 x 20 cm 7. Balok Top Gevel 13 x 15 cm

Untuk semua pengecoran item struktur (Pondasi Tapak, Sloof, Kolom, Balok Latai, Ring Balok, dan Balok Top Gevel) digunakan bekisting kayu yang dilapisi bagian dalam dengan multipleks, dengan perkuatan stutwerk dan perancah menggunakan balok.

(15)

Pelaksanaan pengecoran beton bertulang, dimulai dengan memasang besi yang telah dirakit pada posisi konstruksi. Selanjutnya dipasang beton tahu pada sekeliling pembesian. Berikutnya pemasangan bekisting yang telah dilapisi oleh oli/pelumas pada bagian permukaan serta pemasangan stutwerk/pengaku.

Pastikan bahwa posisi pemasangan pembesian dan bekisting/stutwerk benar-benar tegak lurus dan leveling, lapisan permukaan area yang akan dicor benar-benar bersih (tidak terdapat potongan kayu, potongan kawat beton, dan kotoran lainnya).

Selanjutnya Supervisor Konstruksi mengajukan permohonan (Requst for Checking dan Request for Works) untuk dilakukan inspeksi oleh Direksi Lapangan untuk pekerjaan pemasangan besi dan bekisting, berikut izin untuk melakukan pengecoran beton.

¸ Beton yang digunakan memenuhi spesifikasi teknis dan juga telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Mutu dan karakteristik beton yang digunakan harus sesuai dengan item struktur yang tertera dalam kontrak, kecuali jika ada perubahan di lapangan atas persetujuan Direksi Lapangan.

¸ Setelah Kontraktor mendapat izin untuk pengecoran, maka dipersiapkan tenaga kerja dan alat/peralatan pengecoran (seperti pompa air, talang beton/corong, penggetar beton, Concrete pump, Molen).

Struktur beton bertulang untuk pekerjaan konstruksi ini terdiri dari: 1. Pondasi Tapak Beton Bertulang

2. Sloof 20 x 30 cm

3. Kolom Induk 25 x 25 cm 4. Kolom Praktis 13 x 13 cm 5. Ring Balok 20 x 30 cm 6. Balok Latai 13 x 20 cm 7. Balok Top Gevel 13 x 15 cm

Lingkup pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan item pekerjaan garis mutu, dan dimensi sesuai petunjuk dalam gambar kerja. Semua penggunaan bahan/material dan pelaksanaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis (PBBI: NI-2, 1971; SII; SNI; ACI; AASHTO; dan ASTM). Mutu beton yang direkomendasikan yang tertuang dalam spesifikasi teknis.

(16)

Sebelum dilakukan pekerjaan beton bertulang, terlebih dahulu Kontraktor akan mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan yang disetujui oleh Direksi Lapangan. Beberapa bagian yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor adalah sbb:

1. Daftar dan diagram penulangan, yang menunjukkan pembengkokan, kait, sambungan, dan over laping.

2. Bentuk, dimensi dan kekuatan cetakan/bekisting dan stutwerk.

3. Metode pengecoran, yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan, penggunaan peralatan dan alat kerja.

Pemeliharaan beton

Semua material (semen, air, agregat halus/pasir, agregat kasar/kerikil, besi, dan bahan tambahan lainnya) yang digunakan harus berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja.

Prosedure Kerja:

Semua besi dipotong, dibengkokkan, dan dirakit sesuai dengan gambar kerja. Pekerjaan ini dilakukan secara rutin di workshop hingga kebutuhan volume telah mencukupi. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 Group Pembesian yang sesuai dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan yang terdiri dari 4 orang pekerja, 2 orang tukang besi, dan 1 orang kepala tukang besi. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas dan Mandor, serta design ukuran/dimensi potongan disiapkan oleh Site Manager.

Diwaktu yang bersamaan Group Bekisting/Perancah mempersiapkan bekisting/formwork untuk penutup/cover pengecoran beton. Group ini terdiri dari 4 orang pekerja, 2 orang tukang dan 1 orang kepala tukang. Site Manager Kontraktor akan mempersiapkan dimensi bekisting berdasarkan gambar kerja dan atas persetujuan Direksi Lapangan

.

F. PEKERJAAN LANTAI

1. Timbunan Tanah Bawah Lantai

Tanah yang digunakan adalah tanah timbun biasa yang didatangkan ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck, timbunan tanah tersebut juga harus dipadatkan agar tidak terjadi longsor dikemudian hari, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper dan penyiraman dengan air. Elevasi atau ketinggian timbunan juga harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur.

(17)

2. Urugan Pasir Bawah Lantai dan Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper serta disarami air. Pasir yang digunakan harus bersih dari kotoran sampah dll.

3. Beton Tumbuk Dibawah Lantai Dalam dan Luar t = 7 cm

Adukan rabat beton(1 semen: 3 pasir: 5 kerikil) adalah untuk lantai dalam dan selasar bangunan. Setelah Adukan rabat beton selesai dicampur dituangkan pada lantai kerja kemudian ratakan permukaannya dengan bilah perata untuk mendapatkan hasil permukaan lantai yang datar dan halus.

Memisahkan rabat beton tersebut perbagian; ruangan dan selasar sehingga memiliki slab lantai yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya retakan pada lantai. Sebagai sambungan kedua slab lantai tersebut gunakan sambungan „V‟ diantara slab beton.

Pada lantai rabat beton, untuk mencapai kekuatan maksimal sebaiknya beton dibiarkan hingga mencapai kekuatan maksimal setidaknya selama 2minggu (proses curing). Tutupi dengan kantong semen atau lembaran plastik dan jagalah kelembapannya dengan cara diperciki air setidaknya satu kali setiap hari selama 2 minggu. Jika beton terlalu cepat kering akan mengurangi kekuatannya dan memperbesar kemungkinan terjadinya retakan.

4. Acian Lantai

Acian lantai dikerjakan di atas permukaan lantai yang kasar, sebelum pengacian dilakukan terlebih dahulu permukaan yang hendak diaci dibersihkan dari kotoran dll, hal ini dilakukan agar permukaan yang akan diaci rapi dan halus.

G. PEKERJAAN ATAP

1. Konstruksi Atap Dak Beton

Untuk pen ge c or an da k be ton digunakan bekisting kayu yang dilapisi bagian dalam dengan multipleks, dengan perkuatan stutwerk dan perancah menggunakan balok.

Pelaksanaan pengecoran beton bertulang, dimulai dengan memasang besi yang telah dirakit pada posisi konstruksi. Selanjutnya dipasang beton tahu pada sekeliling pembesian. Berikutnya pemasangan bekisting yang telah dilapisi oleh oli/pelumas pada bagian permukaan serta pemasangan stutwerk/pengaku.

Pastikan bahwa posisi pemasangan pembesian dan bekisting/stutwerk benar-benar tegak lurus dan leveling, lapisan permukaan area yang akan dicor benar-benar bersih (tidak terdapat potongan kayu, potongan kawat beton, dan kotoran lainnya).

(18)

Selanjutnya Supervisor Konstruksi mengajukan permohonan (Requst for Checking dan Request for Works) untuk dilakukan inspeksi oleh Direksi Lapangan untuk pekerjaan pemasangan besi dan bekisting, berikut izin untuk melakukan pengecoran beton.

¸ Beton yang digunakan memenuhi spesifikasi teknis dan juga telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Mutu dan karakteristik beton yang digunakan harus sesuai dengan item struktur yang tertera dalam kontrak, kecuali jika ada perubahan di lapangan atas persetujuan Direksi Lapangan.

¸ Setelah Kontraktor mendapat izin untuk pengecoran, maka dipersiapkan tenaga kerja dan alat/peralatan pengecoran (seperti pompa air, talang beton/corong, penggetar beton, Concrete pump, Molen).

I. PEKERJAAN PLAFOND Pekerjaa Palfond meliputi :

1. Plafond Plywood T = 6 mm (dalam) 2. Rangka Plafond (dalam)

3. Plafond Plywood T = 6 mm (luar) 4. Rangka Plafond (luar)

5. List Profil Kayu 5/5 cm

Pada pekerjaan pemasangan plafond menggunakan langit-langit (plafond) yang rata horizontal, maka pasang balok penggantung tepat dibawah kuda-kuda atap. Kemudian memasang kayu rangka penempel langit-langit (plafond) utama membentang dari ujung atas dinding ke ujung atas dinding diseberangnya. Setelah kayu utama tersebut dipasang, maka dipasangkan juga kayu rangka penempel plafond dibawah kayu utama tadi dengan jarak antar kayu tersebut 60 cm. Kayu tadi juga dipasang pada sekeliling dinding ruangan bagian atas.

Setelah rangka penempel panel langit-langit (plafond) dipasang maka lembaran panel langit-langit (plafond) dapat dipasang. Bahan yang umum digunakan adalah lembaran plywood (ketebalan 6 mm). Kemudian setelah lembar plafond siap terpasang, pada bagian pinggirnya diberikan list plafond.

J. PEKERJAAN KAYU KUSEN PINTU DAN JENDELA Pekerjaan Kusen yang dilakukan adalah :

1. Pintu Type PJ. 1 (2 unit)

(19)

- Daun Pintu Panel Ukuran 60 x 210 cm - Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 39 x 50 cm - Papan Jalusi

2. Pintu Type P.1 (2 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Daun Pintu Panel Ukuran 60 x 210 cm - Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 39 x 50 cm - Papan Jalusi

3. Pintu Type P.2 (5 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Daun Pintu Panel Ukuran 80 x 210 cm - Papan Jalusi

4. Pintu Type P.3 (4 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Daun Pintu Panel Ukuran 70 x 210 cm - Papan Jalusi

5. Jendela Type J.1 (9 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Daun Jendela Kaca 5 mm Ukuran 60 x 80 cm - Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 33 x 60 cm - Papan Jalusi

6. Jendela Type J.2 (3 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Daun Jendela Kaca 5 mm Ukuran 60 x 80 cm - Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 33 x 60 cm - Papan Jalusi

7. Ventilasi Type V.1 (3 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Papan Jalusi

8. Ventilasi Tembok Layar (2 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm - Papan Jalusi

Pemasangan rangka (kusen) pintu dan jendela dapat dilakukan pada saat penyusunan dinding bata. Pemasangan rangka (kusen) pintu/jendela tersebut bersamaan dengan penyusunan dinding bata maka harus dilakukan pemasangan besi angkur 100 mm

(20)

yang dimasukkan ke dalam rangka kayu dari sisi luar rangka (jangan sampai menembus kayu agar tidak terlihat dari luar) yang diletakkan diantara susunan batayang berfungsi memperkuat pemasangan rangka pintu/jendela tersebut pada dinding. Hal ini harus dipastikan bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika rangka (kusen) pintu dipasang setelah dinding selesai, dapat menggunakan potongan kayu yang telah dipasang pada kolom/ring balok. Maka rangka (kusen) pintu/jendela tersebut disekrup pada potongan kayu ini setelah itu bagian depan sekrup tersebut diberi dempul sehingga tidak tampak dari luar, pastikan dahulu bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika potongan kayu tersebut belum dipasang pada kolom/ring balk, maka kolom/ring balk tersebut dapat dibor dan dipasang rumah sekrup dari plastik atau dapat pula rangka (kusen) jendela/pintu tersebut dipasang dengan menggunakan paku beton yang langsung menembus rangka (kusen) kayu dan dinding bata setelah itu diberi dempul pada bagian permukaannya untuk menutupi paku beton tersebut.

Baik pintu maupun jendela dirancang memiliki bukaan ventilasi berupa jalusi yang terbuat dari kayu pada bagian atasnya. Jendela ruang kelas yang menghadap bagian muka bangunan (pada area teras) memiliki ukuran yang berbeda dari jendela pada bagian belakang bangunan. Jendela pada bagia nmuka bangunan memiliki ketinggian dinding dibawah jendela yang lebih

Baik rangka (kusen) pintu maupun jendela harus dibuat di lokasi pembangunan (bengkel Kerja) mengikuti gambar kerja yang telah dibuat. Sesuaikan ukuran rangka tersebut dengan keadaan di lapangan. Buatlah rangka (kusen) pintu/jendela ini pada daerah yang terlindung (memiliki atap). Kerangka (kusen) pintu/jendela ini pada Saat pemasangan harus menggunakan penguat (penahan) sementara pada bagian bawahnya untuk memastikan bahwa letaknya sudah benar dan tidak bergeser lagi pada saat dipasang.

Untuk menghindari kerusakan pada pintu, hindari memasang daun pintu sebelum bangunan selesai, hanya rangka (kusen) pintu/jendela saja yang dipasang. Pintu dirancang dengan daun pintu kayu yang mengayun ke arah luar ruangan (bukan pintu geser karena cepat rusak) dan jenis jendela ayun keluar dengan panel kaca dan rangka kayu. Semua pintu dan jendela dibuat dari bahan yang berkualitas baik, haluskan dahulu permukaan kayu untuk rangka pintu/jendela dan daun pintu dengan amplas sebelum dipasang.

Kaca yang digunakan untuk jendela adalah kaca dengan ketebalan 5 mm. Pada saat memesan kaca tersebut diukur dahulu ukuran kusen (rangka) jendela dan ditambahkan 5 mm pada sekeliling ukuran dimensinya agar panel kaca tersebut dapat dipasang dengan mudah dan kokoh pada rangka (kusen).

(21)

K. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG Pekerjaan ini terdiri dari :

1. Sloot Pintu Double 2. Pengangan Pintu Double 3. Kunci Tanam 2 Slaag 4. Engsel Pintu 4 Inch 5. Engsel jendela 3 Inch 6. Grendel Jendela 7. Hak Angin Jendela 8. Tarikan Jendela

Setelah daun pintu dan jendela siap maka dilaksanakan pemasangan asesories anatara lain: Sloot Pintu Double, Penganggan Pintu Double, Kunci Tanam 2 Slaag, Engsel Pintu, Engsel Jendela, Grendel Jendela, Hak Angin Jendela dan Tarikan Jendela. Pada tahap pekerjaan ini dilakukan paling terakhir agar tidak menggangu proses pekerjaan lain, dan pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya, pemasangan ini juga memerlukan baut dan paku sekrup.

L. PEKERJAAN PENGECATAN Pekerjaan Pengecatan meliputi : 1. Cat Tembok 3 x (L/D)

2. Cat Plafond Multiplex/Plywood dan List Profil 3. Cat Mengkilat Listplank Kayu

4. Cat Mengkilat Kusen Pintu/Jendela/Ventilasi 5. Cat Mengkilat Daun Pintu/Jendela

Cat yang digunakan adalah cat berbahan dasar air (emulsion), menggunakan air bersih untuk membersihkan kuas, jika menggunakan cat minyak (oil paint) menggunakan larutan terpentine (thinner) untuk membersihkan kuas.

Pengecatan dapat dilakukan dengan menggunakan rangka tumpuan maupun tangga. Pekerja pengecatan harus hati-hati dalam menggunakan tangga titian dalam prosespengecatan. Pastikan sudutnya membentuk perbandingan 1 : 4, contohnya jika tangga berukuran 4 m, maka jarak ujung bawah tangga dari dinding adalah 1m.

Pada saat plesteran dinding telah selesai dikerjakan dantelah mencapai keadaan terbaiknya, proses pengecatan dinding dapat dilakukan.

Dinding harus dicat menggunakan cat emulsion yangbaik kualitasnya. Lapisan cat dasar terbuatdari cat emulsion yang dicampur denganair bersih sebanyak 20%.Cat

(22)

emulsion sebanyak 5 liter akan menutupi luas area dinding sekitar 30m2 (dengan satu

lapisan cat). Untuk mengurangi biaya perawatan, bagian bawah dinding (kira-kira hingga ke bagian bawah ambang jendela sekitar 120cm pada bagian muka bangunan/teras) dapat dilakukan pengecatan dengan menggunakan cat mengkilat (gloss paint) untuk memberi lapisan cat yang kuat dan dapat dicuci (tahan air).pintu dan jendel a terbuat dari kayu yang baikkualitasnya maka untuk hasil akhir dapat ditampakkan(expose) dengan menggunakan lapisan cat minyak.Pertama-tama bagian kayu tersebut harus diamplas untuk menghaluskan permukaannya, kemudian beri lapisan dasar berupa campuran vernish dan 10% terpentine. Setelahitu beri cat minyak sebagai hasil akhir (finishing),jangan lupa untuk mengamplas permukaan setiap satulapisan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan adalah :

1. Hindari melakukan pengecatan pada permukaan yang kotor atau berminyak, karena akan memakan waktu lama pada saat pengeringan cat dan hasil akhir permukaan cat akan terlihat tidak bagus.

2. Persiapkan keadaan permukaan yang akan dicat dengan dibersihkan, dicuci, dsd 3. Hindari menyapu lantai sebelum atau pada saat melakukan proses pengecatan,

debu dan kotoran yang timbul akan merusak hasil pengecatan.

4. Jangan menggunakan kuas cat (jenis roll maupun konvensional) yang sudah lama atau yang kurang baik karena akan mempengaruhi hasil akhir pengecatan menjadi tidak bagus.

5. Lakukan selalu pengamplasan permukaan setiap kali satu lapisan cat selesai dikerjakan sebelum mengerjakan lapisan berikutnya.

6. Hindari penggunaan bahan pengencer yang terlalu banyak pada campuran cat. 7. Bacalah petunjuk pengecatan yang ada pada kaleng cat yang digunakan.

M. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH/KOTOR Pekerjaan ini meliputi :

1. Instalasi Pipa Air Bersih PVC ½” AW dan Asesories 2. Instalasi Pipa Air Bersih PVC 1” AW dan Asesories 3. Pengadaan dan Pasang Kran Air Stainless Stell 4. Instalasi Pipa Air Kotor 3” AW Wavin dan Asesories 5. Instalasi Pipa Air Kotor 4” AW Wavin dan Asesories 6. Klosed Jongkok

7. Kran Air ½” 8. Tempat Sabun

(23)

9. Pipa Penguras Bak dari Kuningan 10. Floor Drain Stainless Stell

11. Box Kontrol

12. Septictank dan Resapan

Instalasi pipa air bersih harus ditanam didalam dindingdimana pipa tersebut ter lindungi, adapun proses instalasi sanitair adalah seperti berikut ini :

Pada tahap pekerjaan Septic tank dan rembesannya harus memiliki jarak minimal 3 meter dari bangunan sehingga jika terjadi kebocoran septic tank, keadaan tanah pada bagian pondasi bangunan tidak mengalami kelembapan yang dapat menyebabkan penurunan pondasi. Akan sangat berguna bila septictank memiliki akses bukaan pada tanah diatas pipa saluran air kotor dari toilet sebelum masuk ke septic tank, untuk memudahkan pekerjaan perbaikan bila ter jadi penyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septictank jauh letaknya) atau pada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaan ini harus memiliki tutup yang dapat dibuka terbuat dari semen

 Instalasi Pipa Air Bersih PVC ½” dan PVC 1” Persyaratan bahan :

a. Pipa air bersih adalah PVC dengan testing Pressure 15 kg/cm2, produk danmerk akan di tentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan gambar kerja.

b. Fitting harus dari pabrik yang sama (direkomendasikan untuk itu)

c. Perlengkapan lainnya (stop kran, valve, clean out dan sebagainya) disesuaikan dengan kebutuhan, produk/merk akan ditentukan kemudian.

Pelaksanaan :

a. Pemasangan instalasi-instalasi air bersih akan dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya

b. Kami akan menyiapkan shop drawing sebelum pekerjaan dimulai dan membuat asbuilt sesuai dengan apa yang dipasang

c. Pengyambungan pipa dengan menggunkan lem sehingga kuat dan tahan terhadap tekanan air

d. Pemasangan dan penyambungan pompa dan segala perlengkapannya sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.

e. Pipa-pipa air yang sudah terpasang baru akan ditimbun/ditutup, setelah disetujui oleh site engineer dan pemasangn pupa didalam ruangan bersifat inbaw.

f. Semua instalasi air bersih akan kami test dengan perconbaan tekanan 6 Atm selama minimal 24 jam terus menerus atas persetujuan lain dari site aengineer.

(24)

 Kran Air Stainless Stell Ruang Lingkup

a. Meliputi seluruh pekerjaan, perlengkapan, bahan-bahan dan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk keperluan sanitasi atau plambing.

b. Pekerjaan instalasi air bersih, lengkap peralatan bantu sesuai gambar rencana dan kebutuhan.

Syarat-syarat

a. Bahan yang digunakan kwalitas yang terbaik

b. Sebelum mendatangkan barang kelokasi, kami akan memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan direksi

c. Untuk pekerjaan instalasi memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan plumbing Indonesia.

d. Pelaksanaan pekerjaan Instasi silaksanakan oleh instruktur yang dapat persetujuan dari direksi/Pengawas.

 Instalasi Pipa Air Kotor 3” dan 4” AW Wavin Persyaratan Bahan.

a. Pipa air kotor adalah PVC, Kelas AW, tekanan kerja 8 kg/cm2, sdimensi pipa sesuai dengan gambar, produk dan merk ditentukan kemudian.

b. Septitank dan resapan terbuat dari buis beton, dimensi dan spesifikasi sesuai dengan gambar rencana.

Pelaksanaan :

a. Pemasangan pipa instalasi air kotor horizontal dan mempunyai kemiringan kearah pembuangan minimum 2 %

b. Pipa saluran air kotor dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak ada hawa busuk yang keluar dari pipa tersebut. Dan tidak ada rngga udara.

c. Pipa saluran air kotor dan asmbunagn-sambungan akan dibuat dengan rapi, kuat dan cermat, sehingga menjamin bahwa air kotor/buangan dapat mengalir dengan lancar.

d. Sebelum semua pekerjaan instalasi air kotor diserahkan akan dilakukakn pengetesan terhadap kelancaran dan ada tidaknya kebocoran pada saluran.

 Pembuatan Septictank dan Resapan

Pada tahap pekerjaan Septic tank dan rembesannya harus memiliki jarakminimal 3 meter dari bangunan sehinggajika terjadi kebocoran septic tank,

(25)

keadaan tanahpada bagian pondasi bangunan tidak mengalamikelembapan yang dapat menyebabkan penurunanpondasi.

Akan sangat berguna bila septic tankmemiliki aksesbukaan pada tanah diatas pipa saluran air kotordari toilet sebelum masuk ke septic tank, untukmemudahkan pekerjaan perbaikan bila ter jadipenyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septic tank jauh letaknya) ataupada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaanini harus memiliki tutup yang dapat dibuka terbuatdari semen. Bahan yang digunakan adalah :

- Batu bata merah - Pasir pasang - Semen portlan - Kerikil - Besi beton - Batu gunung - Campuran Kerikil - Ijuk - Pipa dan - Tanah urug

Pelaksanan pembuatannya sama dengan pelaksanaan membuat dinding bata kedap air serta lantai batu kedap air. Jadi pasangan bata adukan 1 semen 2 pasir. Adapun tutup septicktank dari plat beton bertulang yang pembuatannya dilakukan dapat diluar ( pra cetak ) atau langsung diatas septictank dengan papan acuan yang tidak diperlukan dibongkar, satu dan lain hal agar ditentukan oleh pengawas. Batu bata harus diplester dengan adukan 1 : 2 baik dari sisi dalam maupun luar. Untuk membuat resapan air kotor dari septictank dan kamar mandi, bahan pokoknya adalah batu belah, pasir dan ijuk.

N. PEKERJAAN INSTALASI LISRTIK

Pekerjaan instalasi arus listrik dikerjakan oleh mekanik yang ahli pada bagian kelistrikan, hal itu dilakukan agar menghidari hal-hal yang tidak diinginkan, proses instalasi ini dilakukan sesuai dengan gambar dan disetujui oleh direksi. Material-material yang digunakan dipesan langsung dari daerah setempat agar proses pengangkutannya tidak lama. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :

1. Box Sekering + MCB

(26)

3. Instalasi Titik Penerangan, Instal termasuk kabel NYA 2,5 mm dalam pipa PVC, fitting lampu dan kelengkapan terpasang

4. Instalasi Titik Kontak, Instal termasuk kabel NYA 2,5 mm dalam pipa PVC, kotak-kotak dan kelengkapan instalasi terpasang

5. Stop Kontak 6. Saklar Tunggal 7. Saklar Ganda

O. PEKERJAAN KERAMIK

Pemasangan Lantai keramik 40 x 40 cm bagian dalam, Lantai Granit 40 x 40 cm bagian teras dan tangga, Lantai keramik 40 x 40 cm bagian selasar dan tangga (unpolished), keramik 20 x 25 cm bagian dinding kamar mandi, keramik 20 x 20 cm bagian lantai kamar mandi dan keramik dan bon-bon keramik. Ada berberapa hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan pasangan keramik antara lain :

1. Bahan-bahan yang dipergunkan sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh-contoh kepada direksi

2. Sebelum pekerjaan dimulai, Kami membuat shop drawing dari pola keramik yang disetujui oleh Direksi

3. Keramik yang dipasng dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda.

4. Adukan pengiat dengan campuran 1 PC : 3 Ps dan ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan, bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.

5. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lembar siar-siar), harus sama lebar maksimum 3mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau

6. sesuai detail gambar susui direksi, yang membentuk garis-garis sejajar yang lurus yang sama lebar dan dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.

7. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan/persyaratan, warna bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya

8. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alt pemotong keramik khusus sesuai dengan persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.

9. Keramik yang sudah dipasang harus di bersiihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih

10. Sebelum keramik dipasang , terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air sampai jenuh.

(27)

11. Tempat diatas detalasi sub lantai, pasangan ubin harus diberi nad selebar 1 cm, kemudian kedalaman mad selebar 1 cm tersebut dimasukkan grouting dari silikon rubber sealant.

P. PEKERJAAN LAIN-LAIN Pekerjaan lain-lain meliputi :

1. Pembersihan kembali

Pembangunan Gedung PKP-PK : 270 M2 , akan kami Laksanakan sebagai mana diatur

dalam Bestek, Spesifikasi Teknis Pelaksanaan dan Gambar Kerja serta instruksi dari Direksi Teknis ataupun Pengawas Lapangan dan Time Scedule yang telah kami rencanakan.

Material yang dipakai adalah bersumber dari daerah sekitar dan bahan yang digunkan Produk Nasional. Tenaga kerja kami memakai tenaga kerja profesional dibidangnya masing-masing. Jangka waktu pelaksanaan akan kami usahakan semaksimal mungkin lebih cepat dari Scedule yang kami ajukan.

Apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka kami akan berpedoman Kepada Gambar Rencana dan Rencana Anggaran Biaya serta akan berkonsultasi dengan Direksi dan Pengawas Lapangan.

Samarinda, 14 Juli 2015 CV. PRIMA KARYA

SAYUDIN, SP Direktur

Referensi

Dokumen terkait