• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

Kondisi kehidupan masyarakat di Jawa Barat, atau suku Sunda tidak terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh para leluhur mereka. Kehidupan masa lalu dan masa kini suku Sunda, digambarkan oleh Iskandar, dan Iskandar,(2011:33:34) sebagai berikut:

“Pada masa silam, rumah orang Sunda selalu memberi kesan, seakan-akan setiap waktu mereka seakan-akan pindah ke tempat lain, seperti layaknya orang nomad (Adiwilaga, 1975). Kemungkinan sifat nomaden tersebut berkaitan erat dengan mata pencaharian utama orang Sunda masa silam sebagai peladang berpindah (ngahuma), sehingga mereka sangat dinamik berpindah-pindah tempat. Hal itu tercermin dalam ungkapan-ungkapan orang Sunda di Banten Selatan pada masa silam, seperti yang dilaporkan oleh Kools(1935): Main buburu ka Madur . Imahma di luhur sempur. Sataun, kadua mabur. Tihang hejo, atap blubur. Sataun cicing, kadua mabur.

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa orang Sunda masa silam, sering berpindah-pindah tempat. Mereka membuat rumah hanya untuk sementara, dibuat dari tiang-tiang kayu hutan, sehingga warnanya masih hijau. Lalu, pada tahun berikutnya ‘mabur’ ketempat lainnya”.

Budaya dan adat Sunda sangat banyak dan beragam, yang meliputi berbagai adat, tradisi dan ritual-ritual khusus, yang sampai saat ini masih di lakukan oleh suku-suku, maupun komunitas di Jawa Barat. Berbagai adat dan ritual itu diantaranya, adat pengajaran, adat orang ngidam, adat menjaga orang hamil, adat khitanan, adat pernikahan, dan masih banyak adat-adat yang lain, diantaranya adalah adat pertanian di tanah Priangan. (Mustafa,2010).Tanaman padi (Oryza sativa),merupakan hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia, yang diturunkan oleh leluhur kepada generasi dan ke generasi

(2)

berikutnya, sejak 10.000 - 8.000 tahun sebelum Masehi. Mangunwidjaja, dan Sailah, (2009:10) menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

”Menurut naskah kuno bahwa sekitar 10.000 - 8.000 sebelum Masehi, masyarakat didaratan Cina yang berdiam di lembah sungai kuning, mulai mengenal cara bercocok tanam Juwawut, dengan mengolah tanah menggunakan alat pengolah tanah berupa sebilah kayu yang ditajamkan dan ditempelkan pada sebilah tongkat, kebudayaan ini diduga sebagai awal dikenalkannya kegiatan pertanian dalam arti kata bercocok tanam”.

Bagi bangsa Indonesia padi (Oryza sativa) bukan hanya sebagai pangan pokok tetapi juga bagian dari sejarah dan budaya, disemua daerah di Indonesia padi (Oryza sativa) merupakan sumber dari pengembangan tatanan masyarakat dan nilai-nilai budaya yang ikut membentuk pesona bangsa (Baharsjah, 2001).

Menurut Herawati ( 2012), klasifikasi padi (Oryza sativa) adalah sebagai berikut:

“Padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Angiospermae, termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah Oryza sativa”.

Di tanah Pasundan atau Tatar Sunda, terdapat komunitas-komunitas atau kelompok-kelompokdengan berbagai ragam tradisi, adat maupun budaya, yang hidup dan berkembang. Salah satu dari komunitas atau kelompok tersebut adalah, “Masyarakat Adat Banten Kidul”.Berdasarkan keterangan Sukatman (2012), Kelompok ini dapat juga disebut sebagai folk.Menurut Dundes (dalam Sukatman,2012:1), pengertian folk adalah:

“Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan khusus, sehungga dapat dibedakan dari

(3)

kelompok lain. Dengan demikian folk, merupakan kolektif yang memiliki tradisi, dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya”.

Masyarakat Adat Banten Kidul bermukim di desa-desa sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, yang biasa dipendekkan dengan singkatan TNGH. Daerah tersebut masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor sebelah selatan, Kabupaten Lebak sebelah timur, dan Kabupaten Sukabumi sebelah barat. Masyarakat Adat Banten kidul merupakan kumpulan dari beberapa Kasepuhan. Budaya, adat dan tradisi, yang secara turun-temurun mereka terima, dipertahankan sebagai warisan budaya dari para leluhur mereka.

Masyarakat Adat Banten Kidul, sebagaimana orang Sunda, mereka memiliki bermacam-macam tradisi, adat istiadat maupun ritual, yang di terima sejak mereka dalam kandungan ibu, sampai meninggal dunia. Berbagai adat, tradisi maupun ritual, mereka laksanakan dan dipegang teguh sampai saat ini.Mereka memegang teguh adat, tradisi maupun budaya, seperti budaya dalam membuat rumah, membuat Leuit (Lumbung), memakai ikat kepala bagi laki-laki sebagai kelengkapan dalam berpakaian, melaksanakan adat-adat mereka seperti adat orang ngidam, adat menjaga orang hamil, adat melahirkan, adat khitanan, adat menikah, adat kematian, membagi warisan, adat pertanian atau tata cara menanam padi (Oryza sativa),maupun dalam mengolah tanah.

Pola tanampadi (Oryza sativa)merupakan salah satu budaya, yang dipertahankan secara turun temurun dari para leluhurnya sampai anak cucu. Sistem pertanian yang digunakan oleh Masyarakat Adat Banten Kidul, adalah sistem pertanian tradisional. Oleh sebab itu sebagian masyarakat diluar kasepuhan

(4)

menyebutnya Masyarakat Adat Banten Kidul sebagai masyarakat tradisional, hal ini seperti yang disebutkan oleh Hamdani (2011:32) menyebutkan bahwa “masyarakat tradisional adalah yag dalam bersikap, berfikir dan bertindak selalu berpegang teguh pada normadan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Demikian pula pola tanam yang dilakukan oleh Masyarakat Adat Banten Kidul kasepuhan Ciptagelar, mereka juga menanam padi (Oryza sativa) dengan menggunakan model tradisional. Berbagai kegiatan, mulai dari pengolahan tanah, sampai pengolahan produk hasil pertanian, dilakukan dengan menggunakan peralatan tradisional. Sistem tradisional masih dilakukan, karena bagi mereka, sistem ini merupakan tradisi, warisan nenek moyang yang harus dipertahankan, tradisi ini berkaitan erat dengan kepercayaan yang mereka anut. (Adimihardja, dan Taufik, 2003:39).

Kaitan antara kesuburan tanah, pelestarian lingkungan, serta kepercayaan yang di anut oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, sangat berkaitan erat dengan usaha-usaha, mempertahankan dan menjaga tetap tersedianya beras bagi setiap warganya, menjaga daerah pemukiman, dan mempertahankan komunitas, agar tetap eksis berkelanjutan, serta melestarikan budaya warisan leluhur.

Pelestarian budaya warisan leluhur, oleh komunitas Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, setidaknya telah dilakukan sejak tahun 1368 hingga saat ini. Jati diri Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, terbentuk oleh warisan budaya leluhur, yang merupakan hasil penciptaan budaya masa lalu.Pengembangan budaya dan hasil daya cipta mereka yang ada dimasa kini, merupakanbudaya yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan aktual dan dinamis.

(5)

Pandangan Masyarakat Adat Banten Kidul dalam bertani maupun mengolah tanah, sebagaimana disampaikan oleh Mustafa, (2010:104), sebagai berikut:

“tidak pernah ada adat bertani untuk mencari untung dari hasil taninya“, karena itu ada peribahasa “petani tinggal senang, pedagang tinggal utang“, mereka bertani supaya cukup makan dan pakaian. Tidak ada yang paling mudah untuk mencari makan selain dari mengerjakan sawah, huma, yang diharapkan agar cukup makan, tidak usah menjadi orang kaya yang melimpah-ruah kekayaannya, banyak uang penuh gudang”.

Seluruh kearifan lokal dan tradisional ini dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam yang gaib (Yayasan Pusat Studi Sunda,2007). Penghargaan masyarakat petani terhadap tanaman padi (Oryza sativa)dan beras sebagai makanan pokok, sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan budaya mereka.Penghargaan kepada tanaman padi (Oryza sativa), diaktualkan dengan melambangkan padi sebagai dewi Sri di Jawa, nyi Pohaci di masyarakat suku Sunda, dan dianggap sebagai asal muasal padi maupun dewi kesuburan.

Kondisi perkembangan lingkungan memberi pengaruh positif maupun negatif atas budaya masyarakat secara keseluruhan. Ada budaya yang tetap dipertahankan, ada yang hilang, ada yang baru, dan adayang berkembang, karena mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan lingkungan.

Konsep adaptasi budaya yang disampaikan oleh Kurniawan,(2012:28) sebagai berikut:

“Adaptasi merupakan proses yang menghubungkan siatem budaya dengan lingkungannya. Budaya dan lingkungan berinteraksi dalam sesuatu sistem tunggal, tidaklah berarti bahwa pengaruh kausal dari budaya ke lingkungan, niscaya sama besar dengan pengaruh

(6)

lingkungan terhadap budaya. Dengan kemajuan teknologi, maka faktor dinamik dalam kepaduan budaya dan lingkungan, makin lama makin didominasi oleh budaya, dan bukannya oleh lingkungan sebagai lingkungan itu sendiri. Konsep adaptasi menurut para antroprolog adalah bahwa suatu budaya yang sedang bekerja, dan menganggap bahwa warga budaya itu telah melakukan semacam adaptasi terhadap lingkungannya secara berhasil baik”.

Adanya keterbatasan ruang, bertambahnya jumlah penduduk, lahan pertanian yang semakin terbatas, menurunnya daya tampung dan daya dukung wilayah, perebutan lahan dan ruang hidup, kesemuanya sebagai kondisi aktual, yang harus dihadapi dalam menjaga keberlangsungan hidup komunitas.

Masyarakat Adat Banten Kidul, sering melakukan pindah tempat, karena harus berjuang mempertahankan ruang hidup mereka , sebagaimana teori ruang hidup memberikan penjelasan tentang bagaimana bangsa-bangsa didunia mencoba tumbuh dan berkembang dalam upaya mempertahankan kehidupannya (Lemhannas,2011). Kewajiban menjaga ketersediaan pangan dan mempertahankan menjaga budaya leluhur harus terlaksana jika masyarakat/ komunitas tersebut ingin tetap eksis. Perkembangan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi pengembangan budaya lokal, seperti pengaruh globalisasi budaya, menimbulkan sifat-sifat konsumerisme, hedonisme, hilangnya rasa gotong royong, semua itu merupakan ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan bagi warga Masyarakat Adat Banten Kidul. Menurut Iskandar, dan Iskandar,(2011:28), bahwa:

“Para petani tradisional, pada umumnya memperoleh pengetahuan tentang berbagai aspek sistem usaha tani melalui pewarisan dari leluhurnya, dan melakukan trial and error di lapangan dalam kurun waktu yang sangat lama. Pewarisan pengetahuan pada masyarakat

(7)

tradisonal biasanya melalui tiga tingkat perkembangan, yaitu parential learning, peer learning dan individual learning”.

Begitu juga dengan pola tanampadi (Oryza sativa) yang sudah menjadi budaya Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Apakah budaya tersebut akan hilang, atau berlanjut karena memiliki kemampuan beradaptasi.Jika pola tanam padi (Oryza sativa) masih berlanjut, bagaimana pola tanam itu diajarkan, melalui media dan metode apa pewarisan pengetahuan tersebut dilakukan.

Pengetahuan pertanian mereka mampu bertahan dan berkembang, sehingga dapat menemukan berbagai varietas padi (Oryza sativa), sebagaimana disampaikan oleh Adimihardja, dan Taufik, (2003), yang menyebutkan, bahwa varietas padi (Oryza sativa) lokal yang ada di komunitas Kasepuhan Ciptarasa sampai tahun 1977 ada sekitar 148 jenis. Upaya perakitan benih unggul secara tradisonal memerlukan waktu yang panjang. Untuk menghasilkan satu benih terpilih membutuhkan waktu bertahun-tahun.(Sastrapradja, 2010:19).

Pola tanampadi (Oryza sativa), yang dilakukan oleh komunitas Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, tentu memberi dampak terhadap hasil panen padi (Oryza sativa) pada setiap tahunnya, apakah hasil panen dapat mencukupi kebutuhan beras untuk komunitas Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, seberapa banyak padi (Oryza sativa) tersebut harus dihasilkan. Sebagai sebuah komunitas, berapa banyak jumlah jiwa atau penduduk komunitas Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar yang harus dicukupi kebutuhan pangan berasnya. Aspek ketersediaan beras, aspek kecukupan beras, dan aspek konsumsi, merupakan bagian dari kondisi ketahanan pangan pokok, oleh sebab itu bagaimana pula dampak hasil panen padi (Oryza

(8)

sativa) ini terhadap kondisi ketahanan pangan pokok Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar.

Mencermati uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pola tanampadi (Oryza sativa)komunitas Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, yang dikaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakatnya, seperti dituturkan dalam teori ketahanan pangan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi masalah yaitu bagaimana pola tanam padi (Oryza sativa) pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar, dan dampak pola tanampadi (Oryza sativa) terhadap ketahanan pangan pokok,khususnya bagi kehidupan Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar di desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok kabupaten Sukabumi.

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan atas penjelasanyang telah diuraikan pada latar belakang, peneliti melakukan penelitian tentang bagaimana pola tanam padi (Oryza sativa), dan implikasi/dampak pola tanampadi (Oryza sativa) terhadap Ketahanan Pangan PokokMasyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar.

Untuk memudahkan penelitian dan penulisan, diperlukanformulasi permasalahan secara tepat. Adapun rumusan permasalahan penelitian diwujudkan dalam kalimat-kalimat pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana pola tanampadi (Oryza sativa)yang dilakukan oleh Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar.

(9)

b. Bagaimana dampaknyapola tanampadi (Oryza sativa) terhadap Ketahanan Pangan Pokok pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar. 1.3 Keaslian Penelitian

Demikian banyak para peneliti yang menulis dan meneliti tentang padi (Oryza sativa), menanam, mengolah, dan lain-lain yang berkaitan dengan padi (Oryza sativa), namun demikian tidak banyak yang menulis kaitan pola tanam padi (Oryza sativa) dengan ketahanan pangan pokok.Peneliti belum pernah menemui atau melihat satupun tulisan yang sama dengan judul yang diteliti. Peneliti berkeyakinan bahwa penelitian berjudul,“Pola Tanam Padi(Oryza sativa) Dan DampaknyaTerhadap Ketahanan Pangan Pokok“, (Studi Pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi), belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Namun demikian, peneliti telah menemukan beberapa penelitian yang mirip, terkait dengan pola tanampadi (Oryza sativa) maupun terkait dengan ketahanan pangan pokok.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diuraikan seperti tersebut dibawah ini sehingga jelas perbedaannya.

Yoyoh Indaryanti, melakukan penelitian pada tahun 2003, di daerah kabupaten Subang, dengan judul “Analisis Strategi Ketahanan Pangan Komunitas Petani“. yang merupakan Studi Kasus si Desa Sidajaya, Kecamatan Cipunegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) Cara masyarakat Desa Sidajaya, Kecamatan Cipu Nagara, kabupaten Subang memenuhi kebutuhan pangan, (2).Mencari apakah ada perbedaan cara memenuhi

(10)

ketahanan pangan pada lapisan masyarakat desa Sidajaya, (3).Mencari apakah ada gejala institusi/ kelembagaan desa yang menciptakan ketahanan pangan. Penelitian oleh Yoyoh Indaryanti menggunakan pendekatan teori sosiologi dan sosial ekonomi.

Yunita melakukan penelitian pada tahun 2011, di daerah Ogan Komering Ilir, dengan judul penelitian,“Peningkatan Kapasitas Petani Padi (Oryza sativa) Sawah Lebak Menuju Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan“. Penelitian Yunita bertujuan untuk: (1).menganalisis kapasitas dan ketahanan pangan Rumah Tangga para Petani Padi (Oryza sativa) Sawah Lebak, di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir, (2).menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas Rumah Tangga Petani Padi (Oryza sativa) Sawah Lebak, dalam mencukupi kebutuhan pangan, (3).menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani padi (Oryza sativa) sawah lebak, di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir, (4).merumuskan alternatif strategi, yang dapat dijadikan kontribusi kepada peningkatan kapasitas rumah tangga, dalam memenuhi kebutuhan pangan, guna mencapai ketahanan pangan Rumah Tangga Petani Padi (Oryza sativa) Sawah Lebak, di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan teori Sosiologi dan sosial ekonomi .

1.4 Tujuan Penelitian

Masyarakat Adat Banten Kidul lebih memilih tetap bertahan, dan mempertahankan pola tanampadi (Oryza sativa) yang telah dilakukan oleh para

(11)

leluhur, menerima ajaran, serta meneruskan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bertolak dari rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian peneliti tetapkan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pola tanampadi (Oryza sativa), pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar di desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok kabupaten Sukabumi.

b. Untuk mengetahui dampaknyapola tanampadi (Oryza sativa), terhadap ketahanan pangan pokok, pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan tesis ini adalah, berguna bagi kegiatan bidang-bidang akademis dan kegiatan praktis, manfaat hasil kegiatan tersebut dapat diuraikan seperti tersebut dibawah ini:

a. Dalam bidang Akademis, hasil kajian ilmiah ini,diharapkan dapat meningkatkan wawasan ilmu, dan pengetahuan bagi penulis serta menambah banyaknya ilmu,dan pengetahuan tentang pola tanampadi (Oryza sativa) yang berdampak kepada ketahanan pangan suatu komunitas

b. Dalam bidang praktisi, hasil kajian ini diharapkan, dapat digunakan sebagai acuan, maupun rekomendasi penentuan kebijakan, di bidang pengembangan pola tanampadi (Oryza sativa), dan ketahanan pangan pokok Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Pembelajaran : Murid dapat Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Luas Permukaan bangun ruang sisi lengkung

Pemberian 200-250 kg/ha zeolit dapat menurunkan penggunaan pupuk P sampai 60% R tanpa menurunkan jumlah gabah per malai Pengaruh perlakuan terhadap komponen persen

Menjawab permasalahan diatas dan meningkatkan kuantitas Proposal peneliitan yang mendapat hibah pendanaan di Lingkungan Universitas Abulyatama, maka kami para Dosen

Berdasarkan hal itu, maka penelitian yang akan kami lakukan, mengangkat topik mengenai katalisator asam pada proses sintesis furfural dari limbah sekam padi, khususnya mengenai

Berbeda dengan penelitian Falgenti dan Pahlevi (2013) yang menilai persepsi pengguna untuk mengevaluasi kesuksesan sistem ERP dan menggunakan pendekatan berorientasi

Pada tahap Uji coba lapangan dianalisis sebagai bahan revisi III dilakukan untuk memperoleh hasil pengerjaan modul pada soal berpikir kritis 1, soal berpikir kritis 2,

Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat

Jadi, apabila persepsi siswa tentang kompetensi guru yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompe- tensi profesional, dan kompetensi sosial