• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENAL STANDAR FORMAT MATERI E-LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGENAL STANDAR FORMAT MATERI E-LEARNING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENGENAL STANDAR FORMAT MATERI E-LEARNING

Abstrak

Perkembangan elearning berakibat pada berkembangnya Learning Management System (LMS) yang beragam yang mengakibatkan suatu materi dapat menjadi tidak kompatibel pada LMS lain. Hal ini dapat disebabkan adanya perintah maupun standar yang berbeda pada LMS-LMS tersebut. Untuk menghindari hal tersebut maka dikembangkan sistem e-learning dengan format materi yang sudah distandarkan agar antara Learning Management

System (LMS) yang berbeda dapat menggunakan materi yang sama sehingga materi dapat dipakai bersama-sama.

Hal ini sangat penting karena sebuah materi e-learning harus dapat menggantikan fungsi pengajar dalam suatu kelas dan dapat berinteraksi dengan user. Salah satu standar yang dapat dipakai adalah standar dari Advance

Distributed Learning (ADL), yaitu Sharable Content Object Reference Model (SCORM) yang menyediakan berbagai

spesifikasi yang harus dipenuhi oleh LMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem e-learning yang memenuhi standar SCORM khususnya pada sisi konten agar dapat diintegrasikan ke berbagai LMS atau sistem

e-learning yang sudah mendukung SCORM.

Keywords— E-learning, SCORM

A. Pendahuluan

Elearning merupakan pembelajaran atau pelatihan yang disiapkan, disajikan, atau

diatur menggunakan berbagai teknologi pembelajaran dan dapat dijalankan secara lokal maupun global. Dengan elearning semakin mempermudah dalam penerapan distance

learning. Selanjutnya dengan berkembangnya elearning maka berkembang pula Learning Management System (LMS) yang beragam yang mengakibatkan suatu materi dapat menjadi

tidak kompatibel pada LMS lain. Hal ini dapat disebabkan adanya perintah maupun standar yang berbeda pada LMS-LMS tersebut. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan teknologi elearning dengan materi yang mengacu suatu standar yang disusun oleh

Department of Defense (DoD) dan dikembangkan oleh Advanced Distributed Learning (ADL) initiativ. Standar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan pengembangan teknologi dari berbagai organisasi seperti IMS, Aviation Industry CBT Committee (AICC),

Alliance of Remote Instructional Authoring & Distribution Networks for Europe

(ARIADNE), Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) Learning Technology

Standards Committee (LTSC) menjadi sebuah model referensi yang dikenal dengan nama

Sharable Content Object Reference Model (SCORM). SCORM menggunakan pendekatan object oriented yang memandang bahwa setiap content object merupakan sekumpulan object

yang dapat disatukan untuk membentuk suatu sistem yang lebih besar. Dalam membangun materi (bahan ajar) diperlukan perangkat lunak pembangun bahan ajar (Authoring Tools) yang mendukung SCORM.

(2)

1)Pembelajaran Elektronik (E-Learning): E-learning merupakan kependekan dari electronic learning. Salah satu definisi umum dari e-learning (Sohn, 2005), yaitu: pengiriman

materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet,

satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CD-ROM, dan computer-based training

(CBT). Dalam teknologi e-learning semua proses belajar mengajar yang biasa dilakukan di dalam kelas dilakukan secara live dan virtual. Hal ini berarti bahwa pada saat yang bersamaan seorang pengajar mengajar di depan sebuah komputer dan para siswa mengikuti pelajaran tersebut dari komputer lain yang terletak di tempat yang berbeda.

Inixindo dalam Building E-Learning With Moodle (2009) menyebutkan keuntungan menggunakan e-learning antara lain adalah:

ď‚· menghemat waktu proses belajar; ď‚· mengurangi biaya proses perjalanan;

ď‚· menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastuktur, peralatan, buku) menjangkau wilayah geografis yang lebih luas;

ď‚· melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu

Dalam penerapan di Indonesia e-learning juga memiliki beberapa kendala/keterbatasan yang harus diwaspadai, yaitu sebagai berikut:

a. Investasi, walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada mulanya, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

b. Budaya, pemanfaatan e-learning memerlukan budaya belajar mandiri. Hal ini baru dimiliki oleh sebagian kecil manusia.

c. Teknologi dan infrastuktur, e-learning membutuhkan perangkat komputer jaringan yang handal dan teknologi yang tepat. Akan tetapi ketersediaan infrastuktur dan teknologi ini masih belum memadai.

2)Learning Management System (LMS): LMS disebut dengan platform e-Learning atau Learning Content Management System (LCMS). LMS merupakan sebuah sistem yang

didesain untuk menyajikan, melacak, melaporkan, dan mengatur konten pembelajaran, kemajuan pembelajar dan interaksi pembelajar. Intinya LMS adalah aplikasi yang mengotomasi dan memvirtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik. LMS dapat juga didefinisikan sebagai perangkat lunak untuk mengelola sistem pembelajaran dan pelatihan, meliputi administrasi, pembuatan, penyimpanan dan media presentasi obyek pembelajaran, data user, hingga penyediaan laporan manajemen.

(3)

Keuntungan yang bisa didapatkan melalui LMS adalah sebagai berikut:

ď‚· Proses pembelajaran efektif karena perlakuan pada tiap siswa berbeda, tergantung perkembangannya. Selain itu siswa juga dapat memilih content pembelajaran dan pengajar yang sesuai.

ď‚· Efisien dalam administrasi, pendaftaran, pelaporan, pengarsipan data siswa, pengajar dan sumber content pembelajaran.

ď‚· Akses yang luas pada sumber-sumber yangdapat dijadikan sebagai referensi.

Namun ada beberapa kelemahan dan keterbatasan pada penggunaan LMS sebagai solusi untuk aplikasi e-learning, antara lain (Inixindo,2009):

ď‚· Ketergantungan terhadap Vendors LMS yang digunakan.

ď‚· Organisasi harus menyesuaikan proses e-learning berdasarkan LMS yang digunakan. ď‚· LMS pada umumnya hanya menyangkut perencanaan, penyampaian, administrasi, dan

manajemen kegiatan para pembelajar serta proses pembelajaran.

Hubungan antara LMS dengan SCORM dapat didefinisikan bahwa dengan LMS, SCORM membuat bahasan menjadi lebih simpel atau dipersempit secara arti bahasa, dikarenakan pembelajaran yang berbasis web mempunyai kemampuan untuk mengatur pengiriman konten pembelajaran kepada pebelajar.

3)Perangkat Lunak Pembangun Bahan Ajar (Authoring Tools): Berdasarkan Authoring Tool Accessibility Guidelines 1.0 (Wismaningrum,2007) yang dikeluarkan oleh W3C (2000) Authoring Tool mengacu pada software yang digunakan untuk mengasilkan konten web. Authoring Tools dapat memungkinkan, mendorong, dan membantu user (author) untuk

menghasilkan konten web melalui prompt, alert, checking and repair function, help file dan

authomated tool. Beberapa authoring tools didesain agar mudah digunakan oleh user dengan

kemampuan komputasi yang terbatas. Authoring tools yang lain dapat mendukung user dengan berbagai tingkat kemampuan komputasi, contohnya dengan bahasa pemrograman yang mungkin tidak pernah dilirik oleh user tanpa keahlian teknis.

4)Sharable Content Object Reference Model (SCORM): Interoperable materi dari mata

ajar atau mata diklat merupakan salah satu masalah penting dalam e-learning. Hal tersebut mendorong kelompok ADL (Advanced Distance Learning) membuat suatu standar materi pembelajaran yang dikenal dengan nama Sharable Content Object Refference Model

(SCORM) dengan berbagai kelengkapan yang menyertainya.

Casella dalam A SCORM Thin Client Architecture for E-Learning Systems Based on Web

(4)

pelayanan apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah-masalah tertentu, bagaimana masalah tersebut dapat ditempatkan secara bersama-sama, standar-standar relevan yang terkait dan bagaimana penggunaannya. Ada tiga buah kriteria utama untuk reference

model seperti SCORM. Pertama, harus mampu menghubungkan petunjuk-petunjuk yang

dapat dimengerti dan diimplementasikan oleh pengembang learning content. Kedua, harus diterapkan, dimengerti dan digunakan oleh banyak stakeholder sebisa mungkin. Ketiga, SCORM harus mengijinkan pemetaan dari setiap model spesifik para stakeholder untuk pengembangan dan desain instruksional ke dalam dirinya sendiri. Stakeholder harus mampu untuk melihat model desain instruksional mereka direfleksikan dengan reference model yang mereka pakai pada umumnya.

Pada SCORM ada beberapa elemen pembentuk, diantaranya adalah seperti berikut: 1. Learning Management Sistem (LMS)

LMS berguna untuk mengirim, melacak, melaporkan dan mengelola isi pembelajaran, mengetahui kemajuan siswa dan interaksi siswa dengan materi pembelajaran. Sebuah model umum yang menunjukkan komponen atau service potensial dari sebuah LMS ditunjukkan pada Gbr 1.

Gbr 1. Learning Management Sistem

LMS memiliki 7 (tujuh) buah layanan yang membentuk arsitektur sistem: a. Learning Profile Service : Menyimpan data mengenai pembelajar atau user.

b. Course Administravie Service : Berfungsi untuk mengatur materi belajar mengajar. c. Assessment Service : Sebagai basis data ujian dan menentukan serta mengelola tes yang

akan dilaksanakan.

(5)

e. Delivery Service : Layanan yang dapat mengirimkan materi belajar kepada pembelajar atau user.

f. Tracking Service : Layanan yang dapat mengetahui pencapaian pembelajar atau user

sampai sejauh mana seorang user dapat melaksanakan tes dan belajar.

g. Content management Service : Layanan yang dapat mengelola isi materi belajar dan tes.

2. Asset

Asset merupakan blok utama dari sebuah learning resources. Asset merupakan representasi elektronik dari media seperti teks, gambar, suara, obyek penilaian atau bagian data lain yang dapat diolah oleh web client dan ditampilkan ke siswa.

Gbr 2. Asset

3. Sharable Content Objects (SCO)

SCO merupakan kumpulan dari asset yang menggunakan SCORM Run-Time Environment (RTE) untuk berkomunikasi dengan LMS. Perbedaan utama dengan asset adalah SCO berkomunikasi dengan LMS menggunakan pemrograman antar muka IEEE ECMAScripts. SCO merupakan unit informasi minimum yang dapat diambil ke konten LMS. Skema dari SCO ditunjukkan pada Gbr 3.

(6)

Gbr 3. Skema SCO 4. Content Organization

Content Organization merupakan representasi atau peta yang mendefinisikan penggunaan yang diharapkan dari isi sampai unit instruksi terstruktur. Peta akan memperlihatkan hubungan antara satu aktifitas dengan aktivitas lainnya seperti digambarkan pada Gbr 4.

(Dodds,2006)

Gbr 4. Ilustrasi Konseptual Organisasi Konten

5. Manifest File

Manifest merupakan dokumentasi XML yang memiliki isi inventory yang terstruktur dari sebuah paket. Jika paket dikirim ke pengguna, maka manifest akan berisi tentang bagaimana isi paket tersebut diorganisasikan. Nama standar manifest adalah “imsmanifest.xml” dan harus ditempatkan di root directory dari isi paket. Struktur dari manifest digambarkan pada Gbr 5.

(7)

Gbr 5. Struktur Manifest

SCORM bermanfaat bagi komunitas pembelajaran jarak jauh dengan tersedianya serangkaian tujuan yang jelas dan baik yang ditetapkan untuk pengembangan e-learning

Courseware. Adapun tujuan konten SCORM adalah sebagai berikut:

1. Reusable - Isi independen dari konteks pembelajaran dan dapat digunakan untuk pelajar atau situasi pelatihan dan pada sejumlah sistem pembelajaran manajemen yang berbeda-beda.

2. Interoperable - fungsi konten di berbagai konfigurasi, dan tidak tergantung pada alat yang digunakan untuk menciptakannya. Misalnya, courseware akan dirancang dan dikembangkan untuk dijalankan dalam lingkungan / HTML Flash, yang umum untuk kebanyakan komputer.

3. Durable - Isi layak pada sistem perangkat lunak atau platform, bahkan jika platform diubah atau ditingkatkan.

4. Accessible - content terletak di beberapa jenis repositori di tempat yang dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan pelatihan atau pendidikan. Sebuah universitas yang mengembangkan pembelajaran online dengan standar SCORM mungkin memiliki repositori terpusat.

Dalam SCORM overview mengelompokkan SCORM menjadi 3 topik utama yang selanjutnya merupakan framework SCORM secara teknis yaitu : Content Aggregation Model

(CAM), Run-Time Environment (RTE) dan Sequencing and Navigation (SN) seperti

(8)

Gbr 6. Organisasi SCORM

1. SCORM Content Aggregation Model (CAM)

SCORM CAM merupakan taksonomi pembelajaran yang ditujukan bagi desainer dan implementer untuk mengumpulkan sumber-sumber pembelajaran dan menyajikan pengalaman pembelajaran yang diinginkan. Sumber pembelajaran adalah representasi informasi yang digunakan dalam pengalaman pembelajaran. Pengalaman pembelajaran terdiri dari berbagai aktivitas yang didukung oleh sumber-sumber pembelajaran elektronik maupun non elektronik. Salah satu aktivitas dalam proses pembuatan dan penyajian pembelajaran adalah membuat, mencari dan mengumpulkan aset-aset yang sederhana menjadi sumber pembelajaran yang kompleks dan kemudian menata sumber-sumber tersebut menjadi suatu penyajian yang berurutan.

2. SCORM Run Time Environment (RTE)

SCORM RTE meliputi proses menjalankan, komunikasi, tracking, data transfer dan error

handling pada LMS. RTE menggunakan suatu aplikasi pada sisi client yang bertugas

melakukan hubungan dengan server LMS sehingga server dapat menentukan proses berikutnya sesuai aktivitas client. RTE mempunyai tiga aspek utama yaitu launch,

application programming interface (API) dan data model. Launch mendefinisikan cara

standar LMS untuk menjalankan content object berbasis web serta mendefinisikan prosedur dan responsibilitas untuk penetapan mekanisme komunikasi yang distandarisasi dengan API.

(9)

Dalam hal ini meliputi pembangunan komunikasi antar SCO dengan LMS, sehingga LMS dapat memutuskan SCO berikutnya yang akan diberikan kepada peserta didik. Keputusan ini berdasarkan urutan learning resource pada paket konten.

3. SCORM Squencing and Navigation (SN)

SCORM SN menggambarkan strategi pembuatan dan pengurutan learning content secara keseluruhan. Urutan learning content disusun dalam suatu hirarki dan digambarkan dalam struktur data XML.

Gbr 7. Konsep pohon aktivitas dan cluster

Gbr 7. menggambarkan SCORM sequencing bergantung pada: pohon aktivitas, sequencing

definition model dan SCORM sequencing behaviours. Navigasi menggunakan user interface device untuk memicu event navigasi. User interface device ini dapat diberikan oleh LMS atau

melekat pada content object. Diagram content structure merupakan alat yang biasa digunakan oleh masyarakat desain instruksional untuk menggambarkan hubungan hirarki sebuah pengalaman pembelajaran. Pohon aktivitas memungkinkan SCORM sequencing and

navigation model untuk menjelaskan persyaratan informasional dan processing seperti

algoritma dan tingkahlaku sequencing dalam implementasinya. Sequencing definition model menjelaskan sekumpulan elemen-elemen yang dapat digunakan oleh content developer untuk menjelaskan tingkah laku sequencing yang diinginkan. Elemen model tersebut diaplikasikan pada aktivitas pembelajaran pada suatu pohon aktivitas. Sequencing behaviour menjelaskan tingkat laku yang berhubungan dengan beragam proses sequencing.

c. Kesimpulan

Perkembangan Learning Management System (LMS) yang beragam mengakibatkan suatu materi dapat menjadi tidak kompatibel pada LMS lain karena adanya perintah maupun standar yang berbeda pada LMS-LMS tersebut. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan teknologi elearning dengan materi yang mengacu salah satu standar yang dikenal

(10)

dengan nama Sharable Content Object Reference Model (SCORM). Dalam membangun materi (bahan ajar) elearning diperlukan perangkat lunak pembangun bahan ajar (Authoring

Tools) yang mendukung SCORM.

Kenunggulan konten SCORM adalah sebagai berikut: 1. Reusable

2. Interoperable 3. Durable. 4. Accessible

(11)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Carnegie Mellon University. SCORM Best Ptactices Guide for Content Developer. 2004.

[2] Casella,G., Costagliola, G., Ferrucci, F., Polese, G., Scanniello,G. A SCORM Thin Client Architecture for

E-Learning Systems Based on Web Services. International Journal of Distance Education Technologies,

Volume 5, Issue 1. 2007.

[3] Dodds, Philips. SCORM 2004 3th Edition - Overview. 2006.

[4] Inixindo. Building E-Learning With Moodle. Yogyakarta : Inixindo. 2009.

[5] Purwito, Brian Adi. Perancangan E-Learning Gateway (Studi Kasus di I-Elisa UGM). Makalah

Publikasi. Yogyakarta : MTI UGM. 2007.

[6] Sastrawangsa, Gde. Implementasi Standar SCORM Run Time Environment (RTE) pada sistem

e_learning. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2006.

[7] Sohn, B. E-learning and primary and secondary education in Korea. KERIS Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9. 2005.

[8] Somantri, M. Implementasi e-Learning di Teknik Elektro FT Undip. Jurnal Transmisi. 8(2):28-30.2004.

[9] Surjono, Herman Dwi. Pengantar Elearning dan Penyiapan Materi Pembelajaran.

http://herman.elearning-jogja.org. 2009. Diakses tanggal 26 Februari 2010, pukul 21.14.

[10] Wismaningrum, Sari K. Perancangan model content authoring tools berbasis SCORM (Sharable

Content Object Reference Model) pada sistem e-learning I-Elisa. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya tujuan tersebut, maka diperlukan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) yang merupakan “analisis untuk menguji ketersediaan kapasitas fasilitas produksi

Fenogram analisis fenetik menunjukkan bahwa Tor duoronensis dan Sengkaring memiliki kesamaan 100%, dan Tambra merupakan sister clad dari Tor duoronensis yang

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi selaku Kepala instansi pembina Jabatan Fungsional Perekayasa atau pejabat lain setingkat eselon I yang ditugaskan pada Instansi

Untuk responden yang memiliki tanggungan keluarga yang terbanyak yaitu 64 rumah tangga (60.95%)berjumlah 2-3 orang anggota keluarga yang mengkonsumsi beras unggul

hasil belajar siswa dengan menggunakan modul matematika warisan ada perbedaan antara pembelajaran menggunakan modul matematika warisan berbasis masalah dengan matematika

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, ridho, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti petani masih mengusahakan tanaman pasca umur produktif dikarenakan biaya peremajaan sangatlah tinggi, adapun

Mahasiswa mampu mengambil minyak kenanga dari rimpang kenanga Mahasiswa mampu mengambil minyak kenanga dari rimpang kenanga dengan metode ekstraksi pelarut mudah