• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN GURU. Oleh: Dwi Prihanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN GURU. Oleh: Dwi Prihanto"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN GURU

Oleh: Dwi Prihanto

ABSTRAK Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai alat bantu pembelajaran guru antara lain bertujuan untuk merubah pola pikir dari budaya pembelajaran terpusat menjadi model pembelajaran tersebar. Program ini akan berjalan dengan baik dan lancar apabila sudah ada kesadaran guru merenovasi diri, misalnya melalui upaya meningkatkan literasi (kemelekan) TIK dan medianya. Oleh sebab itu ketersediaan fasilitas TIK (terutama laptop) yang melekat pada diri guru secara mutlak diperlukan. Untuk meningkatkan literasi TIK resepnya adalah memanfaatkan laptop sebagai pulpen dalam bekerja dan memiliki e-mail sebagai kunci untuk berkomunikasi global. Tugas guru sebelum mengajar adalah menyusun rencana pembelajaran berbasis TIK, (RPP baTIK) karena dalam kegiatan ini guru harus beraktifitas baik di internet untuk mencari situs yang mendukung materi ajar, maupun mempersiapkan fasilitas yang tersedia di sekolah untuk pelaksanaan pembelajaran yang diampu. Ada dua pendekatan langkah penusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis TIK yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.

Kata kunci: Pemanfaatan, TIK, Guru, RPP.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didorong oleh kuatnya arus globalisasi yang datang dari negara-negara maju, di mana internet dengan sifatnya yang dinamis merupakan fasilitas yang telah merubah pola kehidupan manusia, sehingga aktifitas di segala bidang kehidupan termasuk di lembaga pendidikan harus melakukan mind-set (perubahan pola pikir) dari budaya belajar yang konvensional menuju sistem belajar modern yang tak lepas dari fasilitas TIK sebagai alat bantu pembelajaran. Mengapa demikian?, TIK memiliki potensi sebagai sarana untuk membangun wawasan dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran, di mana dengan melibatkan teknologi tersebut, interaksi pembelajaran tidak lagi mengenal jarak, ruang dan waktu, sehingga akan terjadi perubahan dari pendidikan terpusat menjadi pendidikan tersebar. Bahan ajar apapun telah disajikan di internet dalam aneka ragam bentuk mulai bentuk teks, audio, video, dan multimedia dengan suara dan gambar yang dinamis, menyenangkan, serta padat informasi. Model pembelajaran ini nantinya berdampak pada kecepatan belajar siswa yang ditentukan oleh diri siswa sendiri, bukan oleh kemampuan yang diseragamkan guru dalam mata pelajaran. Ke depan model pembelajaran ini akan merubah pola fikir dari "Teacher Centric" yaitu guru sebagai pusat pembelajaran, menjadi "Learner Centric" atau murid sebagai pusat pembelajaran.

Keunggulan tersebut di atas tepat kiranya mengunggahkan TIK sebagai landasan bantu ajar. Presiden RI dalam acara pembukaan konferensi TIK menyampaikan bahwa: “… tidak ada satupun bidang kehidupan bangsa ataupun sektor pembangunan nasional yang tidak memerlukan ketersediaan TIK” (http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id). Pernyataan ini menguatkan permendiknas nomor: 16 Tahun 2007 bahwa salah satu kompetensi inti guru mata pelajaran adalah kemampuan memanfaatkan TIK

untuk kepentingan pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan (kemelekan) TIK sebagai alat bantu pembelajaran. Oleh sebab itu persiapan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus ditata dengan mengindahkan aturan yang telah dikompetenkan, yaitu memanfaatkan unsur-unsur TIK sebagai sendi belajar.

Bagaimana rencana pembelajaran yang dilakukan para guru dewasa ini? Fajarwisnu (2008) menginformasikan bahwa:...tidak kurang dari 7.001 dari 12.000 lebih guru yang mengikuti penilaian sertifikasi di Badan Penyeleksian Sertifikasi Guru (BPSG) Universitas Negeri Malang (UM) harus menjalani pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG)..., Hal tersebut dikarenakan kurangnya poin untuk pembuatan rancangan rencana pembelajaran (RPP). Selanjutnya juga disampaikan bahwa RPP ...yang dicantumkan kebanyakan plagiat atau hasil meng-copy punya guru lain. Mengapa terjadi begini?; Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa, diantaranya sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk keterjangkauan TIK yang ada di sekolahnya. Kenyataannya, pada pengamatan terhadap dokumen RPP pada portofolio sertifikasi guru, ditemukan kurang poin untuk pembuatan RPP. Kemungkinannya RPP yang dibuat guru hanya berisi langkah-langkah yang cenderung tidak operasional dan cenderung bersifat kegiatan rutinitas. Dengan demikian di dalam RPP belum tampak adanya spesifikasi langkah-langkah pembelajaran sesuai karakteristik mata pelajaran dan perkembangan peserta didik, apalagi nuansa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mestinya digunakan sebagai alat bantu

(2)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 34 pembelajaran, atau kemungkinan besar nafas TIK

belum masuk di dalam kerangka pembelajaran. Berdasarkan informasi tersebut di atas, pemakalah sebagai tenaga fungsional akademik yang berada di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) tertarik untuk mencermati akar permasalahannya, terutama yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran guru. Dengan demikian yang ingin diungkap dalam pembahasan di sini antara lain adalah: (1) apakah kendala guru dalam memanfaatkan TIK sebagai alat bantu pembelajaran?. (2) fasilitas TIK apa yang di-identifikasi sebagai alat bantu ajar?. (3) Bagaimana menyusun rencana pembelajaran yang berbasis TIK?, dan (4) Bagaimana strategi guru dalam memanfaatkan media TIK sebagai alat bantu pembelajaran?. Permasalahan yang diajukan tersebut selajutnya dikupas secara konseptual berdasarkan teori dari para cerdik cendekiawan maupun dari dasar temuan hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran. Ikutilah pembahasan berikut ini.

Kendala Guru dalam Memanfaatkan TIK sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Proses pembelajaran guru di sekolah dalam memanfaatkan TIK sebagai alat bantu ajar dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang saling terkait satu sama lain, di antaranya yaitu; (a) sarana dan prasarana TIK yang tersedia; (b) tingkat penguasaan guru dalam bidang TIK; (c) kebijakan pimpinan sekolah dalam mendukung TIK sebagai alat bantu ajar; (d) diklat para guru dalam bidang KKPI; (e) keberadaan tenaga ahli TIK di sekolah; termasuk (e) kendala-kendala internal guru dalam penggunaan TIK. Dengan demikian tingkat keberhasilan program nasional dalam bidang pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran tidak bisa hanya bertumpu kepada guru sebagai pelaku pendidikan dan pembelajaran, tetapi harus ditinjau dari berbagai segi yang mempengaruhinya. Tantangan guru dalam berkiprah di era global menurut Unesco (dalam Chaeruman, 2008) adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society); agar menghasilkan manusia terdidik yang memiliki ciri-ciri: (1) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan (5) keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Kelima karakteristik masyarakat yang hidup di era global tersebut dapat dibangun melalui pembumian TIK dalam pembelajaran. Dengan demikian salah satu modal dasar guru untuk menangani tuntutan ini adalah sejauhmana keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills) dari para guru. Demikianlah tuntutan ideal dari suatu konsep atau

gagasan, namun data di lapangan akan berbicara lain; sangat variaktif dan membutuhkan sumbangan pemikiran, biaya dan tenaga dalam penyelesaiannya.

Hasil penelitian Budhirianto (2007) menyatakan bahwa keberadaan TIK di Provinsi Jawa Barat masih didominir oleh masyarakat perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan masih kurang tersentuh. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kendala dalam pemerataan pendidikan berbasis TIK adalah cakupan geografis Kendala ini merupakan salah satu faktor penyebab belum terjangkaunya infra struktur TIK di wilayah pedesaan. Hasil Survey Pustekkom (2007) tentang pemanfaatan internet oleh guru SMA di Semarang (N= 198), ternyata 76,9% menyatakan belum pernah memanfaatkan internet. Selanjutnya pertanyaan tentang pemanfaatan edukasi-net, sebanyak 92,1% menyatakan belum pernah memanfaatkan edukasi-net. Hasil ini menguatkan pernyataan Yuhetty (2007), bahwa faktor penyebab rendahnya SDM di bidang TIK di antaranya adalah rendahnya bidang literasi TIK di kalangan tenaga kependidikan. Menurut Sunaryo (2008) para guru tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan, mereka juga terjebak dalam kebiasaan menjadi robot kurikulum pendidikan, sehingga prakarsa dan inisiatif para guru untuk belajar menggali metode, bahan ajar dan pola relasi belajar mengajar yang baru sangat rendah. Disampaikan pula dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi.

Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi bahwa (1) belum meratanya penyebaran sarana dan prasarana TIK di sekolah, belum semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet; (2) rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana tidak kurang dari 7.001 dari 12.000 lebih guru yang mengikuti penilaian sertifikasi di Badan Penyeleksian Sertifikasi Guru (BPSG) Universitas Negeri Malang (UM) belum lulus dan harus menjalani pendidikan dan latihan profesi guru. (3) Secara nasional BSNP (2008) menginformasikan dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK, disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai. Faktor penyebab rendahnya SDM di bidang TIK di antaranya adalah: (5) rendahnya bidang literasi TIK & media TIK di kalangan tenaga kependidikan.

Kendala ini memprihatinkan, padahal era perdagangan bebas tinggal lima tahun lagi (tahun 2015), di mana guru secara kurikuler di tuntut untuk menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar yang dapat

(3)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 35 memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar

kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar, mengerti tentang teknologi modern, yakni TIK agar dapat menghasilkan anak didik yang cerdas dan kompetitif untuk menghadapi tantangan di era global di abad ke 21. Meski pemerintah sudah mengupayakan kesejahteraan bagi kaum guru, namun semua itu kembali ke diri pribadinya sendiri. Karena hidup di era kebebasan ini kendalinya adalah hati nurani. Embrionya adalah adanya persepsi positip dari para guru terhadap potensi TIK sebagai alat bantu pembelajaran.

Usulan yang diajukan pemrasaran di sini adalah pembinaan yang terpadu dan berkelanjutan dari sisi SDM guru dalam bidang pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran. Kegiatan ini tidak cukup hanya dilaksanakan dalam ukuran hari seperti pelaksanaan diklat KKPI, melainkan diperlukan pemantapan program diklat KKPI dalam waktu minimal satu semester dan idealnya dua semester yang dilaksanakan di lembaga pelaksana BPSG atau yang sederajad. Dalam diklat ini guru diwajibkan memiliki laptop pribadi, dengan demikian ada keleluasaan waktu belajar ulang materi KKPI termasuk membuat persiapan pembelajaran (RPP) berbasis TIK. Pada semester kedua dilaksanakan praktek di sekolahnya masing-masing dan minimal dilakukan satu kali monitoring dari BPSG. Selanjutnya guru melaporkan ke BPSG apa saja yang sudah dibuat terkait RPP bebasis TIK dalam bentuk porto-folio. Kiranya perlu adanya program D1 atau akta pembelajaran berbasis TIK bagi para guru demi keberhasilan pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran di sekolah. Kalau hal ini tidak ditangani secara seksama, niscaya pada tahun 2015 (masuknya era pasar bebas) lembaga pendidikan secara nasional belum bisa menghasilkan produk yang bermakna khususnya dalam mempersiapkan generasi penerus di abad ke 21, atau mungkin akan tergeser oleh masuknya sekolah-sekolah asing ke Indonesia.

Fasilitas TIK sebagai Alat Bantu Ajar Guru

Sinonim fasilitas adalah sarana atau kemudahan, yaitu segala sesuatu yang membuat mudah. Fasilitas TIK artinya segala sesuatu yang mengantar dan meneruskan pesan antara pemberi pesan dan penerima pesan. Jadi, fasilitas TIK adalah sarana (baik hard maupun soft) yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru maupun sumber lain kepada penerima, dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar; Pesan tersebut disampaikan dengan menggunakan salah satu atau gabungan beberapa sarana TIK.

Information-Technology (dalam

http://www.answers.com ) menjelaskan bahwa teknologi informasi dan komunikasi itu tidaklah terbatas hanya sekedar perangkat komputer, tetapi juga mencakup rentangan dari yang paling sederhana, misalnya: telepon, radio, kaset audio/video, OHP sampai dengan yang paling

mutakhir. Pernyataan serupa disampaikan Adimphrana (2008) bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak sarana alternatif yang dapat dipilih oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Fasilitas di internet yang dapat digunakan untuk pembelajaran dibedakan atas 2 (dua) bagian, yaitu (1) Pembelajaran synchronous, contoh: Tele conference, Netmeeting, Chatting; dan (2) Pembelajaran asynchronous, misalnya: e-mail, Message board, Mailing list, www.

Latahang, (2009). Mengemukakan yang dimaksud TIK sebagai alat bantu ajar minimal ada 3 (tiga) fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: animasi peristiwa, alat uji siswa, sumber referensi ajar, evaluasi kinerja siswa, simulasi kasus, alat peraga visual, dan media komunikasi antar guru; kemudian (2) TIK sebagai Alat bantu interaksi guru-siswa yang meliputi: komunikasi guru-siswa, kolaborasi kelompok studi, dan manajemen kelas terpadu. sedangkan (3) TIK sebagai alat bantu siswa meliputi: buku interaktif , belajar mandiri, latihan soal, media illustrasi, simulasi pelajaran, alat karya siswa, dan media komunikasi antar siswa.

Pernyataan di atas perlu diadakan operasionalisasi sehingga mudah dicerna oleh para guru. Sebagai contoh misalnya guru akan menjelaskan animasi peristiwa timbulnya Gaya Gerak Listrik. (GGL) atau peristiwa alam terjadinya petir & proteksinya. Materi mengenai hal tersebut yang lebih interaktif dapat dicari melalui (download) di internet, atau bisa dipersiapkan melalui desain sendiri, dengan urutan sebagai berikut: (a) pembuatan tema; (b) pembuatan gambar detil ; (c) pembuatan Storyboard menjadi bagian-bagian film; (d) pengurutan gambar-gambar menjadi gambar bergerak; (e) pembuatan animasi-animasi dan background menjadi sequences; (f) pemberian suara; (g) penyelesaian akhir menjadi suatu film. Guru memberi penjelasan di depan kelas dilakukan melalui pemutaran film tentang proses timbulnya GGL atau proses terjadinya petir. Dengan fasilitas TIK guru dapat menyampaikan materi ajar yang lebih menarik dan menyenangkan karena beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari fasilitas TIK, yaitu antara lain : (a) kemampuan dalam menyajikan gambar (b) faktor ukuran (c) faktor warna (d) faktor gerak (e) faktor bahasa & suara. dls., demikian dikemukaklan Jerold Kemp (dalam Ahmad, S. 2008). Ia juga mengemukakan klasifikasi jenis fasilitas TIK sebagai berikut : (a) fasilitas cetak; (b) fasilitas yang dipamerkan (displayed fasilitas); (c) overhead transparancy atau OHT; (d) rekaman suara; (e) slide suara dan film strip; (f) presentasi multi gambar; (g) video dan film; dan (h)

(4)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 36 pembelajaran berbasis komputer ( computer based

learning).

Strategi memilih jenis fasilitas yang akan digunakan, maka yang perlu diperhatikan adalah (1) jenis materi pelajaran mana yang terdapat di dalam kurikulum yang dinilai perlu ditunjang oleh fasilitas TIK. Kemudian, (2) dilakukan telaah tentang jenis fasilitas apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi pelajaran yang dikehendaki tersebut. (3) Mempertimbangkan keterjangkauan dalam pembiayaan dalam pengembangan atau pengadaan fasilitas pembelajaran (4) Ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak untuk pemanfaatan fasilitas pembelajaran. Tidak ada gunanya merancang dan mengembangkan fasilitas secanggih apapun kalau tidak didukung oleh ketersediaan peralatan pemanfaatannya di kelas. Fasilitas yang perlu diprioritaskan oleh guru dalam pembelajaran berbasis TIK adalah ketersediaan personal computer (PC), yang melekat pada diri guru yaitu “laptop” sehingga fasilitas tersebut dapat digunakan kapan saja dan di mana saja, terutama untuk persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis TIK

Sejalan dengan perkembangan TIK di sekolah menengah, terlebih bagi guru produktif di sekolah kejuruan perlu meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Selanjutnya diadakan evaluasi ulang apakah pesan-pesan TIK sudah membumi di dalam RPP nya?. Kalau guru menggunakan modul ajar online yang didownload dari internet, misalnya (http://psmk.com) , coba ditinjau kembali apakah tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajarannya sudah memasukkan unsur TIK sebagai alat bantu pembelajaran?. Apabila belum, maka tugas guru adalah melakukan dimodifikasi RPP sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting agar langkah guru dalam menyatukan TIK sebagai alat bantu pembelajaran bukan merupakan kegiatan spontanitas dan tak terencana, melainkan sudah dicanangkan di dalam RPP. Jika pembumian TIK dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, mereproduksi pengetahuan (sekedar menghafal), seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut diiintegrasikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Percayalah, jika itu yang terjadi, maka para siswa hanya akan memiliki ”pengetahuan tentang ...bukan kemampuan untuk ...” Secara teoritis, pembumian TIK dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif, dalam arti memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna; menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan, serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli, serta .belajar

secara individu sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.

Berdasarkan rambu-rambu tersebut, menunjukkan bahwa peranan TIK sebagai alat bantu pembelajaran harus dapat menghasilkan lima ciri-ciri/karakteristik produk pendidikan sebagaimana butir-butir yang di canangkan di atas. Hal ini merupakan isyarat bagi para guru sebagai pelaksana pendidikan, agar bisa merenovasi diri, dari pola pembelajaran konvensional untuk selanjutnya dirubah ke pola pembelajaran yang menggunakan TIK. Pada intinya para guru harus mampu menggeser paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) di mana guru lebih berperan sebagai desainer pembelajaran, fasilitator, pelatih dan manajer pembelajaran, bukan sebagai penuang informasi dan satu-satunya.sumber belajar.. Oleh karena itu guru harus mampu men-desain rencana pembelajaran atau menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencirikan paradigma baru, yakni pembelajaran dengan membumikan TIK sebagai sarana pendukungnya.

Agar guru dapat menganalisis perbedaan pembelajaran yang berbasis TIK dengan yang bukan, maka di sini perlu diberikan gambaran sebagai wawasan guru dalam menyusun RPP. Bagaimana menyusun RPP yang berbasis TIK di dalam pembelajaran?. Apabila RPP sudah dibuat, namun belum memasukkan unsur TIK sebagai alat bantu pembelajaran, maka guru perlu mencermati minimal di bagian langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

Sebagai contoh, di bawah ini dipaparkan kegiatan pembelajaran konvensional (A) vs langkah-langkah kegiatan pembelajaran berbasis TIK (B), yaitu sebagai berikut: Dalam kegiatan pembelajaran berbasis TIK(B), ada aktifitas belajar yang dilakukan siswa di mana TIK dijadikan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Di antaranya siswa (A) harus meminjam buku di perpustakaan, selanjutnya harus dikembalikan lagi, sedangkan siswa (B) melalui downLoad ke: http://psmk.com modul code: PTL.OPS.006 (2)A: judul: Pengoperasian Mesin Produksi dengan Kendali PLC., selanjutnya bisa dimiliki dalam bentuk softcopy. Siswa (B) menggambar ladder diagram PLC di laptop, sedangkan siswa (A) merancang ladder diagram secara manual di kertas. Siswa (B) memasukkan program secara langsung dari laptop ke PLC, sedangkan siswa (A) harus memasukkan ulang program yang sudah dibuat melalui console programming. Presentasi hasil praktek siswa (B) ditulis menggunakan MS PowerPoint dan ditayangkan melalui LCD proyektor, sedangkan siswa (A) dilaporkan secara lesan, sedangkan ladder diagramnya di gambar di papan tulis. Laporan praktik siswa (A) ditulis di kertas kwarto, sedangkan laporan siswa (B) ditulis menggunakan

(5)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 37 MS Word. kemudian, masing-masing siswa

mengirim hasil kerjanya melalui e-mail (mailing list) dan antara satu siswa dengan siswa lain saling memberikan masukan melalui media e-mail (mailing list) tersebut. Secara sederhana, dari kegiatan inti siswa (B) tersebut, dapat dilihat bahwa sambil belajar dalam mata pelajaran PLC, secara tidak langsung melatih literasi TIK siswa (B). Disamping itu, mereka belajar untuk dapat berkomunikasi secara efektif melalui salah satu fasilitas teknologi informasi yaitu e-mail (mailing list). Dengan memberikan masukan, kritikan dan argumentasi terhadap hasil karya teman lainnya, siswa terlatih untuk berpikir kritis dan belajar menerima dan menghargai idea dan kritikan orang lain. Inilah yang di maksud dengan pembelajaran yang berbasis TIK. Strategi Guru dalam Membuat Persiapan Pembelajaran Berbasis TIK

Dalam mempersiapkan rencana pembelajaran berbasis TIK diperlukan suatu strategi agar apa yang sudah direncanakan tentunya harus dapat dilaksanakan, jangan sampai perencanaan pembelajaran berbasis TIK yang telah disusun dengan baik ternyata tidak dapat direalisasikan karena terbentur masalah belum adanya fasilitas TIK yang mendukung RPP tersebut. Bagaimanakah langkah dalam menyusun RPP yang mengintegrasikan TIK? Fryer (dalam Chaeruman. 2008) menjelaskan dua pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam menyusun RPP yang mengintegrasikan TIK, yaitu: 1) pendekatan topik (themecentered approach); dan 2) pendekatan software (software-centered approach). Dengan tidak mengurangi ide Fryer, kedua pendekatan dapat dianalogikan dengan nama lain, yaitu: pendekatan idealis (untuk pendekatan topik); dan pendekatan pragmatis (untuk pendekatan software) . Ciri-ciri dari pendekatan idealis yaitu: (1) menentukan topik; (2) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan (3) menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK, seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Gambaran mengajar dengan pendekatan idealis, misalnya guru mengajar tentang persiapan mengoperasikan mesin produksi dengan kendali PLC, . maka dengan mengacu pada kompetensi dasar dan indikator guru akan menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan dicapai oleh siswa. Kemudian, berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut guru menentukan aktifitas pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam menentukan aktifitas untuk kegiatan awal, inti dan penutup tentunya guru juga harus menentukan aktifitas dan sarana TIK yang digunakan seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya

yang relevan. Sehingga tertuanglah aktifitas pembelajaran dan TIK yang digunakan, maka jadilah rencana pelaksanaan pembelajaran guru dengan aktifitas pembelajaran dan TIK yang digunakan seperti terlihat pada tabel di atas. Satu kelebihan utama pendekatan ini adalah pembelajaran dirancang secara ideal. Oleh karena itu fasilitas TIK seperti tercantum dalam RPP tersebut harus tersedia. Kelemahannya model pendekatan idealis, jika fasilitas TIK tidak menunjang, maka pembelajaran akan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, dapat ditempuh melalui pendekatan yang kedua sebagai alternatif lain, yaitu pendekatan paragmatis.

Ciri-ciri pendekatan pragmatis yaitu: (1) mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan; (2). memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut; dan (3). merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.

Pada pendekatan yang kedua ini, kondisi dan kesiapan atau keberadaan fasilitas TIK-nya yang dijadikan sebagai patokan. Jadi, dalam pendekatan paragmatis, guru berangkat dari apa yang dimiliki atau apa yang ada di sekolah maupun dilingkungan sekitarnya. Dalam pendekatan ini, langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi sarana TIK yang ada di sekolah, misalnya: buku,modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya, atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan. Kemudian, dengan kondisi TIK yang ada seperti tersebut, guru memilih konteks pembelajaran apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut. Kemudian guru merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar. Adapun sebagai contohnya dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Contoh tersebut menggambarkan: Guru melihat dalam http://google.ac.id terdapat teks bertema ”Keselamatan Kerja Listrik”. Disamping itu, akses fasilitas internet dapat diperoleh atau dilakukan oleh siswa baik di sekolah, di rumah maupun di warnet-warnet umum yang ada di seputar sekolah. Siswa-siswanya juga sudah familiar dengan internet, karena di sekolah sudah ada jaringan internet, dan para siswa sudah di ajari bagaimana cara download materi dari internet. Maka, tersusunlah RPP untuk bidang K3 listrik tersebut sebagai berikut:

• Siswa secara individu diminta membuka salah satu website: http://google.ac.id;

http://pdfdatabase.com ; atau http://www.pdf-search-engine.com ; atau langsung bertanya ke; http://yahoo.com

(6)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 38 • Siswa diminta memilih salah satu proyek yang

berkaitan dengan “K3”Listrik dari salah satu situs website, kemudian judul proyek yang dipilih dilaporkan ke guru lewat e-mail untuk memperoleh persetujuan. Tidak boleh ada topic ganda.

• Siswa mempelajari deskripsi dan prosedur proyek yang telah dipilihnya tersebut.

• Siswa menulis artikel sendiri yang terkait dengan tema “Keselamatan Kerja Listrik” sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang tertera dalam proyek tersebut dengan menggunakan Ms Word

• Siswa mengirim artikel mereka kepada guru dan rekan siswa lain di seluruh dunia melalui mailinglist untuk mendapatkan komentar dan umpan balik dari gurunya maupun teman temannya yang lain di seluruh pelosok dunia.

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Bagaimana kalau fasilitas dan kemelekan teknologi informasi dan komunikasi yang tinggi seperti komputer dan Internet belum ada atau tidak memadai?” karena infrastruktur TIK belum masuk ke daerah pedesaan di mana sekolah tersebut berada. Jawabannya adalah: TIK hanyalah sekedar alat, sarana untuk mencapai tujuan. dan bukan tujuan itu sendiri.” Artinya, kalau di sekolah belum ada teknologi yang lebih tinggi, maka gunakanlah teknologi yang ada, misalnya fasilitas audio-video, televisi, surat kabar, artikel, OHP, slide proyector, dls.. Toh, tujuannya bukan pada teknologinya itu sendiri, bukan? Tapi tujuan utamanya adalah di samping membangun keterampilan melek TIK, juga membangun keterampilan berpikir kritis, bekerja sama secara kolaboratif, memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara efektif. Jadi, sejauh dapat mencapai tujuan tersebut, walapun dengan media informasi dan komunikasi seadanya, kenapa tidak? Penekanan utama dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis TIK sebenarnya adalah bukan pada kecanggihan teknologi yang digunakan, tapi pada strategi pembelajaran yang mendukung keterampilan-keterampilan abad 21 seperti dijelaskan di atas melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student-centered learning). Oleh karena itu ada beberapa metode yang disarankan untuk membangun keterampilan masyarakat abad 21 dengan memanfaatkan TIK sebagai pendukungnya..

Kesimpulan:

1. Agar lembaga penddidikan dapat menghasilkan anak didik yang cerdas dan kompetitif untuk menghadapi tantangan di era global, perlu pembinaan yang terpadu dan berkelanjutan dari sisi SDM guru dalam bidang pemanfaatan TIK sebagai alat bantu pembelajaran. Kegiatan ini berupa pemantapan program diklat KKPI dalam waktu minimal satu semester dan idealnya dua

semester yang dilaksanakan di lembaga pelaksana BPSG atau yang sederajad. Dalam diklat ini guru diwajibkan memiliki laptop pribadi, dengan demikian ada keleluasaan waktu belajar ulang materi KKPI termasuk membuat persiapan pembelajaran (RPP) berbasis TIK.

2. Fasilitas TIK sebagai alat bantu pembelajaran, tidak terbatas hanya pada komputer dan internet, tapi segala jenis media informasi dan komunikasi lain seperti radio, kaset audio, video dan lain-lain. TIK sebagai alat bantu ajar minimal ada 3 (tiga) fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: animasi peristiwa, alat uji siswa, sumber referensi ajar, evaluasi kinerja siswa, simulasi kasus, alat peraga visual, dan media komunikasi antar guru; kemudian (2) TIK sebagai Alat bantu interaksi siswa yang meliputi: komunikasi guru-siswa, kolaborasi kelompok studi, dan manajemen kelas terpadu. sedangkan (3) TIK sebagai alat bantu siswa meliputi: buku interaktif , belajar mandiri, latihan soal, media illustrasi, simulasi pelajaran, alat karya siswa, dan media komunikasi antar siswa.

3. Kegiatan pembelajaran berbasis TIK menunjukkan adanya langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan siswa di mana TIK dijadikan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Misalnya, kebutuhan buku ajar dilakukan melalui downLoad ke internet. Tugas presentasi ditulis menggunakan MS PowerPoint dan ditayangkan melalui LCD proyektor, laporan belajar ditulis menggunakan MS Word. kemudian, mengirim hasil laporan melalui e-mail (e-mailing list). dan antara satu siswa dengan siswa lain saling memberikan masukan melalui media e-mail (mailing list). Disamping itu, siswa belajar untuk dapat berkomunikasi secara efektif melalui fasilitas teknologi informasi yaitu e-mail (mailing list).

4. Ada dua pendekatan langkah penusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis TIK (RPP baTIK), yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis. Dalam pendekatan idealis atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah: 1) SKKD; 2) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam pendekatan paragmatis, langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan

(7)

Dwi Prihanto adalah dosen Jurusan TE FT Universitas Negeri Malang 39 belajar on-line di internet, atau alat komunikasi

sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada ataumungkin bisa dilakukan atau digunakan. Kemudian, dengan kondisi TIK yang ada seperti tersebut, guru memilih Paragmatis-Paragmatis apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut. Kemudian guru merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari Pragmatis pelajaran tersebut.

Daftar Kepustakaan

Adimphrana, K. 2008. Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK, (http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=85, diakses 25 Juni 2009)

Budhirianto. 2007. Tingkat Kognisi Masyarakat terhadap TIK di Provinsi Jawa Barat, Jurnal Penelitian Komunikasi (Online) Volume 10, No. 2. (Jurnal@bppibandung.com; diakses 8 April 2008)

Chaeruman (2008) Pelatihan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Blueprint TIK untuk Pendidikan (Online)

(http://www.verypdf.com, diakses 20 Juni 2009) Chaeruman. 2008. Rencana Pembelajaran yang

Mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Online) (http://www.verypdf.com, diakses 20 Juni 2009)

Depdiknas. 2006. Kumpulan Permendiknas tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP. Jakarta: Penerbit Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Fajarwisnu (2008) http://stembasurabaya.wordpress.com /2008/01/04/portofolio-sertifikasi-guru-temukan-ribuan-rpp-plagiat/#comment-3675 Information-Technology (http://www.answers.com, diakses 20 Juni 2009)

Latahang, (Pebruari, 2009). Pembelajaran Berbasis TIK. (Online) (http://unhalu.ac.id, diakses 30 Juni 2009)

Rustad, S. (Maret 2008). Mayoritas Guru Gagap Teknologi Informasi. Semarang: (Online), (www.media-indonesia.com, diakses: 18 Maret 2008)

Sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara Konverensi TIK untuk Indonesia tanggal 3-4 Mei 2005,

(http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id, diakses: 28-03-2008) Siahaan, Sudirman. (2005). ”Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK): Pengertian, Potensi,dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran”, Palembang: Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Selatan.

Sunaryo. 2009. Isu-isu Terkini Guru dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (Online)

(http://www.sunarnomip.staff.ugm.ac.id , diakses 29 Juni 2009)

Suedi, A. , 2008. Pengembangan Media Pembelajaran : Workshop Pengembangan KTSP MTS. TAHUN 2008 17 Oktober 2008 Yuhetty,H. 24 Mei 2008 ICT for Education untuk

World Bank. ppt. (Online) Pustekkom

(http://www.media-indonesia.com , diakses: 27 mei

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah

41 Adapun hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar operasi bilangan bulat siswa SMPN 1 Darussalam yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think

pada huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat

Tujuan menguji kepekaan bakteri adalah untuk mengetahui potensi zat antibakteri terhadap suatu bakteri dan untuk mengetahui kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida ekstrak daun bandotan ( Ageratum conyzoides L.) dan bunga kenanga (Cananga odorata L.) pada larva nyamuk Aedes

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata tebal jaringan granulasi dan waktu penyembuhan yang lebih baik adalah pada kelompok percobaan yang diberi ekstrak daun binahong

Pada penelitian selanjutnya, perlu diketahui pengaruh bawang putih untuk jenis luka bakar yang lain, selain luka bakar derajat II dangkal yang telah digunakan pada

Gambaran PCK guru dalam penelitian ini menggunakan model PCK yang dikembangkan oleh Loughran,dkk., (2001) yang telah dikembangkan instrumen penilainnya berdasarkan CoRe dan