LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB
ANALISA GANGGUAN INTERLINGUAL DAN INTRALINGUAL
DALAM PROYEK PENERJEMAHAN BAHAN AJAR ANAK USIA DINI
Oleh:
Mozes Kurniawan, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB 2015/2016
1. Judul Penelitian : Analisa Gangguan Interlingual dan Intralingual dalam Proyek Penerjemahan Bahan Ajar Anak Usia Dini 2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 2015090
d. Jabatan Struktural : - e. Jabatan Fungsional : -
f. Fakuktas / Prodi : FKIP / PAUD g. Nama Pusat Penelitian: BP3M FKIP UKSW
h. Telepon / Faks : (+62 298) 321212 / (+62 298) 321433 i. No. HP Peneliti : +62 821 3328 4666
j. E-mail : mozes.kurniawan@staff.uksw.edu
3. Total pembiayaan internal yang diajukan : Rp 4.305.000,-
Total pembiayaan eksternal : -
Total : Rp 4.305.000,-
Salatiga, 3 Juni 2016
Ketua Program Studi Peneliti, PAUD FKIP UKSW
Drs. Tritjahjo Danny S., M.Si. Mozes Kurniawan, M.Pd. NIP: 1987054 NIP: 2015090
Mengetahui, Dekan FKIP UKSW
ii
IDENTITAS PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Analisa Gangguan Interlingual dan Intralingual dalam
Proyek Penerjemahan Bahan Ajar Anak Usia Dini
2. Peneliti
a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd.
b. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris, Pengelolaan Pendidikan
3. Tema Penelitian : Pendidikan
4. Topik Penelitian : Gangguan dalam penerjemahan bahan ajar AUD
5. Signifikansi Penelitian : Penerjemahan bukan hal baru dalam pendidikan namun
masih mendatangkan kebingungan bagi para
penerjemah bahan ajar terkhusus mereka yang
berkecimpung dalam pendidikan AUD. Kebingungan
tersebut muncul akibat gangguan interlingual dan
kurangnya pemahaman intralingual calon guru anak.
6. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Satya Wacana
7.
Hasil yang ditargetkan : Peningkatan kemampuan mengalih-bahasakan(menerjemahkan) bahan ajar oleh calon guru anak dalam
hal ini mahasiswa yang berada di lingkungan pendidikan
AUD dengan teknik-teknik yang diperoleh dari hasil
kajian terhadap gangguan interlingual dan intralingual
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan ... i
Identitas Peneliti ... ii
Daftar Isi ... iii
ABSTRAK ... 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 2
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Tinjauan Pustaka ... 3
BAB II RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 9
B. Responden Penelitian ... 9
C. Teknik Pengumpulan Data ... 9
D. Teknik Analisis Data ... 10
E. Rencana Kegiatan Penelitian ... 11
BAB III PEMBIAYAAN A. Rencana Pembiayaan Internal Wajib ... 13
B. Realisasi Dana ... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kegiatan Penelitian ... 15
B. Hasil Penelitian ... 18
BAB V KESIMPULAN ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
Lampiran 1 CV Peneliti
Lampiran 2 Notula & Kehadiran Seminar Proposal
1
ANALISA GANGGUAN INTERLINGUAL DAN INTRALINGUAL
DALAM PROYEK PENERJEMAHAN BAHAN AJAR ANAK USIA DINI
ABSTRAK
Penerjemahan merupakan hal yang penting dalam mempersiapkan children’s literature (bahan ajar berbahasa asing/bahasa Inggris) terutama dalam
pendidikan anak. Ketika seorang calon guru tidak dengan tepat menerjemahkan
bahan ajar, anak-anaklah yang akan menerima dampak dari ketidaktepatan
tersebut seperti kebingungan dalam belajar, tertanamnya nilai sosio-kultural
yang kurang tepat bahkan pengembangan intelektual yang tidak optimal.
Gangguan yang dimaksud yakni interlingual transfer (gangguan antar bahasa
yang digunakan) dan intralingual transfer (gangguan dalam satu bahasa) yang
tercermin dari hasil terjemahan bahan ajar berbahasa Inggris. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yang hendak mencari tahu, menguraikan dan
memaparkan hasil penelitian terkait dengan gangguan interlingual dan
intralingual dalam penerjemahan bahan ajar anak. Responden penelitian ini
adalah mahasiswa yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa Inggris 1,
semester II – 2015/2016 di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerjemahan bukanlah hal baru yang diterapkan pada berbagai bidang dalam
kehidupan guna mempermudah pemahaman terhadap suatu materi bacaan atau
percakapan yang ditulis atau diucapkan dengan menggunakan bahasa asing. Sebelum
abad ke-19, penerjemahan juga sudah diterapkan dalam dunia pendidikan terkuhusus
untuk menerjemahkan kepustakaan pendukung pendidikan (Akbari, 2012).
Kepustakaan yang dimaksud dapat berupa bahan ajar, sumber pendukung pendidikan,
kisah/cerita yang dapat digunakan untuk memperkaya topik pembelajaran dan berbagai
kepustakaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan.
Terlebih, di era global ini, berbagai sumber kepustakaan pendukung pendidikan
dari berbagai negara dengan berbagai macam bahasa tersedia dan dapat diakses secara
mudah dan cepat (Sas, 2010). Para pendidik dapat dengan mudah mengunduh
materi-materi yang dapat diadaptasi untuk memperlengkapi materi-materi pembelajaran. Siswa pun
dapat mencari sumber-sumber belajar yang lengkap dan terkini hanya dalam hitungan
detik karena begitu banyak sumber yang tersedia. Materi-materi tersebut secara lengkap
tersaji bagi mereka yang berusia dini hingga mereka yang dewasa. Hanya saja, dalam
jurnalnya, Monireh Akbari (2012) mengungkapkan bahwa setelah abad ke-19, fungsi
kepustakaan terutama children’s literature (bahan ajar anak) mulai melepaskan unsur pendidikan. Hal tersebut nampak dari cara penerjemahan yang mulai tidak
memperhatikan tata cara penerjemahan dan tujuan dari penerjemahan itu sendiri.
Kini, banyak dijumpai berbagai bahan ajar anak berbahasa asing, terkhusus
bahasa Inggris, yang mulai banyak dijadikan sebagai rujukan untuk memperkaya
sumber pembelajaran bagi anak. Dari sumber-sumber tersebut dipastikan bahwa
terdapat berbagai bentuk penerjemahan bahkan sumber-sumber tersebut diterjemahkan
oleh orang-orang yang berbeda dengan keunikan dan kesalahan yang dapat timbul dari
masing-masing orang yang berbeda. Natalija Vid (2008), dalam jurnalnya,
memaparkan bahwa menerjemahkan kepustakaan terkhusus bagi pendidikan anak
tidaklah semudah menerjemahkan kepustakaan bagi orang dewasa. Kesalahan yang
timbul pada terjemahan bahan ajar anak dapat mengganggu proses pembelajaran anak
3 gangguan seperti pengaruh source language (bahasa sumber) atau first language/L1
(bahasa ibu/pertama) yang menjadi ciri dari gangguan interlingual dan kurangnya
pemahaman akan kaidah-kaidah kebahasaan target language (bahasa sasaran) atau
second language/L2 (bahasa asing) yang menjadi ciri dari gangguan intralingual
(Falhasiri, 2011).
Oleh karena itu, begitu pentingnya mengetahui sejauh mana calon guru anak
dapat menerjemahkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, budaya, ungkapan
yang dipahami dan tujuan pembelajaran bagi anak. Mereka perlu mengetahui
gangguan-gangguan apa yang menjadi penghalang mereka menerjemahkan children’s literature dan mencari solusi dari gangguan-gangguan yang dihadapi guna
meningkatkan kemampuan penerjemahan calon guru anak dan menghasilkan bahan
ajar terjemahan yang baik yang dapat diberikan dalam pendidikan anak.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejauh mana mahasiswa pendidikan AUD dapat menerjemahkan bahan
ajar berbahasa asing (bahasa Inggris).
2. Menguraikan dan memaparkan potesi gangguan-gangguan (interlingual dan
intralingual) yang muncul dalam proses penerjemahan bahan ajar anak usia dini.
C. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Penerjemahan Children’s Literature
Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa
menerjemahkan bahan ajar anak tidaklah semudah menerjemahkan kepustakaan
orang dewasa (Vid, 2008). Terdapat berbagai pertimbangan dan pengetahuan yang
perlu dimiliki guna menerjemahkan bahan ajar anak. Nabokov (1998, dalam Vid,
2008) mengutarakan bahwa dalam menerjemahkan suatu karya kepustakaan dari
satu bahasa ke bahasa lain diperlukan pemahaman terhadap kedua bahasa tersebut.
Selanjutnya ditekankan pula bahwa penerjemah harus mampu ‘menyalin’ gaya
penulisan dan gagasan penulis kepustakaan yang dimaksud.
Riita Ottinen (2003, dalam Vid, 2008) juga menuliskan hal serupa, sebagai
4
“... translating as rewriting for target-language audiences – we always need
to ask the crucial question: ‘For whom?’ Hence, while writing children’s books is writing for children, translating children’s literature is translating
for children”.
“... menerjemahkan sebagai bentuk penuliskan kembali dalam bahasa
sasaran – kita senantiasa perlu menanyakan pertanyaan penting ini: Untuk siapa? Oleh karena itu, sementara menulis buku anak berarti kita menulis
bagi anak-anak, menerjemahkan bahan ajar anak berarti kita menerjemahkan bagi anak-anak”.
Sehingga, proses penerjemahan perlu memperhatikan siapa sasaran bahan
terjemahan tersebut. Apakah sasarannya adalah anak-anak, remaja pemuda, orang
dewasa, praktisi dibidang tertentu seperti pendidikan, olahraga, seni dan
sebagainya. Telah diketahui bahwa sasaran penerjemahannya adalah anak-anak,
maka calon guru anak yang hendak melakukan proses penerjemahan perlu
menyadari bahwa anak-anak memiliki kemampuan memilah bahan ajar yang
tergolong masih kurang. Mereka cenderung menerima apa yang diajarkan kepada
mereka. Kemampuan anak-anak dalam memahami pengetahuan umum dunia juga
belum sebaik orang dewasa sehingga penerjemah bahan ajar anak perlu
menyesuaikan konten, bahasa serta nilai yang ada dalam bahan ajar sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan anak-anak (Vid, 2008). Secara umum dapat dibagi
menjadi dua kebutuhan utama anak-anak dalam menggunakan bahan ajar
terjemahan yakni kebutuhan sosio-kultural dan kebututhan intelektual.
a. Kebutuhan Sosio-kultural Anak
Wei Lou (2010) menegaskan bahwa penerjemahan perlu
memperhatikan social needs and demands (kebutuhan dan permintaan sosial).
Kebutuhan dan permintaan sosial tersebut berkembang ketika didapati suatu
gap (kesenjangan) dimana terjemahan tersebut dapat menjadi alternatif pengisi
kesenjangan tersebut.
Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa di era
global ini, banyak kepustakaan terutama materi ajar yang dapat secara lengkap
dan cepat diakses oleh siapa saja dimanapun mereka beraada (Sas, 2010).
5 perlu mengadaptasi berbagai sumber lengkap terkini yang dapat dijadikan
referensi tambahan dalam penyusnan materi ajar anak.
Selain menambah referensi bahan ajar, terjemahan juga perlu
memperhatikan kondisi sosial dan budaya dari bahasa sasaran yang dikaitkan
dengan bahasa sumber yang ada. Banyak diantara kepustakaan berbahasa asing
memiliki nuansa budaya setempat yang cukup kental. Lou (2010) memberikan
satu contoh tujuan sosio-kultural dari penerjemahan di Cina pada awal
pembentukan Republik Rakyat Cina (RRC) yakni untuk meningkatkan tradisi
budaya Cina, mencerahkan pemikiran masyarakat dan meningkatkan kesadaran
nasionalisme rakyat Cina. Sehingga konteks penerjemahan akan terfokus pada
hal-hal tersebut dan tidak mengarah pada bidang lain seperti pendidikkan,
kehidupan bermasyarakat dan sebagainya. Demikian pula dengan kepustakaan
berbahasa Inggris terkhusus yang ditujukan untuk pembelajaran anak,
nilai-nilai sosio-kukturalnya perlu diperhatikan agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dan budaya Indonesia yang hendak ditanamkan dari segi tata krama, budaya
berkomunikasi, berperilaku, konten pembelajaran bahkan nilai-nilai konsumsi
lainnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi dasar pembentukan tujuan
penerjemahan yang tercermin dari pemilihan gaya terjemahan, metode dan
teknik penerjemahan, penyesuaian gaya bahasa dan budaya dan lain sebagainya
guna memperoleh bahan ajar terjemahan yang baik bagi anak-anak Indonesia.
b. Kebutuhan Intelektual Anak
Gillian Lathey (2006, dalam Sas, 2010) mengungkapkan pendapat
berikut:
“A translator has to make a transition to the child’s mindset through the medium of the original writer’s style”.
“Seorang penerjemah harus membuat suatu transisi bagi pola pikir anak melalui media gaya tulis seperti aslinya”.
Dengan kata lain, penerjemah bahan ajar anak perlu mempertahankan
beberapa hal dari bahasa aslinya yang perlu atau menghilangkan beberapa hal
6 Van Coilie (2001, dalam Sas 2010) menegaskan beberapa hal yang
perlu ada dalam bahan ajar anak terjemahan, antara lain: penekanan pada nilai
kebaikan yang mengembangkan kecerdasan ke arah hasil yang positif. Nuansa
humor juga perlu dipertahankan guna membuat anak-anak merasa nyaman dan
aman ketika mempelajari bahan ajar terjemahan tersebut. Kesan humor dan sisi
menyenagkan yang dipertahankan akan membuat anak-anak fokus pada
pelajaran yang hendak ditanamkan tanpa menghiraukan unsur-unsur yang
kurang sesuai seperti perilaku buruk (mengejek, memarahi, menyiksa) dan sad
story (kisah dengan nuansa sedih). Seperti kisah Cinderella dimana pada bagian
tertentu, dia diperlakukan dengan tidak baik oleh saudara-saudara tirinya, hal
tersebut tidak akan menjadi fokus utama anak-anak ketika mereka memiliki hal
menarik lain untuk diperhatikan.
Selanjutnya, ditekankan pula bahwa anak-anak menyukai teks bacaan
yang mudah untuk dibaca dan mudah untuk diikuti. Kecerdasan anak-anak
belum seberkembang orang dewasa sehingga perlu diperhatikan jumlah
karakter yang ditonjolkan, alur cerita yang sederhana, demikian pula kosa kata
yang diberikan haruslah sederhana (Lou, 2010). Oleh karena itu, apabila
penerjemah bahan ajar anak mengalami gangguan interlingual dan/atau
intralingual perlu adanya penanganan guna menyelesaikan permasalahan yang
muncul dalam proses penerjemahan bahan ajar anak.
2. Gangguan Interlingual dan Intralingual
Dalam penggunaan lebih dari satu bahasa, memungkinkan adanya
gangguan-gangguan yang terjadi. Chomsky (1998, dalam Chelli, 2014) menyatakan bahwa
gangguan merupakan hal yang tidak terelakkan dalam penggunaan bahasa-bahasa.
Terdapat berbagai jenis gangguan yang bisa saja muncul seperti yang
diklasifikasikan oleh Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) antara lain:
Interlingual Transfer (gangguan interlingual), Intralingual Transfer (gangguan
intralingual), Context of Learning (konteks pembelajaran), dan Communication
Strategies (strategi-strategi berkomunikasi). Hanya saja, dalam konteks
7 gangguan yang sering terjadi yakni gangguan interlingual dan gangguan
intralingual.
a. Interlingual Transfer (Gangguan Interlingual)
Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) mengartikan gangguan
interlingual adalah suatu pengaruh negatif dari satu bahasa- bisa berupa L1
(bahasa ibu/pertama)- dalam mempelajari atau menggunakan bahasa
lainnya- bisa berupa L2 (bahasa asing)-. Gangguan tersebut terjadi karena
pengguna bahasa terlalu bergantung pada satu bahasa sehingga
kaidah-kaidah kebahasaan bahasa yang kerp digunakan tersebut mempengaruhi
penggunaan bahasa lainnya (Al-Khresheh, 2010). Dalam hal ini penerjemah
children’s literature yang terbiasa menggunakan L1-nya akan mengalami suatu fase kebingungan antara kaidah L1 dan L2 yang terjadi tanpa sengaja
atau diluar kesadaran dari penerjemah tersebut. Hal tersebut didukung oleh
behaviourist learning theory yang menyatakan bahwa formulasi kebiasaan
lama akan akan menjadi pemghalang kelancaran kebiasaan baru (Chelli,
2014).
Kaidah-kaidah sistematis yang ada pada L2 akhirnya ditentukan oleh
L1 (Falhasiri, 2011) karena berbagai alasan seperti kurangnya penguasaan
kosa kata L2 sehingga penerjemah merujuk pada L1 yang menyerupai L2
meskipun dalam kosa kata tersebut tidak ada dalam kaidah L2. Kurangnya
pemahaman akan ungkapan-ungkapan yang serupa dari L2 yang membuat
L1-nya mengambil bagian yang kurang tepat juga menjadi alasan terjadinya
kebingungan dalam penerjemahan.
Dalam paparannya, Falhasiri (2011) menungkapkan beberapa jenis
gangguan interlingual yang dapat timbul dalam penggunaan dua bahasa.
Jenis-jenis gangguan interlingual tersebut dapat dikategorikan sebagai
berikut: General Misuse of Word (kesalahan penggunaan kata secara
umum), Structural Mistaken (kesalahan struktural), Misplacing of Word
8 b. Intralingual Transfer (Gangguan Intralingual)
Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) mendefinisikan gangguan
intralingual sebagai suatu pengaruh negatif dalam satu bahasa. Pengaruh
tersebut umumnya terjadi pada bahasa baru/sasaran (L2) yang digunakan
oleh penerjemah. Gangguan tersebut juga merupakan suatu kesalahan yang
dilakukan oleh praktisi bahasa karena kurangnya pengetahuan terhadap L2
yang dimaksud. Kurangnya pembelajaran atau tidak lengkapnya
pengetahuan akan L2 membuat gangguan ini muncul dalam penggunaan
kemampuan berbahasa. Lebih lagi dijelaskan bahwa gangguan intralingual
dapat terjadi karena praktisi bahasa mencoba untuk membuat suatu
kesimpulan sementara atau hipotesis terhadap L2 dengan minimnya
pengetahuan akan L2 itu sendiri (Falhasiri, 2011). Jadi ketika penerjemah
berupaya untuk menerjemahkan suatu kepustakaan dari bahasa asing (L2)
menuju bahasa ibu (L1) atau dari bahasa ibu (L1) menuju bahasa sasaran
(L2), kurangnya pemahaman bahasa yang baru tersebut yang menjadi
potensi munculnya gangguan intralingual ini.
Richard (1971, dalam Chelli, 2014) membagi gangguan intralingual
menjadi empat bagian antara lain: Overgeneralization (penyamarataan
berlebih), Ignorance of Rule Retriction (ketidaktahuan batasan kaidah),
Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak lengkap) dan
9
BAB II
RENCANA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala/permasalahan yang
dihadapi responden. Dalam hal ini, permasalahan yang ada akan diketahui dan
selanjutnya akan diuraikan sesuai dengan kategori permasalahan yang dihadapi
merujuk pada teori yang digunakan. Permasalahan dan kondisi responden akan
diuraikan dalam bentuk paparan deskriptif lengkap yang informatif. Selanjutnya
permasalahan yang dihadapi akan dipaparkan berdasarkan hasil analisa dari data-data
terkait dengan perolehan data yang ada. Berdasarkan dari tujuan penelitian tersebut,
penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif.
B. Responden Penelitian
Mouton (1996, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa sampel responden yang
diteliiti merupakan pilihan dimana diharapkan responden tersebut dapat memenuhi
maksud peneliti dalam menemukan suatu gejala/fenomena/isu/masalah dalam suatu
ruang lingkup sederhana. Responden yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu 10
orang mahasiswa; dari Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakuktas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia; yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa
Inggris I, semester II 2015/2016.
Responden tersebut berasal dari tingkat pendidikan yang sama dan tidak ada
diantaranya yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris (sebelumnya)
sehingga diharapkan hasil data yang diperoleh seimbang antara satu responden dan
responden lainnya. Sedangkan titik utama penelitian yang dituju yakni pada
kemampuan mahasiswa menerjemahkan bahan ajar anak usia dini berbahasa Inggris.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan beberapa
instrumen. Sebelum dilakukan pengumpulan data, perlu adanya pengohokan reliabilitas
10 Polit and Hungler (1993, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa reliabilitas
merupakan tingkat konsistensi dari instrumen beserta konsistensi kinerja peserta yang
dijadikan responden penelitian. Oleh karena itu reliabilitas penelitian ini dikokohkan
dengan memberikan aturan yakni menggunkan alat terjemahan yang sama bagi setiap
responden. Selain itu instrumen pengumpulan data berupa bahan ajar (cerita) anak
ditetapkan memiliki tingkat kesulitan yang sama dengan kisaran jumlah kata yang sama
pula. Sedangkan validitas merupakan tingkat dimana instrumen dapat digunakan secara
tepat dan sesuai dengan kemampuan responden terkait dengan sasaran bahan ajar yang
adalah anak-anak. Validitas akan dikokohkan dengan berkonsultasi dengan pengajar
dibidang Anak Usia Dini (AUD) yang lebih senior mengenai sumber-sumber bahan
ajar yang cocok digunakan sebagai bahan ajar terjemahan anak.
Berikut instrumen-instrumen yang hedak digunakan dalam penelitian ini:
1. Pengumpulan Data Pertama
Pertama, data yang akan dikumpulan berupa hasil perhitungan gangguan
dalam (children’s literature translation project) proyek terjemahan bahan ajar (buku cerita anak) berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh responden yang
merupakan mahasiswa yang bersangkutan. Data tersebut berbentuk hasil
terjemahan mentah (yang belum diperhitungkan adanya gangguan yang terjadi)
yang kemudian siap untuk diproses menjadi data siap analisa.
2. Pengumpulan Data Kedua
Pengumpulan data kedua ini digunakan sebagai pelengkap analisa (apabila
dibutuhkan) untuk mendapatkan paparan deskriptif yang utuh. Pengumpulan data
kedua ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur kepada
responden. Wawancara dilakukan terhadap beberapa responden yang dinilai perlu
adanya penambahan data informasi.
D. Teknik Anaisis Data
Data yang telah terkumpul akan diianalisa dengan menggunakan metode yang
disadur dari Corder (1967, dalam Amara, 2015) yakni menggunakan tiga langkah
analisa data pertama, antara lain: 1) Collection of Sample (pengumulan sampel), 2)
Identification of Error (identifikasi kesalahan) dan 3) Description of Error (paparan
11 Paparan kesalahan tersebut disajikan ke dalam dua kategori yakni interlingual
dan intralingual yang merupakan kategori dari gangguan yang menghasilkan kesalahan
terjemahan. Setiap kategori gangguan akan diikuti oleh sub-kategori sebagai penjelas
gangguan yang spesifik telah terjadi.
Selanjutnya data kedua berupa hasil wawancara (apabila ada) akan
ditranskripsikan dan dijadikan sebagai tambahan data untuk dianalisis. Data tersebut
dapat memperkaya informasi yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran utuh dari
isu/fenomena/masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
E. Rencana Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester yang terbagi menjadi beberapa
bulan dengan proses penelitian masing-masing. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
bulan pertama ditujuakan untuk persiapan proposal dan rencana penelitian yakni
menemukan topik penelitian, permasalahan yang hendak diteliti, responden penelitian,
instrumen pengumpulan data dan rencana analisa data. Bulan kedua ditargetkan bahwa
seluruh aspek penelitian sudah dalam keadaan siap dan pengumpulan data dapat segera
dilakukan. Pada periode waktu ini, responden juga disiapkan dari segi kejelasan akan
apa yang perlu dilakukan beserta sarana dan prasarana pendukung yang juga disiapkan.
Pada bulan ketiga, diharapkan hasil pengumpulan data telah ada dan dianalisa
sesuai dengan teknik analisa yang direncanakn. Bulan keempat data yang telah
dianalisa disajikan dan penyelesaian penelitian dapat dilakukan. Setelah penelitian
diselesaikan, hasil penelitian akan dituangkan kedalam bentuk artikel jurnal penelitian.
Sisa waktu yang dimiliki sebelum batas akhir pelaporan penelitian digunakan untuk
mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung beserta perijinan dan pengelolaan guna
diterbitkannya artikel jurnal penelitian yang ada. Direncanaan artikel jurnal ini akan
diterbitkan pada jurnal pendidikan yang ada di kalangan Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Berikut tahapan dalam penelitian perseorangan wajib UKSW 2015/2016:
1. Persiapan Pra Penelitian
2. Persiapan Akhir Penelitian
3. Pengumpulan dan analisa data
4. Penyajian hasil data dan publikasi jurnal
Hasil: Rancangan proposal topik penelitian beserta instrumen dan responden
Hasil: Bahan ajar siap diterjemahkan dan responden siap berkontribusi
Hasil: Paparan permasalahan dan kajian atas permasalahan berdasarkan teori rujukan
yang digunakan
Hasil: Paparan hasil penelitian telah jadi dan siap untuk dipublikasikan dalam jurnal
12 Berikut jadwal kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW 2015/2016:
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1
Persiapan Pra Penelitian: Perancangan topik
penelitian, rencana responden, instrumen dan
analisa data; dan penyusunan proposal penelitian
perseorangan wajib UKSW 2015
√ √
Persiapan Pra Penelitian: Memaparkan hasil
proposal penelitian perseorangan wajib UKSW
2015
√
2
Persiapan Akhir Penelitian: Pengadaan bahan ajar
berbahasa Inggris, mengokohkan validitas dan
reliabilitas instrumen dan sosialisasi kegiatan
penelitian kepada reponden
√
3
Pengumpulan dan Analisis Data: Mengadakan
proses penerjemahan, menkaji hasil terjemahan,
menentukan gangguan yang dialami dari kesalahan
yang ada.
√ √
Pengumpulan dan Analisis Data: Melengkapi
informasi data dengan wawancara responden
kemudian dianalisis sesuai teknik analisis data yang
direncanakan
√
4
Penyajian Hasil Data: Memaparkan hasil analisa
data sebagai hasil dari penelitian. Menyusun tulisan
yang utuh dari penelitian dalam bentuk artikel
jurnal
√ √
Penyajian Hasil Data: Melakukan pelaporan hasil
penelitian kepada pihak terkait penyelenggara
penelitian
√
Publikasi Artikel Jurnal: Mempersiapkan syarat
13
BAB III
PEMBIAYAAN
A. Rencana Pembiayaan Internal Wajib
No Jenis Pengeluaran Jmlh Vol Satuan Total
1 Persiapan Pra Penelitian
a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000
b. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000
c. Perbanyakan Proposal 80.000 80.000
d. Refreshment Seminar Proposal 7 1 25.000 175.000 355.000 2 Persiapan Akhir Penelitian
a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000
b. Pencetakan Bahan Terjemahan 15 1 35.000 525.000
c. Alat Tulis 15 4 2.500 150.000
d. Kertas Polos A4 1 1 50.000 50.000
e. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000
f. Cetak Dokumentasi 75.000 75.000
g. Refreshment Responden 16 1 25.000 400.000 1.375.000 3 Pengumpulan dan Analisis Data 1
a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000
b. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000
c. Cetak Dokumentasi 75.000 75.000
d. Refreshment Responden 16 2 25.000 800.000
e. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 1.125.000 Pengumpulan dan Analisis Data 2
a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000
b. Sewa Kamera/Recorder 1 1 150.000 150.000
c. Cetak Dokumentasi 75,000 75.000
d. Refreshment Responden 6 1 25.000 150.000
e. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 475.000 4 Penyajian Hasil Data
a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000
b. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 c. Perbanyakan Hasil Penelitian 150.000 150.000 d. Refreshment Seminar Hasil Riset 10 2 25.000 500.000
e. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000
f. Cetak Dokementasi 75.000 75.000 975.000
14 B. Realisasi Dana
Anggaran Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2015/2016
1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Satuan Total
Cetak Bahan Terjemahan 15 Jilid 35.000 525.000
Kertas Polos A4 1 Rim 50.000 50.000
Sewa Kamera 1 4 acra 150.000 600.000
Alat Tulis 15 4 jns 2.500 150.000
Sub Total (Rp) 1.325.000
2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Satuan Total
Pengetikan Cetak & Jilid 1 4 kali 75.000 300.000
Perbanyakan Proposal 1 1 smnr 80.000 80.000
Perbanyakan Hasil Penelitian 1 1 smnr 150.000 150.000
Refreshment Responden Data 1 16 3 kali 25.000 1.200.000
Refreshment Seminar Proposal 7 1 kali 25.000 175.000
Refreshment Seminar Hasil 10 2 kali 25.000 500.000
Refreshment Responden Data 2 6 1 kali 25.000 150.000
Cetak Dokumentasi 1 4 acr 75.000 300.000 Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 4.305.000
*rincian nota kompleks
** Pengeluaran kena pajak (5%)
Realisasi Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2015/2016
1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN
Item Bahan Vol. Satuan Harga
2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 3.010.400 SALDO (Rp) 1.294.600 Melaporkan,
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Laporan Kegiatan Penelitian
Sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirancangkan sebelumnya, penelitian ini
dilaksanakan selama satu semsester dengan pelaksanaan sekitar enam bulan. Kegiatan
penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian umum antara lain:
• Persiapan / Pra Penelitian
• Persiapan Akhir Penelitian
• Pengumpulan dan Analisis Data
• Penyajian Hasil Data
Berikut dilaporkan hasil kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW tahun anggaran
2015/2016 sesuai dengan bagian-bagian kegiatan tersebut. Bagian-bagian kegiatan tersebut
selanjutnya terbagi menjadi sub bagian guna mempermudah perancangan, pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan penelitian.
1. Persiapan / Pra Penelitian
Pada bagian persiapan / pra penelitian, peneliti merancang topik penelitian,
rencana responden, instrumen dan analisa data; dan penyusunan proposal penelitian
perseorangan wajib UKSW 2015/2016.
Topik yang telah dipilih yakni gangguan dalam penerjemahan bahan ajar Anak
Usia Dini (AUD) sesuai dengan tema pendidikan. Topik tersebut dipilih dengan
mempertimbangkan bahwa penerjemahan bahan ajar bagi AUD sangatlah penting dan
perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat anak usia dini sedang dalam masa
belajar dimana apa yang didengar, dilihat dan diperolehnya dalam pembelajaran secara
langsung ditangkap dan dijadikan suatu pengetahuan (belum mampu memilah mana
yang baik dan mana yang buruk). Apabila bahan ajar anak tidak tepat dalam
penerjemahannya, merekalah yang menjadi korban.
Topik ini dimaksudkann agar diperoleh suatu hasil berupa gambaran mengenai
kemampuan menerjemahkan bahan ajar berbahasa Inggris oleh calon-calon guru
PAUD sehingga melaluinya dapat dijadikan sebagai bahan refleksi ataupun nantinya
dijadikan sebagai dasar pencarian solusi apabila ditemukan gangguan-gangguan yang
16 Selanjutnya, peneliti merancangkan responden penelitian beserta tempat dan
waktu pelaksanaan penelitian. Diperoleh sepuluh mahasiswa dari program studi
PG-PAUD, FKIP, UKSW yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa Inggris I,
semester II 2015/2016. Peneliti kemudian menetapkan suatu waktu khusus yakni
beberapa pertemuan dalam rancangan pembelajaran mata kuliah tersebut sebagai waktu
dilaksanakannya penelitian. Peneliti juga telah meracang instrumen yang digunakan
sebagai alat pengumpul data mengenai gangguan dalam proses penerjemahan bahan
ajar AUD berbahasa Inggris. Peneliti menggunakan buku cerita (story book) sebagai
instrumen pengumpul data yang kemudian diterjemahkan dalam proyek penerjemahan
(translation project).
Setelah gambaran rancangan tercipta, pada bulan Desember 2015 peneliti mulai
menulis sebuah rancangan proposal penelitian. Proposal tersebut diseminarkan pada
aras program studi untuk mendapatkan masukan dan perbaikan sebelum dikirim ke Biro
Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (BP3M) UKSW. Seminar proposal
tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Januari 2016 di Ruang Rapat, E229, FKIP,
UKSW.
2. Persiapan Akhir Penelitian
Pada bagian ini, peneliti melakukan pengadaan bahan ajar berbahasa Inggris,
mengokohkan validitas dan reliabilitas instrumen dan sosialisasi kegiatan penelitian
kepada reponden. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang bulan Februari 2016. Bahan ajar
yang dimaksud adalah buku cerita yang menjadi bahan terjemahan. Buku tersebut
diperoleh dari web Disney dan diambil dua jenis cerita yakni Mulan dan Aladdin.
Kedua buku cerita tersebut dipertimbangkan validitasnya yakni dengan melihat kisaran
jumlah kata dan juga perkiraan tingkat kesulitannya sehingga intrumen tersebut
benar-benar valid untuk digunakan. Jumlah kata antara dua cerita tersebut serupa yang terbagi
menjadi sekitar 30 halaman dengan kisaran dua baris cerita tiap halamannya. Jenis
kata-katanya pun relatif sama dari segi tingkat kesulitannya.
Selanjutnya pada hari Senin, 22 Februari 2016, peneliti menerangkan atau
mensosialisasikan teknis pelaksanaan proyek penerjemahan bahann ajar secara detail
kepada responden penelitian. Pertemuan diadakan diruang kelas dan berakhir dengan
tanya jawab sederhana terkait dengan teknis proyek penerjemahan bahan ajar AUD
berbahasa Inggris. Pada saat itu juga di lakukan penyajian ketentuan penggunaan kamus
17 elektronik. Google translation dapat digunakan hanya untuk kata demi kata dan tidak
disarankan untuk meggunakannya dalam bentuk kalimat atau paragraf. Hal tersebut
dilakukan agar responden daat dikendlikan dan perolehan data nantinya dapat reliabel.
3. Pengumpulan dan Analisis Data
Bagian ini tterbagi menjadi dua bagian pengummpulan data. Pertama yakni
pengumpulan data berupa proyek menerjemahkan bahan ajar AUD berbahasa Inggris.
Kedua yaitu pengumpullan data tambahan pendukung berupa wawancara beberapa
responden yang dirasa perlu untuk diperoleh informasinya lebih dalam.
Pengumpulan data pertama dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2016
bertepatan dengan kegiatan penerjemahan bahan ajar pada kelas Pembelajaran Bahasa
Inggris AUD 1. Kegiatan dilaksanakan di ruang rapat Laboratorium Terapan FKIP
sehingga responden mendapatkan tempat yang relatif sunyi agar mereka dapat
konsentrasi dalam menerjemahkan bahan ajar yang ada.
Setelah data pertama diperoleh, peneliti melakukan analisa terhadap data
tersebut. Cerita berbahasa Inggris yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
kemudian diperiksa untuk menngetahui kesalahan-kesalahan yang timbul dan dugaan
gangguan yang dialami oleh responden dalam menerjemahkan cerita tersebut.
Pada hari Jumat, 8 April 2016 sembari mengumpulkan tugas akhir semester,
lima mahasiswa diminta pendapatnya terkait dengan proyek penerjemahan bahan ajar
yang telah dilakukannya guna memperkaya kajian data yang ada. Beberapa diantara
mereka mengungkapkan dengan jelas dan terbuka. Aalisa lebih lanjut dilaksanakan
selama bulan April 2016. Demikian kegiatan pada bagian ketiga ini dilaksanakan.
4. Penyajian Hasil Data
Selama akhir bulan April hingga awal Mei 2016, data yang telah dianalisis,
diperoleh hasil kajiannya. Hasil akhir dari kegiatan penelitian ini di laporkann dalam
tiga bentuk pelaporan. Pertama, dibualah laporan kegiatan penelitiann perseorangan
wajib UKSW tahun anggaran 2015/2016. Selanjutnya, berdasarkan dana yang
digunakan, disusunlah laporan pertanggungjawaban keuangan / realisasi dana sesuai
dengan bagian-bagian kegiatan yang ada dan dituliskan dalam format skema anggaran
BP3M. Laporan yang ketiga yakni hasil akhir artikel penelitian yang siap
18 dipublikasikann dalam jurnal berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Apabiila hendak
dipublikasikan ke jurnal berbahasa Inggris, maka peneliti perlu menerjemahkannya
terlebih dahulu.
Selain disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian, hasil penelitian ini juga
disajikan dalam seminar hasil penelitian aras program studi. Dalam seminar hasil
penelitian yang diadakan pada hari Rabu, 25 Mei 2016 di Ruang Rapat, E229 FKIP,
ketua program studi PG-PAUD mengesahkan laporan pertanggungjawaban keuangan.
Kemudian, laporan ini disahkan juga oleh dekan FKIP, UKSW.
B.
Hasil Penelitian
Sesuai dengan pendahuluan yang telah dipaparkan pada bagian awal, bahwa dalam
menerjemahkan bahan ajar terkhusus bagi AUD diperlukan ketelitian dan ketepatan
penerjemahan. Apabila terdapat kesalahan yang fatal akan membuat anak-anak salah
menangkap materi ajar dan menjadikannya sebagai suatu pengetahuan yang keliru seperti tata
kebahasaan, ungkapan bahkan nilai-nilai sosial budaya.
Dalam melakukan analisa data, dirujuk model analisa yang dikenalkan oleh Corder
(1967, dalam Amara, 2015) yaitu tiga langkah analisa data. Pertama yakni Collection of Sample
(pengumulan sampel). Tahap kedua merupakan Identification of Error (identifikasi kesalahan).
Bagian terakhir yaitu Description of Error (paparan kesalahan). Ketiganya akan disajikan
secara beruntut dan terintegrasi dengan kerangka substansi yang disesuaikan dengan maksud
penyajian data.
Frekuensi Interlingual Transfer dalam Proyek Terjemahan Mahasiswa
Dalam proyek terjemahan bahan ajar AUD oleh mahasiswa, dijumpai berbagai
kesalahan atau gangguan kebahasaan dalam proses menerjemahkannya. Bagian ini menyajikan
tingkat keseringan atau frekuensi gangguan interlingual dalam satu kali proyek terjemahan
mahasiswa. Seperti yang telah diketahui bahwa gangguan interlingual merupakan gangguan
interlingual merupakan gangguan dari sisi kebahasaan seperti pengaruh satu bahasa terhadap
bahasa lain dalam proses menerjemahkan suatu bentuk bahasa, kurangnya pemahaman terkait
pertalian atau padanan makna antara dua bahasa (atau lebih).
Selain itu terdapat pula kesalahan penggunaan kata terjemahan (General Misuse of
19 kurang tepat (Misplacing of Word) dan hilangnya makna atau unsur kata dalam menerjemahkan
suatu bentuk bahasa (Omission).
Berdasarkan, empat kategori gangguan interlingual yang ada, disajikan frekuensi
kesalahan/gangguan dalam proyek terjemahan mahasiswa masing-masing kategori. Sajian
tersebut merupakan frekuensi kesalahan/gangguan kebahasaan 10 mahasiswa yang menjadi
responden penelitian. Berikut disajikan frekuensi gangguan interlingual dalam diagram.
Gambar 1. Frekuensi Interlingual Transfer dalam Terjemahan 10 Mahasiswa
Dari Gambar 1, didapati bahwa gangguan terbanyak yaitu pada general misuse of word.
Mahasiswa, dalam proyek terjemahannya, menghasilkan paling banyak kesalahan pada
kategori ini. Kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa rata-rata berkisar antara 5 sampai 6
kesalahan masing-masing mahasiswa.
Pada kategori omission, mahasiswa yang melakukan kesalahan rata-rata berkisar antara
2 sampai tiga kesalahan. Pada bagian ini, kesalahan yang dilakukan mahasiswa tidak merata.
Ada yang melakukan kesalahan antara 1 sampai 2 kali saja namun ada beberapa diantaranya
yang melakukan kesalahan sampai 6 kali dalam satu bagian ini. Bagian ini menjadi kategori
kedua pada kesalahan kebahasaan yang cukup sering terjadi.
Selanjutnya, ada beberapa kesalahan muncul pada kategori structural mistaken.
Mahasiswa yang mengalami kesalahan pada bagian ini rata-rata 2 kesalahan per orang namun
4
Misplacing of Word20
Structural Mistaken26
Omission20 pada kategori ini kesalahan yang dibuat mahasiswa juga tidak merata. Dengan kata lain ada
mahasiswa yang melakukan sedikit bahkan ada yang tidak melakukan kesalahan tetapi ada
beberapa diantara mereka yang melakukan kesalahan cukup sering.
Kategori terakhir yang merupakan bagian dengan jumlah kesalahan paling sedikit yaitu
misplacing of word. Mahasisiwa yang mengalami gangguan pada bagian ini hanya tercatat 4
kali kesalahan dalam keseluruhan proses terjemahan bahan ajar. Rata-rata kesalahannya pun
relatif sama yaitu satu kesalahan pada beberapa mahasiswa dan beberapa lainnya bebas dari
kesalahan .
Frekuensi Intralingual Transfer dalam Proyek Terjemahan Mahasiswa
Bagian lain dari gangguan yang dapat dialami mahasiswa dalam menerjemahkan materi
ajar taitu gangguan intralingual (intralingual transfer). Gangguan ini terkait dengan
pemahaman seseorang didalam satu bahasa (bahasa sumber atau bahasa target, namun kerap
kali dikaitkan dengan L2 atau bahasa kedua). Gangguan ini terbagi menjadi empat kategori
antara lain: Overgeneralization (penyamarataan berlebih), Ignorance of Rule Retriction
(ketidaktahuan batasan kaidah), Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak
lengkap) dan False Concept Hypothesized (penyimpulan konsep yang salah).
Berikut disajikan frekuensi gangguan kebahasaan dari segi intralingual yang dialami
mahasiswa dalam proyek terjemahan bahan ajar. Sama seperti bagian sebelumnya, frekuensi
ini diperoleh dari total keslahan responden sesuai dengan kategori-kategori yang ada.
6
Overgeneralization8
of RuleIncomplete Application9
Ignorance of Rule Restriction
25
False Concept Hypothesized21 Dari keempat kategori dalam intralingual transfer, kategori false concept of
hypothesized yang merupakan kategori dengan gangguan paling banyak. Terdapat 25
kesalahan yang dilakukan oleh total responden yang ada. Kisaran rerata gangguan pada bagian
ini yaitu 2 sampai tiga keslaahan masing-masing mahasiswa. Bagian ini merupakan bagian
dengan kesalahan yang paling mencolok dibandingkan dengan tiga ktegori lain yang
kesalahannya tidak mencapai 10 dalam sekali proyek terjemahan.
Selanjutnya, terdapat 9 kesalahan mahasiswa dalam proyek terjemahan bahan ajar pada
kategori ignorance of rule restriction. Mahasiswa mengalami gangguan rata-rata 1 kesalahan
masing-masing mahasiswa walaupun ada beberapa yang bebas kesalahan pada kategori ini.
Untuk kategori incomplete application of rule, mahasiswa mengalami rata-rata gangguan 1
kesalahan sekali proyek terjemahan. Total kesalahan pada bagian ini adalah 8. Sementara
kategori dengan kesalahan terkecil terletak pada overgeneralization. Pada kategori ini,
mahasiswa mengalami 6 kesalahan saja dimana kesalahan tersebut hanya dilakukan oleh 4
mahasiswa. Enam mahasiswa lainnya bebas kesalahan pada overgeneralization.
Jenis-Jenis Gangguan Kebahasaan yang Sering Muncul
Dari hasil perolehan data, dikatahui bahwa jumlah kesalahan terbanyak terdapat pada
gangguan interlingual. Terdapat 4 kategori didalamnya dan masing-masing kategori memiliki
jumlah kesalahan yang lebih banyak dari pada kategori-kategori dalam gangguan intralingual.
Secara umum dapat dikatakan bahwa mahasiswa cenderunng mengalami kesulitan dalam
mengirimkan makna pesan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia karena kurangnya
pemahaman padanan kosa kata kedua bahasa tersebut. Kecenderungan menghilangkan makna
kata juga kerap terjadi dalam proses penerjemahan bahan ajar anak.
Pada gangguan interlingual kategori general misuse of word, nampak bahwa masih
banyak diantara mahasiswa yang perlu peningkatan pemahaman kosa kata. Salah satu yang
kerap menjadi keslaahan yakni pengartian kata-kata ‘had tricked’. Kata-kata tersebut diartikan
sebagai ‘memiliki trik’. Tanpa melihat konteks dimana kata-kata tersebut diletakkan dan langsung mengambil simpulan arti kata tersebut dapat menjadi titik dimana pembaca atau
pendengar cerita terkhusus anak-anak usia dini kebingungan. Kata-kata tersebut terletak pada
bagian dalam kalimat berikut:
22 Kalimat tersebut berada pada konteks bahwa saat itu Aladdin dan kera peliharaannya
yang bernama Abu sedang berada didalam gua dimana mereka menemukan lampu ajaib. Saat
itu, ada seorang jahat yang hendak mengambil lampu ajaib tersebut namun Abu berhasil
menipunya dan menjaga lampu ajaib itu untuk Aladdin. Dari konteks yang ada, kata-kata ‘had
tricked’ kurang tepat apabila diartikan sebagai ‘memiliki trik’ (had bentuk lampau dari have:
memiliki; tricked bentuk lampau dari trick: trik/tipuan) sehingga akan menjadi demikian
bila diartikan dengan pemahaman yang lama.
“Meskipun terperangkap didalam gua, Abu memiliki trik Jafar dan menjaga lampu ajaib
tersebut untuk Aladdin”
Terjemahan tersebut nampak tidak logis karena Abu diposisikan memiliki trik Jafar
yang merupakan orang yang jahat. Kemudian, apabila tetap dipertahankan pola terjemahan itu,
selanjutnya tidak nampak trik apa yang digunakan Abu ketika berada didalam gua. Dari dua
hal itu saja sudah dapat dimengerti bahwa pola terjemahan kalimat tersebut kurang logis atau
kurang sejalan dengan konteks dimana kalimat tersebut berada. Tentunya akan berbeda apabila
pola terjemahannya menjadi seperti berikut:
“Meskipun terperangkap didalam gua, Abu telah menipu Jafar dan menjaga lampu ajaib
tersebut untuk Aladdin”
Pola terjemahan yang kedua cenderung sejalan dengan konteks yang telah disajikan
sebelumnya. Abu yang merupakan rekan dari Aladdin dan musuh Jafar memberikan tipuan
kepada Jafar guna menjaga lampu ajaib yang hendak dicuri dari Aladdin. Apabila pola tersebut
dipaparkan kepada anak maka mereka cenderung dapat memahaminya dengan mudah
ketimbang pola pertama yang menimbulkan pertanyaan terhadap pemahamannya.
Kesalahan yang cukup sering terjadi dalam terjemahan mahasiswa yaitu kategori
omission. Omission atau menghilangkan makna kata dapat membuat pemahaman terhadap
materi ajar tidak lengkap. Ketidaklengkapan makna dapat berakibat fatal terkhusus dalam
proses belajar anak dimana mereka cenderung menangkap secara langsung apa yang mereka
dengar dan lihat. Salah satu contoh omission yang cukup fatal yaitu menghilangkan detail
karakter dalam proses penerjemahan kisah Aladdin.
“Deep in the Arabian desert, Princess Jasmine lived with her father, Sultan of Agrabah,
23 Pola kalimat tersebut oleh beberapa mahasiswa diartikan sebagai berikut:
“Di Arab, hiduplah Putri Jasmine dan ayahnya Sultan dan menjadi pemimpin di Arab”
(S5)
“Didalam padang pasir Arab, Putri Jasmine tinggal dengan ayah, dia sultan dari
Agrabah, dan macannya.” (S6)
“Didaerah padang pasir, Puteri Jasmin tinggal bersama ayahnya, Sultan Agrabah, dan macannya.” (S7)
“Di Arab, hiduplah Jasmine dan ayahnya Sultan dan menjadi pemipin di Arab.” (S8)
Dari empat hasil terjemahan pengantar kisah Aladdin, didapati bahwa omission
mengakibatkan kurang lengkapnya pesan yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.
Terjemahan S5 (student 5) menghilangkan detail padang pasir (desert), identitas sultan (Sultan
of Agrabah) dan tidak menyebutkan satu karakter terakhir yaitu Rajah, macan peliharaan
Jasmine. Terjemahan kedua menghilangkan identitas Rajah yang seharusnya tercantum dalam
hasil terjemahan. Terjemahan ketiga menghilangkan tempat dimana padang pasir berada
(Arabian) dan identitas Rajah. Sedangkan terjemahan keempat menghilangkan detail padang
pasir (desert), identitas sultan (Agrabah) dan menghilangkan tokoh Rajah. Hilangnya detail
dan tokoh akan mempengaruhi pemahaman pembaca atau pendengar kisah terkhusus bagi anak
usia dini yang masih cenderung bergantung pada masukan yang diberikan guru atau orang tua.
Hilangnya detail tersebut membuat pemahaman kisah tidak utuh dan menimbulkan tanya. Hal
tersebut yang sebaiknya dihindari oleh penerjemah kisah berbahasa asing.
Selain gangguan interlingual, terdapat pula gangguan intralingual yang dialami
mahasiswa dalam menerjemahkan kisah Aladdin. Terdapat empat kategori dalam gangguan ini
hanya saja yang paling menonjol dengan frekuensi kesalahan yang cukup sering dilakukan
adalah kategori false concept hypothesized. Kategori ini merupakan gangguan yang dialami
penerjemah karena kurangnya pemahaman konsep dan pemaknaan kondisi dalam suatu bahasa
(bahasa sumber atau target namun kecenderungannya pada bahasa asing/L2) dimana satu atau
lebih kata berada. Berikut kesalahan yang paling sering muncul dalam proses terjemahan kisah
Aladdin.
“ ”I run away and I am not going back,” said Jasmine.”
Kalimat tersebut, terkhusus pada bagian ‘run away’, oleh beberapa mahasiswa
24 kemudian memutuskan untuk melarikan diri atau kabur dan berencana untuk tidak kembali
lagi. Dari pengartian kata kerja ‘run away’ pun didapati bahwa kata-kata tersebut dimaknai
debagai ‘melarikan diri’ dan bukan hanya sekedar berlari atau bahkan berjalan pada jarak yang jauh. Kesalahan penerjemah dalam menangkap konsep makna dan konsidi tersbut dapat
menimbullkan mispersepsi atau perbedaan cara pandang yang apabila diberikan dalam
pembelajaran anak akan mengakibatkan anak memiliki pemahaman yang keliru. Mereka
(anak-anak) akan cenderung memahami bahwa Jasmine hanya berlari (melakukan kegiatan
lari). Pemahaman dari false concept hypothesized juga dapat menyebabkan salahnya
pengajaran atau dengan kata lain kisah yang disampaikan berbeda dari apa yang seharusnya
disampaikan.
Dari pendalaman data yang dikumpulkan pada tahap kedua, didapati bahwa memang
mahasiswa (IS: Interviewed Student) )mengalami kesulitan tertinggi pada saat menerjemahkan
atau mencari padanan kata antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
“... disini kesulitan yang lain yaitu mentranslate satu kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia...” (IS1)
“... banyak kosa kata bahasa Inggris ... masih asing (IS2)... susah menemukan kosa kata yang sesuai (IS3)...”
Selain itu pemahaman konteks dan konsep juga masih kurang pada mahasswa yang
mengerjakan proyek terjemahan tersebut.
“kesulitan yang dihadapi .. memilih kosa kata yang tepat ... sesuai dengan gambar ..
serta alurnya (IS4)... tidak mengerti konteks yang sebenarnya (IS6)”
Gangguan-gangguan tersebut muncul karena hal-hal tersebut dan bagi mereka yang
dalam pemelajaran bahasa Inggris kurang mampu menangkap pengajaran terutama kosa kata
akan jauh lebih banyak gangguan yang dihadapi dalam proyek terjemahan bahan ajar anak.
Kesulitan penerjemahan bahan ajar tersebut yang nantinya perlu dicarikan solusi penyelesaian
terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (English as a Foreign
25
BAB VI
KESIMPULAN
Dari kerangka pustaka, pengumpulan data dan hasil analisanya didapati bahwa dalam
proses penerjemahan bahan ajar berupa cerita anak terdapat berbagai gangguan kebahasaan
yang dialami oleh mahasiswa. Terdapat dua gangguan utama yaitu gangguan interlingual
(interlingual trasfer) dan gangguan intralingual (intralingual transfer). Masing-masing
gangguan memiliki empat kategori dalam klasifikasi gangguan yang ada antara lain kesalahan
penggunaan kata terjemahan (General Misuse of Word), kesalahan struktur tata bahasa
(Structural Mistaken), penempatan kata atau frasa yang kurang tepat (Misplacing of Word) dan
hilangnya makna atau unsur kata dalam menerjemahkan suatu bentuk bahasa (Omission) pada
gangguan interlingual. Sedangkan pada gangguan intralingual terdapat empat kategori antara
lain Overgeneralization (penyamarataan berlebih), Ignorance of Rule Retriction
(ketidaktahuan batasan kaidah), Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak
lengkap) dan False Concept Hypothesized (penyimpulan konsep yang salah).
Kesalahan terbanyak terdapat pada gangguan interlingual dimana mahasiswa masih
kesulitan untuk mencari padanan kata antara dua bahasa. Khususnya, pada kategori general
misuse of word dan omission, mahasiswa masih sering melakukan keslaahan-kesalahan
penerjemahan. Sedangkan pada gangguan intralingual, kategori false concept hypothesized-lah
yang sering terjadi dalam proses terjemahan bahan ajar anak. Gangguan-gangguan tersebut
berpotensi untuk mengganggu pemahaman anak dan membuat anak memiliki pemahaman
yang keliru. Oleh karena itu dengan diketahuinya jenis-jenis gangguan dan beberapa contoh
gangguan yang paling sering muncul dapat menjadi referensi bagi mahasiswa untuk terus dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris secara umum dan prinsip
penerjemahan antar dua bahasa. Bagi pendidik (bahasa Inggris), tujuan dan model
pembelajaran bahasa asing terkhusus bahasa Inggris dapat terus ditingkatkan dan
dikembangkan sehingga esensi penguasaan makna dan padanan kata antara bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia dapat terbangun dengan baik dan memadahi.
Penelitian ini secara khusus menyajikan potensi gangguan dalam proyek penerjemahan
bahan ajar anak usia dini yang secara deskriptif disajikan. Diharapkan bahwa melalui penelitian
ini, ada pihak-pihak yang menangkap hal-hal baik dan mengembangkannya dalam penelitian
lebih lanjut terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (English as a
26
DAFTAR PUSTAKA
Abusaeedi, R. et al. 2015. A Quantitative Analysis of Iranian EFL Learners’ Sources of
Written Errors. International Journal of Research Studies in Language
Learning: Vol.4, No.1, pp. 31-32. Iran: Shahid Bohonar University.
Akbari, M. 2012. Structural Shifts in Translation of Children’s Literature. Internatinal Journal of Linguistics: Vol.4, No.2. Iran: Islamic Azad University.
Al-Khresheh, M. H. 2010. Interlingual Transfer in The English Language Word Order
Structur of Jordnian EFL Learners. European Journal of Social Science: Vol.16,
No.1. Malaysia: University of Malaya.
Amara, N. 2015. Errors Correction in Foreign Language Teaching. The Online Journal
of New Horizons in Education: Vol.5, No.3. Chlef: Hassiba Benbouali
University.
Chelli, S. 2014. Interlingual or Intralingual Errors in The Use of Prepositions and
Articles: A Case of First-Year Students of English at Biskra University. Algeria:
University of M’Sila.
Falhasiri, M. et al. 2011. The Effectiveness of Explicit and Implicit Corrective Feedback
on Interlingual and Intralingual Errors: A Case of Error Analysis of Students’
Compositions. English Language Teaching Journal: Vol.4, No.3. Iran:
University of Shira & University of Isfahan.
Lou, W. 2010. Cultural Constraints on The Selection of Literary Translation Text in
Modern China. Journal of Language Teaching and Research: Vol.1, No.4, pp.
492-497. China: Qingdou University of Scince and Technology.
Sas, I. 2010. The Treacle Triplets: A Functional Approach to The Translation of
Children’s Literature. South Africa: Stellenbosch University.
Vid, N. 2008. The Challenge of Translating Children’s Literature: Alice’s Adventure in
Wonderland Translated By Vladimir Nobokov. ELOPE Journal: Vol.V/1-2.