• Tidak ada hasil yang ditemukan

D BIND 1102606 Chapter 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D BIND 1102606 Chapter 5"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Salah satu masalah utama penelitian ini yaitu masih sulitnya mahasiswa

menentukan BD dan morfem {R} sebagai unsur KUBI. Dari penelusuran terhadap literatur yang ada, ternyata belum ada pedoman yang bisa dijadikan pegangan untuk memilah dan menetapkan BD dan morfem {R} dengan tegas. Memang Ramlan (2009), misalnya, telah menetapkan dua prinsip untuk menentukan BD KUBI, namun hal itu belum bisa diaplikasikan untuk memilah dan menetapkan unsur-unsur KUBI dengan jelas. Penyebab utamanya yakni morfem {R} sebagai salah satu unsur KUBI memiliki struktur yang sama atau mirip dengan seluruh atau separuh BD, sementara itu maknanya jauh berbeda. Untuk itulah, peneliti menyodorkan sebuah usulan kajian RMBI berancangan BDdMP sebagai salah satu solusi. Dengan menentapkan tujuan penelitian yaitu menghasilkan deskripsi: (1) pemilahan BD dan morfem {R} sebagai unsur KUBI, (2) pola struktur KUBI, (3) klasi-fikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R}, posisi morfem {R}, dan fungsi morfem {R}, (4) fungsi morfem {R}, (5) makna morfem {R}, (6) satuan-satuan lain yang mirip KUBI, (7) ciri-ciri dan definisi KUBI, serta (8) model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP, maka melalui serangkaian penelitian selanjutnya mengasilkan simpulan, gambaran impliksi, dan beberapa rekomendasi yang dipaparkan berikut ini.

A. Simpulan

Dari rangkaian penelitian kajian RMBI berancangan BDdMP serta pemanfaatannnya sebagai usulan model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP, berikut ini simpulannya.

Pertama, kajian RMBI berancangan BDdMP “melahirkan” temuan rumus

XY = XZ untuk memilah unsur-unsur KUBI yakni menentukan BD dan morfem {R}. Dengan pemaknaan: X = BD, Y = morfem {R}, dan Z = makna gramatikal. Aplikasi rumus tersebut merupakan langkah awal untuk memilah unsur-unsur KUBI yakni menetapkan BD dan morfem {R}. Aplikasi rumus itu ternyata

(2)

menghasilkan temuanlain bahwa makna gramatikal berdistribusi dengan salah satu unsur KUBI yang ternyata unsur tersebut merupakan morfem {R}. Morfem {R} sendiri dihasilkan dari RMBI. Pilahan pertama dengan menggunakan rumus di atas yakni menghasilkan morfem {R}, maka sisanya dapat ditetapkan BD-nya. Aplikasi rumus ini merupakan langkah awal kajian RMBI berancangan BDdMP.

Posisi temuan rumus XY = XZ ternyata melanjutkan hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, penggunaan rumus tersebut (yang mengaitkan telaah makna dan struktur) untuk menentukan unsur-unsur KUBI belum pernah dilakukan peneliti dan pengkaji terdahulu. Enam dari tujuh pakar yang dijadikan pembanding penelitian ini tidak membuat rumus atau pedoman untuk menetapkan unsur-unsur KUBI. Hanya seorang yaitu Ramlan (2009) telah menetapkan dua “petunjuk” dalam menentukan BD KUBI. Namun, rumus yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dari petunjuk menentukan BD KUBI versi Ramlan (2009). Jika Ramlan (2009) menetapkan prinsip untuk menemukan berdasarkan struktur (kategori kata), maka rumus yang ditawarkan untuk menentukan unsur-unsur KUBI dalam penelitian ini melibatkan kaitan antara struktur dan makna

(gramatikal).

Kedua, dengan mengkaji RMBI berancangan BDdMP maka ditemukan pula

pola struktur KUBI dengan melihat posisi BD dan morfem {R} dalam KUBI.

Untuk memudahkan klasifikasi pola struktur KUBI, maka hal yang diperhatikan yaitu ketegori KUBI itu sendiri, selanjutnya melihat kategori BD KUBI dan posisi morfem {R}. BD KUBI dilambangkan X dan morfem {R} dilambangkan Y. Ternyata terdapat lima pola utama struktur KUBI yaitu: Pola 1: XY, Pola 2: YX, Pola 3: XYX, Pola 4: YXY, dan Pola 5: YXYX. Pola 1: XY yakni morfem {R} berada di belakng BD yang dibedakan atas tujuh macam yaitu: (1) XY1: KUBI V

X Vtunggal + Yse-luruh utuh, (2) XY2: KUBI V X Vtunggal + Yseluruh berubah bunyi, (3) XY3: KUBI V X VmeN- +Yseparuh,

(4) XY4: KUBI V X Vber- +Yseparuh, (5) XY5: KUBI V X Vter- +Yseparuh, (6) XY6: KUBI V X Vdi- +

Yseparuh, dan (7) XY7: KUBI Adj. X Adj. se +Yseparuh. Pola 2 : YX yakni morfem {R} berada

di depan BD yang dibedakan lagi atas 25 (dua puluh lima) macam yaitu: (1) YX1:

KUBI N Yseluruh utuh +X Ntunggal , (2) YX2: KUBI N Ydua fonem awal berubah bunyi + X Ntunggal, (3) YX3: KUBI N Ydua

fonem awal berubah bunyi + X N -an , (4) YX4: KUBI N Yseluruh utuh + X Ntunggal berubah bunyi, (5) YX5: KUBI N Yseluruh utuh +

(3)

Yseluruh utuh + X Npe-, (9) YX9: KUBI N Yseluruh utuh + X Nke-, (10) YX10: KUBI N Yseluruh utuh + X Npe-an , (11) YX11: KUBI N Yseluruh utuh + X NpeN-an,, (12) YX12: KUBI N Yseluruh utuh + X Nper-an, (13) YX13: KUBI N

Yseluruh utuh + X Nke-an , (14) YX14: KUBI Adj. Yseluruh utuh + X Adj. tunggal, (15) YX15: KUBI Adj. Yseluruh utuh + X

Adj. tunggal berubah fonem, (16) YX16: KUBI Num. Yseluruh utuh + X Num. tunggal, (17) YX17: KUBI Num. Yseluruh utuh

+ X Num. se-, (18) YX18: KUBI Adj. Yseluruh berkombinasi ber-+ X Ntunggal, (19) YX19: KUBI N Yseparuh + X VmeN-,

(20) YX20: KUBI V Yseluruh utuh + X VmeN-, (21) YX21: KUBI N Yseluruh utuh + X Ab-reviasi. tunggal, (22)

YX22: KUBI N Yseparuh + X N majemuk, (23) YX23: KUBI N Yseluruh utuh + X N mejemuk, (24) YX24: KUBI N

Yseparuh + X Frasa, dan (25) YX25: KUBI N Yseluruh utuh + X Frasa. Pola 3: XYX yakni morfem {R} diapit oleh BD yang dibedakan atas tiga macam yaitu: (1) XYX1: KUBI V X VmeN-

kan +Yseparuh, (2) XYX2: KUBI V X Vdi-kan +Yseparuh, dan (3) XYX3: KUBI V X Vber-an +Yseparuh. Pola 4:

YXY yakni morfem {R} mengapit BD yang dibedakan atas sembilan macam yaitu: (1) YXY1: KUBI N Yseluruh + -an + X Ntunggal , (2) YXY2: KUBI N Ydua fonem awal + -an + X Ntunggal,, (3)

YXY3: KUBI Adj. Yseluruh + ke-an + X Ntunggal, , (4) YXY4: KUBI Adj. Yseluruh + ke-an + X N. abreviasi , (5) YXY5:

KUBI Adj. Yseluruh + -an + X Adj. tunggal, (6) YXY6: KUBI Adj. Yseluruh + -ke-an + X Adj. tunggal, (7) YXY7: KUBI

Adj. Yseluruh + se-nya + X Adj. tunggal, (8) YXY8: KUBI Num. Yseluruh + -nya + X Num. tunggal, dan (9) YXY9: KUBI

Num. Yseluruh + ke-nya + X Num. tunggal. Pola 5: YXYX yakni morfem {R} berada di depan dan

di tengah BD yang hanya terdapat satu pola yaitu YXYX: KUBI N Yseluruh +-em- + Ntunggal.. Saat mengkaji pola struktur KUBI, terdapat temuan lain yang cukup menarik yang ada kaitannya dengan klasifikasi pola struktur KUBI ini. Temuan yang

(4)

V, (3) KUBI Adv., (4) KUBI Adj., dan (5) KUBI Num. Temuan lain berikutnya

tentang wujud BD KUBI yaitu selalu satuan yang bermakna leksikal. Satuan-satuan itu berupa (1) morfem bebas atau kata bermorfem tunggal, (2) kata berafiks, (3) kata majemuk, (4) kata hasil abreviasi, dan (5) frasa. Temuan ini memperkuat temuan sebelumnya saat mengkaji aplikasi system kajian RMBI berancangan BD. Temuan lainnya masih berkaitan dengan BD yakni kategori BD dari KUBI yaitu: (1) N, (2) V, (3) Adj., (4) Adv., dan (5) Num.

Temuan pola struktur KUBI ini melanjutkan hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya merupakan temuan baru yang belum diungkap oleh peneliti dan pengkaji terdahulu. Simatupang (1979) memang mengungkap tipe-tipe R hanya terbatas pada cara mengulang BD, namun tidak mengkaji pola struktur KUBI.

Ketiga, di dalam menglasifikasi KUBI digunakan tiga sudut tinjau yaitu

berdasarkan wujud morfem {R}, berdasarkan posisi morfem {R}, dan berdasarkan fungsi morfem {R}. Klasifikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R} pada dasarnya merupakan klasifikasi berdasarkan peristiwa pengulangannya

atau RMBI. Berdasarkan wujud morfem {R}, secara garis besar RMBI yang terjadi dilakukan dengan dua cara yaitu RM terhadap seluruh BD dan separuh BD sehingga menghasilkan KUBI yang morfem {R}-nya berwujud seluruh BD dan

(5)

Temuan penelitian klasifikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R} ternyata mengoreksi hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya temuan seperti ini sebenarnya telah dibahas oleh peneliti dan pengkaji terdahulu, namun terdapat perbedaan antara temuan ini dengan hasil penelitian dan kajian terdahulu. Temuan klasifikasi KUBI berdasarkan posisi morfem {R} ternyata melanjutkan hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, temuan ini belum diungkap dalam penelitian dan kajian terdahulu. Temuan klasifikasi KUBI berdasarkan fungsi morfem {R} ternyata menguatkan hasil penelitian terdahulu, terutama yang diungkap oleh Simatupang (1979).

Keempat, salah satu dampak RM yakni berkaitan dengan perubahan

kategori atau jenis kata BD-nya. KUBI yang kategorinya sama dengan BD menunjukkan keberadaan morfem {R} tidak berfungsi, dan sebaliknya KUBI yang berbeda kategori dari BD-nya menunjukkan bahwa keberadaan morfem {R} pada KUBI tersebut berfungsi. Temuan penelitian menunjukkan morfem {R} yang tidak berfungsi terdapat pada: 1) KUBI N dengan BD N, 2) KUBI V dengan BD V, 3) KUBI Adj. dengan BD Adj., dan 4) KUBI Num. dengan BD

Num. Sebaliknya, morfem {R} yang berfungsi terdapat pada: 1) KUBI Adj. dengan BD N, 2) KUBI N dengan BD V, 3) KUBI Adv. dengan BD Adj., 4) KUBI V dengan BD Adj., dan 5) KUBI Num. dengan BD N.

Temuan adanya morfem {R} yang berfungsi dan tidak berfungsi ini

melengkapi hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, temuan ini “menguatkan” serta menambah hasil penelitian dan kajian terdahulu, khususnya yang dila-kukan Simatupang (1979) dan Ramlan (2009).

Kelima, salah satu dampak RM yakni berkaitan dengan perubahan makna.

RM memunculkan makna gramatikal. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa makna gramatikal itu berdistribusi dengan salah satu unsur KUBI. Ternyata unsur KUBI yang dimaksud yaitu morfem {R} yakni unsur yang “muncul” sebagai akibat dari RM. Untuk itulah, istilah yang digunakan dalam penelitian ini yakni makna morfem {R}.

(6)

KUBI N yaitu: (1) „banyak‟ X, „semua‟ X, atau „sebagian besar‟ X, (2) „bermacam-macam‟ X atau „berjenis-jenis‟ X, (3) (permainan atau mainan) menyerupai X, dan (4) „prihal‟ atau „berkaitan dengan‟ X. Makna morfem {R} pada KUBI V yaitu: (1) X „berulang-ulang‟, X ‘terus-menerus‟, atau X ‘ berkali-kali‟, (2) „saling‟ X; (3) X „demi kesenangan‟ atau X „seenaknya‟, dan (4) „bertindak‟ atau „berbuat agar menjadi‟ X. Makna morfem {R} pada KUBI Num. yaitu: (1) „masing-masing‟ X, (2) „semua dari‟ X, dan (3) „beberapa‟ X. Makna morfem {R} pada KUBI Adj. yaitu: (1) „semuanya‟ X atau „sebagian besar‟ X, (2) „seperti (orang/anak)‟ X atau „mirip dengan (orang/anak) X, (3) „agak‟ X. Makna morfem {R} pada KUBI Adv. yaitu: (1) „walaupun/meskipun‟ X, (2) „secara‟ X, ‘yang‟ X, „dengan‟ X; (3) „yang paling‟ X, (4) „paling‟ X atau „tidak lebih X dari‟, (5) „apa pun‟ X atau „siapa pun‟ X, (6) „secara‟ X atau „dalam skala‟ X, (7) „sampai‟ X, ‘hingga‟ X, „seolah akan‟ X, (8) „semakin‟ X, dan (9) „memang‟ X.

Temuan makna gramatikal dalam penelitian ini melengkapi penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, makna gramatikal telah menjadi kajian peneliti dan pengkaji terdahulu, namun temuan tentang makna BD (dilambangkan X) tidak berubah saat menjadi unsur KUBI belum disinggung oleh peneliti dan pengkaji terdahulu. Oleh karena itu temuan ini dikategorikan sebagai temuan besifat

melengkapi penelitian dan pengkajian terdahulu.

Keenam,temuan lainnya dari penelitian ini yakni adanya satuan-satuan yang

secera struktur tampak seperti KUBI, namun setelah dikaji ternyata bukan KUBI. Karena itulah dalam penelitian ini disebut satuan-satuan yang mirip KUBI. Terdapat tiga kategori temuan tentang satuan-satuan yang mirip KUBI. Kategori pertama yaitu mengoreksi yakni temuan tentang: morfem berulang tipe 1:

tetangga, kata majemuk (seperti: mata-mata). Kategori kedua yaitu melanjutkan

yakni temuan tentang: morfemberulang tipe 4: terbahak-bahak, morfem berulang tipe 5: blak-blakan dan bulan-bulanan, kata berafiks (seperti: berpura-pura). Kategori ketiga yaitu menguatkan yakni temuan tentang: morfem berulang tipe 1:

aba-aba, morfem berulang tipe 2: kocar-kacir, morfem berulang tipe 6:

dag-dig-dug, dan ulangan kata (seperti: syukur-syukur).

Ketujuh, temuan penelitian lainnya yaitu berkaitan dengan ciri-ciri KUBI

(7)

(1) setiap KUBI terdiri atas dua unsur yakni BD dan morfem {R}, (2) BD KUBI haruslah satuan bebas yakni satuan bermakna leksikal, (3) struktur dan makna leksikal BD KUBI pada umumnya tidak berubah, (4) setiap KUBI memiliki makna gramatikal yang berdistribusi dengan morfem {R}, dan (5) KUBI merupakan hasil proses morfologis yang bersifat tertutup. Temuan ini

melanjutkan temuan penelitian dan pengkajian terdahulu. Temuan ini belum pernah diungkap oleh peneliti dan pengkaji sebelumnya. Sementara temuan definisi KUBI dan RMBI bersifat melengkapi temuan peneliti dan pengkaji sebelumnya, khususnya Ramlan (2009)

Kedelapan, berdasarkan uji kelayakan dari pakar, coba uji terbatas dan

respon pengguna ternyata teori hasil kajian RMBI berancangan BDdMP yang telah dikembangkan menjadi model bahan ajar kajian RMBI berancangan BDdMP bisa dipahami oleh mahasiswa sehingga layak dijadikan subbahan ajar Morfologi Bahasa Indonesia untuk mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia”.

Kesembilan, kajian RMBI berancangan BDdMP juga ternyata memiliki

kelemahan. Kelemahan itu terutama saat mengkaji satuan-satuan setipe

gadis-gadis cantik dan akronim-akronim baru. Satuan itu merupakan satuan yang

ambigu yakni bisa dimasukkan KUBI dan juga frasa. Dengan menggunakan

rumus XY = XZ sebenarnya bisa ditetapkan BD dan morfem {R} dengan mudah. Namun, jika dicermati lebih jauh satuan-satuan tersebut juga memiliki ciri sebagai frasa.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa implikasi hasil penelitian ini bagi pengembangan teori RMBI serta perkuliahan Morfologi Bahasa Indonesia, khususnya pokok bahasan RMBI atau KUBI. Berikut ini beberapa implikasi yang dimaksud.

Pertama, kajian RMBI berancangan BDdMP ini merupakan penelitian

(8)

bertambahnya kajian RMBI Indonesia yang tentu akan memperkaya wawasan pecinta dan pembelajar bahasa Indonesia, terutama mahasiswa yang menggeluti bahasa Indonesia dan pembelajarannya sebagai bidang keahliannya.

Kedua, kajian RMBI berancangan BDdMP menggunakan rumus XY = XZ

pada awalnya sebenarnya mencari makna gramatikal yang ditimbulkan dari RMBI yang ternyata berdistribusi dengan salah satu unsur KUBI yakni morfem {R}. Morfem {R} sendiri merupakan unsur KUBI yang dihasilkan dari RMBI. Selanjutnya penemuan unsur lainnya yaitu BD dari KUBI akan secara otomatis dapat ditentukan. Langkah kerja seperti ini akan berimplikasi memudahkan kajian RMBI selanjutnya, misalnya menentuklan pola struktur KUBI, menentukan kla-sifikasi KUBI, menentukan fungsi dan makan KUBI, mengkaji satuan-satuan lain yang mirip KUBI, serta menentukan ciri dan definisi KUBI.

Ketiga, seperti dikatakan Kridalaksana (1989: xxii) yakni kelaziman dalam

dunia ilmiah tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan dan menutup semua masalah yang ada; yang dituju justru sebaliknya yakni agar hasil penelitian dapat membuka cakrawala lain dalam penyelesaian tatabahasa Indonesia, khususnya

Morfologi Bahasa Indonesia, dan lebih khususnya RMBI. Hal ini bisa berimplikasi pada lahirnya pandangan-pandangan baru untuk mengkaji Morfologi Bahasa Indonesia, khususnya RMBI.

Keempat, kelayakan model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP sebagai

alternatif subbahan ajar Morfologi Bahasa Indonesia tentu berimplikasi pada bertambahnya variasi bahan ajar RMBI. Minimal, model bahan ajar kajian RMBI berancangan BDdMP dapat dijadikan “pembanding” bahan ajar RMBI pada perkuliahan Morfologi Bahasa Indonesia.

Kelima, adanya satuan-satuan yang taksa atau ambigu menunjukkan bahwa

masalah morfologi tidak selamanya bisa dijelaskan dan dituntaskan oleh kajian morfologis semata, namun juga melibatkan disiplin ilmu seperti: semantik, sintaksis, fonologi, dan yang lainnya.

C.Rekomendasi

(9)

Pertama, dalam penelitian ini model kajian berancangan BDdMP diterapkan pada RMBI sehingga menghasilkkan rumus XY = XZ pada dasarnya mengaitkan makna dan struktur. Penulis merekomendasikan untuk mengkaji proses morfologis (yang gramatis) lainnya seperti afiksasi dan komposisi dengan cara yang sama. Tidak mustahil akan menghasilkan rumus lain untuk menetapkan unsur-unsur hasil kedua proses morfologis tersebut yang bisa saja berbeda dengan teori yang telah ada dari keduanya.

Kedua, terdapat perbedaan kajian RMBI yang telah ada dengan RMBI

berancangan BDdMP ini. Tentu proses dan hasil kajiannya memungkinkan ada-nya perbedaan. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan untuk melakukan perbandingan RMBI berancangan BDdMP dengan kajian RMBI yang telah ada.

Ketiga, adanya “kelemahan” kajian RMBI berancangan BDdMP sepereti

telah digambarkan menunjukkan masih adanya celah untuk melakukan penelitian lain. Untuk itu, dengan mencari pendekatan lain kelemahan ini diharapnkan bisa menemukan “solusinya”.

Keempat, kajian RMBI berancangan BDdMP merupakan salah satu

alternatif dari sekian alternatif lainnya untuk menghasilkan teori RMBI. Untuk itu, penulis merekomendasikan untuk mencari model-model kajian RMBI lainnya yang memungkinkan untuk memperkaya teori RMBI, dan morfologi bahasa

Indonesia pada umumnya.

Kelima, walaupun telah dinyatakan layak, model bahan ajar kajian RMBI

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan tersebut adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari empat rasio, yaitu : rasio likuiditas, rasio

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Analisis Proses

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

Mula-mula perubahan konfigurasi sistem hukum modern berlangsung seiring dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa Barat dan pada abad-abad berikutnya juga berlang- sung

Immobilisasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan hasil korosi perunggu yang disebabkan oleh klorida (Sudiono, 1993 : 307). Kelebihan dari

Dalam program ini tujuan utama yang ingin dicapai adalah memanfaatkan sesuatu yang sering kali tidak mempunyai arti dimasyarakat dan terbuang sia – sia yaitu

Larenku Rempah kaya akan manfaat karena terbuat dari perpaduan antara gula aren dengan rempah-rempah plus nigella sativa yang diolah dan diramu oleh ahlinya.. 2.Aman

Biaya merepresentasikan investasi yang penting untuk menangkap nilai atau keuntungan- keuntungan dari proyek-proyek yang diajukan. Unit-unit TI atau bisnis bisa saja