10 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan bagaimana orang membentuk sebuah pesan dan disebarkan secara luas. Komunikasi massa dapat diartikan seacara sederhana juga yaitu sebagai proses komunikasi melalui media massa. Komunikasi massa adalah cara berkomunikasi melalui media massa dengan tujuan untuk menyampaikan suatu pesan. (Wiryanto, 2004:69).
Dennis McQuail mengatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan sebuah organisasi formal. Komunikasi massa menciptakan pengaruh secara luas dalam waktu singkat kepada banyak orang serentak (Denis McQuail, 2011:32). Sementara menurut DeVito (1997) perlu adanya pemusatan pemikiran pada unsur-unsur yang ada dalam komuikasi massa untuk mengaitkannya dengan opresaional media massa. Unsur yang dimaksud oleh DeVito ini adalah Sumber (Source), Khalayak (Receiver), pesan (Message), proses dan konteks. DeVito menyatakan bahwa untuk memperoduksi sebuah pesan sangatlah membutuhkan dana yang besar karena untuk proses pembentukannya harus bekerja dalam institusi yang besar serta melibatkan banyak orang.
2.1.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film pada awalnya ditemukan pada awal abab ke-19, dan digunakan pada saat perang dunia ke-2 sebagai alat propaganda. Menurut Effendi (1986) “film adalah suatu hasil budaya dan alat ekpresi kesenian. Film disini dianggap sebagai komunikasi massa
11
yang menjadi gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni music. Film merupakan gambar bergerak”.
Banyak film saat ini mempunyai kulitas cerita dan daya tarik tersendiri untuk menggait khalayak, entah itu film dengan genre komedi, percintaan, horror, dsb. Selain itu banyak juga film yang dapat membangun emosi tersendiri terhadap khalayak yang menonton hal ini senada dengan pendapat Gross dan Levenson (1995) bahwa film memunculkan amarah, kesengan, kegi-rangan, jijik, sedih terkejut bahkan takut13. Dalam sebuah film, cerita alur dan gaya menceritakan sangat penting agar para penonton dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam sebuah film.
2.1.3 Emansipasi
Gerakan emansipasi yang melanda benua Eropa pada akhir abad ke XIX hinggan awal abad XX, berhasil menggema hingga ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan dikenalnya R.A Kartini, sebagai pejuang emansipasi wanita yang dikenal luas melalui surat-suratnya. Menurut (Munandar, 1985: 16) emansipasi ini dilakukan untuk menuntut Hak, mendobrak diskriminasi, mengangkat martabat, serta membebaskan ketergantungannya pada pria.
2.1.4 Semiotika
Dalam bukunya yang berjuduk “Petualngan Semiologi” dijelaskan bahwa pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure: Cours de linguistique générale melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotik ke bidang-bidang lain. Ia
12
mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai bagian dari semiotik. Menurutnya, sebaliknya, semiotik merupakan bagian dari linguistik karena tandatanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang sebagai bahasa, yang mengungkapkan gagasan (artinya, bermakna), merupakan unsur yang terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah struktur.
Di dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasi dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alami yang dikenal dengan teori signifikasi. Teori ini berlandaskan teori tentang tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, hanya saja dilakukan perluasan maknadengan adanya pemaknaan yang berlangsung dalam dua tahap, sebagaimana tampak dalam bagan berikut ini
Berdasarkan bagan itu, pemaknaan terjadi dalam dua tahap. Tanda (penanda dan petanda) pada tahap pertama dan menyatu
1. Penanda 2. Petanda
Tanda
I. PENANDA II. PETANDA
13
sehingga dapat membentuk penanda pada tahap kedua, kemudian pada tahap berikutnya penanda dan petanda yang yang telah menyatu ini dapat membentuk petanda baru yang merupakan perluasan makna.
Dengan demikian, semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa dalam dua tingkatan-tingkatan bahasa. Bahasa pada tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan bahasa tingkat kedua yang disebutnya metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang berisi penanda dan petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama disebutnya dengan istilah denotosi atau sistem terminologis, sedang sistem tanda tingkat kedua disebutnya sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Konotasi dan metabahasa adalah cermin yang berlawanan satu sama lain. Metabahasa adalah operasi-operasi yang membentuk mayoritas bahasa-bahasa ilmiah yang berperan untuk menerapkan sistem riil, dan dipahami sebagai petanda, di luar kesatuan penanda-penanda asli, di luar alam deskriptif. Sementara itu, konotasi meliputi bahasa-bahasa yang utamanya bersifat sosial dalam hal pesan literal memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah tatanan artifisial atau ideologis secara umum.14
14
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Nama Peneliti
Siti Nurul Hikmah 2013, Universitas Diponegoro Semarang
Judul
Perjuangan Perempuan Mengejar Impian : Sebuah Tinjauan (Kritik Sastra) Feminisme Eksistensialis Terhadap Novel 9 Matahari Karya Adentita
Rumusan Masalah
Bagaimana tokoh perempuan memecahkan permasalahannya sehubungan dengan peneggakan eksistensinya sebagai perempuan dalam novel 9 Matahari karya Adenita
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah kualitatif
Hasil Penelitian
Permasalahanpermasalahan yang ditemukan dalam novel 9 Matahari, antara lain: pertama, kekerasan dalam rumah tangga, kemiskinan, lingkungan yang tidak kondusif. Dalam upaya menncapai eksistesi diri dari tokoh perempuan dalam film ini antara lain : perempuan menjadi intelektual, perempuan bekerja, bekerja untuk transformasi sosial, perempuan menjadi subjek dan menolak, keliyananya.
2. Nama Peneliti :
Muhammad Fanny Ikhsan 2010, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Judul :
Potret Perjuangan Perempuan Dalam Menghadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan Punya Cerita
15 Rumusan Masalah :
Bagaimana wacana perjuangan perempuan menghadapi ketidakadilan yang dipresentasikan dalam film “Permpuan Punya Cerita”
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
Hasil Penelitan :
Wacana yang digambarkan dalam film “Perempuan Punya Cerita” merupakan potret perjuangan perempuan menghadapi ketidakadilan dari lingkungannya. Seluruh tokoh mengalami ketidakberdayaan akibat dari adanya diskriminasi yang berasal dari lingkungannya. Hal tersebut dapat dilihat dari penggambaran scene-scene yang menunjukkan bagaimana seorang perempuan menghadapi kenyataan pahit yang dialami dalam kehidupannya masing-masing. Namun dengan caranya, perempuan bangkit untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya agar tidak menjadi semakin terpuruk Topik diatas dimunculkan dalam film oleh sang pembuat film dilatarbelakangi realitas sosial dewasa ini dimana banyak perempuan nasibnya tidak lebih baik saat Kartini memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Ketidakberdayaan perempuan dipotret untuk menjadi semacam representasi bahwa perempuan di negeri ini memang tak berdaya dan perlu ditolong. Perempuan hanya menjadi semacam layang-layang yang pasrah diterbangkan angin dan tak punya kuasa sendiri mengendalikan arah.
3. Nama Penliti :
Aisyah 2016, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta
Judul :
Analisis Semiotika Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah dalam Film Air Mata Surga
Rumusan Masalah :
16
- Apa Makna denotasi, konotasi, dan mitos, yang merepresentasikan makna perjuangan menjadi istri shalihah dalam film air mata surga
Metode Penelitian :
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif
Hasil Penelitian :
Makna makna perjuangan menjadi istri shalihah dalam film Air Mata Surga dilihat dari gambaran tentang potret perjuangan, pengorbanan dan keiklahsan dari seorang istri bernama Fisha untuk mengharapkan keridhoan suaminya agar bisa masuk surga. Makna konotasi yang terlihat pada beberapa adegan yang menunjukan sikap perjuangan menjadi istri shalihah, yaitu pengorbanan yang dilakukan Fisha, dalam memperoleh kehidupan rumah tangga sampai akhir hayat hidupnya. Fisha yang ikhlas untuk di poligami oleh suaminya, pada akhirnya membuktikan bahwa cinta sejati itu ada. Makna mitos terlihat dari sikap kebesaran hati yang dimiliki oleh seorang istri. Penulis beranggapan bahwa Film Air Mata Surga ingin menunjukan sisi kekuatan dari diri seorang perempuan, banyak sisi positif yang terdapat dalam film ini, diantaranya tentang kebesaran hati dan keikhlasan. Pertama tentang kebesaran hati yang dimiliki oleh Fisha. meskipun ia tahu apa kekurangan yang ia miliki akan tetapi ia tak henti berjuang untuk melihat keluarganya tetap bahagia walaupun dihalang oleh ribuan cobaan, akan tetapi ia semangat untuk bisa membuktikan bahwa cinta sejati itu benar-benar ada
Berdasarkan penelitian terdahulu yang tercantum diatas, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis :
1. Penelitian terdahulu pertama : Penulis terdahulu menganalisis perjuangan perempuan dengan Unit amatan Novel 9 Matahari, sementara dalam penelitian ini unit amatannya adalah film Love Rosie. Kemudian dalam penelitian terdahulu ini menggunakan pendekatan sosiologi karya sastra (sosiologi teks), sementara penulis akan menggunakan semiotika.
17
2. Penelitian terdahulu kedua : Film yang dijadikan sebagai unit amatan berbeda, kemudian dalam penelitian terdahulu ini dinalisis menggunakan Analisis Wacana, sementara dalam penelitian yang akan dilakukan penulis ini menggunakan semiotika.
3. Penelitian terdahulu ketiga : Film yang menjadi unit amatan berbeda, dalam penelitian terdahulu ini menggunakan film Air Mata Surga, sementara dalam penelitian ini menggunakan film Hidden Figures
2.3 Kerangka Berpikir
Film Hidden Figures
Denotasi Konotasi
Makna Emansipasi Perempuan dalam Film Hidden Figures
Emansipasi Wanita (Warnaen)
- Menuntuk Hak - Mendobrak Diskriminasi - Mengangkat Martabat - Pembuktian Kualitas Diri Mitos