• Tidak ada hasil yang ditemukan

CASE STUDY REPORT VENEREAL SARCOMA PADA ANJING LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CASE STUDY REPORT VENEREAL SARCOMA PADA ANJING LOKAL"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

CASE STUDY REPORT

VENEREAL SARCOMA PADA ANJING LOKAL

Oleh:

I Made Merdana (197907072005011001) Luh Made Sudimartini (198210242008012009) I Wayan Nico Fajar Gunawan (198907052014041002)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul ”Venereal Sarcoma Pada Anjing Lokal”.

Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun penulis terima dengan tangan terbuka.

Denpasar, Juli 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…….……. ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 1

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Venereal sarkoma ... 3 2.2 Etiologi... ... 3 2.3 Tanda Klinis ... 4 2.4 Diagnosa ... 4 2.5 Prognosis ... 5 2.6 Terapi ... 6

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi ... 7 3.1.1 Hewan ... 7 3.1.2 Alat ... 7 3.1.3 Bahan ... 7 3.2 Metode ... 7 3.2.1 Preoperasi ... 7 3.2.2 Operasi ... 8 3.2.3 Pascaoperasi ... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil….. ... 10

4.2 Pembahasan ... 11

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 14

5.2 Saran ... 14

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemeriksaan Histopatologi………...… 10 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dari Hari Pertama Hingga Hari ketujuh

(5)
(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan hewan mamalia yang termasuk ke dalam family

Canidae, ordo Carnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak

15.000 tahun yang lalu. Saat ini anjing telah dijadikan hewan peliharaan oleh manusia. Sifat anjing yang bersahabat dengan manusia menjadikan anjing dapat dilatih, diajak bermain, dan tinggal bersama. Anjing banyak memberi manfaat pada manusia salah satunya dapat menjadi teman setia, penjaga rumah, ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai pelacak di kepolisian. Karena manfaatnya yang begitu banyak, tidak mengherankan anjing sering ditemukan mengalami gangguan kesehatan/terserang sakit. Salah satu penyakit infeksius yang menyerang anjing adalah venereal sarcoma. Venereal sarcoma adalah penyakit degeneratif yang kerap kali ditemukan pada anjing di lapangan (Gunanti et al., 2009).

Penanganan yang dapat digunakan untuk mengobati venereal sarcoma antara lain yaitu dengan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi. Penanganan

venereal sarcoma dapat dilakukan dengan eksisi/pengangkatan secara total

(operasi) (Sudisma et al., 2006). Penanganan venereal sarcoma dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan, kemungkinan sel tumor bermetastasis (pertumbuhan sekunder) ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan pengobatannya disertai dengan kemoterapi (Mayer et

al., 1959; Spector, 1993; Martins et al., 2005). Oleh karena itu untuk menangani

hewan kasus yang digunakan dan untuk mencegah penyebaran sel tumor ke hewan lain maka dilakukan pengangkatan (eksisi) tumor dan dilanjutkan dengan kemoterapi menggunakan vincristine.

1.2 Tujuan

Tujuan yang diharapkan dari penanganan kasus yang diangkat pada laporan kasus ini adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa kedokteran hewan

(7)

2

dalam mendiagnosa suatu penyakit atau abnormalitas dan penanganan kasus bedah khususnya venereal sarcoma.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan kasus ini adalah menambah keterampilan mahasiswa keedokteran hewan tentang cara mendiagnosa penyakit atau abnormalitas dan meningkatkan keterampilan dalam penanganan kasus bedah khususnya teknik operasi venereal sarcoma dan bagaimana perawatan pascaoperasinya.

(8)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Venereal sarcoma

Venereal sarcoma merupakan tumor yang pada umumnya menginfeksi

alat genital jantan maupun betina dan umumnya penularan terjadi akibat perkawinan. Selain pada alat genital, venereal sarcoma juga dapat menginfeksi daerah cervik, punggung, flank, daerah abdomen, dan intranasal (Park et al., 2006). Venereal sarcoma sering menjadi persoalan yang serius di seluruh dunia yang terjadi dengan frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Kejadian venereal sarcoma ini paling banyak terjadi di lingkungan tropis dengan temperatur hangat (Rogers, 1997).

2.2 Etiologi

Venereal sarcoma pada anjing pertama kali ditemukan oleh Novinsky

pada tahun 1876 yang menjelaskan bahwa tumor dapat di transplantasikan di host yang memungkinkan ke yang lain dengan inokulasi dari sel-sel tumor. Beberapa ahli menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus, akan tetapi tumor tidak secara konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas. Pada anjing venereal sarcoma dapat terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa kelamin saat koitus (Berata

et al., 2011). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya dengan transplantasi sel

tumor yang layak dan bukan oleh virus yang mengubah sel-sel yang rentan. Partikel virus onkogenik belum pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan mikroskop elektron (Moulton, 1990).

Beberapa peneliti juga menemukan adanya partikel menyerupai virus pada beberapa sel tumor venereal sarcoma menggunakan mikroskop elektron. Adams

et al. (1968) menemukan adanya partikel virus tipe C dan transmisi dengan filtrate

sel bebas yang berhubungan dengan tumor ini.

Menurut Berata et al. (2011) venereal sarcoma pada anjing ditularkan pada saat koitus. Selain melalui koitus, neoplasma ini juga dapat dipindahkan dengan cara jilatan.

(9)

4

2.3 Tanda Klinis

Tanda klinis dari venereal sarcoma ialah adanya bentukan seperti

cauliflower berwarna kemerahan yang biasanya terlihat pada daerah genital.

Secara makroskopis, bentuknya beragam, ada yang kecil maupun besar (5µm-10cm), lunak maupun keras, abu-abu hingga kemerahan, bentuk nodular maupun papilari di penis ataupun lapisan permukaan preputium pada anjing jantan. Dapat juga terjadi pada gland penis, kadang pada bagian dalam penis bahkan skrotum dan daerah perineal (Aiello, 2002). Penampakan tumor pada anjing betina biasanya terdapat pada vestibula atau caudal vagina, melintang sampai ke vulva. Harus diwaspadai adanya cairan hemoragi pada daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia permanen. Cairan ini bisa memancing pejantan dan keadaan seperti ini pada anjing betina sering dikelirukan dengan estrus (Martins et al., 2005). Tanda klinis yang tampak merupakan benjolan dan tetesan darah pada vestibula, jika dilakukan palpasi maka akan terasa pertumbuhan yang tidak teratur (lobuler) seperti buah anggur atau bunga kol (Mayer et al., 1959).

2.4 Diagnosa

Menurut Sudisma et al. (2006), untuk menentukan diferensial diagnosis suatu tumor dapat dilakukan dengan anamnesa yang baik, inspeksi, palpasi, biopsi, tanda klinis dan diikuti dengan pemeriksaan mikroskopis jaringan tumor. Anamnesa dari pemilik diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh kesehatan anjing, awal timbulnya gejala, dan kemungkinan insiden yang mungkin telah mendahului kondisi ini. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mencari lokasi tumor, dan dilakukan palpasi untuk mengetahui batas, ukuran, konsistensi, dan terasa nyeri atau tidak.

Pada kasus venereal sarcoma, tanda klinis bervariasi tergantung lokasi tumor. Secara makroskopis, tumor pada anjing betina terlihat sama seperti pada anjing jantan dan kejadiannya dapat terlokalisir pada daerah vestibulum, atau kaudal vagina, menyebar sampai vulva sehingga sering menyebabkan deformitas pada daerah region perineal. Anjing dengan lokasi tumor pada daerah genitalnya akan terlihat keluarnya cairan bercampur darah dari alat kelaminnya. Cairan

(10)

5

tersebut akan sering dikelirukan dengan kejadian urethritis, cystitis, atau prostitis (Rogers, 1997).

Menurut Aiello et al. (2000) tumor ini juga dapat ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina, sering pula menyebar ke vestibula hingga labia. Ukurannya bervariasi dari nodular kecil hingga menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga di antara labia. Kelamin sering mengalami perubahan yang regresif hingga mudah berdarah serta keluar leleran serous ataupun leleran purulen dari vagina.

Metastasis ditemukan pada jaringan subkutan, limponodus, mata, tonsil, hati, limfa, dan mukosa mulut. Secara patologi anatomi venereal sarcoma hampir selalu tampak seperti bunga kol, atau peduncle, noduler, papiler atau multilobuler, berukuran ± 5 mm, superfisial biasanya bernanah dan mengalami peradangan. Secara histopatologi venereal sarcoma terletak pada lapisan dalam stroma. Serat-serat retikuler mengandung kelompok sel tumor. Venereal sarcoma terdiri atas limfoblast yang besar dengan sel tumor berbentuk bulat, polihedral, dan bersifat

uniform. Inti besar dan bundar dengan inti yang hiperkromatis dan banyak

gambaran mitosis. Ada 6-8 bentuk mitosis dalam satu daerah pandang dengan perbesaran besar. Sitoplasma sel berwarna merah jambu pucat dengan sedikit granula. Venereal sarcoma cukup mengandung vaskularisasi dan mengandung sedikit limfosit, makrofag, eosinofil, dan sel mast (Berata et al., 2011).

2.5 Prognosis

Kasus tumor yang masih berada pada tahap awal atau terutama kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa metastasis, keberhasilan penyembuhan dengan tindakan pembedahan yang dilanjutkan kemoterapi dengan

vincristine bisa mencapai 100%. Namun, apabila kasusnya sudah lebih lama serta

telah terjadi metastasis, terapi yang dibutuhkan akan lebih lama dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping kemoterapi juga harus diperhitungkan (Marcos et al., 2006).

Prognosis untuk penanganan venereal sarcoma jika tindakan yang dilakukan hanya operasi pengangkatan tumor, tanpa pemberian kemoterapi

(11)

6

menggunakan vincristine kemungkinan untuk kambuh cukup tinggi (Nak et al., 2005).

2.6 Terapi

Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti venereal sarcoma dapat dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006). Penanganan dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai dengan kemoterapi.

Pengobatan venereal sarcoma yang paling efektif ialah dengan kemoterapi setelah dilakukan pengangkatan massa tumor pada jaringan. Pada studi sebelumnya, menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik.

Vincristine diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 dari area tubuh atau 0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali (Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi. Vincristine ialah ekstrak dari tanaman Vinca Rosea yang merupakan racun microtubule.

(12)

7

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi 3.1.1 Hewan

Hewan kasus yang digunakan yaitu anjing lokal berumur 3 tahun, jantan, berwarna coklat putih dengan berat badan 8 kg. Hewan memiliki nafsu makan yang bagus. Tanda klinis yang ditemukan adalah adanya bentukan menyerupai bunga kol (cauliflower) berwarna merah dan keluar tetesan darah. Sulit untuk dipalpasi karena hewan merasa kesakitan.

3.1.2 Alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah skalpel, allice forcep, artery clamp, towel clamp, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset sirurgis, pinset anatomis, needle holder, jarum ujung segitiga, forcep tampon dan iv catheter, infus set, spuit 3 ml.

3.1.3 Bahan

Bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, plester, alkohol 70%,

ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadine), benang non-absorable

(silk), benang absorbable (chromic catgut), gloves, dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropin sulfat, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamin dan xilazin, vitamin K, antibiotik penisilin

streptomisin, amoxan, asam mefenamat, enbatic serbuk, epineprin dan kemoterapi

dengan vincristine.

3.2 Metode 3.2.1 Preoperasi

a. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

(13)

8

 Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar daerah operasi menjadi steril

c. Persiapan hewan kasus : 1. Pemeriksaan hewan

Persiapan hewan, hewan yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan meliputi signalemen, anamnesa, dan status present.

Diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropin sulfat sebanyak 1 ml secara subkutan (dosis terlampir);

 Setelah 10 menit, kemudian dianestesi menggunakan kombinasi xilazin dan ketamin dengan jumlah pemberian masing-masing 1 ml xilazin dan 1 ml ketamin secara intra muscular (dosis terlampir);

Setelah teranestesi, hewan kasus ditempatkan pada posisi dorsal

recumbency;

 Kemudian daerah operasi dicukur dan dibersihkan dengan alkohol dan iodine. Selanjutnya dipasangi kain drap.

 Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan

endotraceal tube (ETT) dan dilakukan pemasangan intravena kateter untuk

infus lactat ringer;

 Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik. 2. Persiapan perlengkapan operator dan asisten

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah masker, penutup kepala, dan sarung tangan serta menggunakan pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut sebelumnya telah disterilisasi.

3.2.2 Operasi

Insisi daerah median ventral preputium hingga tembus ke penis, bagian preputium dikuakkan dengan menggunakan allice forcep, kemudian dicari massa tumornya, dieksisi, diangkat massa tumor yang menempel. Kemudian dilakukan juga proses tamponisasi yang telah berisis epinefrin guna menghentikan

(14)

9

perdarahan. Selanjutnya luka bekas insisi dibersihkan dengan NaCl fisiologis kemudian subkutan dijahit continuous interrupted menggunakan benang chromic

catgut, kulit dijahit simple interrupted menggunakan benang silk. Luka ditetesi

iodium kemudian dibubuhkan enbatik serbuk, ditutup dengan kassa steril dan hypafix.

3.2.3 Pascaoperasi

Setelah tindakan operasi pengangkatan massa tumor selesai dilakukan, pasien diberikan antibiotik penisilin streptomisin secara intramuskuler sebanyak 0,8 ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Kemudian dilakukan kemoterapi dengan menyuntikkan vincristine 0,2 ml secara intravena dengan interval satu minggu. Hal ini dilakukan mengingat venereal sarcoma pada anjing kasus sudah pernah kambuh, dan setelah kemoterapi yang kedua massa tumor sudah tidak muncul kembali. Pemberian antibiotik amoxan syrup 125 mg dengan pemberian 3 kali sehari 11/2 sendok teh selama lima hari. Antibiotik diberikan

untuk mencegah infeksi bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian 2 kali sehari 1/2 tablet secara per-oral selama lima hari (perhitungan

dosis terlampir). Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik yang juga memiliki efek anti-inflamasi. Selain dilakukan treatmen dengan pemberian obat, dilakukan juga treatment lainnya. Adapun treatmen yang dilakukan adalah dengan mengurangi gerak, menjaga kebersihan daerah tempat tidurnya, pemasangan

Elizabeth collar, dan perlindungan terhadap luka jahitan dengan pemberian enbatic salep.

(15)

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Penanganan kasus venereal sarcoma adalah dengan cara pengangkatan atau eksisi. Setelah dilakukan pembedahan, tumor yang telah diangkat dimasukkan ke dalam larutan neutral buffer formalin 10% dan dikirim ke Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar untuk pembuatan preparat histopatologi (pemeriksaan penunjang). Hasil pengamatan preparat histopatologi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemeriksaan Histopatologi

Sampel Pemeriksaan Histopatologi Diagnosa

Tumor Sel-sel tumor berasal dari sel-sel limfoblas, bentuknya homogen, polihedral, beberapa sel mengalami mitosis.

Venereal sarcoma (Terlampir).

Disamping itu dilakukan pengamatan mulai hari pertama pasca operasi hingga hari ke tujuh. Kemoterapi menggunakan vincristine dilakukan pada hari ke tujuh. Hasil pengamatan dari hari pertama hingga hari ke tujuh pasca operasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dari Hari Pertama Hingga Hari ketujuh Pascaoperasi.

Pengamatan pasca operasi (Hari)

Keadaan anjing Terapi

1-3 Nafsu makan baik, aktif, menggunakan collar, tidak ada perdarahan, terjadi peradangan (kemerahan, bengkak) disekitar daerah insisi.

Asam mefenamat (2x1/2) dan

amoxan sirup (3x11/2 cth).

(Dosis terlampir).

4 Nafsu makan baik, aktif, menggunakan collar, tidak

ada perdarahan,

peradangan disekitar

Asam mefenamat (2x1/2) dan

amoxan sirup (3x11/2 cth).

(16)

11

daerah insisi mulai berkurang.

5 Nafsu makan baik, aktif, menggunakan collar, luka mengering, peradangan hilang

Asam mefenamat (2x1/2) dan

amoxan sirup (3x11/2 cth).

(Dosis terlampir).

6 Nafsu makan baik, aktif, menggunakan collar.

Asam mefenamat (2x1/2) dan

amoxan sirup (3x11/2 cth).

(Dosis terlampir). 7 Nafsu makan baik, aktif,

collar dilepas.

Injeksi vincristine intravena. (Dosis terlampir).

14 Nafsu makan baik, aktif. Injeksi vincristine intravens (Dosis terlampir).

4.2 Pembahasan

Hewan yang digunakan dalam kasus ini adalah anjing lokal berumur ± 3 tahun, berjenis kelamin jantan dengan berat badan 8 kg. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemilik, anjing memiliki nafsu makan yang baik, aktif, kadang-kadang teramati adanya tetesan darah dari penis yang terjadi selama ± 6 minggu, sering menjilat dan menggigit daerah sekitar penis dan pemeliharaannya dilepaskan. Cara pemeliharaan anjing yang dilepas menyebabkan terjadinya aktivitas seksual yang tidak terkontrol sehingga dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya venereal sarcoma. Menurut Marcos (2006), aktivitas seksual yang tidak terkontrol menjadi salah satu alasan tingginya insiden veneral sarcoma. Di samping itu, umur juga berkaitan dengan penyakit ini dimana venereal sarcoma umumnya terjadi pada usia 2-5 tahun. Tanda klinis yang ditemukan adalah adanya pertumbuhan sel abnormal menyerupai bunga kol berwarna merah pada preputium dan keluar tetesan darah dari penis. Menurut Aiello (2000), tanda klinis yang teramati dari venereal sarcoma adalah adanya bentukan seperti bunga kol, kemerahan dan biasanya terdapat pada daerah genital. Secara makroskopis, bentuknya beragam, ada yang kecil maupun besar (5µm-10cm), lunak maupun keras, abu-abu hingga kemerahan.

(17)

12

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, tanda klinis yang diamati dan pemeriksaan hasil laboratorium maka anjing tersebut didiagnosa mengalami

venereal sarcoma.

Menurut Sudisma et al. (2006), penanganan tumor dimanapun letaknya adalah dengan melakukan eksisi (pengangkatan) secara total. Oleh karena itu pada tanggal 15 April 2016 dilakukan pengangkatan tumor venereal sarcoma. Setelah dilakukan pengangkatan, dilakukan pengamatan terhadap kondisi anjing dari hari pertama hingga hari ketujuh pascaoperasi.

Sejak hari pertama pascaoperasi nafsu makan anjing baik, tidak terdapat perdarahan, anjing aktif namun terjadi peradangan disekitar daerah operasi. Kondisi yang sama terjadi hingga hari ketiga. Pada hari keempat peradangan yang terjadi mulai berkurang dan pada hari kelima peradangan hilang dan luka mulai mengering.

Pada hari kelima pemberian terapi amoxicillin dan asam mefenamat dihentikan. Pada hari ke 7 dilakukan kemoterapi menggunakan vincristine sebanyak 0,2 ml secara intravena. Beberapa penelitian menunjukkan pengobatan dengan vincristine sangat baik hasilnya. Vincristine diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 dari area tubuh atau 0,025 mg/kgBB secara intravena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali tergantung derajat keparahan dari infeksi (Marcos et al., 2006).

Kesembuhan pada luka merupakan suatu faktor kompleks yang meliputi peradangan, terutama mekanisme perbaikan jaringan. Di dalam proses perbaikan jaringan, epitel, endotel sel-sel radang, platelet, dan fibroblast bersama-sama berperan dalam interaksi proses perbaikan jaringan dalam usaha membentuk jaringan normal kembali. Proses dari perbaikan atau kesembuhan akan bervariasi tergantung dari jenis jaringan itu sendiri. Namun secara umum, akan melibatkan berbagai elemen yang secara kontinyu dan terintegrasi membentuk jaringan baru. Secara deskriptif berdasarkan waktu proses perbaikan ada 3 fase yang terjadi pada kesembuhan, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi. Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai

(18)

13

adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local

sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator,

seperti: histamin, serotonin dan sitokin. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4. Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic

acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun

(rekonstruksi) jaringan baru. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet. Fase selanjutnya adalah fase maturasi. Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah

(19)

14

perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan grunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal (Berata et al., 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan terdiri dari faktor lokal, faktor tubuh hewan itu sendiri dan lingkungannya. Faktor lokal terdiri dari keadaan vaskularisasi jaringan, jenis, jumlah dan virulensi bakteri serta lamanya infeksi oleh bakteri tersebut, ada tidaknya benda asing di tempat tersebut. Faktor umum adalah pemakaian obat-obat tertentu yang menghambat koagulasi protein, atau hewan yang selalu gelisah. Usia hewan yang tua, gizi buruk, dan faktor kekebalan yang tidak memadai akan memperlambat resolusi radang (Ibrahim, 2000).

(20)

15

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Simpulan yang diambil dari penulisan laporan ini adalah:

1. Berdasarkan hasil anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, tanda klinis yang teramati dan didukung oleh hasil pemeriksaan penunjang (histopatologi) maka anjing yang digunakan sebagai bedah kasus didiagnosa menderita

venereal sarcoma.

2. Penanganan yang diberikan terhadap venereal sarcoma adalah pengangkatan tumor dan kemoterapi menggunakan vincristine.

3. Kesembuhan dari kasus venereal sarcoma pada laporan ini terjadi setelah 2 minggu.

5.2 Saran

1. Hewan kasus dikandangkan atau diikat (dirantai) untuk mencegah terjadinya perkawinan yang tidak terkontrol.

(21)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adams, E.W., Carter, L.P., and Sapp, W.J. 1968. Growth and Maintance of the Canine Venereal Tumour in Continous Culture. Cancer Research. 28:753-757.

Aiello, S.E. 2000. The Merck Veterinary Manual. 8th ed. Whitehouse station. United States of America.

Berata, I.K., Winaya, I.B.O., Mirah, A.A.A., Adnyana, I.B.W. 2011. Patologi Veteriner Umum. Swasta Nulus. Denpasar

Gunanti, S., Priosoeryanto, B.P., Wientarsih, I., Sumarny, R. 2009. Pengobatan Penyakit Tumor Mammae Melalui Operasi (Masektomi dan Ovariohisterektomi) dan Kombinasinya (Tanaman Herbal) pada Hewan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 14: 6-14.

Ibrahim, R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.

Sudisma, I.G.N., I.G.A.G. Putra Pemayun, A.A.G. Jaya Wardhita, I.W. Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar. Martins, M.I.M., F.F.D. Souza and C. Gubelo. 2005. Canine Transmissible

Venereal Tumor. Etiology, Pathology, Diagnosis and Treatment.

International Veterinary Information Service, Ithaca N Y. Available on: http://www.ivis.org.

Marcos, R., Santos, M., Marrinhas, C., and Rocha, E. 2006. Cutaneous

Transmissible Venereal Tumor without Genital Involvement in a

Prepubertal Female dog. Vet Clin Pathol. 35(1): 106-9.

Mayer, K., J.V. Lacroix and H.P. Hoskins. 1959. Canine Surgery 4th ed.,

American Veterinary Publications, Inc.

Moulton, J.E. 1978. Tumor of genital systems. In: Moulton JE, ed. Tumors in domestic animals. 2.ed. California: University of California; 326-330. Nak, D., Nak, Y., Cangul, I.T., and Tuna, B. 2005. A Clinico-pathological Study

on the Effect of Vincristine on Transmissible Venereal Tumour in Dogs. Journal of Veterinary Medicine Series A 52 (7)366–370.

Papazoglou, L. G. Koutinas, A. F., Plevraki, A. G., Tontis, D. 2001. Journal of Veterinary Medicine. Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumour in the Dog: A Retrospective Study of Six Spontaneous Cases. Series A 48 (7)391–400.

(22)

17

Park, M.S., Kim. Y, Kang. M.S, Oh. S.Y, Cho. D.Y, Shin. N.S, Kim. D.Y. 2006. Disseminated Transmisible Venereal Tumor in a Dog. J. Vet Diagn Invest. 18:130-133.

Rogers, K.S. 1997. Transmissible venereal tumor. Compend Contin Educ.Pract Vet 1997; 19: 1036-1045.

Spector, W. D. and T. D. Spector. 1993. Pengantar Patologi Umum (An

Introduction to General Pathology) Edisi ketiga. Penerjemah Soetjipto,

Harsono, Amelia Hana dan Pudji Astuti. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta.

(23)

18

(24)

19

LAMPIRAN DOSIS OBAT

1. Atropin sulfat

Sediaan = 0,25 mg/ml

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan Jumlah pemberian= 8 kg x (0,02 - 0,04) mg/kgBB 0,25 mg/ml = 0.64 – 1,28 ml = 1 ml 2. Xilazin Sediaan = 20 mg/ml

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan Jumlah pemberian= 8 kg x (1 - 3) mg/kgBB 20 mg/ml = 0,4 – 1,2 ml = 1 ml 3. Ketamin Sediaan = 100 mg/ml

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan Jumlah pemberian= 8 kg x (10 - 15) mg/kgBB 100 mg/ml = 0,8 – 1,2 ml = 1 ml 4. Amoxan Sirup Sediaan 125 mg/ml

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan

Jumlah pemberian= 8 kg x (40 - 80) mg/kgBB 125 mg/5ml = 12,8 – 25,6 ml Jumlah yang diberikan = 24 ml/hari

(25)

20 R/ Amoxan syr btl No. 1

S 3 dd cth 11/2 #

5. Asam mefenamat tablet Sediaan = 250 mg/tab

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan

Jumlah pemberian= 8 kg x (20 - 30) mg/kgBB 250 mg/tab = 0,64 – 0,96 tablet/hari Jumlah yang diberikan = 1 tablet/hari R/ Asam mefenamat tab 250 mg No. VI S 2 dd tab ½

# 6. Vincristine

Sediaan = 1 mg/ml

Jumlah pemberian = berat badan x dosis anjuran Sediaan

Jumlah pemberian= 8 kg x (0,025) mg/kgBB 1 mg/tab

= 0,2 ml Jumlah yang diberikan = 0,2 ml

Referensi

Dokumen terkait