• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO 3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Membran datar asimetris CaTiO3 telah berhasil dibuat melalui metode inversi fasa dengan variasi ukuran serbuk perovskit lolos 60 mesh, 120 mesh, dan 200 mesh. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi sintesis oksida perovskit CaTiO3 melalui metode solid state, pembuatan membran mentah dengan penambahan polieterimida (PEI) sebagai binder polimer dan N-metil-2-pirolidon sebagai pelarut yang diikuti dengan proses sintering pada membran. Difraktogram XRD menunjukkan bahwa hasil sintesis CaTiO3 adalah oksida perovskit. Hasil SEM pada penampang lintang membran mengindikasikan telah terbentuknya struktur asimetris. Ukuran partikel tidak berpengaruh terhadap morfologi penampang lintang membran CaTiO3 namun berpengaruh terhadap kerapatan membran pada bagian permukaan. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kerapatan membran.

Kata Kunci—CaTiO3, oksida perovskit, membran keramik, membran asimetris

I. PENDAHULUAN

EKNOLOGI membran memiliki potensi yang besar dalam penghematan energi dan proses pemisahan gas. Teknologi tersebut telah menjadi acuan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti karena kriteria tertentu yang cocok digunakan sesuai kebutuhan aplikasinya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan di dalam pemilihan membran antara lain stabilitas termal dan mekanik pada kondisi operasi, produktivitas dan efisiensi pemisahan, serta biaya. Kriteria-kriteria tersebut juga didasarkan pada sifat membran yaitu selektivitas dan permeabilitas [4]. Menurut (Ismail dan Lai, 2004 ) [6], kinerja membran berdasarkan proses pemisahan gas lebih bergantung pada tingkat selektivitas dan permeabilitas dari membran itu sendiri. Semakin tinggi selektivitas maupun permeabilitas membran, maka tingkat produktivitas dan efisiensi pemisahannya juga semakin tinggi. Sebagian bahan membran penghantar ion oksigen, khususnya dari bahan oksida perovskit, memiliki kemampuan katalitik untuk reaksi oksidasi. Kemampuan mengkatalisis reaksi oksidasi tersebut apabila dikombinasikan dengan sifat hantaran selektif ion oksigen dapat dimanfaatkan pada reaksi oksidasi parsial gas metana menjadi syngas yang selanjutnya dapat digunakan untuk mensintesis bahan bakar cair pengganti minyak bumi. Oksidasi parsial dengan membran katalis ini merupakan alternatif dari proses Fischer-Tropsch untuk menghasilkan syngas (CO + H2) yang membutuhkan infrastruktur dan suplay gas metana yang besar dan berjangka waktu lama. Produksi syngas melalui reaksi oksidasi parsial metana telah diketahui dapat memberikan keuntungan yang

menarik karena rasio gas yang dihasilkan sesuai untuk konversi metana menjadi bahan bakar cair. Reaksi tersebut dapat berlangsung dengan baik jika dilakukan kontrol oksigen yang ketat dalam pembentukan syngas. Salah satu cara yang efektif digunakan untuk mengontrol oksigen adalah dengan menggunakan suatu material anorganik seperti oksida perovskit karena sifatnya yang dapat menghantarkan ion oksigen (fluks oksigen) dengan baik sehingga jumlah ion oksigen yang diperoleh lebih tepat [8,9] [14].

Oksida perovskit merupakan suatu material anorganik yang dapat digunakan sebagai membran penghantar oksigen dalam reaksi oksidasi parsial metana. Pada reaksi tersebut, pengaturan laju permeasi (fluks) oksigen yang sesuai akan mempengaruhi tingkat keefektifan dan efisiensi dari kinerja membran. Selain itu, oksida perovskit yang memiliki sifat permeabilitas tinggi juga diketahui dapat menghasilkan fase pemisahan yang baik pada membran [3]. Salah satu dari beberapa jenis oksida perovskit yang dapat digunakan adalah Kalsium Titanat (CaTiO3.).

Kemampuan oksida perovskit yang digunakan sebagai membran dalam menghantarkan ion oksigennya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah komposisi dan jenis perovskit, luas permukaan membran serta ketebalannya [2]. Semakin besar luas permukaan membran, maka fluks oksigen yang dihasilkan juga semakin tinggi sehingga akan menunjukkan sifat permeabilitas dan stabilitas kimia yang lebih baik. Begitu juga dengan ketebalannya, semakin tipis ketebalan suatu membran maka fluks oksigen yang dihasilkan akan semakin tinggi [9]. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan faktor-faktor tersebut, penggunaan membran rapat asimetris dapat direkomendasikan sebagai salah satu cara yang tepat.

Membran rapat asimetris dapat dibuat dengan beberapa metode. Penelitian yang dilakukan oleh (Jin dkk., 2001 ) [7] melaporkan bahwa pembuatan membran dengan tipe oksida perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ melalui metode pelapisan

slurry pada permukaan pendukung mentah akan menghasilkan membran dengan tingkat kerapatan yang tinggi dan keretakan yang rendah. Namun, metode tersebut juga memiliki sisi kekurangannya yaitu proses dan tahapannya yang terlalu rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama serta biaya produksi yang terlalu mahal. Di sisi lain, (Li dkk., 2006 ) [10] melaporkan bahwa pembuatan membran keramik rapat asimetris La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (LSCF) dapat dilakukan dengan metode inversi fasa. Membran yang dihasilkan melalui metode tersebut mampu membentuk struktur asimetris dengan berbagai macam bentuk pori serta prosesnya yang

Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO

3

Khomsatu Dian Husnah dan Hamzah Fansuri

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail

: h.fansuri@chem.its.ac.id

(2)

tidak terlalu rumit. Oleh karena itu, metode inversi fasa sangat efektif digunakan dalam pembuatan membran asimetris.

Pembuatan membran rapat asimetris melalui metode inversi fasa memiliki peranan penting dalam pembentukan morfologi membran. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi morfologi membran pada metode tersebut adalah binder polimer, pelarut, non-pelarut, viskositas, suhu sintering, dan ukuran partikel serbuk perovskit [10] [12]. Diantara beberapa faktor tersebut, ukuran partikel serbuk perovskit merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan dengan pembentukan membran perovskit. Menurut Li dkk., (2006) [10] ukuran partikel serbuk perovskit memiliki efek yang signifikan terhadap kerapatan dan distribusi ukuran pori pada morfologi membran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit terhadap morfologi membran asimetris CaTiO3. Ukuran partikel yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kerapatan pada membran perovskit yang dihasilkan. URAIAN PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan diantaranya adalah krusibel porselin, mortar dan alu porselin, pengaduk spatula, kaca arloji, magnetic stirrer, furnace, serta seperangkat alat-alat kimia seperti Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, serta pipet tetes. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan diantaranya Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polieterimida (PEI, Sigma Aldrich, 99.0%), N-metil-2-pirolidon (NMP, Merck, 99.8%), serbuk CaCO3 dan TiO2 (teknis), dan aqua DM.

B. Prosedur Kerja

Sintesis Oksida Perovskit CaTiO3

Oksida perovskit CaTiO3 dapat disintesis menggunakan metode solid state. Sintesis tersebut diawali dengan pencampuran dan penggerusan bahan-bahan awal penyusunnya seperti CaCO3 dan TiO2 yang keduanya berbentuk serbuk berwarna putih. Komposisi dari bahan yang digunakan disesuaikan menurut perhitungan stoikiometri sehingga diperoleh massa dari CaCO3 sebesar 147,245 gram dan TiO2 sebesar 117,496 gram. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur dan digerus selama 2 jam. Hasil penggerusan tersebut (prekursor) dikalsinasi menggunakan muffle furnace dengan laju kenaikan 3°/menit yang ditahan pada suhu 400˚C dan 600˚C selama 1 jam, 900˚C selama 2 jam, serta dilanjutkan sintering pada suhu 1200˚C selama 4 jam.

Pembuatan Membran Datar Asimetris

Pembuatan membran datar asimetris diawali dengan pencampuran PEI dengan persen berat (w/w) 13% dan NMP 42% ke dalam erlenmeyer tertutup yang diaduk menggunakan magnetic stirer pada suhu 70°C selama 24 jam hingga membentuk larutan polimer yang homogen. Penggunaan waktu dan suhu dalam pengadukan tersebut merujuk pada penelitian (Ren dkk., 2010 ) dan (Bakeri dkk., 2011 ) [1] [11]. yang berfungsi untuk melarutkan polieterimida secara homogen. Kemudian serbuk CaTiO3 dengan persen berat 45%

dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam larutan polimer sambil diaduk menggunakan magnetic stirer hingga tercampur sempurna. Ukuran serbuk CaTiO3 yang digunakan dalam pembuatan membran ini adalah lolos ayakan 60 mesh,120 mesh, 200 mesh. Larutan homogen dengan viskositas yang sesuai tersebut selanjutnya dituang ke dalam cetakan plat kaca dan diratakan hingga membentuk membran datar. Setelah itu, hasil cetakan beserta plat kaca dicelupkan ke dalam bak koagulan yang berisi aqua DM dan didiamkan selama 60 menit untuk membentuk membran yang keras.

C. Karakterisasi

Karakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) digunakan untuk mengetahui struktur dan tingkat kristalinitas oksida perovskit CaTiO3, TGA digunakan untuk memperoleh suhu minimum sintering membran serta SEM digunakan untuk mengetahui morfologi membran.

HASIL DAN PEMBAHASAN D. Sintesis Oksida Perovskit CaTiO3

Oksida perovskit CaTiO3 telah berhasil disintesis menggunakan metode solid state. Hasil sintesis berupa serbuk kecoklatan yang homogen. Serbuk tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui fasa kristal yang terbentuk. Analisa XRD dilakukan pada 2θ antara 20° sampai 80° dengan radiasi sinar CuKα.

Gambar 1 menunjukkan puncak khas oksida perovskit CaTiO3 pada sudut 2θ 23,36°; 33,21°; 39,22°; 47,60°; 58,96°; dan 59,42° yang sesuai dengan database PCPDF nomor 00-022-0153 tahun 2011. Puncak-puncak CaTiO3 yang dihasilkan memiliki intensitas tinggi dan tajam yang menunjukkan bahwa serbuk CaTiO3 tersebut adalah kristalin.

Gambar 1. Pola XRD oksida perovskit CaTiO3 hasil sintesis

E. Pembuatan Membran Asimetris CaTiO3

Hasil pembuatan membran dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 dari sintesis sebelumnya berbentuk datar bewarna kecoklatan. Membran mentah tersebut kemudian dianalisis menggunakan TGA untuk menentukan metode sinteringnya agar dihasilkan membran asimetris CaTiO3. Analisa TGA dilakukan dalam atmosfir udara dengan laju kenaikan suhu 5°C/menit dan rentang suhu mulai dari suhu

(3)

kamar sampai 1000°C. Kurva TGA dari membran mentah dapat ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva TGA membran CaTiO3 mentah

Termogram TGA tersebut menunjukkan adanya kehilangan massa dari sampel pada suhu sekitar 400-600°C sebesar 20,2%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Farong dkk., 1987) [5] , hilangnya massa tersebut merupakan indikasi terjadinya dekomposisi pada PEI.

Selanjutnya dilakukan proses sintering yang bertujuan untuk meningkatkan kerapatan membran karena pada proses tersebut terjadi densifikasi (penggabungan partikel-partikel padatan) [16]. Sintering dilakukan pada suhu 890°C secara bertahap dengan laju kenaikan 1°C/menit menggunakan muffle furnace. Tahap pertama dilakukan pada suhu 150°C yang ditahan selama 1 jam untuk menghilangkan kadar non-pelarut (aqua DM) yang masih terkandung pada membran. Tahap kedua pada suhu 350°C yang ditahan selama 1 jam untuk menghilangkan kandungan polimer (PEI) pada membran. Selanjutnya tahap ketiga dilakukan pada suhu 500°C yang ditahan selama 1 jam untuk menyempurnakan dekomposisi seluruh kandungan polimer yang masih tersisa di dalam membran. Kemudian tahap terakhir pada suhu 890°C yang ditahan selama 5 jam untuk mempercepat proses densifikasi membran. Penahanan yang dilakukan di setiap suhu tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya letupan akibat laju suhu yang terlalu tinggi. Akan tetapi, membran yang dihasilkan dari proses sintering tersebut masih terlihat rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu, proses sintering dilanjutkan hingga mencapai suhu 1200°C yang ditahan selama 4 jam dengan kenaikan laju 1°C/menit menggunakan Carbolyte High Temperature Furnace.

Membran yang telah dihasilkan baik sebelum maupun setelah sintering dikarakterisasi menggunakan Scanning Microscopy Electron (SEM) ZEISS EVO M10 untuk mengetahui morfologi membran yang terbentuk.SEM dilakukan pada bagian permukaan rapat dan berpori serta penampang lintang.

Gambar 3 memberikan informasi bahwa pada lapisan berpori, membran mentah (sebelum sintering) dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada gambar 3 (a) memiliki kecenderungan pori yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel lolos 120 mesh dan lolos 200 mesh. Membran mentah dengan ukuran partikel lolos 120 mesh dan 200 mesh yang ditunjukkan pada gambar (b) dan (c) juga

tampak berpori namun keduanya membentuk pori yang lebih kecil. Pori-pori tersebut terbentuk akibat pertukaran laju difusi pelarut (NMP) dengan pelarut (aqua DM) ketika proses inversi fasa berlangsung [10].

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. Mikrograf SEM permukaan berpori membran mentah (sebelum disinter) dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh

Selanjutnya dilakukan pengamatan pada membran setelah proses sintering yang ditunjukkan pada Gambar 4. Morfologi permukaan berpori membran dengan variasi ukuran partikel lolos 60 mesh, pori besar yang sebelumnya dihasilkan dari membran mentahnya mengalami penyusutan sehingga terlihat sedikit lebih rapat. Hal yang serupa terjadi pada membran dengan variasi ukuran partikel lolos 120 mesh dan 200 mesh yang keduanya juga mengalami penyusutan pada pori-porinya. Namun, membran dengan ukuran partikel lolos 120 mesh yang ditunjukkan pada Gambar 4 (b) memiliki permukaan berpori yang cenderung tidak rata dibandingkan dengan yang lain. Penyusutan pori pada membran disebabkan ketika proses sintering pada suhu tinggi, butiran serbuk perovskit mengalami pertumbuhan butiran yang akan mempercepat 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 0 100 200 300 400 500 600 700 800 9001000

Ma

ss

a

(m

g)

Suhu (°)

kehilangan massa 20,2% pori pori pori

(4)

proses densifikasi sehingga tingkat porositas yang dihasilkan tampak lebih kecil (menyusut) seiring dengan perbedaan ukuran partikelnya [17].

(a)

(b)

(c)

Gambar 4. Mikrograf SEM permukaan berpori membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh

Gambar 5 memberikan informasi bahwa permukaan rapat membran mentah sebelum proses sintering (a-c) dengan perbedaan variasi ukuran serbuk perovskit memiliki kecenderungan yang sama. Ketiga gambar tersebut menunjukkan sebelum proses sintering antar butiran serbuk perovskit masih terlihat belum bergabung satu sama lain. Ketiganya tampak rapat terselimuti oleh PEI. Namun tampak bahwa permukaan membran mentah dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada gambar 4.9 (a) memiliki morfologi yang lebih rata dibandingkan dengan morfologi membran mentah pada gambar 5 (b) dan (c). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak polimer (PEI) yang masih menyelimuti serbuk perovskit pada bagian permukaan

membran tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh penelitian (Khusniyah, 2013 ) [8].

(a)

(b)

(c)

Gambar 5. Mikrograf SEM permukaan rapat membran mentah (sebelum disinter) dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada morfologi permukaan rapat membran hasil sintering yang ditunjukkan pada Gambar 6. Ketiga permukaan membran dengan variasi ukuran partikel serbuk perovskit memiliki kecenderungan yang berbeda. (Wei dkk., 2007 ) [15] menjelaskan bahwa suhu sintering tersebut mempengaruhi tingkat kerapatan pada membran. Pada saat proses sintering, polimer (PEI) yang terkandung di dalam membran akan terdekomposisi sempurna sehingga hanya tersisa butiran serbuk perovskit penyusunnya saja. Butiran perovskit tersebut akan mengalami pertumbuhan butiran dan menjadi bergabung satu sama lain seiring dengan perbedaan ukuran partikelnya. Pertumbuhan butiran yang terjadi dapat mempercepat proses densifikasi pada membran. Semakin kecil ukuran partikel, permukaan membran yang dihasilkan akan semakin rapat.

(5)

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Mikrograf SEM permukaan rapat membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh.

Gambar 7 menunjukkan bahwa membran mentah (sebelum sintering) telah membentuk struktur asimetris dengan berbagai bentuk pori. Menurut (Wei dkk., 2007 ) [15] ketika proses inversi fasa terjadi, pelarut (NMP) pada larutan pasta akan terdifusi keluar sementara non-pelarut (aqua DM) akan berdifusi masuk ke dalam larutan pasta. Difusi pelarut akan menyebabkan butiran serbuk perovskit yang telah diselimuti polimer bergerak menuju ke permukaan. Hal ini akan mengakibatkan adanya ruang kosong yang ditinggalkan butiran perovskit beserta polimer ketika menuju ke permukaan yang disebut pori. Pori yang dihasilkan terbentuk pada penampang lintang membran mentah.

Foto SEM membran mentah (sebelum sintering) yang ditunjukkan pada Gambar 7 (a) dengan ukuran partikel lolos ayakan 60 mesh memiliki kecenderungan pori finger-like yang terbentuk secara jelas dan teratur. Kemudian pada membran mentah dengan ukuran partikel lolos 120 mesh yang ditunjukkan Gambar 7 (b) memiliki kecenderungan membentuk 2 jenis pori yaitu finger-like dan sponge-like.

Sementara itu, membran mentah dengan ukuran partikel lolos 200 mesh pada Gambar 7 (c) menghasilkan pori finger-like yang berukuran lebih besar dan lebar dengan lapisan atas yang tampak lebih rapat. (Li dkk., 2006 ) [10] menyatakan bahwa pori finger-like yang terbentuk disebabkan oleh laju difusi non-pelaut (aqua DM) yang terlalu cepat dibandingkan dengan laju pelarut (NMP) pada permukaan bagian dalam membran. Sedangkan pembentukan pori sponge-like disebabkan oleh laju difusi antara pelarut (NMP) dan non-pelarut (aqua DM) yang berjalan seimbang.

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. Mikrograf SEM penampang lintang membran sebelum disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh.

Pengamatan selanjutnya dilakukan pada morfologi penampang lintang membran setelah proses sintering dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh, lolos 120 mesh, dan lolos 200 mesh. Bentuk pori pada ketiga membran dengan variasi ukuran tersebut memiliki kecenderungan yang hampir sama. Membran hasil sintering dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada Gambar 8 (a) memiliki

Finger-like

Finger-like

Sponge-like

(6)

struktur asimetris dengan permukaan atas yang tampak rapat serta kecenderungan bentuk pori finger-like pada bagian tengah sesuai dengan membran mentahnya. Kemudian pada gambar 8 (b) dengan ukuran partikel lolos 120 mesh memiliki kecenderungan membentuk 2 bentuk pori yakni pori finger-like dan sponge-like yang juga serupa dengan membran mentahnya. Selanjutnya, membran hasil sintering yang ditunjukkan pada Gambar 8 (c) dengan ukuran partikel lolos 200 mesh juga membentuk pori finger-like yang sama seperti lainnya. Ketiga morfologi membran dengan variasi ukuran partikel tersebut dapat dikatakan mampu mempertahankan struktur maupun pori yang terbentuk pada membran mentahnya.

Membran hasil sintering ketiga variasi ukuran partikel tersebut memiliki morfologi penampang lintang yang nampak lebih rapat dibandingkan dengan membran mentahnya. Kerapatan yang diperoleh selama proses sintering sesuai dengan penjelasan (Tan dkk., 2001 ) [17] sebelumnya yakni disebabkan karena pada suhu tinggi butiran partikel mengalami pertumbuhan butiran sehingga mempercepat proses densifikasi yang akan mempengaruhi tingkat kerapatan membran seiring dengan perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit yang digunakan. Dari foto SEM diatas, dapat diketahui bahwa membran dengan struktur asimetris terbaik adalah pada membran dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh yang menghasilkan pori finger-like secara teratur.

(a)

(b)

(c)

Gambar 8. Mikrograf SEM penampang lintang membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO3 lolos ayakan (a) 60 mesh, (b) 120 mesh, (c) 200 mesh

II. KESIMPULAN

Membran datar asimetris oksida perovskit CaTiO3 telah dibuat melalui teknik inversi fasa menggunakan polieterimida sebagai bahan pembentuk membran dan N-metil-2-pirolidon sebagai pelarutnya. Membran CaTiO3 yang disinter pada suhu 1200°C sudah membentuk gabungan antar butiran perovskit satu sama lain namun masih terlihat kurang rapat pada bagian permukaannya. Membran yang dihasilkan dari proses inversi fasa ini telah membentuk struktur asimetris dengan berbagai bentuk pori. Perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit mempengaruhi tingkat kerapatan pada morfologi permukaan membran. Membran CaTiO3 dengan struktur asimetris terbaik dihasilkan dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh. Bentuk pori yang dihasilkan pada ukuran tersebut adalah finger-like yang terjajar secara teratur pada bagian penampang lintang membran.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamzah Fansuri selaku dosen pembimbing penulis.

DAFTARPUSTAKA

[1] Bakeri G., Matsuura T. and Ismail A. F. (2011) The effect of phase inversion promoters on the structure and performance of polyetherimide hollow fiber membrane using in gas–liquid contacting process. Journal of Membrane Science 353, 259–269.

[2] Balachandran U., Dusek J. T. and Mievelle R. L. (1995) Dense ceramic membranes for partial oxidation of methane to syngas. Applied

Catalysis A: General 133, 19–29.

[3] El-Gendi A. T., Ahmed S. A. and Talaat H. A. (2006) Preparation and evaluation of flat membranes for phenols separation. Desalination 206, 226–237.

[4] Fallanza M., Ortiz A., Gorri D. and Ortiz I. (2013) Polymer–ionic liquid composite membranes for propane/propylene separation by facilitated transport. Journal of Membrane Science 444, 164–172.

[5] Farong H., Xueqiu W. and Shijin L. (1987) The Thermal Stability of Polyetherimide. Polymer Degradation and Stability 18, 247–259.

Finger-like rapat Sponge-like rapat Finger-like Finger-like rapat

(7)

[6] Ismail A. F. and Lai P. Y. (2004) Development of defect-free asymmetric polysulfone membranes for gas separation using response surface methodology. Separation Purification Technology 40, 191–207. [7] Jin W., Li S., Huang P., Xu N. and Shi J. (2001) Preparation of an

asymmetric perovskite-type membrane and its oxygen permeability.

Journal of Membrane Science 185, 237–243.

[8] Khusniyah H. (2013) Pembuatan Membran Rapat Hollow Fiber La0,7Sr0,3Co0,8Fe0,2O3-δ. Thesis, Institui Teknologi Sepuluh Nopember.

[9] Kusaba H., Shibata Y., Sasaki K. and Teraoka Y. (2006) Surface effect on oxygen permeation through dense membrane of mixed-conductive LSCF perovskite-type oxide. Solid State Ionics 177, 2249–2253. [10] Li K., Tan X. and Liu Y. (2006) Single-step fabrication of ceramic

hollow fibers for oxygen permeation. Journal of Membrane Science

272, 1–5.

[11] Ren J., Zhou J. and Deng M. (2010) Morphology transition of asymmetric flat sheet and thickness-gradient membranes by wet phase-inversion process. Desalination 253, 1–8.

[12] Tan X., Liu S. and Li K. (2001) Preparation and characterization of inorganic hollow fiber membranes. Journal of Membrane Science 188. [13] Jin W., Li S., Huang P., Xu N. and Shi J. (2001) Preparation of an

asymmetric perovskite-type membrane and its oxygen permeability.

Journal of Membrane Science 185, 237–243.

[14] Teraoka Y., Honbe Y., Ishii Y., Furukawa H. and Moriguchi I. (2002) Catalytic Effects in Oxygen Permeation Through Mixed-Conductive LSCF Perovskite Membranes. Solid State Ionics 152, 681–687. [15] Wei C. C., Chen O. Y., Liu Y. and Liu K. (2007) Ceramic Asymmetric

Hollow Fiber Membranes-One Step Fabrication Process. Journal of

Membrane Science 320, 191–197.

[16] Ismunandar (2006) Padatan Oksida Logam: Struktur Sintesis dan

Sifat-sifatnya., FMIPA-ITB, Bandung.

[17] Tan X., Liu S. and Li K. (2001) Preparation and characterization of inorganic hollow fiber membranes. Journal of Membrane Science 188.

Referensi

Dokumen terkait

Gejala sesar yang dijumpai pada lokasi penelitian berupa data struktur bidang sesar, zona hancuran (breksiasi), slickensides, dan struktur penyerta lainya berupa

Selanjutnya tujuan penyusunan PrADa adalah, untuk mendukung terwujudnya pengurangan kesenjangan atau ketimpangan pembangunan antardaerah melalui sinkronisasi perencanaan dan

Karya tari Urip Kang Nguripi merupakan karya tari yang terinspirasi dari proses berterima kasih pada sang pencipta. Proses penciptaan ini mengarah pada kegiatan

rempah dalam setiap masakannya serta menggunakan bahan makanan yang segar seperti sayur sayuran terutama terung dan menggunkan banyak daging kambing walau ayam dan

Perbedaan beberapa faktor diatas akan mengakibatkan tingkat prevalensi dan intensitas parasit berbeda pula pada masing – masing stasiun.Rata – rata tingkat prevalensi

Analisa seismic adalah analisa dinamis, dinama massa struktur dan beban, kekakuan, damping dari stuktur dan jenis tanah pendukung struktur jacket diperhitungkan dalam

Nyeri bukan hanya unik karena sangat berbeda satu dengan yang lainnya mengingat sifatnya yang individual, termasuk dalam penanganannya pun kita seringkali

dengan inhibitor bertujuan untuk menghilangkan inhibitor, yaitu dengan memberikan terapi pengganti pada saat terjadi perdarahan dan melakukan metode immune tolerance