• Tidak ada hasil yang ditemukan

03. MODUL PRAKTEK INVENTOR.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "03. MODUL PRAKTEK INVENTOR.pdf"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

P E N D A H U L U A N

Autodesk Inventor merupakan salah satu software 3D modeling yang dikhususkan pada mechanical design dimana konsep yang dibawa adalah digital prototyping. Dimana kita diizinkan untuk menganalisa design yang sedang direncanakan dalam bentuk digital dan tidak lagi memerlukan bentuk fisik asli yang tentunya akan berdampak pada penghematan biaya produksi. Kita dapat menganalisa gerakan kinematik dari sebuah design,

memperhitungkan berat sebuah material, mendapatkan titik center (center of gravity) dari sebuah komponen atau Assembly dan kebutuhan lain yang berhubungan dengan design yang dibuat.

Pada modul ini kita akan coba membahas bagaimana mengenal user interface dari Autodesk Invetor, pembuatan part/komponen, pembuatan assembly, pembuatan presentation (exploded view) dan pembuatan gambar kerja (manufacturing drawing).

Untuk bisa mengenal konsep pemodelan di Autodesk Inventor perhatikanlah diagram dibawah ini : Part  Assembly  Presentation /   Exploded View  Manufacturing Drawing 

(2)

Dimana hal yang pertama harus kita lakukan adalah pembuatan sebuah part yang kemudian dijadikan menjadi sebuah assembly selanjutnya dari assembly bisa dibuatkan menjadi sebuah exploded view (presentation). Dimana ketiga bagian ini bisa dijadikan sebuah gambar kerja/manufacturing drawing. Adapun format file yang dikenal didalam Autodesk Inventor adalah:

1. Part (*.ipt) 2. Assembly (*.iam) 3. Presentation (*.ipn)

4. Manufacturing Drawing (*.idw dan *.dwg) 5. Project (*.ipj)

(3)

B A B I

U S E R I N T E R F A C E

Sebelum kita masuk kedalam pembahasan inti ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu bagaimana user interface/antar muka dari Autodesk Inventor dengan

memperhatikan gambar 1 :

1

5

2

3

4

Gambar 1

Adapun penjelasan gambar berdasarkan penomoran sebagai berikut :

1. Ribbon toolbar berisikan fungsi-fungsi perintah yang digambarkan dalam bentuk icon-icon

(4)

2. Graphic Windows berfungsi untuk melihat proses pembuatan sketch dan melihat hasil modeling dan gambar kerja yang dibuat

3. Object History berfungsi untuk melihat urutan tentang proses pembuatan sebuah part atau urutan sebuah

4. 3D Indicator berfungsi untuk menampilkan coordinate system. Sehingga kita mengetahui posisi koordinat datum(work plane) tempat kita melakukan sketching ataupun proses assembly

5. View Cube berfungsi untuk menampilkan tampilan sebuah modeling dimana kita bisa tampilan sebuah modeling baik dari sisi tampak depan, samping, isometric dan sisi- sisi yang lain yang ingin dilihat.

Untuk pembahasan masalah user interface tidak akan diperlebar dan hanya

dicukupkan pada penjelasannya ini saja. Untuk lebih lengkapnya bisa melihat HELP (F1) pada Autodesk Inventor yang dimiliki.

(5)

B A B I I P A R T

Untuk proses pembuatan part adalah beberapa hal yang harus diketahui sehingga kita bisa mengetahui konsep dasar pembuatan modeling di Autodesk Inventor. Dan jika dibuatkan dalam bentuk diagram akan terbentuk seperti penjelasan dibawah ini.

Sketching → Base Feature → Feature → Part

Dimana pembuatan sketch selalu berada pada sebuah plane kemudian dirubah menjadi feature. Selanjutnya dibuat sketch tambahan pada sebuah plane atau permukaan datar yang nantinya akan dijadikan feature. Dari beberapa feature inilah akan terbentuk sebuah modeling part.

Jadi hal yang harus diketahui untuk pembuatan modeling part adalah : 1. Sketching 2. Base Feature 3. Datum/Work Plane 2.1 Sketching 4. Work Axis 5. Work Point 6. Feature

Proses sketching terdapat 2 jenis sketching, Yaitu :

(6)

1. 2D Skecth

Didalam 2D Sketch ini sketsa yang dihasilkan dalam bentuk 2D dimana hanya 2 koordinat yang bekerja. Dan selanjutnya hasil sketsa dirubah menjadi

sebuah base feature/feature 2. 3D Sketch

Didalam 3D Sketch ini sketsa yang dihasilkan memiliki 3 koordinat yang bekerja. Hal ini sering dilakukan untuk membuat sebuah contour tertentu yang tidak bisa dibuat menggunakan 2D sketch

Pada module ini akan lebih dititik beratkan pada pembuatan 2D sketch. Bila digambarkan dalam alur maka pembuatan 2D sketch akan tampak seperti keterangan dibawah ini :

Sketch → Plane → Constraint Sketch

Dimana sebuah 2D sketch selalu membutuhkan sebuah work plane/datum untuk melakukan

proses sketching. Pada 2D sketch terdapat constraint yang menghubungkan antar geometry.

Sehingga bila ditarik sebuah logika pembuatan sketch yaitu selalu pada sebuah plane dan memiliki constraint.

2.1.1. 2D Sketch

Pada saat awal pembuatan part secara default Autodesk Inventor akan mengarahkan kita pada x-y plane. Akan tetapi kita bisa merubah settingan

tersebut dengan merubahnya pada Tools → Application Options → (tab) Part →

(7)

(Frame Sketch on new part creation) No new sketch. Yang akan kita ulas pada pembahasan ini adalah dengan tidak menggunakan settingan default Autodesk Inventor dan satuan yang akan digunakan ada metric. Adapun cara untuk membuat 2D Sketch sebagai berikut :

1. Buat sebuah part dengan cara memilih file → new →(tab) metric →standar (mm).ipt atau pada tampilan ribbon toolbar bisa dilakukan dengan mengklik icon yang disediakan. Perhatikan gambar 2. Maka akan muncul dialog box new file dan pada tab metric pilih standard(mm).ipt. Perhatikan gambar 3.

Gambar 2

(8)

2. Pada object history expand origin dengan cara mengklik tanda (+) dan aktifkan ketiga plane default dengan cara mengklik ketiganya kemudian klik kanan dan pilih visibility. Perhatikan gambar 4

Gambar 4

3. Rubah view pada graphic windows menjadi isometric dengan cara klik kanan di graphic windows dan pilih home view (F6). Perhatikan gambar 5 atau dengan mengarahkan cursor pada View Cube dan klik tanda rumah. Perhatikan gambar 6.

(9)

Gambar 6

4. Klik icon 2D sketch perhatikan gambar 7 kemudian pilih plane tempat pembuatan sketch. Untuk latihan pilih x – y plane. Kemudian klik icon view face (page up) agar pandangan menjadi normal dengan plane terpilih. Perhatikan gambar 8.

Gambar 7

Gambar 8

5. Kemudian klik icon view face (page up) dan pilih plane yang menjadi tempat sketching agar proses tampilan sketch tegak lurus dengan arah pandangan. Secara default tampilan user interface pembuatan 2D sketch terdapat grid lines, Minor grid lines, Axes. Tampilan ini agak sedikit menggangu proses sketching dan kita diperbolehkan untuk menonaktifkannya dengan cara

(10)

merubahnya pada Tools → Application Options → (tab) Sketch → (Frame Display) Uncheck grid lines, Minor grid lines, Axes. Selanjutnya kita bisa memilih bentuk geometry yang diinginkan.

6. Mengatur dan menghubungkan geometry dengan cara memberikan constraint. Ada 12 macam constraint yang bisa digunakan.

a) Horizontal

Constraint ini bertujuan untuk membuat sebuah geometry berada

pada posisi horizontal. Perhatikan gambar 9.

Gambar 9 b) Vertical

Constraint ini bertujuan untuk membuat sebuah geometry berada

pada posisi vertical. Perhatikan gambar 10.

Gambar 10 c) Perpendicular

Constraint ini bertujuan untuk membuat sebuah geometry berada

pada posisi tegak lurus. Dimana salah satu geometry menjadi acuan. Autodesk Inventor akan memilih geometry acuan secara acak

(11)

(random) terkecuali salah satu geometry dibuat menjadi fix menggunakan constraint fix. Perhatikan gambar 11.

Gambar 11 d) Parallel

Constraint ini bertujuan untuk membuat sebuah geometry berada pada posisi parallel terhadap acuan geometry. Perhatikan gambar 12.

Gambar 12 e) Tangent

Constraint ini bertujuan untuk membuat sebuah geometry menjadi bersinggungan antara satu dengan lainnya. Dimana geometry yang

bisa dibuat bersinggungan adalah antara garis dengan geometry yang

berbentuk radius atau kedua-duanya geometry yang mempunyai radius. Perhatikan gambar 13.

(12)

Gambar 13 f) Smooth

Constraint ini bertujuan untuk membuat pertemuan antar dua buah kurva (spline) menjadi halus dan bersinggungan antar satu dengan lainnya. Perhatikan gambar 14.

Gambar 14 g) Coincident

Constraint ini bertujuan untuk membuat pertemuan antar point dengan point atau antar point dengan geometry. Perhatikan gambar 15.

(13)

h) Concentric

Constraint ini bertujuan untuk membuat 2 buah geometry yang memiliki radius berada pada satu sumbu/titik center. Perhatikan gambar 16.

Gambar 16 i) Collinear

Constraint ini bertujuan untuk membuat 2 buah geometry atau lebih berada dalam satu garis lurus/linear imajiner . Perhatikan gambar 17.

Gambar 17 j) Equal

Constraint ini bertujuan untuk membuat besar/nilai antara geometry menjadi sama . Perhatikan gambar 18.

(14)

k) Fix

Constraint ini bertujuan untuk membuat geometry berada pada posisi yang tetap dan ditidak bisa bergeser .

l) Symmetry

Constraint ini bertujuan untuk membuat geometry menjadi seimbang/selaras terhadap acuan sebuah garis sumbu. Perhatikan gambar 19.

Gambar 19

7. Jikalau pembuatan sketch selesai kita bisa mengklik kanan mouse dan pilih

finish sketch atau dengan mengklik icon

Tips : Untuk pembuatan sketch usahakan untuk selalu mengacu pada

origin/Center point (titik nol) dikarenakan akan sangat berguna untuk proses selanjutnya seperti pembuatan assembly dan molding.

Untuk lebih memahami proses pembuatan sketch dan penggunaan constraint coba buat sebuah sketch geometry seperti tampak pada gambar 20.

(15)

2.2 Base Feature

Gambar 20

Ada 2 feature dasar yang harus diketahui untuk pembuatan base feature : 1. Extrude

(16)

2.2.1. Extrude

Feature ini digunakan untuk membuat solid/surface dengan menentukan ketebalan dari sebuah sketch/profile. Jikalau sketch dalam bentuk terbuka maka akan dihasilkan surface. Sedangkan dalam bentuk tertutup bisa menghasilkan solid/surface. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon atau menggunakan shortcut (E).Perhatikan gambar 21.

SOLID

SURFACE

Gambar 21 2.2.2. Revolve

Feature ini digunakan untuk membuat solid/surface dengan memutar sketch/profile terhadap acuan sebuah axis (garis sumbu). Jikalau sketch dalam bentuk terbuka maka akan dihasilkan surface. Sedangkan dalam

(17)

bentuk tertutup bisa menghasilkan solid/surface. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon atau menggunakan shortcut (R).Perhatikan gambar 22.

SOLID

SURFACE

Gambar 22 2.3 Work Plane

Feature ini bisa digunakan untuk menempatkan sebuah sketch dan sebagai acuan bekerjanya feature lain. Untuk membuat sebuah plane bisa dilakukan dengan cara mengklik icon atau dengan menekan tanda “ ] “ pada keyboard. Ada beberapa metoda yang bisa digunakan untuk membuatnya :

(18)

1. 3-point work plane

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 3 buah point/vertex untuk membentuk sebuah plane. Perhatikan gambar 23.

1

3

2

Gambar 23

2. Work plane tangent to face through edge

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih sisi dan permukaan yang berbentuk radius. Perhatikan gambar 24.

Gambar 24

3. Work plane normal to axis through point

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih sisi

dan point untuk menghasilkan plane yang tegak lurus sisi. Perhatikan gambar 25.

(19)

4. Work plane through two coplanar edges

Dengan metoda untuk membuat sebuah work plane ini diharuskan memilih 2 sisi yang berada pada satu permukaan (coplanar). Perhatikan gambar 26.

Sisi/Edge

Gambar 26

Sisi/Edge

5. Work plane offset from face

Dengan metoda untuk membuat sebuah work plane ini diharuskan memilih 1 permukaan rata/plane kemudian menentukan jarak antara plane yang akan dibuat dengan plane yang menjadi acuan. Perhatikan gambar 27.

Permukaan Rata

Gambar 27

6. Work plane at angle to face or plane

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 1

permukaan rata/plane kemudian memilih sisi/edge atau axis. Perhatikan gambar 28.

(20)

Sisi/Edge

Permukaan Rata

Gambar 28

7. Work plane parallel to plane trough point

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 1 permukaan rata/plane yang parallel dengan point/vertex yang dipilih. Perhatikan gambar 29.

Gambar 29

8. Work plane tangent to curved face and parallel to plane

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 1 permukaan rata/plane dan geometry berbentuk radius. Perhatikan gambar 30.

Permukaan Rata

Geometry Radius

Gambar 30

(21)

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 1 permukaan rata/plane dan geometry berbentuk radius. Perhatikan gambar 31.

Gambar 31

10. Work plane normal to a curve at the point on the curve

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih sebuah kurva dan point tempat akan diletakkannya work plane. Perhatikan gambar 32.

Gambar 32

11. Work plane bisecting two parallel planes

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work plane diharuskan memilih 2 permukaan/plane yang parallel dan work plane yang dihasilkan berada ditengah- tengah object pemilihan. Perhatikan gambar 33.

(22)

Gambar 33 2.4 Work Axis

Feature ini biasa digunakan sebagai sumbu putar, feature pembantu untuk

pembuatan plane, lubang (hole) dan pattern. Untuk mengeksekusi feature ini bisa mengklik icon atau dengan menekan tombol “ / ” pada keyboard. Ada beberapa metoda yang bisa digunakan untuk membuatnya :

1. Work axis through a revolved face or feature

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis diharuskan memilih permukaan berbentuk radius atau feature-feature yang berbentuk radius seperti hole dan fillet. Perhatikan gambar 34.

Gambar 34

2. Work axis through two points

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis dibutuhkan 2 buah point/vertex. Perhatikan gambar 35.

(23)

Gambar 35

3. Work axis along two intersecting planes

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis dibutuhkan 2 buah work plane . Dimana work axis yang dihasilkan merupakan perpotongan antar 2 buah work plane. Perhatikan gambar 36.

Gambar 36

4. Work axis perpendicular to a plane through a point

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis dibutuhkan sebuah work plane dan point. Dimana work axis yang dihasilkan tegak lurus terhadap plane yang dipilih. Perhatikan gambar 37.

(24)

Gambar 37

5. Work axis along a linear edge

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis dibutuhkan sebuah sisi lurus/edge. Dimana work axis yang dihasilkan segaris dengan sisi yang dipilih. Perhatikan gambar 38.

Gambar 38

6. Work axis along sketch

Dengan metoda ini untuk membuat sebuah work axis dibutuhkan sebuah sketch baik dalam bentuk 2D/3D sketch dalam bentuk line diluar bentuk line tidak bisa digunakan untuk membentuk work axis . Dimana work axis yang dihasilkan segaris dengan sketch yang dipilih. Perhatikan gambar 39.

(25)

2.5 Work point

Gambar 39

Feature ini bisa digunakan sebagai referensi point dengan mengambil sebuah vertex atau snap point pada sketch/edge, persilangan antara curve/sketch dengan plane dan persilangan antar 3 work plane . Untuk membuat sebuah work point bisa dilakukan dengan cara mengklik icon

Perhatikan gambar 40.

Gambar 40 2.6 Feature

atau dengan menekan tanda “.”

Pada pembahasan di sub bab ini dibatasi hanya pada feature-feature dasar yang sering digunakan untuk membuat sebuah modeling sederhana. Feature yang akan kita bahas antara lain :

(26)

1. Extrude 2. Revolve 3. Swept 4. Rib 5. Chamfer 6. Fillet 2.6.1 Extrude

7. Hole and Thread 8. Pattern

9. Mirror 10. Loft 11. Shell

Pada pembahasan sebelumnya sudah disinggung mengenai extrude sebagai base feature. Pada pembahasan subbab kali ini akan membahas lebih jauh mengenai extrude. Pada feature extrude ada 3 cara yang bisa digunakan untuk membuat sebuah model :

1. Join yaitu menggabungkan antar base feature/feature dengan feature untuk mendapatkan sebuah bentuk

2. Cut yaitu memotong base feature/feature dengan feature untuk mendapatkan sebuah bentuk

3. Intersect yaitu Mempertemuan antar base feature/feature dengan feature dimana bentuk yang dihasilkan adalah pertemuan antar keduanya.

(27)

Join Cut Gambar 41

Intersect

Pada feature extrude terdapat 5 batasan yang digunakan untuk membuat feature ini:

1. Distance yaitu berapa batasan jarak yang diperlukan untuk membuat sebuah feature perhatikan gambar 42.

2. To next yaitu batasan diambil sampai dimana tidak ada lagi solid yang terdeteksi pada sebuah feature.

3. To yaitu batasan yang diambil adalah sampai permukaan/plane terpilih. 4. From to yaitu batasan dimulai dari sebuah permukaan/plane terpilih

sampai pada permukan/plane yang terpilih.

5. All yaitu batasan yang diambil adalah sampai keselurahan feature dengan arah pandang normal.

(28)

Sedangkan untuk membalikkan arah feature hanya dengan mengklik arah yang diingikan. Perhatikan gambar 43.

Gambar 43 2.6.2 Revolve

Pada pembahasan sebelumnya sudah disinggung mengenai revolve sebagai base feature. Pada pembahasan subbab kali ini akan membahas lebih jauh mengenai revolve. Pada feature extrude ada 3 cara yang bisa digunakan untuk membuat sebuah model sama seperti pembuatan extrude yaitu join, cut dan intesert jadi tidak dibahas lebih jauh.

Dan pada feature revolve sama terdapat 5 batasan dan keseluruhan batasan hampir sama juga dengan extrude hanya satu yang berbeda yaitu :

1. Angle yaitu batasan ini membutuhkan berapa besarnya sudut putar untuk membentuk sebuah feature

(29)

Angle 2.6.3 Swept From to To Next Gambar 44 All To

Feature ini digunakan membuat solid dimana sketch profile akan terbentuk mengikuti sketch path, path & guide rail dan path & guide surface. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon atau menggunakan shortcut (Ctrl+Shift+S).Pada pemahasan ini hanya membahas 2 metoda : 1. Path : dengan cara ini dibutuhkan satu buah sketch yang dijadikan sebagai

alur terbentuknya solid dari sebuah profile

2. Path & guide rail : dengan cara ini dibutuhkan 2 buah sketch dimana salah satunya menjadi path dan yang lainnya menjadi guide rail

(30)

Sketch 2.6.4 Rib

Path Gambar 45

Path & guide rail

Feature ini digunakan untuk membuat sebuah tulangan/penguat pada sebuah model dimana hanya membutuhkan sebuah sketch terbuka dan menentukan berapa ketebalan tulangan yang akan dibuat. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon . Untuk lebih memahami perhatikan gambar 46.

Sketch

2.6.5 Chamfer

Gambar 46 Rib

Feature ini digunakan untuk mebuang sisi tajam dari sebuah model dengan merubahnya menjadi sisi miring. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon atau menggunakan shortcut (Ctrl+Shift+K). Ada 3 metode yang bisa digunakan untuk men-chamfer sebuah model :

1. Distance. Dengan cara ini dibutuh jarak yang ingin dibentuk dan hasil kemiringan antar sisi dianggap sama.

(31)

2. Distance and Angle. Dengan cara ini dibutuhkan jarak yang ingin dibentuk dan sebuah pemukaan rata sebagai referensi pembentukan sudut/angle. 3. Two distance. Dengan cara ini dibutuhkan 2 ukuran yang berbeda untuk

membentuk sisi miring. Dimana posisi bisa dibalik dengan menekan icon

Untuk lebih bisa memahami perhatikan gambar 47.

Distance Distance and Angle Two Distance Gambar 47

2.6.6 Fillet

Feature ini digunakan untuk mebuang sisi tajam dari sebuah model dengan merubahnya menjadi sisi berbentuk radius. Untuk mengeksekusinya bisa dengan cara mengklik icon atau menggunakan shortcut (F). Ada 3 metode yang bisa digunakan untuk men-chamfer sebuah model :

1. Edge fillet. Dengan cara ini dibutuh jarak yang ingin dibentuk dan hasil radius antar sisi dianggap sama

2. Face. Dengan cara ini dibutuhkan jarak yang ingin dibentuk dan 2 permukaan rata untuk membentuk sisi radius

(32)

3. Full round. Dengan cara ini dibutuhkan 3 permukaan rata. 2 Permukaan sebagai sisi yang akan dibentuk radius dan 1 permukaan sebagai center radius.

Untuk lebih memahami perhatikan gambar 48.

Edge fillet

2.6.7 Hole and thread

Face Gambar 48

Full round

Feature ini digunakan untuk membuat sebuah lubang baik lubang

dengan/tanpa. Dan Thread digunakan untuk membuat ulir luar dari sebuah poros. Untuk mengeksekusi perintah tersebut dengan cara mengklik icon atau shortcut (H) untuk membuat lubang/hole. Sedangkan untuk thread menggunakan icon .

Untuk membuat hole ada beberapa metoda yang bisa digunakan :

1. From Sketch. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah point atau lebih berupa sketch point untuk menentukan posisi pelubangan

2. Linear. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah permukaan rata untuk tempat peletakan lubang dan 2 buah sisi/edge sebagai referensi jarak lubang

(33)

3. Concentric. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah permukaan rata untuk tempat peletakan lubang dan geometri berbentuk radius dimana lubang yang akan dibuat menjadi satu titik sumbu/center dengan geometri yang diambil sebagai referensi.

4. On Point. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah work poin sebagai tempat peletakan lubang dan sebuah work axis/edge untuk arah dari pengeboran.

Untuk lebih memahami proses pembuatannya perhatikan gambar 49.

From Sketch Linear

Gambar 49

Concentric On Point

Sedangkan untuk membuat thread hanya dibutuhkan geometri berbentuk radius. Bisa diambil dari shaft ataupun lubang untuk panjang ulir bisa ditentukan. Untuk lebih memahami proses pembuatan perhatikan gambar 50.

Gambar 50 2.6.8 Pattern

(34)

1. Rectangular Pattern. Feature ini digunakan untuk menggandakan sebuah feature dengan jarak dan jumlah tertentu. Dimana dibutuhkan sebuah referensi atau lebih baik berupa sketch, edge dan work axis. Untuk mengeksekusi feature dengan mengklik icon .

2. Circular Pattern. Feature ini digunakan untuk menggandakan sebuah feature berdasarkan jumlah dalam satu putaran dan besar derajat putaran. Dimana dibutuhkan sebuah work axis/edge sebagai sumbu putar. Untuk mengeksekusi feature dengan mengklik icon . Untuk lebih memahami proses pembuatan perhatikan gambar 51.

Rectangular Pattern Circular Pattern Gambar 51

2.6.9 Mirror

Feature ini digunakan untuk menggandakan feature menjadi berkebalikan arah dari aslinya. Dimana dibutuhkan sebuah plane atau permukaan rata yang digunakan sebagai referensi cermin. Untuk mengeksekusi feature tersebut dengan mengklik icon atau dengan menggunakan shortcut (Ctrl+Shift+M). Untuk lebih memahami proses pembuatan perhatikan gambar 52.

(35)

2.6.10 Loft

Mirror Feature 1

Gambar 52

Mirror Feature 2

Feature ini digunakan untuk membuat solid/surface berdasarkan transisi 2 geometri atau lebih. Dimana 2 sketch atau lebih dijadikan sebagai profile sections dan 1 sketch atau lebih digunakan sebagai rails (alur bentuk geometri) . Untuk mengeksekusi feature tersebut dengan mengklik icon atau dengan menggunakan shortcut (Ctrl+Shift+L). Untuk lebih memahami proses pembuatan perhatikan gambar 53.

Loft Without Rails

Gambar 53

(36)

2.6.11 Shell

Feature ini digunakan untuk membuat benda solid menjadi berselubung (mempunyai ketebalan tertentu). Dimana beberapa permukaan yang

diinginkan dapat dihilangkan. Untuk mengeksekusi feature tersebut dengan mengklik icon . ). Untuk lebih memahami proses pembuatan perhatikan gambar 54.

Remove Face Remove Face

Gambar 54

(37)

B A B I I I

M A N A J E M E N D A T A

Pada bab ini kita akan coba membahas bagaimana melakukan manajemen data dengan fasilitas Autodesk Inventor yang bernama project. Disini kita akan belajar bagaimana cara pembuat sebuah project dan membuat klasifikasi folder berdasarkan kebutuhan.

Didalam sebuah desain biasanya selalu terdapat part yang akan dibuat assembly kemudian dibuat explode view (presentation) dan selanjutnya dibentuk menjadi gambar kerja. Dan tidak lepas pula ada data-data perhitungan atau data-data spesifikasi material. Dalam pembahasan ini misal kita akan membuat sebuah desain dengan nama project Vacuum Chamber dimana kita akan membuat 5 buah folder antara lain :

1. Part. Folder ini digunakan untuk menyimpan data-data berupa komponen/part 2. Sub Assembly. Folder ini digunakan untuk menyimpan data-data berupa sub

assembly part

3. Main Assembly. Folder ini digunakan untuk menyimpan data-data berupa main assembly utama

4. Drawing. Folder ini digunakan untuk menyimpan data-data berupa gambar kerja dan presentasi (exploded view)

5. Ext Data. Folder ini digunakan untuk menyimpan data-data berupa hasil perhitungan, spesifikasi material dan data-data lain yang berhubungan dengan design

(38)

1. Klik icon project .

2. Pada dialog box project klik tombol new

3. Pada dialog box Inventor Project Wizard pilih new single user project (misal project yang dikerjakan adalah perorangan). Perhatikan gambar 55.

Gambar 55

4. Tekan tombol next dan buat nama project kemudian tentukan letak penyimpanan file. Perhatikan gambar 56.

Gambar 56

5. Tekan tombol next. Jikalau ada library yang akan dimasukan dalam project tentukan library yang akan digunakan. Jikalau tidak tekan tombol finish. Perhatikan gambar 57.

(39)

Gambar 57

6. Pada Frequently Used Subfolders klik kanan dan pilih add path dan tuliskan nama- nama folder sesuai kebutuhan. Perhatikan gambar 58.

Gambar 58

7. Expand Folder Options dengan mengklik tanda (+) pada pilihan content center rubah folder default Inventor kedalam project yang sedang dibuat. Hal ini berguna untuk menyimpan library/part-part standard langsung masuk kedalam folder project. Hal ini berguna ketika file dalam satu project dipindahkan kesuatu tempat atau diberikan kepada client. Sehingga komponen secara keseluruhan bisa terbawa dan

menghilangkan kemungkinan Inventor menanyakan file komponen standard yang masuk dalam project yang sedang dibuat. Perhatikan gambar 59.

Gambar 59

(40)

9. Tekan tombol Done untuk untuk menutup dialog box Inventor Project Wizard. Cobalah buat beberapa part/komponen sesuai dengan contoh soal dibawah ini :

1. Base. Perhatikan gambar 60.

Gambar 60 2. Front Cover. Perhatikan gambar 61.

Gambar 61 3. Back Cover. Perhatikan gambar 62.

(41)

Gambar 62

4. Left Side Cover. Perhatikan gambar 63.

Gambar 63

(42)

Gambar 64 6. Top Cover. Perhatikan gambar 65.

Gambar 65

(43)

Gambar 66 8. Bracket Handle. Perhatikan gambar 67.

Gambar 67

Untuk mendesain hinge baik dari top hinge, bottom hinge dan hinge shaft akan dibahas pada pembahasan Assembly. Setiap selesai membuat sebuah part/komponen simpanlah pada foldernya masing-masing. Misal file part disimpan kedalam folder part. Perhatikan gambar 68.

(44)
(45)

B A B I V

A S S E M B L Y

Pada bab ini akan membahas bagaimana membuat sebuah assembly dengan merangkai part-part yang sudah dibuatnya. Ada 2 konsep yang bisa digunakan dalam membuat sebuah assembly :

1. Bottom-Up. Pada konsep ini untuk membuat sebuah assembly dibuat dengan mengumpulkan/merangkai part-part yang sebelumnya sudah dibuat. Jadi dari sekumpulan part dibuatlah sebuah assembly

2. Top-Down. Pada konsep ini untuk membuat sebuah assembly dilakukan dengan cara

merangkai part dengan membuat part/komponen baru didalam assembly. Jadi part dibuat didalam sebuah file assembly yang selanjutnya akan terbentuk sebuah bentuk assembly yang diinginkan

4.1 Perakitan Bottom VC

Pada sub bab ini akan coba dibahas bagaimana melakukan proses perakitan menggunakan metoda Bottom-Up. Adapun hal yang harus dilakukan adalah :

1. Buat sebuah file assembly baru (*.iam). Dengan mengklik File→ New → Standar(mm).iam. Perhatikan gambar 69.

(46)

Gambar 69

2. Ambil salah satu part yang menjadi acuan dalam merakit part-part dengan mengklik icon place component atau dengan shortcut . Pada contoh ini part base.ipt akan menjadi referensi acuan dalam melakukan assembly.

3. Ambil part-part lain dengan cara yang sudah diterangkan sebelumnya. Part bisa

diambil langsung secara keseluruhan atau satu persatu. Untuk tahap

pembelajaran dianjurkan untuk mengambil part satu persatu dan melakukan assembly. Jikalau sudah lancar silahkan ambil part secara keseluruhan. Pada contoh kali ini ambillah Left Side Cover.ipt. Perhatikan gambar 70.

Gambar 70

4. Pasangkan masing-masing dengan menggunakan constraint. Untuk

mengeksekusi bisa dengan mengklik icon constraint . Ada 4 jenis constraint assembly yang bisa digunakan :

(47)

a.1. mate-mate

Digunakan ketika penunjukan arah permukaan saling berlawanan dan posisi pemasangan sudah sesuai dengan kebutuhan. Adapun icon

mate-mate yaitu . Selain permukaan dengan permukaan bisa

digunakan axis/edge dengan axis/edge untuk membentuk gerakan cylindrical dimana komponen dapat bergerak maju mundur dan berputar. Dan work point dengan work point untuk membentuk gerakan spherical dimana part dapat bergerak ke segala arah. Untuk lebih memahami proses mate-mate perhatikan gambar 71.

Gambar 71 a.2. mate-flush

Digunakan ketika penunjukan arah permukaan searah dan posisi pemasangan sudah sesuai dengan kebutuhan. Adapun icon mate- flush yaitu . Untuk lebih memahami proses mate-flush Perhatikan gambar 72.

(48)

Gambar 72

b) Angle. Angle Constraint terbagi menjadi 3 : b.1. Direct angle

Untuk membuat constraint ini bisa menggunakan permukaan dengan permukan atau edge dengan edge. Arah putaran yang dihasilkan

mengikuti kaidah tangan kanan. Untuk lebih mudah menganilisa arah

putaran ambillah part yang akan berputar sebagai referensi pertama dan yang tetap sebagai referensi kedua. Adapun icon direct angle yaitu . Untuk lebih memahami proses direct-angle perhatikan gambar 73.

(49)

b.2. Undirected angle

Constraint ini berkebalikan dengan constraint direct angle. Adapun icon undirected angle yaitu

b.3. Explicit References Vector

Referensi yang digunakan sama dengan constraint direct angle hanya saja edge/permukaan bisa diambil sebagai referensi untuk memperjelas arah sumbu Z untuk lebih memudahkan pendefinisian sudut. Untuk lebih memahami proses explicit references vector perhatikan gambar 74.

Gambar 74

c) Tangent. Tangent constraint terbagi menjadi 2 : c.1.Inside

Constraint ini digunakan untuk menggabungkan antar part yang memiliki geometri berbentuk radius dengan radius atau radius dengan permukaan rata menjadi bersinggungan satu sama lainnya dibagian

(50)

permukaan dalam. Adapun icon tangent inside yaitu . Untuk lebih memahami proses tangent inside perhatikan gambar 75.

Gambar 75 c.2. outside

Constraint ini digunakan untuk menggabungkan antar part yang memiliki geometri berbentuk radius dengan radius atau radius dengan permukaan rata menjadi bersinggungan satu sama lainnya dibagian permukaan luar. Adapun icon tangent inside yaitu . Untuk lebih memahami proses tangent inside perhatikan gambar 76.

(51)

d) Insert. Insert constraint terbagi menjadi 2 : d.1. Opposed

Constraint ini digunakan untuk memasukan part yang memiliki geometry radius kedalam geometry radius. Proses pemasangan berdasarkan petunjuk arah yang saling berlawanan. Adapun icon insert opposed yaitu . Untuk lebih memahami proses insert opposed perhatikan gambar 77.

Gambar 77

d.2. Aligned. Constrain ini kebalikan dari insert opposed.

5. Rangkailah part-part seperti base, left side cover, right side cover, front cover dan back cover hingga menjadi satu rangkaian sub assembly dan simpanlah dengan nama file Bottom VC.iam. Perhatikan gambar 78.

(52)

Gambar 78

6. Buatlah file assembly baru dengan nama handle.iam sebagai sub assembly dengan merangkai part handle shaft dan bracket handle. Perhatikan gambar 79.

(53)

4.2 Perakitan Hinge

Untuk perkatikan hinge ini akan digunakan metode top down dimana definisinya sudah dijelaskan sebelumnya. Pada sub bab ini akan menjelaskan bagaimana cara membuat part baru di dalam sebuah assembly. Adapun caranya sebagai berikut :

1. Buatlah sebuah file assembly baru untuk dijadikan main assembly dengan nama Vacuum Chamber.iam.

2. Masukkan Bottom VC.iam dan Top Cover.ipt hingga menjadi bentuk seperti gambar 80.

Gambar 80

3. Buat sebuah work plane sejauh 100 mm untuk menentukan letak hinge. Perhatikan gambar 81.

(54)

4. Buatlah part baru dengan mengklik icon create component atau dengan short cut (N). Dan pilih work plane yang dibuat pada point 4 sebagai referensi. Simpan file dengan nama bottom hinge.ipt dan klik browse template untuk memilih standar(mm).ipt. Perhatikan gambar 82.

Gambar 82

5. Buatlah sketch dengan mengambil salah satu sisi part assembly sebagai referensi. Perhatikan gambar 83.

(55)

6. Extrude sketch dengan posisi extents mid plane dan masukan angka misal 30 mm.

7. Buat sketh pada posisi tengah bottom hinge untuk membuat lubang slot top hinge. Perhatikan gambar 84.

Gambar 84

8. Extrude cut dengan posisi mid plane dengan jarak 10 mm. 9. Buat hole tembus dia. 6 mm dengan sesuai dengan gambar 85.

(56)

Gambar 85

10. Buat chamfer pada keselurahan sisi dengan kemiringan 0.5 mm. Perhatikan gambar 86.

Gambar 86

11. Ketika modeling bottom hinge selesai tekan icon return panel model menu ke assembly proses.

12. Buat top hinge.ipt. Adapun caranya seperti penjelasan 1 – 4.

Perhatikan gambar 87.

(57)

Gambar 87

13. Pilih plane pada bottom hinge untuk membuat sketch. Perhatikan gambar 88.

Gambar 88

14. Buatlah sketch seperti tampak pada gambar 89.

Gambar 89

(58)

16. Buat sketh baru pada sisi kiri/kanan dan extrude sejauh 5 mm. Perhatikan gambar 90.

Gambar 90

17. Mirror feature no.16 pada sisi sebelahnya.

18. Buatlah lubang tembus pada bagian bawah dengan dia. 6 mm concentric terdahap geometry radius.

19. Chamfer sisi lubang dengan kemiringan 0.5 mm. Perhatikan gambar 91.

Gambar 91

20. Tekan icon return untuk kembali ke proses assembly dan save file.

21. Hilangkan bottom hinge dan top hinge pada Vacuum Chambaer.iam karena akan dipisah menjadi sub assembly tersendiri dengan nama hinge.iam. Perhatikan gambar 92.

(59)

Gambar 92 4.3 Perakitan hinge

Pada subbab ini akan membahas bagaimana cara merakit hinge. Adapun caranya sebagai berikut :

1. Buatlah sebuah file assembly baru dan simpan dengan nama hinge.iam pada folder sub assy.

2. Masukan bottom hinge sebagai base kemudian top hinge.

3. Gunakan constraint insert untuk menggabungkan 2 part ini dikarenakan gerakannya yang berputar dan berada pada posisi yang tetap.

4. Buat sebuah part baru dengan naman hinge shaft dengan ukuran seperti tampak pada gambar 93.

Gambar 93

(60)

7. Masukan part hinge shaft kedalam sub assembly hinge.iam dan gunakan constraint insert untuk menggabungkannya. Perhatikan gambar 94.

Gambar 94

4.4 Perakitan Vacuum Chamber

Pada pembahasan sebelumnya sudah dibahas sedikit mengenai proses main assembly vacuum chamber. Dan pada pembahasan ini akan dibahas lebih lanjut untuk melengkapi main assembly. Adapun caranya sebagai berikut :

1. Buka file Vacuum Chamber.iam.

2. Masukan sub assembly hinge.iam. Agar dapat bergerak sehingga bisa disesuaikan dengan top cover klik kanan hinge.iam paba browser dan pilih flexible.

Perhatikan gambar 95.

(61)

3. Atur jarak pemasangan hinge.iam dengan top cover seperti tampak pada gambar 96.

Gambar 96

4. Buat lubang untuk baut L M5x0.8 pada hinge menggunakan bolted connection. Untuk mengeksekusi perintah tersebut klik icon . Dan untuk jarak lubang perhatikan gambar 97.

(62)

5. Ulangi proses pembuatan lubang menggunakan bolted connection pada sisi sebelah.

6. Buat lubang lubang untuk baut L M5x0.8 pada bagian atas hinge menggunakan bolted connection. Ukuran seperti tampak pada gambar 98.

Gambar 98

7. Pasang kembali hinge.iam kedalam vacuum chamber.iam dengan cara drag and

drop dari history browser ke dalam graphic windows dengan jarak sama seperti

pada pembahasan subbab 4.4 no.3.

8. Masukan baut kedalam assembly menggunakan place form content center ambillah baut L ISO 4762 dan dekatkan pada lubang yang akan diberikan baut.

Maka secara otomatis Inventor akan menganailsa baut yang pas dengan lubang

(63)

Gambar 99

9. Lengkapi semua lubang pada hinge dan back cover menggunakan baut M 5 x 20. 10. Gunakan kembali place from content center untuk memberikan baut pada

lubang side cover baik left maupun right. Ketika sudah didapatkan ukuran yang sesuai klik kanan mouse kemudian klik icon bolted connect untuk mem-pattern part. Dikarenakan lubang pada left dan side cover menggunakan feature pattern untuk menggandakannya check tanda pattern pada dialog box bolted connection agar baut terpasang pada lubang secara otomatis. Perhatikan gambar 100.

(64)

11. Simpan sususan baut dan lubang menjadi sebuah standard dengan mengklik icon dan klik tombol add kemudian berikan penamaan. Perhatikan gambar 101.

Gambar 101

12. Untuk pemberian susuan baut yang serupa selanjutnya hanya dengan mengatur posisi sesuai kebutuhan dan klik tombol set pada frame templates library di bolted connection dialog box.

13. Lengkapi semua kebutuhan baut pada perakitan vacuum chamber. Perhatikan gambar 102.

14. Dan pasanglah handle pada posisi tengah-tengah dari top cover hingga proses perakitan vacuum chamber lengkap . Perhatikan gambar 102.

(65)

4.5 Analisa Assembly

Pada subbab ini membahas analisa dari sebuah perakitan. Adapun cara penganalisaan pada Vacuum Chamber sebagai berikut :

1. Dekatkan cursor pada top cover atau handle dan klik salah satunya kemudian klik tahan dan gerakan cursor apakah top cover bergerak.

2. Jikalau part tersebut tidak bergerak maka ada constaint yang mengikat part tersebut.

3. Pilih top cover pada browser. Cari constraint yang mengikat sehingga part tidak mau bergerak kemudian klik kanan constraint dan pilih suppress. Perhatikan gambar 103.

Gambar 103

4. Cobalah langkah no.1 apakah sudah bergerak. Jikalau sudah bergerak berarti part sudah tidak terikat constraint.

(66)

5. Berikan constraint angle untuk menutup top cover dan berikan nilai 180 untuk menutup top cover (nilai bisa berbeda sesuai dengan pengambilan referensi awal). Perhatikan gambar 104.

Gambar 104

6. Pada browser carilah icon constraint angle. Klik kanan dan pilih drive constraint. Perhatikan gambar 105.

Gambar 105

7. Pada dialog box drive constraint aturlah posisi gerakan top cover dan klik tombol forward/reverse untuk menggerakkan top. Perhatikan gambar 106.

(67)

Gambar 106

8. Jikalau sudah berhasil bergerak berarti proses perakitan sudah mendekati selesai 4.6 Analisa benturan (Collision Detection)

Inventor mempunyai salah satu feature yang bernama collision detection dimana dengan feature ini dapat menganalisa benturan antar part sehingga mengurangi kesalahan fatal pada proses desain. Adapun caranya sebagai berikut :

1. Suppress terlebih dahulu component standard seperti bolt dan bolted

connection kemudian klik icon angle constraint pada Top Cover.ipt/Bottom VC.iam pilih drive constraint.

2. Klik tombol untuk melihat options selanjutnya pada dialog box drive constraint.

3. Check options collision detection. Perhatikan gambar 107.

Gambar 107

(68)

5. Lakukan drive constraint dengan mengklik tombol forward/reverse. Perhatikan gambar 108.

Gambar 108

6. Terjadi benturan antara back cover.ipt dengan top cover.ipt pada sudut 179.1 deg (nilai mungkin bisa berbeda).

7. Untuk mengatasi hal ini maka sisi back cover yang berhubungan dengan top cover harusnya di chamfer/radius dengan nilain tertentu agar tidak terjadi benturan. Pada modul ini akan diberikan nilai 3 mm dengan cara membuka file back cover atau dengan double klik Bottom VC.iam pada browser kemudian

lakukan kembali pada back cover.ipt hingga masuk pada panel part. Perhatikan

gambar 109.

(69)

8. Lakukan kembali langkah no.5 sampai tidak ada lagi benturan antar part. 4.7 BOM (Bill of Material)

Dengan feature ini secara otomatis data kebutuhan mengenai part atau komponen akan tersusun dan terdata secara terukur. Dimana proses pembagian data dapat dilihat dalam 2 model :

1. Structure. Dengan konsep ini data assembly terlihat berdasarkan data perakitan yang tampak di object history dimana data berupa sub assembly akan terbaca sebagai sub assembly tanpa mengurai part/komponen yang terdapat

didalamnya. Akan tetapi data tersebut dapat dirubah dengan mengedit part list dengan mengklik tanda (+) pada sub assembly.

2. Part Only. Dengan konsep ini data assembly terlihat berdasarkan data part atau komponen standard keseluruhan yang terdapat dalam sebuah assembly dengan mengurai dan menghilangkan data-data berupa sub assembly.

Adapun cara untuk melihat bill of material pada sebuah assembly yaitu dengan mengklik icon Bill of Material . Dan untuk melihat data dalam bentuk structure atau part only bisa dengan mengklik icon view options dan memilih Enable BOM View. Perhatikan gambar 110.

(70)

Gambar 110

(71)

B A B V

P R E S E N T A T I O N / E X P L O D E D V I E W

Pada bab sebelumnya sudah dibahas mengenai proses assembly dan pada bab ini akan dibahas bagaimana cara membuat presentasi (exploded view). Adapun cara

pembuatannya sebagai berikut :

1. Klik icon new pilih tab metric kemudian pilih standard (mm).ipn.

2. Ambil data assembly atau sub assembly yang akan dibuatkan exploded view-nya dengan mengklik icon Create View .

3. Klik icon Tweaks Component untuk memisahkan part yang satu dengan lainnya. Pada dialog box Tweak Component terdapat icon derection , component, Trail Origin dan penunjukan koordinat x,y dan z. Derection berfungsi untuk mengambil salah satu data dari edge/axis, point atau permukaan untuk mendapatkan arah pergerakan sebuah part. Component digunakan untuk memilih part yang akan dipisahkan. Trail origin berfungsi untuk menentukan titik origin (tidak dipilih tidak mengapa karena komponen akan tetap bergerak). Koordinat x,y atau z untuk menentukan arah pergerakan. Dan untuk mengakhiri proses pemilihan tekan tombol clear.Perhatikan gambar 111.

(72)

Gambar 111

4. Lakukanlah langkah no.3 pada semua part hingga assembly akan tampak kurang lebih seperti gambar 112.

(73)

5. Untuk melihat animasi proses perakitan dengan cara mengklik icon animate . Kemudian tekan tombol play forward .

6. Urutan posisi pergerakan part dapat diatur dengan mengklik icon . Kemudian posisi urutan (sequence) dapat ditukar posisinya dengan mengklik tombol move up dan move down. Dan bisa pula dengan menggabungkan antar sequence dengan mengklik tombol group. Perhatikan gambar 113.

Gambar 113

7. Posisi view pun dapat dirubah dengan mengklik icon filter pada browser kemudian pilih sequence view. Perhatikan gambar 114.

Gambar 114

(74)

Gambar 115

9. Atur view menggunakan view cube. Kemudian tekan tombol set camera untuk memposisikan tampilan. Perhatikan gambar 116.

Gambar 116

10. Lakukanlah langkah no.9 untuk sequence yang lainnya dengan tampilan sesuai dengan kebutuhan.

(75)

B A B V I

M A N U F A C T U R I N G D R A W I N G

Pada bab-bab sebelumnya sudah dibahas mengenai cara pembuatan part, assembly dan exploded view. Pada bab ini akan dibahas bagaimana cara untuk membuat gambar kerja (manufacturing drawing) di Inventor baik dari sisi pendetailan dan pemberian anotasi. 6.1 Pembuatan detail drawing

Pembuatan detail drawing dari bentuk 3D ke 2D sangat mudah untuk dilakukan adapun cara pembuataanya sebagai berikut :

1. Klik icon new pilih tab metric kemudian pilih iso.dwg atau iso.idw. Pada bab ini akan digunakan iso.dwg.

2. Ukuran kertas dapat diatur dengan cara mengklik kanan icon sheet kemudian pilih edit sheet. Perhatikan gambar 117.

(76)

3. Pad dialog box Edit Sheet atur ukuran kertas gambar sesuai dengan kebutuhan. Pada latihan ini akan digunakan ukuran A3. Perhatikan gambar 118.

Gambar 118

4. Klik icon base untuk memasukan part atau assembly yang akan dibuat menjadi gambar kerja. Untuk contoh ambillah part base untuk dibuat detail gambarnya. Skala gambar langsung bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Begitupula dengan tampilan gambar kerja yang diinginkan. Bisa hidden line, hidden line removed dan shaded. Perhatikan gambar 119.

(77)

5. Untuk merubah proyeksi klik tab Manage kemudian klik icon Style editor. 6. Klik icon Default Standard (ISO) pilih tab View Preferences dan rubah posisi

proyeksi menjadi Third Angle. Perhatikan gambar 120.

Gambar 120

7. Klik tombol save lalu tombol done untuk keluar dari dialog box.

8. Klik icon projected pada tab Place View untuk membuat tampak baik samping, atas maupun isometric. Pilih view base dan posisikan tampak sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan gambar 121.

(78)

9. Untuk membuat gambar potongan gunakan feature section. Klik icon section kemudian pilih view dan tentukan titik peletakan garis potongan. Tentukan penamaan potongan dan peletakannya. Perhatikan gambar 122.

Gambar 122

10. Untuk membuat detail suatu geometry gunakan feature detail. Klik icon detail kemudian pilih view tentukan skala yang akan digunakan dan bagian yang akan dibuat detailnya. Perhatikan gambar 123.

(79)

11. Untuk geometri-geometri yang telampau panjang hingga tidak memenuhi ukuran kertas gunakan feature break. Klik icon break pilih view dan tentukan peletakan break pada geometri. Perhatikan gambar 124.

Gambar 124

12. Untuk membuat lubang detail lubang yang tidak terkena garis potongan gunakan feature break out. Yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat sketch pada view yang akan dibuat coakan berupa spline tertutup. Klik icon break out

pilih view yang sudah diberikan sketch. Ada beberapa metoda yang bisa digunakan untuk menentukan titik pemotongan yaitu :

a. From point. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah point sebagai referensi titik coak dari geometri. Perhatikan gambar 125.

(80)

Sebelum Proses Gambar 125

Sesudah b. To Sketch. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah sketch sebagai

referensi jarak coakan dari geometri. Sketch cukup berupa garis lurus. Perhatikan gambar 126.

Sebelum Proses

Gambar 126

Sesudah

c. To Hole. Dengan metoda ini dibutuhkan sebuah hole sebagai referensi jarak coakan dari geometri. Perhatikan gambar 127.

(81)

Sebelum Proses Gambar 127

Sesudah

d. To Part. Dengan metoda ini coakan yang dihasilkan adalah menghilangkan ketebalan part secara keseluruhan sampai batas sketch yang dibuat.

Perhatikan gambar 128.

Sebelum Proses

Gambar 128

(82)

13. Untuk membuat detail part atau assembly pada lembaran baru klik icon new sheet atau klik kanan pada browser pilih new sheet. Perhatikan gambar

6.2 Pemberian notasi

Pemberian notasi atau keterangan merupakan hal yang sangat dibutuhkan sebagai komunikasi antara engineering dengan bagian produksi. 2 hal yang terpenting adalah pemberian dimensi dan teks keterangan.

6.2.1 Pemberian dimensi

Ada beberapa jenis yang bisa digunakan antara lain :

1. General Dimension digunakan untuk memberikan dimensi baik secara horizontal, vertikal, radius, diameter dan aligned. Untuk

menggunakannya klik icon general dimension dan pilih geometri yang akan diberikan dimensi. Perhatikan gambar 129.

Gambar 129

2. Baseline digunakan untuk memberikan dimensi seraca bertingkat dengan memilih batasan geometri yang akan diberikan dimensi. Untuk

(83)

menggunakannya klik icon baseline dan pilih geometri yang akan diberikan dimensi Perhatikan gambar 130.

Gambar 130

3. Ordinate digunakan untuk memberikan dimensi dengan system koordinat dimana jarak antar dimensi dihitung berdasarkan zero point (origin) diletakkan. Untuk menggunakannya klik icon ordinate pilih view yang akan diberikan dimensi. Pilih salah satu point sebagai referensi origin kemudian pilih geometri yang akan diberikan dimensi. Perhatikan gambar 131.

(84)

4. Retrieve Dimension digunakan untuk mengambil data dimensi yang telah dibuat pada saat proses skething. Untuk menggunakannya klik icon retrieve dimension pilih view yang akan diambil dimensinya. Pilih salah part atau feature dan pilih dimensi yang akan diambil. Perhatikan gambar 132. Kegunaan feature ini adalah user dapat melakukan

perubahan dimensi part langsung pada gambar kerja yang akan berakibat langsung pada model part yang dirubah dengan cara klik kanan dimensi dan pilih edit model dimension. Dan berikan nilai yang di inginkan. Perhatikan gambar 133.

Gambar 132

Gambar 133 6.2.2 Pemberian teks keterangan

(85)

1. Ballon digunakan untuk memberikan keterangan no urut pada masing- masing part. Bisa diberikan secara manual dengan pemilihan satu persatu atau secara otomatis. Pada sub bab ini akan digunakan cara otomatis. Klik icon Auto Balloon pilih view selanjutnya pilih part yang akan

diberikan keterangan dengan meng-crop part secara keselurahan. Tentukan tempat peletakan balloon dan bentuk yang diingikan. Perhatikan gambar 134.

Gambar 134

2. Part list digunakan untuk membuat table keterangan mengenai part apa saja yang terdapat didalam sebuah assembly dan jumlah yang

dibutuhkan. Klik icon part list pilih view dan tentukan tempat peletakan. Perhatikan gambar 135.

(86)

3. Border digunakan untuk memberikan batasan area gambar yang akan diprint dan memberikan penandaan posisi dari sebuah geometri. Untuk membuat border hal yang harus dilakukan adalah :

a. Expand folder Drawing Resources dan pada folder Borders klik kanan dan pilih define new border. Perhatikan gambar 136.

Gambar 136

b. Buatlah sebuah sketch berupa segi empat dan berikan ukuran sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan titik-titik default yang terdapat pada saat pembuatan sketch. Perhatikan gambar 137.

(87)

c. Klik finish sketch dan simpan nama border sesuai dengan yang diinginkan. Misal border standard.

d. Klik 2 kali nama border agar bisa masuk kedalam layout gambar. Perhatikan gambar 138.

Gambar 138

4. Title blocks digunakan untuk memberikan keterangan berupa nomor gambar, siapa yang menggambar, memeriksa dan menyetujui sebuah gambar kerja. Serta keterangan-keterangan lain yang dibutuhkan sebagai informasi kepada pihak lain. Pada latihan ini akan dibuat sebuah title blok sederhana. Adapun caranya sebagai berikut :

a. Expand folder Drawing Resources dan pada folder Title Blocks klik kanan dan pilih define new title block. Perhatikan gambar 139.

Gambar 139

b. Buatlah sketch seperti tampak pada gambar . Untuk teks yang tidak berubah-ubah seperti digambar, diperiksa dan disetujui

(88)

gunakan teks biasa bukan text parameter. Untuk membuat teks klik icon text . Perhatikan gambar 140.

Gambar 140

c. Untuk membuat teks yang mengambil parameter dari object lain yaitu dengan cara membuat/mengedit teks kemudian pilih type parameter yang ingin digunakan dan selanjutnya klik add text parameter. Perhatikan gambar 141. Text parameter didapat dari iProperties yang diisikan dari model part/assembly yang dibuat. Didapat dengan cara mengklik kanan icon part pada browser Perhatikan gambar 142.

Gambar 141

(89)

Gambar 142

d. Simpan title block misal dengan nama TB Standard. Untuk mengambil title block yang sudah dibuat double klik nama title block. Perhatikan gambar 143.

(90)

Pada akhirnya gambar kerja akan tampak seperti pada gambar 144.

Gambar 144

Pembahasan dasar mengenai pemodelan dan pembuatan gambar kerja menggunakan Inventor dicukupkan sampai disini.

(91)

Referensi

Dokumen terkait