SISTEM INFORMASI MONITORING PENILAIAN KINERJA DRIVER TRANSPORTATION ONLINE MENGGUNAKAN METODE SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) Di Grab
1Drs.Maryono , 2Anggayudha Ismail Supriadi 1Program Studi Sistem Informasi, STMIK LPKIA Bandung 2Jl. Soekarno Hatta No.456 Kota Bandung, Jawa Barat 40266
1 Myonosis@gmail.com 2 ismailangga76@gmail.com
Abstrak
Penilaian Kinerja merupakan suatu mekanisme yang dilakukan perusahaan untuk mengetahui kinerja pegawai dalam bekerja. Setiap perusahaan memiliki target dan tujuan, untuk mengetahui berhasilnya target atau tujuan suatu perusahaan tidak terlepas dari kinerja pegawai perusahaan tersebut.
Sistem Informasi monitoring penilaian kinerja ini dengan menggunakan metode Simple Addictive Weighthing. Metode
Simple Addictive Weighthing secara garis kemampuannya untuk melakukan penilaian secara lebih tepat karena
didasarkan pada nilai kriteria dan bobot preferensi yang sudah ditentukan, selain itu SAW juga dapat menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada karena adanya proses perangkingan setelah menentukan bobot untuk setiap atribut
SAW (Simple Additive Weighting) adalah metodologi perangkat lunak yang digunakan pada sistem informasi monitoring penilaian kinerja driver transportasi online ini, Metode ini merupakan metode yang paling dikenal dan paling banyak digunakan orang dalam menghadapi situasi MCDM (Multiple Criteria Decision Making). Metode ini mengharuskan pembuat keputusan menentukan bobot bagi setiap atribut.
Dengan adanya Sistem Informasi monitoring penilaian kinerja driver transportasi online dengan metode SAW yang hasilnya disajikan berupa grafik dari hasil penilaian yang telah dicapai sangat membantu para driver atas kinerja yang telah dicapai berdasarkan pemberian penilaian yang diberikan oleh konsumen dan diharapkan bisa membantu perusahaan dalam memberikan penghargaan kepada para driver serta bisa melakukan evaluasi untuk memajukan perusahaan menjadi lebih baik.
Kata kunci : Sistem Informasi, Simple Addictive Weighthing, Transportasi Online
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
Jasa transportasi saat ini dirasa sebagai sarana yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat, transportasi digunakan setiap masyarakat untuk memperlancar aktifitas sehari-harinya, setiap orang tentu membutuhkan transportasi dalam berbagai kegiatannya seperti bekerja, bersekolah, bepergian maupun aktifitas lainnya. Semakin banyak jenis jasa transportasi dan berbagai macam merek yang ditawarkan, membuat konsumen sebagai pengambil keputusan menjadi lebih selekif dalam proses pengambilan keputusannya, Perusahaan pun harus melakukan usaha-usaha dalam menarik konsumen agar membeli dan menggunakan jasanya.
Kehadiran teknologi yang makin canggih ini tidak dapat terelakkan oleh masyarakat.Terobosan baru dimunculkan oleh para pengusaha muda yang mengembangkan inovasi baru dalam penyediaan jasa transportasi online, yaitu ojek online. Belakangan ini beberapa Merek ojek online berhasil merebut pasar, seperti Gojek. Merek Go-Jek telah melekat di benak masyarakat, GO-JEK menjadi sangat dikenal ketika meluncurkan aplikasi di Android dan iOS di awal
Januari 2015. GO-JEK pun menjadi satu-satunya layanan ojek online yang mempunyai aplikasi. Nama GO-JEK semakin dikenal ketika muncul berita kalau pengemudi mereka bisa mendapat penghasilan mencapai Rp13 Juta per bulan. Saat itu, GO-JEK mengklaim telah mempunyai 800 orang pengemudi. GO-JEK baru mendapat pesaing pada bulan Mei 2015, ketika GrabTaxi meluncurkan layanan GrabBike di Indonesia. Sayangnya, kehadiran GrabBike terkesan terlambat. Saat itu GO-JEK sudah memperluas layanan di kota Bali dan Bandung dengan total pengemudi yang mencapai 3.000 orang. Di Jabodetabek sendiri mulai muncul perusahaan ojek online lain yang telah aktif beroperasi dan tentu memiliki strategi pemasaran yang berbeda-beda, seperti pesaing terkuatnya yaitu Grab Bike.
Rating adalah penilaian yang diberikan oleh pelanggan kepada Deiver atas layanan dan performa yang berikan . Kegunaan rating adalah untuk menentukan tingkat performa , dan apabila rating yang didapatkan rendah maka driver akan mendapatkan sanksi yaitu putus mitra sesuai yang tercantum dalam jenis-jenis pelanggaran. Rating ini dianggap sangat penting karena merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan bonus. Dan penilaian konsumen yang menjadi acuan perusahaan dalam memberiakan penghargaan atau sanksi pada supir.Sebagai contoh kecil apabila penumpang atau tamu memberikan laporan kecewa terhadap pengemudi, maka hanya dengan laporan sebelah tanpa konfirmasi kepada pengemudi maka akun mitra juga dapat dibekukan. Maka dari itu dibutuhkan Sistem informasi yang mampu melakukan proses penilaian kinerja dan menghasilkan laporan-laporan yang dapat digunakan oleh manajemen untuk proses pengambilan keputusan dalam pemberian penghargaan atau sanksi kepada
driver dan juga para driver dapat mengontrol hasil
rating yang telah dicapai berdasarkan layanan dan performa driver kepada konsumen.
I.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemberlakuan rating yang kurang objektif sebagai tindakan pemberian sanksi pemutusan mitra kepada driver yang mendapatkan rating rendah. 2. Penilaian rating yang belum transparansi kepada
Driver sehingga para driver tidak dapat
mengetahui kesimpulan dari rating yang telah dicapai.
3. Sering terjadi penilaian konsumen yang kurang objektif berdasarkan layanan atau performa yang diberikan Driver.
I.3 Tujuan
Berikut ini adalah beberapa tujuan penelitian antara lain:
1. Mengetahui perbandingan kinerja antar driver dan berdasarkan hasil penilaian konsumen.
2. Mengetahui kinerja yang telah driver capai saat kegiataan oprasional
3. Mengetahui kinerja driver berdasarkaan kriteria penilaian yang dilakukan konsumen.
II. Dasar Teori
II.1 Teori Tentang Permasalahan III.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut [1]:
“Sistem informasi merupakan seperangkat
komponen yang saling terkait yang mengumpulkan (atau mengambil), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan kontrol dalam sebuah organisasi.”
Menurut [2]:
“Sistem Informasi merupakan kombinasi teratur
dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi seperangkat komponen yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan telekomunikasi dan data yang saling bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, pengendalian, analisis masalah dan visualisasi dalam organisasi.
II.1.2 Tujuan Monitoring
Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana program. Informasi ini hendaknya dapat menjadi masukan bagi pihak yang berwenang untuk memeriksa kembali strategi pelaksanaan program sebagaimana sudah direncanakan setelah membandingkan dengan kenyataan dilapangan, menemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program, dan mengetahui faktor-faktor pendungkung dan penghambat penyelenggaraan program.
Dalam monitoring dapat mengguanakan pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi program yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam pendekatan ini adalah wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil dan pengaruh program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila pihak yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan menelaah laporan berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program, atau dengan mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para penyelenggaranya atau pelaksana program. [3] II.1.3 Penilaian kinerja
Menurut [4]:
“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”.
Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang adil membutuhkan standar. Patokan yang dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap kinerja antar karyawan. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisajadi, standar
kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Banyak hal yang dapat diukur untuk menentukan kinerja. Banyak literatur, menyebutkan bahwa kinerja merupakan keterkaitan unsur motivasi, kemampuan individu, serta faktor organisasi, yang menghasilkan perilaku.
Menurut [5]:
“penilaian kinerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kinerja karyawan.
Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan-balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka. Artinya penilaian kerja
merupakan suatu tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap hasil kinerja karyawan”.
Dalam setiap penilaian prestasi kerja para supir haruslah benar-benar memiliki tujuan yang jelas, seperti apa yang ingin dicapai, sehingga manfaat penilaian prestasi kerja menjadi lebih dirasakan perusahaan dan supir yang bersangkutan. Setiap perusahaan moda transportasi online perlu melakukan penilaian prestasi kerja para supirnya, penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai oleh setiap supir, apakah prestasinya termasuk kategori baik, cukup atau kurang.
1. Standar Kinerja
Dibutuhkan penilaian kinerja Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, yang berstandar. semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Banyak masalah yang dihadapi operasional perusahaan adalah, adanya para penyelia maupun karyawan belum seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mungkin, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Banyak hal yang dapat diukur untuk menentukan kinerja. Banyak literatur, menyebutkan bahwa kinerja merupakan keterkaitan unsur motivasi, kemampuan individu, serta faktor organisasi, yang menghasilkan perilaku.
Perilaku (behavior) merupakan proses cara seseorang mengerjakan sesuatu. Perilaku merupakan sebuah unsur yang menjadi pusat perbedaan manusia antar individu. Dalam pekerjaan, dapat dibayangkan jika tanpa perilaku, pasti tidak akan ada produksi yang dihasilkan. Perilaku merupakan kata kunci, sebab dalam pekerjaan sangat banyak perilaku yang muncul
yang menyebabkan sebuah hasil tertentu. Perilaku dapat diobservasi yang memungkinkan kita dapat membetulkan, menjumlah dan menilai dan selanjutnya kita dapat mengelolanya.
2. Fungsi Standar Kinerja
Fungsi utama standar kinerja adalah sebagai tolak ukur (benchmark) untuk menentukan keberhasilan kinerja ternilai dalam melaksanakan pekerjaannya. Standar kinerja merupakan target, sasaran, atau tujuan upaya kerja karyawan dalam ukuran waktu terentu. Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan harus mengarahkan semua pekerjaannya, karyawan harus mengerahkan semua tenaga, pikiran, keterampilan, pengetahuannya, dan waktu kerjanya untuk mencapai apa yang ditentukan olehstandar kinerjanya.
Standar kinerja memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapainya. Standar kinerja menarik, mendorong, dan mengimingimingi karyawan untuk mencapainya. Jika hal itu tercapai, kepuasan kerja pada diri karyawan akan terjadi. Oleh karena itu standar kinerja juga dikaitkan dengan reward, imbalan, atau sistem kompensasi jika dapat mencapainya. Selain itu, standar kinerja dikaitkan dengan sanksi jika tidak dpat mencapainya.
Standar kinerja setiap karyawan harus diberitahukan kepada karyawan sebagai pedoman melaksanakan tugasnya. Tanpa mengetahui standar kinerjanya, karyawan tidak mengetahui apa yang harus dicapainya dan tidak terarah dalam mencapai kinerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya, karyawan selalu berpedoman pada standar kinerjanya dan standar prosedur dalam pelaksanaan tugasnya. Kemudian kinerja karyawan dievaluasi oleh penilai secara periodik dan dibandingkan dengan standar kinerjanya. Hasil direkam dalam instrumen evaluasi kinerja.
Hasil evaluasi evaluasi kinerja – berupa keunggulan dan kelemahan kinerja karyawan – dicatat dalam instrumen evaluasi kinerja. Hasil ini diberikan kepada karyawan ternilai sebagai balikan atas kinerjanya. Dengan balikan tersebut, ia mengetahui persepsi ternilai yang mewakili organisasi tempat ia bekerjamengenai hasil dalam pelaksanaan tugasnya
Gambar II.1 Hubungan kinerja, Standar Kinerja, dan Evaluasi Kinerja
Sumber: [6]
II.1.4 SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan
Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Metode ini merupakan metode yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam menghadapi situasi Multiple Attribute Decision
Making (MADM). MADM itu sendiri merupakan
suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu.
II.1.5 Metode SAW
Metode SAW sering juga dikenal sebagai metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.
Perhitungan akan sesuai dengan metode ini apabila alternatif yang terpilih memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Metode SAW ini lebih efisien karena waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.
Di mana :
Rij = nilai rating kinerja ternormalisasi
Xij = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria Max xij = nilai terbesar dari setiap kriteria i Min xij = nilai terkecil dari setiap kriteria i Benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik Cost = jika nilai terkecil adalah terbaik dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai:
Keterangan :
Vi = ialah rangking pada tiap-tiap alternatif wj = ialah nilai bobot dari tiap-tiap kriteria rij = ialah rating kinerja yang ternormalisasi
Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih.
II.1.5.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode SAW
1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan.
2. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R.
4. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik sebagai solusi [7]
Berikut kriteria penilaian rating yang dilakukan konsumen berdasarkan layanan atau performa driver transportasi online menggunakan metode Simple
Additive Weighting (SAW);
1. Kelayakan Armada
Karakter Nilai (Bobot) Keterangan
1 0,2 Sangat Kurang
2 0,4 Kurang
3 0,6 Cukup
4 0,8 Baik
5 1 Sangat Baik
2. Keramahan driver
Karakter Nilai (Bobot) Keterangan
1 0,2 Sangat Kurang
2 0,4 Kurang
3 0,6 Cukup
4 0,8 Baik
5 1 Sangat Baik
Tabel Kriteria Keramahan driver 3. Cara Mengemudi
Karakter Nilai (Bobot) Keterangan
1 0,2 Sangat Kurang
2 0,4 Kurang
3 0,6 Cukup
4 0,8 Baik
5 1 Sangat Baik
Tabel Kriteria Cara Mengemudi 4. Lama Penjemputan
Karakter Nilai (Bobot) Keterangan
1 0,2 Sangat Kurang
2 0,4 Kurang
3 0,6 Cukup
4 0,8 Baik
5 1 Sangat Baik
Tabel Kriteria Lama
Penjemputan II.2 Metodologi Yang Digunakan II.2.1 Prototype
“Prototype Model adalah salah satu pendekatan dalam rekayasa perangkat lunak yang secara langsung mendemontrasikan sebuah perangkat lunak atau komponen-komponen perangkat lunak akan bekerja dalam lingkungannya sebelum tahapan konstruksi actual dilakukan”.[8]
“Model yang cocok digunakan untuk menggali spesifikasi kebutuhan pelanggan secara lebih detail tetapi beresiko tinggi terhadap membengkaknya biaya dan waktu proyek”.[9]
II.2.2 UML
“UML (Unified Modelling Language) adalah ‘bahasa’ pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma ‘berorientasi objek’ pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sedemikiann rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. Dalam pemodelan perangkat lunak (software modeling) bekerja dengan cara yang
cukup serupa layaknya seorang arsitek atau insinyur teknik sipil yang akan membuat sebuah bangunan atau gedung yang berskala besar”.[10]
2.2.3 Object Oriented
“Orientasi objek merupakan arsitektur perangkat lunak berorientasi objek (OO) hasil dari serangkaian subsistem berlapis yang membungkus (enskapsulasi) kelas-kelas yang berkolaborasi. Masing-masing elemen sistem (subsistem dan kelas) menjalankan fungsi yang membantu tercapainya kebutuhan sistem. Hal ini diperlukan untuk menguji sebuah sistem OO pada berbagai level yang berbeda dalam upaya untuk menemukan kesalahan yang mungkin terjadi saat kelas berkolaborasi satu sama lain dan subsistem berkomunikasi dengan lapisan arsitektur. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan dalam melakukan pengujian sistem OO, diantaranya. 1.Definisi pengujian harus diperluas untuk mencangkup teknik penemuan kesalahan yang diterapkan untuk model analisis dan perancangan berorientasi objek.
2.Strategi untuk pengujian unit dan integrasi harus berubah secara signifikan, dan
3.Perancangan test case harus menjelaskan karakteristik unit dari perangkat lunak OO.”[11]
III. Analisis dan Perancangan III.1. Aliran Proses
Aliran proses yang digunakan dalam penyusunan laporan ini meliputi diagram Use Case yang di dalamnya terdapat aktor-aktor dan use case-use yang saling terhubung serta Secenario Use case yang mendeskripsikan setiap Use Case yang ada.
III.1.1 Usecase Diagram
Gambar 3.1.1 Use Case Diagram IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJI AN IV.1. Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap awal dari penerapan aplikasi yang akan dibuat mulai dari tahap rencana implementasi, melakukan kegiatan implementasi, pengujian dan evaluasi hasil dari
melakukan penilaian driver login kelola driver kelola kriteria kelola user admin melakukan pemesanan customer <<include>> <<include>> <<include>> <<extend>> pimpinan melihat hasil kinerja
<<include>> menerima pesanan <<include>>
driver
implementasi yang telah dilakukan. Agar dapat berjalan dengan semestinya, perlu disusun sebuah penjadwalan yang mengatur waktu implementasi rancangan perangkat lunak, melalui penggambaran yang menggunakan Gantt Chart.
Gambar 4.1 Jadwal Pembuatan Sistem Informasi
IV.2 Implemetasi Antarmuka
Sub bab ini memperlihatkan hasil dari implementasi yang telah dilakukan. Hasil implementasi ini diperlihatkan per dialog screen.
Gambar 4.2.1 Penilaian
Gambar 4.2.2 Grafik Rating Penilaian Driver 5.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah di uraikan dalam laporan ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dengan adanya sistem informasi monitoring penilaian kinerja driver ini dapat mempermudah driver dalam melihat grafik pencapaian kerjanya berdasarkan dari proses penilaian kinerja driver yang akan membuat menjadi lebih efektif.
2. Bagi para customer dapat lebih tepat dalam memberikan penilaian kepada driver karna penilaiannya perkriteria menjadi lebih detail. 3. Bagi pemilik perusahaan, dapat memudahkan dalam melihat informasi seperti halnya penilaian driver dan dapat membandingkan dengan kinerja driver lain untuk mempermudah dalam melihat tingkat etos kerja para driver.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis ingin memberikan beberapa saran yang ditujukan untuk melengkapi kekurangan dari perangkat lunak ini, saran tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Untuk para driver harus selalu memperhatikan rating penilaian yang telah dicapai karna rating menjadi penilaian utama perusahaan atas kinerja para driver
2. Bagi para konsumen diwajibkan untuk langsung memberi rating penilaian setelah orderan selesai dan memberikan penilaian yang objektif kepada driver agar penilaian sesuai dengan kinerja driver tersebut. 3. Bagi manajemen perusahaan rating penilaian
yang didapatkan para driver ini dapat menjadi tolak ukur dalam pemberian penghargaan atau sanksi. Daftar Pustaka [1] L. &. Laudin, 2012. [2] O. &. Marakas, 2008. [3] i. prastyo, 2009. [4] Rivai, 2005.
[5] Priyono, "Manajemen Sumber Daya Manusia," 2010.
[6] D. R. Riadi, 2010.
[7] Henry, in Langkah-langkah penggunaan Metode
SAW, 2009.
[8] S. &. Reynolds, 2010. [9] G. R. Tery, 2006. [10] T. Rusyani, 1997. [11] C. &. Petry, 1983.