• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA HASIL, KERAGAMAN GENETIK ALAMI DAN HERITABILITAS SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) VARIETAS LOKAL JAMDENA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA HASIL, KERAGAMAN GENETIK ALAMI DAN HERITABILITAS SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) VARIETAS LOKAL JAMDENA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA HASIL, KERAGAMAN GENETIK ALAMI DAN HERITABILITAS SIFAT-SIFAT

KUANTITATIF KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek)

VARIETAS LOKAL JAMDENA

E. Jambormias, E.L. Madubun dan F.J.D. Hitijahubessy Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

ABSTRACT

ABSTRAK

Daya Hasil, Keragaman Genetik Alami dan Heritabilitas Sifat-sifat Kuantitatif Kacang Hijau (Vigna

radiata L. Wilczek) Varietas Lokal Jamdena

Kacang hijau varietas lokal Jamdena merupakan salah satu varietas di Maluku yang telah lama dibudidayakan oleh petani di Pulau Jamdena Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Keunggulan varietas ini adalah dapat tumbuh pada kondisi sangat basah dan beradaptasi spesifik terhadap sistem pertanian organik. Penelitian untuk mengkaji daya hasil, keragaman genetik dan heritabilitas sifat-sifat kuantitatif populasi varietas lokal Jamdena ini telah dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap berblok. Hasil penelitian memperlihatkan daya hasil beberapa galur alami populasi varietas lokal Jamdena memiliki produksi melampaui daya hasil varietas unggul No.129, memiliki keragaman genetik yang luas, dan heritabilitas yang sedang hingga tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi varietas lokal Jamdena dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah untuk menciptakan varietas unggul baru.

Kata kunci : kacang hijau, varietas lokal Jamdena, daya hasil, keragaman genetik, heritabilitas.

PENDAHULUAN

Produksi kacang hijau di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu mencapai 0.78 ton/ha, sedangkan rata-rata produksi varietas unggul yang dianjurkan baru mencapai sekitar 1.6 ton/ha, padahal pada kondisi lingkungan yang baik hasil kacang hijau dapat mencapai 2.500-2.800 kg/ha (Soemarno dkk, 1989 dan Soeprapto, 1990). Fakta ini menunjukkan masih perlunya pemuliaan tanaman untuk meningkatkan potensi genetik tanaman hingga mencapai daya hasil ideal tersebut. Salah satu sumber gen untuk perbaikan

tanaman adalah mencarinya pada keragaman genetik alami yang masih tersisa (Welsh, 1991). Salah satu keragaman genetik alami yang tersedia cukup melimpah adalah varietas lokal.

Varietas lokal memegang peranan penting sebagai sumber plasma nutfah. Varietas ini tergolong tipe yang telah beradaptasi luas dan spesifik pada lokasi setempat, da n memiliki keragaman genetik intrapopulasi yang tinggi. Perbaikan varietas lokal yang mempunyai keragaman genetik tinggi dapat ditempuh melalui seleksi. Seleksi terhadap galur-galur Yamdena mungbean is is a local variety which culturally planted by the farmers in Yamdena, South East-West Maluku. It grows better in highly wet areas and specifically adapts towards organic farming. The research was aimed to study yield potential, genetic variability and quantitative characteristics heritability of Yamdena local variety by using Randomized Completely Block Design. The results showed that yield poten-tial of several natural population lines of Yamdena local variety produce higher yield in comparison to No. 129 high yielding variety; has wide genetic variability; and medium to high scale heritability. It means that the Yamdena local variety can be used as germ-plasm resource to produce new high yield variety.

Yield Potential, Natural Genetic Variability and Qualitative Characteristics Heritability of Local

(2)

unggul intrapopulasi maupun perakitan gen-gen unggul ke dalam suatu populasi tanaman melalui hibridisasi dan seleksi setelah hibridisasi, dapat meningkatkan hasil tanaman (Poehlman dan Sleper, 1996).

Kacang hijau varietas lokal Jamdena merupakan salah satu varietas di Maluku yang telah lama dibudidayakan masyarakat petani di Pulau Jamdena Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Varietas ini memiliki keunggulan yaitu dapat tumbuh pada kondisi sangat basah (Hetharie dkk, 2002). Disamping itu varietas ini telah beradaptasi spesifik terhadap sistem pertanian tanpa agro-input sintetik yang diterapkan turun-temurun oleh petani setempat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji daya hasil populasi dasar dan galur-galur alami populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena, dan (2) menduga keragaman genetik dan heritabilitas populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi genetik populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena dan penggunaannya sebagai sumber plasma nutfah untuk memperbaiki daya hasil kacang hijau di Maluku.

BAHAN DAN METODE

Pengujian daya hasil dilaksanakan di Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon-Baguala, Kota Ambon, menggunakan 8 galur alami varietas lokal kacang hijau yang berasal dari Pulau Jamdena, Kabupaten M aluku Tenggara Barat, yang diidentifikasikan berdasarkan perbedaan sifat warna kulit biji dan ukuran biji serta varietas unggul No. 129 sebagai varietas pembanding (tester). Sifat dan penamaan bagi ke delapan galur alami itu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

V1 : kulit biji berwarna hitam dengan ukuran biji kecil V2 : kulit biji berwarna merah mengkilat dengan ukuran biji kecil

V3 : kulit biji berwarna kuning dengan ukuran biji kecil V4 : kulit biji berwarna hijau mengkilat dengan ukuran biji kecil V5 : kulit biji berwarna hijau kelabu dengan ukuran biji kecil V6 : kulit biji berwarna merah kelabu dengan ukuran biji kecil V7 : kulit biji berwarna hijau mengkilat dengan ukuran biji besar V8 : kulit biji berwarna hijau kelabu dengan ukuran biji besar

Selain itu juga digunakan pupuk urea, TSP dan KCl untuk meningkatkan kesuburan tanah, serta pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit.

Pela ksanaan penelit ian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari sembilan taraf perlakuan sesuai banyaknya varietas lokal dan varietas penguji, dan diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah:

Yij =  + i + j + ij

dimana: Yij = peubah yang diamati pada perlakuan genotipe ke-i dan kelompok ke-j;  = nilai tengah peubah yang diamati;  i = pengaruh genotipe ke-i; j = pengaruh kelompok ke-k; dan ij = Galat percobaan.

Pelaksanaan percobaan ini adalah sebagai berikut. Lahan percobaan dibersihkan dari gulma kemudian diolah hingga tanah gembur. Setelah itu dibuat petak percobaan berukuran 4 x 2 meter sebanyak jumlah satuan percobaan. Antar petak satuan percobaan diabuat saluran air dengan kedalaman 30 cm dan lebar 50 cm, sedangkan antar petak kelompok percobaan lebar saluran air adalah 100 cm. Pemupukan TSP dan KCL dilakukan sebelum tanaman tumbuh dengan dosis 38 kg P2O5/ha dan 50 kg K2O/ha, sedangkan pupuk urea diberikan setelah tana man tumbuh denga n dosis 36 kg N/ha. Penanaman dilakukan secara tugal sedalam 3-4 cm, dimana setiap lubang tanam diisi dua benih dan setelah tumbuh ditinggalkan satu tanaman yang sehat. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 40 cm antar barisan dan 30 cm dalam barisan. Pemeliharaan tana man dilakukan meliputi pengairan serta pengendalian hama, penyakir dan gulma. Pengairan dilakukan dengan menyiram setiap petak satuan percobaan setiap hari pada pagi dan sore, kecuali hari hujan. Pengendalian gulma dilakukan secara meka nis sebelum dan sesudah pembungaan, seda ngkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi pada saat tanaman memperlihatkan gejala serangan.

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh tanaman pada setiap petak percobaan. Sifat-sifat yang diamati adalah: tinggi tanaman (cm), jumlah cabang per tanaman, luas daun per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, bobot 100 biji dan produksi biji per tanaman.

Pengujian daya hasil dilakukan dengan membandingkan nilai beda rata-rata setiap peubah amatan antara populasi dasar dengan varietas penguji berdasarkan uji t, dan pengujian antara masing-masing galur alami intra populasi dasar dengan varietas penguji menggunakan Uji Jarak Berganda

(3)

Duncan (UJBD) pada nilai kritis 0.05. Keragaman genetik diduga melalui penguraian nilai harapan kuadrat tengah analisis ragam.

Dalam hal ini,

ˆ

g2= KTGalurrKTGalat,

ˆ

2

e

=

KT

Galat, dan

ˆ

2p =

ˆ

g2 +

ˆ

e2; dimana

ˆ

g2 = ragam genotipe,

2

ˆ

e

= ragam lingkungan, dan

ˆ

2p = ragam fenotipe. Nilai heritabilitas ditentukan dengan persamaan :

Tabel 1. Ringkasan Analisis Ragam, Komponen Ragam Fenotipe, Genotipe dan Lingkungan, dan Nilai Heritabilitas Sifat-sifat Kuantitatif pada Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena

Ringkasan hasil analisis ragam, komponen ragam lingkungan, komponen ragam genotipe, dan komponen ragam fenotipe serta nilai heritabilitas masing-masing sifat disajikan pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Sifat-sifat Kuantitatif Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena

Ket.: tn = tidak nyata pada taraf nyata 0.05; * Nyata pada taraf nyata 0.05 dan

Hasil uji F menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara galur-galur alami kacang hijau varietas lokal Jamdena untuk semua sifat tanaman. Hasil ini menunjukkan bahwa besarnya keragaman fenotipe yang tersedia bersumber dari keragaman genotipe. Hasil ini sesuai dengan nilai heritabilitas yang cukup tinggi sampai sangat tinggi untuk keseluruhan sifat tanaman, yaitu berkisar antara 0.49-0.93. Keadaan ini memperlihatkan bahwa terdapat keragaman genetik intrapopulasi alami varietas lokal Jamdena yang tinggi.

Keragaman genetik suatu sifat yang tinggi mengindikasikan tersedianya galur-galur alami berdaya hasil tinggi di dalam populasi varietas lokal Jamdena. Populasi varietas lokal ini mengandung gen-gen yang mengen-gendalikan sifat-sifat bernilai ekonomis penting, seperti produksi biji, ukuran biji, jumlah biji per tanaman dan jumlah cabang produktif. Perakitan sifa t-sifat ini ke dalam satu ta naman dapat menghasilkan varietas baru berdaya hasil tinggi. Nilai heritabilitas yang tinggi juga menunjukkan bahwa

seleksi sebelum hibridisasi dapat dilakukan untuk memperoleh galur-galur baru yang mengandung salah satu atau kombinasi beberapa sifat dari sifat-sifat produksi biji, ukuran biji, jumlah biji per tanaman dan jumlah cabang produktif yang tinggi. Penggunaan metode seleksi galur murni dapat dilakukan untuk memperoleh galur baru yang memiliki keragaan dan keseragaman genetik yang tinggi untuk satu atau beberapa sifat dari galur alami yang telah tersedia. 2. Daya Hasil Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena

Daya hasil populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena memperlihatkan keunggulan varietas lokal terhadap varietas unggul hanya terjadi pada sifat tinggi tanaman, luas daun dan jumlah cabang per tanaman, sedangkan sifat-sifat lainnya memperlihatkan keadaan sebaliknya, kecuali komponen hasil jumlah biji per polong dimana varietas lokal relatif sama dengan varietas unggul (Tabel 2).

Fe notipe Ge notipe Lingkungan

Tinggi Tanaman (cm) ** 316.61 295.38 21.23 0.93

Luas Daun (cm2) ** 150.83 74.71 76.12 0.49

Jumlah Cabang per Tanaman ** 0.79 0.41 0.38 0.52

Jumlah Polong per Tanaman ** 25.65 23.83 1.82 0.93

Jumlah Biji per Polong ** 3.01 2.28 0.73 0.76

Bobot 100 Biji (gram) ** 0.91 0.82 0.09 0.89

Bobot Biji per Tanaman (gram) ** 23.82 19.55 4.27 0.82

Pe ubah Uji F

Kompone n Ragam

He ritabilitas

** = sangat nyata pada taraf nyata 0.01.

H =

ˆ

g2/

ˆ

2p , dan deskripsi tinggi rendahnya nilai heritabilitas ditentukan berdasarkan kriteria Stanfield (1991).

(4)

Tabel 2. Pembandingan Hasil Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena Dengan Varietas Unggul No. 129

Perawakan sifat vegetatif yang tinggi pada varietas lokal tetapi diikuti dengan hasil dan komponen hasil yang rendah hingga relatif sama dengan varietas unggul, diduga memiliki kaitan dengan efisiensi intersepsi dan pemanfaatan radiasi surya, serta absorbsi CO2 dan berbagai input energi lainnya. Dengan pertumbuhan yang besar diikuti saling menutupi antar dedaunan menyebabkan peningkatan kompetisi antar tanaman dalam memperoleh radiasi surya dan CO2, yang dengan sendirinya menurunkan aktivitas fotosintesis. Di lain pihak energi yang diperoleh melalui kompetisi yang berat, terkuras penggunaannya dalam mendukung pembentukan dan pertumbuhan serta mempertahankan organ vegetatif terbentuk, sementara organ vegetatif terbentuk itu tidak banyak memiliki peranan dalam penambahan input energi.

Peningkatan kompetisi antar tanaman adalah sebagai akibat dari tingginya kerapatan tanaman. Menurut Gardner dkk (1991) kerapatan tanaman yang tinggi akan mengurangi jumlah biji, mengurangi hasil panen berupa biji, karena kompetisi antar tanaman telah berlangsung pada awal pertumbuhan dan mencapai maksimum pada saat pembentukan bunga. Hasil fotosintesis yang tersedia dibagikan lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan vegetatif atau untuk melakukan respirasi da ripada untuk pembentukan biji.

Penurunan komponen hasil juga disebabkan oleh kehilangan CO2 akibat fotorespirasi. Dengan dukungan tingkat kerapatan tanaman yang tinggi, menyebabkan terjadinya kompetisi antara CO2 dan O2 memasuki jaringan mesofil daun. Pada kondisi seperti ini O2 dapat menutupi tempat CO2, sehingga enzim ribulosa bifosfat (RuBP) karboksilase tidak

lagi berperan sebagai RuBP karboksilase, tetapi telah berubah fungsi menjadi RuBP oksigenase. Produk oksigenase hanya mampu menghasilkan sebagian 3-fosfogliserat sama seperti reaksi karboksilase, sedangkan sebagian sisanya berupa fosfoglikolat. Dengan bantuan air, fosfoglikolat berubah menjadi senyawa glikolat bebas yang merupakan substrat utama fotorespirasi (Lehninger, 1988).

Proses fotorespirasi yang berlebihan dapat terjadi sebagai akibat dari hilangnya glikolat bebas melalui organel peroksisom, yang berperan dalam mengatur glikolat bebas tersebut meninggalkan mesofil (Larcher, 1980). Didalam peroksisom glikolat mengalami aminasi untuk sintesis asam amino dan menjaga tetap berputarnya fosfat organik yang menguntungkan untuk kondisi pencahayaan lemah dan temperatur rendah, serta menghasilkan senyawa gliserat. Senyawa gliserat selanjutnya ditransfer menuju kloroplas membentuk asam 3-fosfogliserat (3-PGA) yang sangat berperan dalam siklus Calvin (Lehninger, 1988 dan Gardner dkk, 1991). Produk samping berupa asam amino berperan selanjutnya pada pembentukan protein, akan tetapi sisanya berupa glikolat bebas yang hilang melalui peroksisom (Larcher, 1980). Tanaman dengan pertumbuhan vegetatif yang besar terutama daun mengandung peroksisom dalam jumlah yang besar, mengakibatkan produk glikolat bebas akan mengalami penetrasi keluar mesofil. X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Lokal 59.75 a 62.64 a 2.60 a 9.83 b 12.47 a 6.69 b 11.03 b Unggul 30.39 b 48.35 b 1.67 b 12.97 a 12.66 a 7.47 a 18.11 a Keterangan :   t-hitung : t = 10.400 t = 2.675 t = 2.477 t = -3.798 t = -0.360 t = -4.199 t = -5.595

per tanaman (gram).

  Nilai rata-rata hitung yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbada nyata berdasarkan Uji  t dengan  pembanding t0.05(25) = 2,060.

Populasi Sifat Tanaman (Rata-rata hitung)

  Peubah: X1=tinggi tanaman (cm);  X2=luas daun (cm2); X3=jumlah cabang per tanaman;  X4 = jumlah  polong per tanaman; X5 = jumlah biji per polong; X6 = bobot 100 biji (gram); dan Y = bobot biji

3. Daya Hasil Galur-galur Alami Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena

Keragaman genotipe yang tinggi, yang ditunjukkan oleh tingginya nilai heritabilitas pada Tabel 1, terindikasi jelas sebagaimana daya hasil galur-galur

(5)

alami yang merupakan anak gugus populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena, dimana terdapat

galur-Tabel 3.Pembandingan Rata-rata Sifat-sifat Kuantitatif Masing-masing Galur Alami Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena dan Pembandingannya Terhadap Varietas Unggul Nasional No. 129

Semua galur alami merupakan galur-galur yang tinggi tanamannya lebih baik dari varietas unggul No. 129, kecuali galur alami V7. Galur ini memiliki sifat tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dari varietas penguji (varietas unggul no. 129), dan bahkan relatif lebih rendah. Pada sifat luas daun, terdapat galur alami V1, V5 dan V7 yang tidak berbeda nyata dengan varietas penguji, dimana galur alami V7 relatif lebih rendah. Pada sifat jumlah cabang per tanaman galur alami V3, V6, dan V8 yang tidak berbeda nyata dengan varietas penguji. Sedangkan untuk sifat-sifat komponen hasil, galur alami V5 memiliki jumlah polong per tanaman yang lebih baik dari varietas penguji; galur alami V2 memiliki jumlah biji per polong yang lebih baik dari varietas penguji dan galur alami V1, V3, V4, V5, V6, dan V8 memiliki jumlah biji per polong yang tidak berbeda nyata dari varietas penguji; galur alami V7 memiliki bobot 100 biji yang lebih baik dari varietas penguji dan galur alami V8 yang memiliki bobot 100 biji yang tidak berbeda nyata dari varietas penguji; dan galur alami V5 memiliki bobot biji per

tanaman yang tidak berbeda nyata tetapi relatif lebih tinggi dari varietas penguji.

Keragaman hasil diatas menunjukkan bahwa populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena memiliki potensi untuk dapat dikembangkan. Terdapat galur alami yang memiliki hasil yang dapat menyamai varietas unggul, atau bahkan relatif lebih baik dari varietas unggul, dan memiliki pertumbuhan vegetatif yang rendah, yang cocok dikembangkan sebagai varietas ideotipe.

Dari segi pengembangan

komponen hasil, semua galur alami memiliki potensi

untuk dikembangkan, atau memberikan sumbangan

gen untuk melengkapi keunggulan galur yang lain

atau suatu varietas unggul yang memiliki kekurangan

terhadap sifat-sifat itu.Dari segi pertumbuhan

vegetatif, V7 dan V5 memiliki keunggulan untuk

dikembangkan.

Galur alami V5 dapat dikembangkan atau memberikan sumbangan gen terhadap sifat bobot biji per tanaman, karena galur alami ini memiliki bobot

V1 64,20 a 48,35 bc 3,16 ab 6,64 de 13,02 ab 6,63 c 8,55 dc V2 59,52 bc 68,08 a 2,97 ab 4,79 e 14,23 a 6,75 c 6,48 d V3 59,05 bc 66,47 a 2,70 abc 9,51 cd 13,70 ab 6,83 c 12,92 b V4 78,41 a 66,87 a 2,97 ab 5,69 e 13,49 ab 5,86 d 6,38 d V5 57,73 cb 64,40 ab 3,51 a 21,69 a 11,21 c 5,46 d 19,35 a V6 52,62 cd 69,24 a 2,13 bcd 10,80 c 13,03 ab 5,99 d 11,31 cb V7 29,32 d 43,74 c 1,37 d 10,78 c 8,99 d 8,24 a 10,89 cb V8 77,18 a 74,00 a 2,00 bcd 8,77 cd 12,04 bc 7,78 ab 12,42 cb Vt 30,39 d 48,35 bc 1,67 cd 12,97 b 12,66 bc 7,47 b 18,11 a

       jumlah p olong p er tanaman; X5 = jumlah biji p er p olong; X6 = bobot 100 biji (gram); dan Y =

p ada t araf α = 0.05, dimana nilai rata-rata hit ung t ercetak miring berbeda ny at a dari variet as p enguji (Vt ), dan tercet ak tidak dalam kotak memiliki keragaan lebih baik dari Vt .

X3 X4 X5 X6 Y

      bobot biji p er t anaman (gram).

    Nilai rata-rat a hitung y ang diikut i oleh huruf y ang sama t idak berbada ny ata berdasarkan U JBD

Galu r Alami

Ket erangan :

    Peubah: X1 = t inggi tanaman (cm); X 2 = luas daun (cm2); X 3 = jumlah cabang p er tanaman; X4 =

S ifat Tanaman (Rata-rata h itun g)

X1 X2

galur alami dengan keragaan sifat yang lebih baik dari varietas unggul, dan juga ada yang lebih rendah (Tabel 3).

(6)

biji per tanaman yang relatif lebih baik dari varietas penguji. Galur ini juga memiliki jumlah cabang yang paling tinggi diantara semua galur dan berbeda nyata terhadap varietas penguji. Untuk galur alami ini perlu dikaji lebih lanjut peningkatan jumlah biji per cabang per tanaman. Galur ini memiliki bobot biji per tanaman dan jumlah polong per

tanaman yang tinggi, dengan

jumlah cabang per tanaman yang tinggi pula. Bila

jumlah biji per cabang per tanaman cukup

tinggi,

maka galur alami ini dapat dikembangkan atau memberikan sumbangan gen terhadap peningkatan hasil.

Galur alami V7 memiliki sifat tinggi tanaman yang pendek-pendek, luas daun yang kecil, jumlah cabang per tanaman yang rendah dan bobot 100 biji yang tinggi, sehingga dapat dikembangkan sebagai varietas ideotipe. Peningkatan bobot biji per tanaman, jumlah cabang per tanaman dan jumlah polong per tanaman akan meningkatkan daya hasil dari galur alami ini.

Semua galur alami lainnya dapat dikembangkan atau memberikan sumbangan gen untuk sifat-sifat komponen hasil seperti jumlah biji per polong dan bobot 100 biji. Galur alami V2 memiliki jumlah biji per polong yang lebih banyak secara nyata dari varietas penguji, dan galur alami V1, V3, V4 dan V6 memiliki jumlah biji per polong yang relatif sama dengan varietas penguji. Sedangkan sifat bobot 100 biji selain dimiliki oleh galur alami V7, juga dapat diperoleh pada galur alami V8.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih Bahasa H. susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Hetharie, H., J.R. Patty dan R.K. Pattikawa. 2002. Evaluasi beberapa varietas kacang hijau lokal Pulau Yamdena di Desa Halong Baru Kecamatan Teluk Ambon Baguala kota Ambon. Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol. 1 (1):21-26 Larcher, W. 1980. Physiological Plant Ecology. 2nd

Ed. Springer-Verlag Heidelberg, New York. Lehninger, A.L. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Alih

Bahasa M. Thenawijaya. Erlangga, Jakarta. Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1996. Breeding

Field Crops. 4TH Ed. Iowa State University Press,

Iowa.

Soemarno, T., Sutarman and Sugito. 1989. grain Legume Breeding. For wetland and For Acid Soil Adaptation. Central Research Institute for Food Crops, Bogor.

Soeprapto, H.S. 1990. Bertanam kacang Hijau. Penebar swadaya, Jakarta.

Stanfield, W.D. 1991. Genetika. Edisi ke-2. Alih Bahasa M. Apandi, L.T. Hardy. Erlangga, Jakarta. Welsh, J.R. 1991. Fundamental of Plant Genetic and

Breeding. John Wiley & Sons, Inc. Populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena

memiliki produksi biji rendah, tetapi berdaya hasil tinggi, karena mengandung galur-galur alami yang memiliki komponen hasil relatif sama atau bahkan lebih baik dari varietas penguji (unggul no. 129). Kecuali komponen jumlah biji per polong populasi yang relatif sama dengan va rietas penguji, semua komponen hasil lainnya secara nyata lebih rendah dari varietas penguji. Namun demikian, galur alami V5 mempunyai bobot biji per tanaman 19.35 gram relatif lebih baik dari varietas penguji 18.11 gram; Galur alami V7 memiliki bobot 100 biji 8.24 gram secara nyata lebih tinggi dari varietas penguji 7.47 gram, dan galur alami V8 dengan bobot 100 biji 7.78 gram relatif sama dengan varietas penguji; Galur alami V2 memiliki jumlah biji per polong sebanyak 14.23 biji secara nyata lebih banyak dari varietas unggul 12.66 biji, V1, V3, V4, dan V6 memiliki jumlah biji per polong

relatif lebih baik, serta V5 dan V8 relatif sama dengan varietas unggul; dan galur alami V5 dengan jumlah polong per tanaman 21.69 polong secara nyata lebih baik dari varietas penguji 12.97 polong.

Keragaman genetik populasi varietas lokal kacang hijau tergolong sangat luas dengan heritabilitas yang sedang hingga tinggi untuk semua sifat kuantitatif. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi varietas lokal kacang hijau Jamdena mengandung sangat banyak galur-galur alami yang perlu dikoleksi dan dimuliakan untuk memperoleh varietas kacang hijau baru di Maluku.

Gambar

Tabel 2. Pembandingan Hasil Populasi Kacang Hijau Varietas Lokal Jamdena Dengan Varietas Unggul              No
Tabel 3.Pembandingan Rata-rata Sifat-sifat Kuantitatif Masing-masing Galur Alami Populasi Kacang Hijau             Varietas Lokal Jamdena dan Pembandingannya Terhadap Varietas Unggul Nasional No

Referensi

Dokumen terkait

ini akan meberikan kontribusi yang besar bagi mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, diantaranya : 1) menciptakan kebiasaan menulis dan menjadikan kebiasaan

Metode analisis yang digunakan dalam penentuan indikator daya tampung lingkungan binaan dan sosial ini adalah metode analisa delphi. Metode delphi ini digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :1) Mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuri terbimbing dan metode

Volume pekerjaan meliputi Cold Milling , penyemprotan tack coat , penghamparan campuran, dan pemadatan juga merupakan variabel dalam menentukan produktivitas. Volume akan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rumput laut mempunyai kandungan kalsium yang jauh lebih tinggi (34,52%) jika dibandingkan dengan pelet (1,5%),

Histogram Rata-rata Pertumbuhan Kepadatan Panjang Mutlak Benih abalon ( H. squamata ) Berdasarkan data penelitian di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi

Setiap Pihak yang memiliki pengecualian khusus sesuai dengan Lampiran A atau suatu pengecualian khusus atau suatu tujuan yang dapat diterima sesuai dengan Lampiran B wajib

Bahtiar dan Hidayat (2005) yang meneliti pengaruh penggunaan limbah kulit kerang sebagai penggantian semen terhadap kuat tekan beton menyatakan bahwa kadar