• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Konsentrasi Minimal Gel Aloe Vera Yang Dapat Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Konsentrasi Minimal Gel Aloe Vera Yang Dapat Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA

No.1/ Vol.2 Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Maret, 2020]

Uji Konsentrasi Minimal Gel Aloe Vera Yang Dapat

Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus

Yusril Achmadilla Bagus Wahyudi1*, Wimbuh Tri Widodo2, Kartika Arum Wardani3

Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Putra Bangsa Tulungagung, Jalan Raya Tulungagung-Blitar KM 4, Sumbergempol Tulungagung

* Corresponding email : yuzril.ahmadd@gmail.com Email author 1 : wimbuhtriwidodo@gmail.com

Email author 2 : arumkartika77@gmail.com ABSTRAK

Gel merupakan bagian berlendir yang diperoleh dengan mengiris bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Gel Aloe vera memiliki beberapa kandungan senyawa yang bersifat sebagai antibakteri yaitu flavonoid, tannin, dan saponin. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba untuk memanfaatkan bagian gel Aloe vera untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini merupakan salah satu flora normal pada manusia. Bakteri ini ditemukan pada manusia. Dalam jumlah banyak Staphylococcus aureus akan menjadi faktor penyebab infeksi yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode dilusi. Pada dilusi menggunakan beberapa konsentrasi yaitu 20%, 15%, 10%, 5%, 3% dan kontrol negatif (-) yang digunakan sebagai pembanding. Dari pengamatan hasil penelitian yang diperoleh pada semua konsentrasi hanya terdapat 2 tabung yang tetap jernih setelah penginkubasian selama 1x20 jam, 1x24 jam, dan 1x48 jam yaitu pada konsentrasi 20 % dan 15 %, sedangkan pada konsentrasi 10%, 5%, dan 3% didapatkan hasil yang keruh. Hal ini dikarenakan adanya senyawa aktif yang lebih besar pada konsentrasi 20% dan 15% sehingga dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi minimal atau terendah dari gel Aloe vera yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 15%.

Kata kunci: Gel Aloe vera, Staphyloccocus aureus, Metode Dilusi

ABSTRACT

The Gel is a slimy part that is obtained by slicing the inside of the leaves after the exudates are removed. Aloe Vera Gel has several compounds that are antibacterial as flavonoids, tannins, and saponin. Based on this, researchers are trying to utilize a part of the Aloe Vera gel to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. This bacterium is one of the normal flora in humans. This bacterium is found in humans. In the amount of Staphylococcus aureus will be the cause of infections that can attack humans and animals. This type of research is a qualitative descriptive with the dilution method. In dilution using some concentrations of 20%, 15%, 10%, 5%, 3% and negative control (-) is used as a comparator. From the observation of the research results obtained at all concentrations there are only 2 tubes that remain clear after the time of the application of 1x20 hours, 1x24 hours hours, and 1x48 hours at concentrations of 20% and 15%, while at concentrations of 10%, 5%, and 3% obtained by murky results. This is due to the greater active compounds at concentrations of 20% and 15% to inhibit the growth of Staphylococcus aureus based on this, it can be concluded that the minimal or lowest concentration of Aloe Vera gel can be Inhibits the growth of Staphylococcus aureus bacteria is at a concentration of 15%

(2)

1. PENDAHULUAN

Lidah buaya (Aloe vera) adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM dan bangsa Mesir kuno sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian (Utami, 2012).

Ciri fisik dari tanaman ini adalah daunnya yang berdaging tebal, panjang, mengecil pada bagian ujungnya, berwarna hijau dan berlendir. Pada bagian gel Aloe vera tersusun dari 96 % air dan 4 % padatan yang terdiri dari 75 komponen senyawa yang berkhasiat (Djubaedah, 2003).

Lidah buaya juga terbukti efektifitasnya dalam membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai tanaman yang bersifat antibakteri, lidah buaya memiliki kandungan zat – zat aktif seperti saponin,

tannin dan flavonoid. Saponin adalah zat

alkaloid yang dapat merusak asam (DNA dan RNA) bakteri. Tannin merupakan antibakteri yang bekerja dengan menginaktivasi adhesin sehingga bakteri tidak dapat menempel pada sel epitel hospes. Sedangkan pada senyawa

flavonoid, dapat mengakibatkan lisis dan

menghambat proses pembentukkan dinding sel (FKUB, 2010).

Sehingga pada penelitian ini, peneliti mengambil gel dari Aloe vera sebagai objek atau bahan untuk menguji pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus karena pada bagian tersebut merupakan bagian yang mendominasi lidah buaya dalam manfaatnya sebagai bahan baku obat maupun antibakteri.

Stapyhlococcus aureus adalah bakteri

kokus gram positif. Bakteri ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada manusia. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan (Natsir, Nur Alim. 2013). Deteksi bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya deteksi menggunakan DNA(Widodo et al., 2018).

Staphylococcus aureus merupakan salah

satu bakeri patogen penting yang berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik (Rahmi et al, 2015). Bakteri Stapylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik (Herlina et al, 2015).

Oleh karena itu, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi dari gel

Aloe vera dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 20 %, 15 %, 10 %, 5 % dan 3 %.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 24 tabung reaksi, beaker glass 250 ml, sendok stainless, gelas ukur 100 ml dan 50 ml, pipet ukur 10 ml dan 2 ml, bunsen, erlenmeyer 100 ml, dan Mikropipet 200 μl.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media NB (Nutrient Broth), aquades, gel aloe vera, bakteri Staphylococcus aureus

2.2 Prosedur Penelitian 2.2.1 Preparasi Gel Aloe vera

Sampel gel lidah buaya yang digunakan diperoleh di kota Tulungagung , Jawa Timur. Daun lidah buaya dicuci terlebih dahulu kemudian dipisahkan antara kulit dan gel. Gel lidah buaya dihaluskan menggunakan blender hingga halus.

2.2.2 Preparasi Sampel Staphylococcus

aureus

Sampel bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari isolat klinis Universitas Brawijaya. Bakteri dari MSA (Mannitol Salt

Agar) yang tumbuh kemudian diinokulasi ke

media NB (Nutrient Broth) atau media cair kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.

(3)

No.1/ Vol.2

Wahyudi, Widodo, Wardani [Maret, 2020]

2.2.3 Preparasi Konsentrasi Media NB

(Nutrient Broth) dan Gel Aloe vera.

Pembuatan perbandingan antara gel dan media yang akan dibuat 5 jenis konsentrasi dan digunakan untuk pengujian minimal konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, yaitu sebagai berikut :

a. Gel dan Media NB

1. 20% = gel 2 ml + media 8 ml 2. 15% = gel 1,5 ml + media 8,5 ml 3. 10% = gel 1 ml + media 9 ml 4. 5% = gel 0,5 ml + media 9,5 ml 5. 3% = gel 0,3 ml + media 9,7 ml b. Media NB 1. 20% = 𝟖 𝟏𝟎𝟎𝟎 x 8 ml = 0,064 gr. 2. 15% = 𝟖 𝟏𝟎𝟎𝟎 x 8,5 ml = 0.068 gr. 3. 10% = 𝟖 𝟏𝟎𝟎𝟎 x 9 ml = 0,072 gr. 4. 5% = 𝟖 𝟏𝟎𝟎𝟎 x 9,5 ml = 0,076 gr. 5. 3% = 𝟖 𝟏𝟎𝟎𝟎 x 9,7 ml = 0,0776 gr. 2.2.4 Prosedur

Gel lidah buaya yang telah terkumpul kemudian ditimbang dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian mempersiapkan 2 tabung reaksi, tabung pertama berisi media NB (Nutrient Broth) yang digunakan untuk pemindahan bakteri

Staphylococcus aureus dari media MSA (Mannitol Salt Agar) sedangkan tabung kedua

hanya berisi media saja karena digunakan sebagai kontrol negatifnya. Media NB

(Nutrient Broth) yang diperlukan adalah

sebanyak 0.16 gram dalam 20 ml dan dimasukkan erlenmeyer.

Media dipanaskan menggunakan bunsen hingga larut kemudian di sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Media dituang kedalam tabung reaksi dan didiamkan hingga dingin. Koloni bakteri dari media MSA (Mannitol Salt Agar) diambil dengan ose bulat dan ditanam ke dalam media NB (Nutrient Broth). Kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C dan dibandingkan dengan kontrol negatifnya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan 10 tabung reaksi. 5 tabung reaksi tersebut berisi campuran media dan gel Aloe vera yang telah dipipet sesuai preparasi media NB dan gel Aloe vera sehingga didapatkan konsentrasi 20 %, 15 %, 10 %, 5 %, dan 3 %. Bakteri

Staphyloccocus aureus yang sudah tumbuh

dalam media NB (Nutrient Broth) diambil sebanyak 200 micro dan dimasukkan pada masing – masing tabung reaksi. Sedangkan 5 tabung berisi media NB (Nutrient Broth) dan gel Aloe vera saja tanpa penanaman bakteri yang digunakan sebagai pembanding dengan 5 tabung pertama yang ditanami dengan bakteri.

Langkah terakhir setelah ditanami bakteri

Staphylococcus aureus yaitu diinkubasi

selama 24 jam dengan suhu 37°C kemudian hasil diamati dan dibandingkan dengan pembanding yang telah dibuat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 kali pengamatan terhadap tabung yang diinkubasi dalam waktu yang berbeda, yaitu 1x20 jam, 1x24, 1x48.

Berikut tabel pengamatan dari ketiga waktu yang berbeda seperti pada tabel 1 dibawah ini pertama :

(4)

Keterangan : - = Jernih + = Keruh

Berdasarkan hasil pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dari ketiga pengamatan dalam waktu yang berbeda diperoleh hasil yang tetap jernih dalam waktu 1x20 jam. Pada pengamatan kedua yaitu 1x24 jam didapatkan hasil yang keruh pada konsentrasi 10%, 5%, dan 3% dimana pada konsentrasi tersebut bakteri tidak terhambat oleh adanya gel aloe

vera, sedangkan pada konsentrasi 20% dan

15% tetap dalam keadaan jernih yang berarti bakteri dapat terhambat pada konsentrasi tersebut. Pada pengamatan ketiga 1x48 jam didapatkan hasil yang sama dengan pengamatan kedua. Hal ini karena pengamatan ketiga digunakan untuk memastikan hasil dari pengamatan kedua.

Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali, pada percobaan kedua didapatkan hasil yang keruh pada semua konsentrasi, yang berarti bakteri tidak dapat terhambat pertumbuhannya dengan adanya penambahan gel aloe vera.

Berikut tabel hasil dari pengamatan bakteri pada percobaan kedua dalam waktu inkubasi 1x24 jam seperti tabel 2 dibawah ini

Tabel 2. Hasil pengamatan percobaan kedua Konsentrasi 1x24 jam 20% + 15% + 10% + 5% + 3% + Keterangan : - = Jernih + = Keruh

Berdasarkan dari tabel datas didapatkan hasil dengan adanya kekeruhan pada semua konsentrasi, yang berarti dengan adanya penambahan gel aloe vera tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Sehingga pada

percobaan kedua hasil tidak dapat ditentukan.

3.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan dengan metode dilusi guna mengetahui berapakah konsentrasi minimal yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan penambahan gel Aloe vera yang sudah dihaluskan dalam media NB (Nutrient Broth). Metode ini menggunakan 5 jenis konsentrasi yang berbeda, yaitu 20 %, 15 %, 10 %, 5 %, dan 3 %.

Pada perlakuan ini yaitu tanpa menggunakan kontrol positif sehingga hanya memerlukan pembanding yang digunakan sebagai kontrol negatif dari percobaan yang telah dilakukan. Pengamatan hasil dilakukan dalam waktu yang berbeda, yaitu 1 x 20 jam, 1 x 24 jam dan 1 x 48 jam yang kemudian dibandingkan dengan pembanding atau kontrol negatifnya. Pengamatan tersebut digunakan untuk membandingkan manakah waktu yang tepat untuk mengetahui kemampuan dari gel Aloe vera yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dalam konsentrasi

yang berbeda.

Pada pengamatan pertama yaitu dalam waktu 1 x 20 jam tidak didapatkan hasil yang baik karena tidak ada kekeruhan pada semua konsentrasi sehingga belum dapat ditentukan pada konsentrasi berapa pertumbuhan bakteri dapat terhambat. Faktor lain penyebab tidak adanya pertumbuhan bakteri adalah waktu yang belum optimum bagi bakteri untuk beraktivitas dalam media NB (Nutrient broth) tersebut.

Pada pengamatan berikutnya yaitu 1 x 24 jam, pada konsentrasi 10 %, 5 %, dan 3 % terdapat kekeruhan karena adanya aktifitas

Konsentrasi 1x20 jam 1x24 jam 1x48 jam

20% - - -

15% - - -

10% - + +

5% - + +

(5)

No.1/ Vol.2

Wahyudi, Widodo, Wardani [Maret, 2020]

atau pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus. Sedangkan pada konsentrasi tinggi 20

% dan 15 % tetap dalam kondisi awal yang berarti bakteri tidak dapat tumbuh atau terhambat dalam konsentrasi tersebut.

Pengamatan ketiga dilakukan untuk membantu keakuratan hasil dari pengamatan kedua. Pengamatan ini didapatkan hasil yang sama seperti pengamatan kedua, yaitu tabung tetap tampak jernih pada konsentrasi 20 % dan 15 %. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam konsentrasi 15 % adalah konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali percobaan atau pengulangan yang berfungsi untuk membandingkan hasil percobaan pertama dan kedua. Percobaan kedua dilakukan sama dengan percobaan pertama yaitu tetap menggunakan konsentrasi 20 %, 15 %, 10 %, 5 %, dan 3 %. Hasil yang diperoleh dicatat dan dijelaskan lebih spesifik manakah hasil yang telah didapatkan. Pada percobaan kedua didapatkan hasil yang berbeda dengan percobaan pertama. Pengamatan dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam saja, berbeda dengan percobaan pertama yang menggunakan 3 kali pengamatan dalam waktu pengamatan yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam inkubasi 24 jam didapatkan hasil yang keruh pada semua konsentrasi.

Pada percobaan kedua didapatkan hasil yang keruh pada semua tabung dengan konsentrasi yang berbeda, yang berarti bakteri tidak terhambat dengan adanya penambahan gel Aloe vera. Berbeda dengan hasil percobaan pertama dimana pada konsentrasi tinggi 20 % dan 15 % tidak ditumbuhi oleh bakteri sehingga tabung tetap dalam keadaan jernih. Hal tersebut dapat dikarenakan pada percobaan kedua disebabkan oleh adanya faktor luar seperti udara, alat maupun bahan yang perlakuannya kurang aseptis, sehingga dapat berpengaruh pada hasil akhirnya.

Secara teori penanaman bakteri atau inokulasi merupakan suatu perlakuan untuk

memindahkan bakteri dari media yang lama ke media baru dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Sebelum melakukan penanaman bakteri (inokulasi) semua alat yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan guna menghindari terjadinya kontaminasi dari luar (Dwijoseputro, 1998).

Pada penelitian ini pengolahan gel Aloe

vera dilakukan sesuai prosedur yaitu

ditimbang sebanyak 500 gr kemudian dihaluskan dan akan berwujud cair. Pengolahan dilakukan secara sederhana yaitu dengan langsung mengolah lidah buaya setelah diambil dari tempatnya agar tidak mempengaruhi kandungan senyawanya. Proses pemilihan daun lidah buaya sebaiknya diutamakan daun yang tidak rusak, tidak layu dan yang sudah matang berumur 3 – 4 tahun agar senyawa aktif tetap dalam konsentrasi penuh (Ramachandra, C.T et al, 2008).

Gel Aloe vera yang dihaluskan kemudian dicampurkan dengan media NB (Nutrient

broth) dan dibuat konsentrasi seperti diatas

yaitu 20 %, 15 %, 10 %, 5 %, dan 3 %. Perlakuan tersebut dilakukan 2 kali yang berfungsi sebagai pembanding atau kontrol negatifnya.

Peneliti menggunakan gel Aloe vera karena pada bagian tersebut merupakan bagian utama pada tanaman lidah buaya (Aloe

vera) yang memiki manfaat sebagai bahan

baku obat maupun sebagai antibakteri karena gel Aloe vera mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dengan adanya

kandungan senyawa antibakteri seperti

saponin, flavonoid, tannin dan antrakuinon

(Hartanto dan Lubis, 2002).

Senyawa antrakuinon dapat menyebabkan protein bakteri menjadi inaktif atau kehilangan fungsinya, sedangkan

saponin melarutkan lipid pada membran sel

bakteri sehingga fungsi sel bakteri menjadi tidak normal dan lisis. Pada kandungan

flavonoid berfungsi sebagai anti inflamasi,

(6)

Pada penelitian sebelumnya telah melakukan uji aktifitas antibakteri ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus. Penelitian tersebut

dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode difusi dan metode dilusi. Berdasarkan hasil pengamatan pada metode difusi diameter dari zona inhibisi tidak dapat ditentukan karena terdapat pertumbuhan koloni disekitar sumuran pada semua konsentrasi. Sedangkan pada metode dilusi, KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) tidak dapat diamati karena seluruh warna pada tabung tampak keruh kecuali pada kontrol negatif karena pada tabung tersebut tidak berisi bakteri. Pada pengamatan terhadap KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) juga tidak dapat ditentukan karena terdapat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada semua konsentrasi (Rahardjo, dkk. 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Rieuwpassa, dkk. 2011) dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu daya hambat ekstrak

Aloe vera terhadap pertumbuhan

Staphylococcus aureus (studi in vitro)

didapatkan hasil ekstrak Aloe vera yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan kadar hambat

minimal yang didapatkan adalah pada konsentrasi 25 %.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa dari kedua percobaan didapatkan hasil yang lebih spesifik pada percobaan pertama. Sehingga konsentrasi minimal

gel Aloe vera yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 15 %.

4.2 Saran

Setelah adanya penelitian tentang uji minimum konsentrasi gel aloe vera yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, maka dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan Aloe vera dalam bidang Analis kesehatan seperti penggunaan ekstrak gel aloe vera dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus yang ditemukan pada infeksi rongga hidung.

DAFTAR PUSTAKA

Djubaedah, E.(2003). Pengolahan lidah

buaya dalam sirup. Pra-Forum

Apresiasi dan Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar Industri Agro, Bogor.

Dwidjoseputo. (1998). Dasar – Dasar

Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit

Djambatan. Halaman 38,77

Edith Irene Rieuwpassa, Rahmat, Karlina. (2010). Daya Hambat Ekstrak Aloe

Vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus (studi in

vitro). J Dentika.

Ekawati E.R. (2016). Buku Ajar Bakteriologi

3. Surabaya

Furnawanthi, I. (2002). Khasiat dan Manfaat

Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.

Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Gembong Tjitrosoepomo. (1994). Taksonomi

Tumbuhan Obat Obatan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gusviputri, A., dkk. (2013). Pembuatan

Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe vera) Sebagai Antiseptik Alami .

Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif:

Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang:

UMM Press.

Hartanto, E.S. dan E.H Lubis, (2002). Pengolahan Minuman Sari Lidah Buaya (Aloe vera linn). Warta IHP/J. Agro-Based Industry.

Herlina N, Fifi A, Aditia DC, Poppy DH, Qurotunnada dan Baharuddin T. (2015). Isolasi dan Identifikasi

(7)

No.1/ Vol.2

Wahyudi, Widodo, Wardani [Maret, 2020]

Staphyloccocus aureus dari susu mastitis subklinis di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy

Biodiv Indon. 1(3): 413-417.

Idris, M. (2013). Efektivitas Ekstrak Aloe vera

Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Streptococcus sanguis.

Imran, Mohammed., Lawrence, Rubina., Alam, Nasruddin. M. D., Shariq. Mohd., and Kumar, E.J. (2012)

Synergistic Effects Of Ocimum

Sanctum And Antibiotics On

Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus (MRSA) Isolated From

Clinical Specimens, Journal Of Recent Advance In Applied Sciences,

27, 99-107

Jawetz, E., G. E. Melnick., & C. A. Adelberg. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Terjemahan Huriawati Hartanto., dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jawetz, M & Adelberg’s. (2005).

Microbiologi Kedokteran, Edisi 23.

Diterjemahkan oleh Mudihargi,, E., Kuntamah, Wasito, E. B., Mertaningsih, N. M., Huriwati, H. Dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Jawetz, Melnick & Adelberg, (2007).

Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.

Penerjemah: Nugroho, Edi dan Maulany, R. F., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Johnson M, Joy Renishyeya J M, Beaulah N, (2012). Antibacterial and Antifungal

Activity of AloeVera Gel Extract.

International Journal of Biomedical and Advance Research: 03:03

Jorgensen, H. James, pfeller A. Michael, Carrol C. Karen. Landry L. Marie, Funke G., Richter S. Sandra, Warnock W.

David. (2015). Manual of Clinical

Microbiology 1st Edition (1) : 1269.

ASM Press. Washington DC.

Maryadi, dkk. (2010). Pedoman Penulisan

Skripsi FKIP. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Mia Rahardjo, Eko Budi Koendhori, Yuani Setiawati. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus FKUA.

Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Natsir, Nur Alim. (2013). Pengaruh Ekstrak

Daun Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Penghambat Pertumbuhan

Bakteri Staphylococcus aureus.

Prosiding Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Pattimura. Ambon.

Rahmi, A.H, dkk. (2015). Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica (L) Less.) Terhadap Propionibacterium Acnes Penyebab

Jerawat. Bandung, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunan Djati.

Ramachandra, C.T. dan Rao, P. Srinivasa. (2008). Processing of Aloe Vera Leaf Gel: A Review : American Journal of Agricultural and Biological Sciences 3 (2): 502-510.

Surjushe A, Vasani R. (2008). Saple DG. Aloe

vera: A short review. Indian J

Dermatol . 53:163-6.

Tim Karya Tani Mandiri. (2013). Pedoman

Bertanam Lidah Buaya. Bandung :

CV Nuansa Aulia.

(8)

W, S. P. (2018). Identification of

Human DNA in Mixture of Human

and Chicken Blood Using PCR with

Specific Primer of Cytochrome B

Gene. Folia Medica Indonesiana.

https://doi.org/10.20473/fmi.v54i3.1

0009

Winarsih, S., dkk. (2011). Hambatan Ekstrak

Etanol Gel Lidah Buaya (Aloe vera)

Terhadap Pertumbuhan Jamur

Candida Albicans Isolat Vagina 218 SV Secara In Vitro.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukan bahwa pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Brain-Based Learning lebih baik daripada

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis model discovery learning pada materi getaran dan gelombang untuk melatihkan keterampilan proses sains dinyatakan layak

Seramai 3 orang pensyarah dan 10 orang pelajar telah menjalani lawatan akademik di Fakulti Sains pada 8-12 November 2018. FIRST YEAR EXPERIENCE 2018 (FYE), DEPARTMENT OF CHEMISTRY

Di luar negeri manggis dijuluki sebagai “Quen of the Tropical Fruits” yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam manis yang tidak di punyai oleh komoditas buah

P ada FGD I lalu, para peserta rapat yang terdiri dari anggota Tim Penyusun Naskah Kebijakan Pengelolaan SIH 3, nara sumber dan dua orang selaku tenaga ahli, yaitu Hery Haryanto

Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang

According to the findings of the Asian Development Bank (ADB) in its 2016 an- nual report on Asian Economic Integration, the Central Asia sub-region is the least in- tegrated

Ada beberapa ciri khas yang identik dengan pondok pesantren yang masih te- tap bertahan sampai sekarang ini adalah kiai, santri, pengajaran kitab Islam klasik, masjid,