• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikologi Sosial"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SOSIAL (INTERPERSONAL)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Persepsi (DK-3014)

Oleh

Anggun Indah Sari / 15213xxx Asalia Widjaja / 15715008

Benedictus Thomas Pradipta T.P.W / 15213099 Christopher Handino / 15714027

Ericko Cong / 12015058 Ibnu Syukron A. / 12015064

Jeffrey Halim / 12015032 Owen Nixon Jimawan / 12015030

Vivian / 10115063

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017

(2)

BAB I DEFINISI

Sebelum melihat pengertian persepsi sosial, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu persepsi itu sendiri. Menurut Toha (1983), persepsi merupakan pemahaman individu terhadap informasi dari lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif, yang didapatkan melalui pengindraan, yaitu pandangan, penciuman, dan perasaan terhadap suatu objek yang kemudian ditafsirkan. Persepsi sendiri memiliki makna atau arti pada suatu objek berdasarkan stimulus indrawi.

Persepsi sosial sendiri memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga dikenal seperti sekarang ini. Pada tahun 1950-an, dikalangan psikolog sosial lahirlah istilah persepsi sosial yang didefinisikan sebagai “the role of socially

generated influences on the basic processes of perception” (Mc David dan Harari,

1968:173).

Sedangkan, kini persepsi sosial telah memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia (bukan benda) sebagai objek persepsi, disini digunakan istilah persepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi objek. (Jalalludin, 2008).

Persepsi sosial dapat dimaknai menurut Baron & Byrne (2004) yang merupakan suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami orang lain. Tokoh lain seperti Robbins (Dr. Fattah Hanurawan, 2010) mengemukakan bahwa persepsi sosial sebagai proses dalam diri seseorang yang menunjukan organisasi dan interpretasi terhadap kesan-kesan inderawi, dalam usaha untuk memberi makna terhadap orang lain sebagai objek persepsi. Jika dilihat dari semua pengertian tersebut, persepsi sosial dapat kita maknai sebagai cara dalam memaknai atau menginterpretasi objek yang berupa manusia melalui stimulus indrawi.

(3)

Persepsi sosial diharapkan mendapatkan beberapa output tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan orang lain.

2. Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka.

3. Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.

(4)

BAB II

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SOSIAL

Persepsi adalah suatu proses berpikir yang melibatkkan pengolahan informasi, pemberian nama, deskripsi dan pemaknaan dari stimulus yang tertangkap oleh panca indera. Persepsi merupakan suatu proses kgnitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Sementara itu, persepsi social (social perspective) adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahai orang lain.

Ketika kita ingin mengetahui perasaan orang lain, orang lain tak selalu bersedia menceritakan perasaanya yang terdalam kepadda kita. Sebaliknya, mereka justru berupaya keras menyembunyikannya atau bahkan berdusta pada kita tentang emosi kita saat itu. (DePaulo dkk., 1996 dalam Forrest & Feldman, 2000)

Maka dari itu kita sering berusaha memperoleh informasi secara tidak terlalu langsung: memperhatikan petunjuk nonverbal (nonverbal cues) yang tampil melalui ekspresi wajah, kontak mata, postur, gerak tubuh, dan berbagai tingkah laku ekspresif lainnya.

A. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan melalui ekspresi wajah, kontak mata, dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tak bisa dikekang dan sulit dikontrol. Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi perasaan kita meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini, ataupun sengaja membaca perasaannya. Penularan emosional (emotional contagion) merupakan suatu mekanisme yang mentransfer perasaan secara otamatis dari satu orang ke orang lain. Contohnya, saat mendengar berpidato, nada suara pembicara bisa mempengaruhi perasaan kita. Saluran-saluran komunikasi nonverbal ada 4, yaitu:

a. Ekspresi wajah. “Wajah adalah gambaran jiwa” yang berarti perasaan dan emosi manusia seringkali terbaca di wajahnya dan dapat dikenali melalui berbagai ekspresinya. Terdapat 6 emosi dasar manusia yang

(5)

terlihat jelas dan telah dipelajari sejak kecil: marah, takut, bahagia, sedih, terkejut, dan jijik (Izard, 1991; Rozin, Lowery & Elbert, 1994). Makna ekspresi wajah tidak berlaku secara penuh berlaku universal di seluruh dunia (perbedaan budaya dan konstektual memang ada dalam mengartikan ekspresi wajah yang tepat).

b. Kontak mata. “mata adalah jendela hati” yang berarti kita bisa mengetahui perasaan orang lain melalui tatapan matanya. Kontak mata yang tinggi ontensitasnya bisa diartikan sebagai bentuk rasa suka atau perasaan positif lainnya, ada satu pengecualian. Bila seseorang memandangi kita terus menerus dan mempertahankan kontak mata ini tanpa peduli apapun yang sedang kita kerjakan, pandangan ini disebut staring (menatap).

c. Bahasa tubuh (gesture, postur dan gerakan). Bahasa tubuh acapkali mengungkapkan keadaan emosional seseorang. Makin banyak pola gerakan tubuh juga menyimpan makna tersendiri. Sementara gesture terbagi menjadi beberapa kategori, namun satu yang terpenting adalah emblem (gerakan tubuh yang menyiratkan makna khusus menurut budaya tertentu).

d. Sentuhan. Sentuhan yang dirasa tepat seringkali membangkitkan perasaan positif dalam diri orang yang disentuh. Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang orang lain misalnya kepribafiannya—dan bahwa jabat tangan yang kuat adalah teknik yang baik untuk menampilkan kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain.

B. Atribusi

Atribusi adalah proses dimana kita mencoba mencari informasi mengenai bagaimana seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat demikian. Banyak Teori-teori yang membahas tentang atribusi, namun kita hanya akan membahas Teori Kelley, “Theory Of Causal Attribution”. Dalam teori ini, perilaku seseorang bisa disebabkan oleh factor internal (sifat, motif, intense), factor eksternal (aspek-aspek fisik dan social) maupun kombinasi keduanya. Menurut teori ini, ada 3 sumber informasi penting untuk menjawab mengapa dalam perilaku orang lain, yaitu:

(6)

a. Consensus. Consensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Makin tinggi orang bereaksi serupa, makin tinggi konsesinya.

b. Konsistensi, yaitu derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau suatu peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. c. Distingsi, yaitu derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai

stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda.

Kita mengatribusikan perilaku orang lain pada penyebab internal bila tingkat consensus dan distingsi rendah namun konsistensi tinggi. Sebaliknya, kita mengatribusi perilaku orang lain pada penyebab eksternal bila konsensus, distingsi dan konsistensi tinggi. Kita bisa mengatribusi perilaku oranglain pada penyebab kombinasi factor internal dan eksternal bila konsensusnya rendah namun distingsi dan konsistensinya tinggi. Beberapa penyebab internal seperti kepribadian dan temperamen, cenderung stabil dan bertahan lama, motif, kesehatan, kelelahan, penyakit kronis, dll.

C. Elemen Sosial

Ada 3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang:

a. Elemen pribadi. Proses pembentukan persepsi social berdadasarkan penilaian pribadi, antara lain yang dilakukan dengan cepat, ketika melihat penampilan fisik seseorang. Misalnya: ciri-ciri penampilan fisik, jenis kelamin, suku/ras, status social ekonomi, fashion, pekerjaan, dll.

b. Elemen situasi. Semakin kaya pengalaman hidup seseorang, semakin bijak persepsi social yang dibentuknya dari situasi. Contoh: seorang dosen yang berjalan dengan seorang wanita. Bila mereka berjalan di kampus, orang akan menilai itu hanyalah mahasiswanya. Namun, bila berjalannya di bioskop orang bisa menilai kalau wanita itu selingkuhannya.

c. Elemen perilaku. Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati untuk mengidentifikasikan aktivitas seseorang.

(7)

a. Bias korespondensi: kecenderungan untuk menjelaskan sumber perilaku orang lain dari disposisi-disposisi yang ada, bahkan bila penyebab situasionalnya jelas-jelas hadir. Contoh: Alex menumpahkan kopi ke bajunya. Kita mempersepsikan bahwa, “Ah, si Alex memang canggung orangnya”. Padahal bisa saja cangkir yang dipegangnya itu terlalu panas.

b. Efek actor-pengamat: kecenderungan untuk mengatribusikan perilaku kita lebih pada factor situasional (eksternal) daripada disposisional (internal), sementara perilaku orang lain disebabkan factor disposisi (internal). Contoh: bila saya dan Andi sama-sama gagal dalam ujian. Saya akan menilai diri saya gagal karena soalnya terlalu susah, tidak ada waktu untuk belajar, atau dosennya pelit nilai. Sementara kita menilai Andi gagal karena memang dia tidak mampu/ tidak pintar. c. Bias mengutamakan diri sendiri (self serving bias): kecenderungan

untuk mengatribusi kesuksesan pada factor internal, namun mengatribusikan kegagalan pada factor eksternal. Contoh: ketika saya berhasil, saya menilai bahwa itu semua karena kerja keras saya, karena saya memang hebat, dsb. namun ketika saya gagal, saya cenderung menyalahkan factor eksternal seperti: karena dosennya pelit nilai, soalnya tidak sesuai materi, dll.

d. Berpikir irrasional (magic): kecenderungan untuk mempercayai bahwa kekuatan pikiran bisa mempengaruhi kejadian atau objek fisik di luar diri.

E. Pembentukan Kesan (Impression Formation)

Pembentukan pesan adalah proses di mana kita membentuk kesan tentang orang lain. Bagaimana kesan pertama yang dibentuk dapat mempengaruhi penilaian atau keputusan kita tentang orang lain. Pembentukan kesan pertama terhadap seseoerang yang baru bertemu terjadi dalam waktu sangat pendek, relative singkat. Penyebabnya adalah implicit personality theory, yairu kecenderungan menggabungkan beberapa sifat sentral dan peripheral (contoh: orang cantik pasti baik). Kesan pertama seringkali salah karena lebih percaya teori sendiri daripada kenyataan. Perspektif kognitif dalam pembentukan pesan telah memberikan peran openting dalam usaha memahami karakteristik dan proses pembentukan kesan.

(8)

F. Manajemen Kesan

Manajemen kesan adalah usaha seseorang untuk menampilkan kesan pertama yang disukai pada orang lain. Manajemen kesan ada 2 bentuk:

a. Strategi self-enhancement: usaha untuk meningkatkan daya tarik diri pada orang diri pada orang lain, meliputi meningkatkan penampilan fisik melalui gaya berbusana, charisma diri, dan penggunaan berbagai atribut sehingga berusahga membuat deskripsi diri yang positif.

b. Strategi other-enhancement: upaya untuk membuat orang yang dituju merasa nyaman dalam berbagai cara. Misalkan dengan pujian (membuat pernyataan yang memuji orang yang kita tuju, sifat-sifat atau kesuksesannya) atau menyatakan terang-terangan persetujuan kita pada pandangan oranglain, menunjukan minat besar pada orang tersebut, member bantuan-bantuan kecil, meminta nasihat dan umpan balik pada mereka. Atau menunjukan kesukaan dengan cara nonverbal. Namun bisa saja gagal dan terjadi slime effect, yaitu sebuah kecenderunagn untuk membentuk kesan sangat negative terhadap seseorang yang “menjilat ke atas dan menendang ke bawah”.

G. Akurasi Persepsi Sosial

Tingkat akurasi penilaian diketahui dengan membandingkan penilaian dengan penilaian orang yang terdekat dengan orang-orang yang dinilai, dengan perilaku yang dapat diamati. Karakteristik tertentu dapat membuat orang yang memilikinya mengembangkan sifat-sifat tertentu.

(9)

BAB III

ALUR PERSEPSI SOSIAL

Pada dasarnya persepsi interpersonal—sebuah frasa endosentris yang tergolong atributif—adalah spesifikasi dari verba persepsi dengan pengerucutan objek persepsi, yakni fokus pada persepsi individu terhadap individu di luar dirinya serta hubungan yang terjalin di antaranya.

Ada pun tahapan dalam alur persepsi secara umum antara lain selection (of stimulation), organisation, dan interpretation. Kemudian hasil interpretasi tersebut direkam dalam memori dan sewaktu-waktu dapat dipanggil (recall) kembali. Seperti alur persepsi secara umum, persepsi interpersonal pun terjadi melalui tahapan yang sama. Perihal yang dapat membedakan tahapan antara persepsi interpersonal dan persepsi lainnya terletak pada sumber stimulus dalam proses selection, gagasan yang menjadi dasar klasfifikasi stimulus pada tahap organisation, dan makna hasil interpretasinya.

Dalam persepsi interpersonal, pertama-tama, manusia sadar dan menerima stimulus. Sumber stimulus dalam persepsi interpersonal hanya berasal dari makhluk hidup yang sangat spesifik, Homo sapiens. Proses penerimaan ini berkaitan erat dengan tahap selection. Terdapat stimulus yang kemudian mendapat atensi ada pula yang tidak. Hal ini bergantung pada seberapa menarik bagi individu yang menerima stimulus tersebut.

Selanjutnya, stimulus yang diterima diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok gagasan. Gagasan yang terbentuk dalam pengorganisasian stimulus di otak pun hanyalah yang berkaitan dengan stimulus bersumber dari manusia. Beberapa gagasan (construct) yang menjadi dasar pada tahap organisation persepsi interpersonal antara lain physical construct, role construct, interaction

construct, dan psychological construct. Physyical construct berkaitan dengan

stimulus bersumber dari manusia yang dapat dicerap oleh indra, yakni meliputi visual, audial, olfaktori, taktil, dan terkadang juga rasa. Role construct berkaitan dengan sistem peran yang terbentuk dalam suatu tatanan social atau masyarakat.

Interaction construct merupakan gagasan tentang jenis hubungan antar indivu,

(10)

dengan pikiran dan perasaan yang terjadi akibat interaksi seperti senang, jengkel, ataupun sedih. Di sinilah letak keunikan persepsi interpersonal. Persepsi antara manusia ini yang membuat manusia adalah manusia sebagai homo socialis. Lebih dari sekedar gagasan tatanan yang mengatur hubungan antar manusia—seperti norma budaya—dalam persepsi interpersonal, terlibat perasaan di dalamnya. Sebuah robot mampu mempersepsikan jarak, bentuk, warna, ukuran, gerak, tetapi tidak perasaan. Perasaan merupakan gagasan yang sangat kompleks dan menjadi bagian dari pengorganisasian dalam persepsi interpersonal.

Setelah melalui tahap organisation, selanjutnya individu mulai menginterpretasikan stimulus yang diterimanya. Interpretasi ini dengan kata lain adalah tahap penafsiran dan pemberian makna. Pada tahap ini akan dihasilkan output berupa pengalaman pribadi, persepsi tentang individu di luar dirinya, persepsi tentang relasi atau hubungan antar individu, dan juga ekspektasi sosial.

Secara umum, manusia memeiliki kecenderungan saat mengalami persepsi interpersonal. Kecenderungan tersebut meliputi primacy effect dan stereotyping. Primacy effect berkaitan erat dengan impresi pertama yang menjadi data primer terekam dalam memori individu. Hal ini dapat mengarahkan interpretasi yang cenderung mirip ketika seseorang menerima stimulus yang serupa. Lebih lanjut, bila individu mengalami stimulus dan kesesuaian secara terus menerus, sifat yang kemudia dapat tersintesis adalah stereotyping. Pada tahap ini, individu cenderung mengeneralisir dan cenderung memiliki persepsi terhadap suatu stimulus tertentu secara “refleks”.

(11)

BAB IV

KASUS NYATA PERSEPSI SOSIAL

Persepsi sosial sering dijumpai oleh kehidupan kita sehari-hari karena manusia merupakan mahluk sosial yang dimana pasti memiliki persepsi sosial tersendiri pada masing-masing individunya. Persepsi sosial yang terjadi secara umum yaitu persepsi sosial saat sesorang melihat gambar perilaku aktivitas beberapa orang atau raut wajah seseorang yang membuat individu memiliki persepsi sendiri terhadap orang yang dilihatnya. Contoh yang umum ditemukan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat dua orang anak yang mana ibunya hanya memangku satu anak yang lebih kecil (adiknya) dan anak yang lebih (kakaknya) memasang raut muka tidak senang. Dari gambar tersebut dapat muncul beberapa persepsi yang berbeda, tergantung faktor-faktor yang mendukung seseorang untuk melakukan persepsi sosial. Misalnya, seseorang yang memiliki latar belakang anak tunggal atau sulung dapat berpersepsi bahwa jika memiliki dua atau lebih anak, ibu akan cenderung pilih kasih dan cenderung menyayangi yang bungsu seperti pada gambar. Namun, jika seseorang memiliki latar belakang anak bungsu, Ia akan melihat gambar tersebut sebagai kakak yang

(12)

cemberut karena merasa cemburu dengan kasih saying yang diberikan kepada anak yang lebih kecil, yang dimana anak bungsu akan berpendapat bahwa kasih ibu tersebut tidaklah pilih kasih. Berbeda lagi jika dilihat oleh persepsi seorang ibu, menurut persepsi seorang ibu tindakan tersebut dilakukan karena mungkin sebelumnya kakaknya telah menyakiti adiknya, dan seorang ibu hanya menegur si kakak dan menenangkan si adik.

Gambar 4.2

Contoh lainnya terdapat pada gambar 4.2, pada gambar tersebut dilihat 2 orang wanita dan seorang pria. Menurut anda apa persepsi wanita yang dibelakang tersebut? Persepsi wanita tersebut dapat bergantung kepada mood nya saat itu dan apakah wanita tersebut telah mengenal kedua orang lainnya atau belum dan faktor-faktor pendukung lainnya yang dapat menimbulkan persepsi sosial. Misal, wanita dibelakang mengetahui bahwa kedua orang tersebut memiliki pasangan masing-masing, maka persepsi wanita dibelakang tersebut adalah keduanya sedang saling berselingkuh. Permisalan lain yaitu, jika wanita dibelakang pernah mengetahui bahwa wanita didepan tersebut tidak suka dengan pria tersebut, maka Ia akan berpersepsi bahwa wanita tersebut bermuka dua karena Ia pura-pura ramah dan baik kepada pria tersebut.

(13)

Gambar 4.3

Contoh umum yang sering dijumpai yaitu dengan berpersepsi sosial yang dilihat dari raut wajah seseorang, seperti gambar 4.3. Pada gambar, wanita sebelah kiri tersenyum dan background berwarna biru dan hal tersebut biasanya dilihat oleh orang banyak sebagai ibu yang baik hati, ramah, dan lembut, sedangkan pada sisi kanan wanita tersebut terlihat cemberut dengan background berwarna merah, maka persepsi orang banyak cenderung menganggap wanita tersebut sebagai ibu yang jahat, temperamental, dan sombong. Persepsi sosial seperti itu sering terjadi dikehidupan sehari-hari baik untuk anak-anak sampai orang tua.

Agar mengenal dan mengerti lebih dekat, dapat kita ambil contoh nyata yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari di kampus. Contoh yang dapat dipakai untuk mengenal persepsi terlebih dahulu yaitu ketika mahasiswa teknik dihadapkan dengan sutau gambar dan diminta untuk menjelaskan apa arti gambar tersebut. Maka masing-masing individu akan menjawab dan menjelaskan gambar tersebut sesuai dengan apa yang dilihat oleh mahasiswa tersebut. Masing-masing mahasiswa tersebut akan menjawab dengan interpretasi yang berbeda meskipun gambar yang dimaksud adalah sama. Itulah yang dikatakan sebagai persepsi terhadap benda.

Sedangkan, persepsi sosial yaitu persepsi yang berkaitan dengan cara pandang manusia terhadap manusia lainnya. Contoh yang pernah dan termasuk umum dijumpai di daerah kampus yaitu ketika ada 5 mahasiswa baru di ITB berjalan bersama keliling kampus untuk melihat-lihat kampus baru mereka, bertemu dengan banyak orang. Selewatnya mereka di gerbang depan ITB mereka melihat sekelompok orang berpenampilan nyentrik, Apakah yang mereka pikirkan tentang sekelompok orang berpenampilan nyentrik tersebut? 4 dari 5 mahasiswa

(14)

tersebut menyatakan bahwa sekelompok orang itu adalah mahasiswa FSRD, seorang mahasiswa baru lainnya menyatakan itu mahasiswa teknik. Lalu mereka

melanjutkan perjalanan kearah utara kampus, mereka berpapasan dengan sekelompok perempuan cantik dan berpenampilan modis, Apakah yang mereka pikirkan tentang sekelompok perempuan canti dan berpenampilan modis? 3 dari 5

mahasiswa tersebut menyatakan bahwa sekelompok orang itu adalah mahasiswi SBM, tetapi 2 mahasiswa baru lainnya menyatakan itu mahasiswa arsitektur.

Mungkin pada awalnya mahasiswa baru ini mempunyai persepsi berbeda-beda, persepsi yang berbeda itulah yang disebut sebagai persepsi sosial dari tiap individu. Terdapat banyak contoh lainnya yang dapat kita jumpai ketika kita berpersepsi tentang manusia dan orang-orang sekitar. Misalnya persepsi dengan anak baru yang memakai kacamata serta membawa buku besar, beberapa orang berpersepsi anak tersebut “culun” dan beberapa hanya menganggap Ia mahasiswa biasa-biasa saja.

(15)

BAB V

(16)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Baron, Robert A dan Donn Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga. Fitzpatrick, Paul. Towards interpersonal perception. Thesis : Massachusetts

Institute of Technology.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Laman Web:

bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/19683-komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-interpersonal (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 02.17).

http://www.academia.edu/6666230/Makalah_-_persepsi_sosial (diakses tanggal 19 April 2017 pukul 09.13).

http://www.psikologika.id/2015/07/persepsi-sosial_31.html (diakses tanggal 19 April 2017 pukul 09.20).

quizlet.com/15254624/chapter-4-interpersonal-perception-flash-cards/ (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 01.57).

reference.com/world-view/five-stages-perception-cd3eb1115adb2ea1 (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 02.08).

ukessays.com/essays/psychology/definition-and-the-five-stages-of-perception-psychology-essay.php (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 01.25).

universalclass.com/articles/business/communication-studies/communication-studies-interpersonal-perception.htm (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 01.35).

https://www.slideshare.net/DianaAmeliaBagti/psikologi-sosial-persepsi-sosial (diakses tanggal 18 April 2017 pukul 04.56)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Struktur Modal tidak berpengaruh secara signifikan, terhadap keputusan investasi pada perusahaan Consumer Good sub sektor perusahaan Makanan dan Minuman

Tata Usaha Fakultas Psikologi yang telah membantu penulis dalam administrasi dan informasi selama menempuh studi1. Papa dan mama yang selalu mendukung,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan dukungan sosial dengan prestasi belajar mata pelajaran Fisika pada siswa SMP

Segala syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Penerapan

Observasi merupakan pendekatan dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai data-data yang akan diambil yang berhubungan dengan penerapan disiplin kerja dan

Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian seperti penelitian Rosanjaya (2013) yang berjudul tentang prilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi

Sedangkan instrumen pengumpulan data pengembangan produk berupa lembar validasi ahli media dan ahli materi untuk mengetahui tingkat kevalidan produk, lembar angket guru dan

(3) Mahasiswa Program Sarjana & Profesi dinyatakan telah menyelesaikan dan lulus dari suatu program yang ditempuh apabila telah lulus semua mata kuliah dalam beban studi