• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Paper P00187

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Full Paper P00187"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB

ANALISA GANGGUAN INTERLINGUAL DAN INTRALINGUAL

DALAM PROYEK PENERJEMAHAN BAHAN AJAR ANAK USIA DINI

Oleh:

Mozes Kurniawan, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB 2015/2016

1. Judul Penelitian : Analisa Gangguan Interlingual dan Intralingual dalam Proyek Penerjemahan Bahan Ajar Anak Usia Dini 2. Identitas Peneliti

a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 2015090

d. Jabatan Struktural : - e. Jabatan Fungsional : -

f. Fakuktas / Prodi : FKIP / PAUD g. Nama Pusat Penelitian: BP3M FKIP UKSW

h. Telepon / Faks : (+62 298) 321212 / (+62 298) 321433 i. No. HP Peneliti : +62 821 3328 4666

j. E-mail : mozes.kurniawan@staff.uksw.edu

3. Total pembiayaan internal yang diajukan : Rp 4.305.000,-

Total pembiayaan eksternal : -

Total : Rp 4.305.000,-

Salatiga, 3 Juni 2016

Ketua Program Studi Peneliti, PAUD FKIP UKSW

Drs. Tritjahjo Danny S., M.Si. Mozes Kurniawan, M.Pd. NIP: 1987054 NIP: 2015090

Mengetahui, Dekan FKIP UKSW

(3)

ii

IDENTITAS PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Analisa Gangguan Interlingual dan Intralingual dalam

Proyek Penerjemahan Bahan Ajar Anak Usia Dini

2. Peneliti

a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd.

b. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris, Pengelolaan Pendidikan

3. Tema Penelitian : Pendidikan

4. Topik Penelitian : Gangguan dalam penerjemahan bahan ajar AUD

5. Signifikansi Penelitian : Penerjemahan bukan hal baru dalam pendidikan namun

masih mendatangkan kebingungan bagi para

penerjemah bahan ajar terkhusus mereka yang

berkecimpung dalam pendidikan AUD. Kebingungan

tersebut muncul akibat gangguan interlingual dan

kurangnya pemahaman intralingual calon guru anak.

6. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Satya Wacana

7.

Hasil yang ditargetkan : Peningkatan kemampuan mengalih-bahasakan

(menerjemahkan) bahan ajar oleh calon guru anak dalam

hal ini mahasiswa yang berada di lingkungan pendidikan

AUD dengan teknik-teknik yang diperoleh dari hasil

kajian terhadap gangguan interlingual dan intralingual

(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Halaman Pengesahan ... i

Identitas Peneliti ... ii

Daftar Isi ... iii

ABSTRAK ... 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 2

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Tinjauan Pustaka ... 3

BAB II RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 9

B. Responden Penelitian ... 9

C. Teknik Pengumpulan Data ... 9

D. Teknik Analisis Data ... 10

E. Rencana Kegiatan Penelitian ... 11

BAB III PEMBIAYAAN A. Rencana Pembiayaan Internal Wajib ... 13

B. Realisasi Dana ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kegiatan Penelitian ... 15

B. Hasil Penelitian ... 18

BAB V KESIMPULAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

Lampiran 1 CV Peneliti

Lampiran 2 Notula & Kehadiran Seminar Proposal

(5)

1

ANALISA GANGGUAN INTERLINGUAL DAN INTRALINGUAL

DALAM PROYEK PENERJEMAHAN BAHAN AJAR ANAK USIA DINI

ABSTRAK

Penerjemahan merupakan hal yang penting dalam mempersiapkan children’s literature (bahan ajar berbahasa asing/bahasa Inggris) terutama dalam

pendidikan anak. Ketika seorang calon guru tidak dengan tepat menerjemahkan

bahan ajar, anak-anaklah yang akan menerima dampak dari ketidaktepatan

tersebut seperti kebingungan dalam belajar, tertanamnya nilai sosio-kultural

yang kurang tepat bahkan pengembangan intelektual yang tidak optimal.

Gangguan yang dimaksud yakni interlingual transfer (gangguan antar bahasa

yang digunakan) dan intralingual transfer (gangguan dalam satu bahasa) yang

tercermin dari hasil terjemahan bahan ajar berbahasa Inggris. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif yang hendak mencari tahu, menguraikan dan

memaparkan hasil penelitian terkait dengan gangguan interlingual dan

intralingual dalam penerjemahan bahan ajar anak. Responden penelitian ini

adalah mahasiswa yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa Inggris 1,

semester II – 2015/2016 di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

(6)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerjemahan bukanlah hal baru yang diterapkan pada berbagai bidang dalam

kehidupan guna mempermudah pemahaman terhadap suatu materi bacaan atau

percakapan yang ditulis atau diucapkan dengan menggunakan bahasa asing. Sebelum

abad ke-19, penerjemahan juga sudah diterapkan dalam dunia pendidikan terkuhusus

untuk menerjemahkan kepustakaan pendukung pendidikan (Akbari, 2012).

Kepustakaan yang dimaksud dapat berupa bahan ajar, sumber pendukung pendidikan,

kisah/cerita yang dapat digunakan untuk memperkaya topik pembelajaran dan berbagai

kepustakaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan.

Terlebih, di era global ini, berbagai sumber kepustakaan pendukung pendidikan

dari berbagai negara dengan berbagai macam bahasa tersedia dan dapat diakses secara

mudah dan cepat (Sas, 2010). Para pendidik dapat dengan mudah mengunduh

materi-materi yang dapat diadaptasi untuk memperlengkapi materi-materi pembelajaran. Siswa pun

dapat mencari sumber-sumber belajar yang lengkap dan terkini hanya dalam hitungan

detik karena begitu banyak sumber yang tersedia. Materi-materi tersebut secara lengkap

tersaji bagi mereka yang berusia dini hingga mereka yang dewasa. Hanya saja, dalam

jurnalnya, Monireh Akbari (2012) mengungkapkan bahwa setelah abad ke-19, fungsi

kepustakaan terutama children’s literature (bahan ajar anak) mulai melepaskan unsur pendidikan. Hal tersebut nampak dari cara penerjemahan yang mulai tidak

memperhatikan tata cara penerjemahan dan tujuan dari penerjemahan itu sendiri.

Kini, banyak dijumpai berbagai bahan ajar anak berbahasa asing, terkhusus

bahasa Inggris, yang mulai banyak dijadikan sebagai rujukan untuk memperkaya

sumber pembelajaran bagi anak. Dari sumber-sumber tersebut dipastikan bahwa

terdapat berbagai bentuk penerjemahan bahkan sumber-sumber tersebut diterjemahkan

oleh orang-orang yang berbeda dengan keunikan dan kesalahan yang dapat timbul dari

masing-masing orang yang berbeda. Natalija Vid (2008), dalam jurnalnya,

memaparkan bahwa menerjemahkan kepustakaan terkhusus bagi pendidikan anak

tidaklah semudah menerjemahkan kepustakaan bagi orang dewasa. Kesalahan yang

timbul pada terjemahan bahan ajar anak dapat mengganggu proses pembelajaran anak

(7)

3 gangguan seperti pengaruh source language (bahasa sumber) atau first language/L1

(bahasa ibu/pertama) yang menjadi ciri dari gangguan interlingual dan kurangnya

pemahaman akan kaidah-kaidah kebahasaan target language (bahasa sasaran) atau

second language/L2 (bahasa asing) yang menjadi ciri dari gangguan intralingual

(Falhasiri, 2011).

Oleh karena itu, begitu pentingnya mengetahui sejauh mana calon guru anak

dapat menerjemahkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, budaya, ungkapan

yang dipahami dan tujuan pembelajaran bagi anak. Mereka perlu mengetahui

gangguan-gangguan apa yang menjadi penghalang mereka menerjemahkan children’s literature dan mencari solusi dari gangguan-gangguan yang dihadapi guna

meningkatkan kemampuan penerjemahan calon guru anak dan menghasilkan bahan

ajar terjemahan yang baik yang dapat diberikan dalam pendidikan anak.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana mahasiswa pendidikan AUD dapat menerjemahkan bahan

ajar berbahasa asing (bahasa Inggris).

2. Menguraikan dan memaparkan potesi gangguan-gangguan (interlingual dan

intralingual) yang muncul dalam proses penerjemahan bahan ajar anak usia dini.

C. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Penerjemahan Children’s Literature

Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa

menerjemahkan bahan ajar anak tidaklah semudah menerjemahkan kepustakaan

orang dewasa (Vid, 2008). Terdapat berbagai pertimbangan dan pengetahuan yang

perlu dimiliki guna menerjemahkan bahan ajar anak. Nabokov (1998, dalam Vid,

2008) mengutarakan bahwa dalam menerjemahkan suatu karya kepustakaan dari

satu bahasa ke bahasa lain diperlukan pemahaman terhadap kedua bahasa tersebut.

Selanjutnya ditekankan pula bahwa penerjemah harus mampu ‘menyalin’ gaya

penulisan dan gagasan penulis kepustakaan yang dimaksud.

Riita Ottinen (2003, dalam Vid, 2008) juga menuliskan hal serupa, sebagai

(8)

4

“... translating as rewriting for target-language audiences – we always need

to ask the crucial question: ‘For whom?’ Hence, while writing children’s books is writing for children, translating children’s literature is translating

for children”.

“... menerjemahkan sebagai bentuk penuliskan kembali dalam bahasa

sasaran – kita senantiasa perlu menanyakan pertanyaan penting ini: Untuk siapa? Oleh karena itu, sementara menulis buku anak berarti kita menulis

bagi anak-anak, menerjemahkan bahan ajar anak berarti kita menerjemahkan bagi anak-anak”.

Sehingga, proses penerjemahan perlu memperhatikan siapa sasaran bahan

terjemahan tersebut. Apakah sasarannya adalah anak-anak, remaja pemuda, orang

dewasa, praktisi dibidang tertentu seperti pendidikan, olahraga, seni dan

sebagainya. Telah diketahui bahwa sasaran penerjemahannya adalah anak-anak,

maka calon guru anak yang hendak melakukan proses penerjemahan perlu

menyadari bahwa anak-anak memiliki kemampuan memilah bahan ajar yang

tergolong masih kurang. Mereka cenderung menerima apa yang diajarkan kepada

mereka. Kemampuan anak-anak dalam memahami pengetahuan umum dunia juga

belum sebaik orang dewasa sehingga penerjemah bahan ajar anak perlu

menyesuaikan konten, bahasa serta nilai yang ada dalam bahan ajar sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan anak-anak (Vid, 2008). Secara umum dapat dibagi

menjadi dua kebutuhan utama anak-anak dalam menggunakan bahan ajar

terjemahan yakni kebutuhan sosio-kultural dan kebututhan intelektual.

a. Kebutuhan Sosio-kultural Anak

Wei Lou (2010) menegaskan bahwa penerjemahan perlu

memperhatikan social needs and demands (kebutuhan dan permintaan sosial).

Kebutuhan dan permintaan sosial tersebut berkembang ketika didapati suatu

gap (kesenjangan) dimana terjemahan tersebut dapat menjadi alternatif pengisi

kesenjangan tersebut.

Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa di era

global ini, banyak kepustakaan terutama materi ajar yang dapat secara lengkap

dan cepat diakses oleh siapa saja dimanapun mereka beraada (Sas, 2010).

(9)

5 perlu mengadaptasi berbagai sumber lengkap terkini yang dapat dijadikan

referensi tambahan dalam penyusnan materi ajar anak.

Selain menambah referensi bahan ajar, terjemahan juga perlu

memperhatikan kondisi sosial dan budaya dari bahasa sasaran yang dikaitkan

dengan bahasa sumber yang ada. Banyak diantara kepustakaan berbahasa asing

memiliki nuansa budaya setempat yang cukup kental. Lou (2010) memberikan

satu contoh tujuan sosio-kultural dari penerjemahan di Cina pada awal

pembentukan Republik Rakyat Cina (RRC) yakni untuk meningkatkan tradisi

budaya Cina, mencerahkan pemikiran masyarakat dan meningkatkan kesadaran

nasionalisme rakyat Cina. Sehingga konteks penerjemahan akan terfokus pada

hal-hal tersebut dan tidak mengarah pada bidang lain seperti pendidikkan,

kehidupan bermasyarakat dan sebagainya. Demikian pula dengan kepustakaan

berbahasa Inggris terkhusus yang ditujukan untuk pembelajaran anak,

nilai-nilai sosio-kukturalnya perlu diperhatikan agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai

dan budaya Indonesia yang hendak ditanamkan dari segi tata krama, budaya

berkomunikasi, berperilaku, konten pembelajaran bahkan nilai-nilai konsumsi

lainnya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi dasar pembentukan tujuan

penerjemahan yang tercermin dari pemilihan gaya terjemahan, metode dan

teknik penerjemahan, penyesuaian gaya bahasa dan budaya dan lain sebagainya

guna memperoleh bahan ajar terjemahan yang baik bagi anak-anak Indonesia.

b. Kebutuhan Intelektual Anak

Gillian Lathey (2006, dalam Sas, 2010) mengungkapkan pendapat

berikut:

“A translator has to make a transition to the child’s mindset through the medium of the original writer’s style”.

“Seorang penerjemah harus membuat suatu transisi bagi pola pikir anak melalui media gaya tulis seperti aslinya”.

Dengan kata lain, penerjemah bahan ajar anak perlu mempertahankan

beberapa hal dari bahasa aslinya yang perlu atau menghilangkan beberapa hal

(10)

6 Van Coilie (2001, dalam Sas 2010) menegaskan beberapa hal yang

perlu ada dalam bahan ajar anak terjemahan, antara lain: penekanan pada nilai

kebaikan yang mengembangkan kecerdasan ke arah hasil yang positif. Nuansa

humor juga perlu dipertahankan guna membuat anak-anak merasa nyaman dan

aman ketika mempelajari bahan ajar terjemahan tersebut. Kesan humor dan sisi

menyenagkan yang dipertahankan akan membuat anak-anak fokus pada

pelajaran yang hendak ditanamkan tanpa menghiraukan unsur-unsur yang

kurang sesuai seperti perilaku buruk (mengejek, memarahi, menyiksa) dan sad

story (kisah dengan nuansa sedih). Seperti kisah Cinderella dimana pada bagian

tertentu, dia diperlakukan dengan tidak baik oleh saudara-saudara tirinya, hal

tersebut tidak akan menjadi fokus utama anak-anak ketika mereka memiliki hal

menarik lain untuk diperhatikan.

Selanjutnya, ditekankan pula bahwa anak-anak menyukai teks bacaan

yang mudah untuk dibaca dan mudah untuk diikuti. Kecerdasan anak-anak

belum seberkembang orang dewasa sehingga perlu diperhatikan jumlah

karakter yang ditonjolkan, alur cerita yang sederhana, demikian pula kosa kata

yang diberikan haruslah sederhana (Lou, 2010). Oleh karena itu, apabila

penerjemah bahan ajar anak mengalami gangguan interlingual dan/atau

intralingual perlu adanya penanganan guna menyelesaikan permasalahan yang

muncul dalam proses penerjemahan bahan ajar anak.

2. Gangguan Interlingual dan Intralingual

Dalam penggunaan lebih dari satu bahasa, memungkinkan adanya

gangguan-gangguan yang terjadi. Chomsky (1998, dalam Chelli, 2014) menyatakan bahwa

gangguan merupakan hal yang tidak terelakkan dalam penggunaan bahasa-bahasa.

Terdapat berbagai jenis gangguan yang bisa saja muncul seperti yang

diklasifikasikan oleh Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) antara lain:

Interlingual Transfer (gangguan interlingual), Intralingual Transfer (gangguan

intralingual), Context of Learning (konteks pembelajaran), dan Communication

Strategies (strategi-strategi berkomunikasi). Hanya saja, dalam konteks

(11)

7 gangguan yang sering terjadi yakni gangguan interlingual dan gangguan

intralingual.

a. Interlingual Transfer (Gangguan Interlingual)

Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) mengartikan gangguan

interlingual adalah suatu pengaruh negatif dari satu bahasa- bisa berupa L1

(bahasa ibu/pertama)- dalam mempelajari atau menggunakan bahasa

lainnya- bisa berupa L2 (bahasa asing)-. Gangguan tersebut terjadi karena

pengguna bahasa terlalu bergantung pada satu bahasa sehingga

kaidah-kaidah kebahasaan bahasa yang kerp digunakan tersebut mempengaruhi

penggunaan bahasa lainnya (Al-Khresheh, 2010). Dalam hal ini penerjemah

children’s literature yang terbiasa menggunakan L1-nya akan mengalami suatu fase kebingungan antara kaidah L1 dan L2 yang terjadi tanpa sengaja

atau diluar kesadaran dari penerjemah tersebut. Hal tersebut didukung oleh

behaviourist learning theory yang menyatakan bahwa formulasi kebiasaan

lama akan akan menjadi pemghalang kelancaran kebiasaan baru (Chelli,

2014).

Kaidah-kaidah sistematis yang ada pada L2 akhirnya ditentukan oleh

L1 (Falhasiri, 2011) karena berbagai alasan seperti kurangnya penguasaan

kosa kata L2 sehingga penerjemah merujuk pada L1 yang menyerupai L2

meskipun dalam kosa kata tersebut tidak ada dalam kaidah L2. Kurangnya

pemahaman akan ungkapan-ungkapan yang serupa dari L2 yang membuat

L1-nya mengambil bagian yang kurang tepat juga menjadi alasan terjadinya

kebingungan dalam penerjemahan.

Dalam paparannya, Falhasiri (2011) menungkapkan beberapa jenis

gangguan interlingual yang dapat timbul dalam penggunaan dua bahasa.

Jenis-jenis gangguan interlingual tersebut dapat dikategorikan sebagai

berikut: General Misuse of Word (kesalahan penggunaan kata secara

umum), Structural Mistaken (kesalahan struktural), Misplacing of Word

(12)

8 b. Intralingual Transfer (Gangguan Intralingual)

Brown (1980, dalam Abusaeedi dkk, 2015) mendefinisikan gangguan

intralingual sebagai suatu pengaruh negatif dalam satu bahasa. Pengaruh

tersebut umumnya terjadi pada bahasa baru/sasaran (L2) yang digunakan

oleh penerjemah. Gangguan tersebut juga merupakan suatu kesalahan yang

dilakukan oleh praktisi bahasa karena kurangnya pengetahuan terhadap L2

yang dimaksud. Kurangnya pembelajaran atau tidak lengkapnya

pengetahuan akan L2 membuat gangguan ini muncul dalam penggunaan

kemampuan berbahasa. Lebih lagi dijelaskan bahwa gangguan intralingual

dapat terjadi karena praktisi bahasa mencoba untuk membuat suatu

kesimpulan sementara atau hipotesis terhadap L2 dengan minimnya

pengetahuan akan L2 itu sendiri (Falhasiri, 2011). Jadi ketika penerjemah

berupaya untuk menerjemahkan suatu kepustakaan dari bahasa asing (L2)

menuju bahasa ibu (L1) atau dari bahasa ibu (L1) menuju bahasa sasaran

(L2), kurangnya pemahaman bahasa yang baru tersebut yang menjadi

potensi munculnya gangguan intralingual ini.

Richard (1971, dalam Chelli, 2014) membagi gangguan intralingual

menjadi empat bagian antara lain: Overgeneralization (penyamarataan

berlebih), Ignorance of Rule Retriction (ketidaktahuan batasan kaidah),

Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak lengkap) dan

(13)

9

BAB II

RENCANA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala/permasalahan yang

dihadapi responden. Dalam hal ini, permasalahan yang ada akan diketahui dan

selanjutnya akan diuraikan sesuai dengan kategori permasalahan yang dihadapi

merujuk pada teori yang digunakan. Permasalahan dan kondisi responden akan

diuraikan dalam bentuk paparan deskriptif lengkap yang informatif. Selanjutnya

permasalahan yang dihadapi akan dipaparkan berdasarkan hasil analisa dari data-data

terkait dengan perolehan data yang ada. Berdasarkan dari tujuan penelitian tersebut,

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif.

B. Responden Penelitian

Mouton (1996, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa sampel responden yang

diteliiti merupakan pilihan dimana diharapkan responden tersebut dapat memenuhi

maksud peneliti dalam menemukan suatu gejala/fenomena/isu/masalah dalam suatu

ruang lingkup sederhana. Responden yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu 10

orang mahasiswa; dari Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakuktas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia; yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa

Inggris I, semester II 2015/2016.

Responden tersebut berasal dari tingkat pendidikan yang sama dan tidak ada

diantaranya yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris (sebelumnya)

sehingga diharapkan hasil data yang diperoleh seimbang antara satu responden dan

responden lainnya. Sedangkan titik utama penelitian yang dituju yakni pada

kemampuan mahasiswa menerjemahkan bahan ajar anak usia dini berbahasa Inggris.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan beberapa

instrumen. Sebelum dilakukan pengumpulan data, perlu adanya pengohokan reliabilitas

(14)

10 Polit and Hungler (1993, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa reliabilitas

merupakan tingkat konsistensi dari instrumen beserta konsistensi kinerja peserta yang

dijadikan responden penelitian. Oleh karena itu reliabilitas penelitian ini dikokohkan

dengan memberikan aturan yakni menggunkan alat terjemahan yang sama bagi setiap

responden. Selain itu instrumen pengumpulan data berupa bahan ajar (cerita) anak

ditetapkan memiliki tingkat kesulitan yang sama dengan kisaran jumlah kata yang sama

pula. Sedangkan validitas merupakan tingkat dimana instrumen dapat digunakan secara

tepat dan sesuai dengan kemampuan responden terkait dengan sasaran bahan ajar yang

adalah anak-anak. Validitas akan dikokohkan dengan berkonsultasi dengan pengajar

dibidang Anak Usia Dini (AUD) yang lebih senior mengenai sumber-sumber bahan

ajar yang cocok digunakan sebagai bahan ajar terjemahan anak.

Berikut instrumen-instrumen yang hedak digunakan dalam penelitian ini:

1. Pengumpulan Data Pertama

Pertama, data yang akan dikumpulan berupa hasil perhitungan gangguan

dalam (children’s literature translation project) proyek terjemahan bahan ajar (buku cerita anak) berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh responden yang

merupakan mahasiswa yang bersangkutan. Data tersebut berbentuk hasil

terjemahan mentah (yang belum diperhitungkan adanya gangguan yang terjadi)

yang kemudian siap untuk diproses menjadi data siap analisa.

2. Pengumpulan Data Kedua

Pengumpulan data kedua ini digunakan sebagai pelengkap analisa (apabila

dibutuhkan) untuk mendapatkan paparan deskriptif yang utuh. Pengumpulan data

kedua ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur kepada

responden. Wawancara dilakukan terhadap beberapa responden yang dinilai perlu

adanya penambahan data informasi.

D. Teknik Anaisis Data

Data yang telah terkumpul akan diianalisa dengan menggunakan metode yang

disadur dari Corder (1967, dalam Amara, 2015) yakni menggunakan tiga langkah

analisa data pertama, antara lain: 1) Collection of Sample (pengumulan sampel), 2)

Identification of Error (identifikasi kesalahan) dan 3) Description of Error (paparan

(15)

11 Paparan kesalahan tersebut disajikan ke dalam dua kategori yakni interlingual

dan intralingual yang merupakan kategori dari gangguan yang menghasilkan kesalahan

terjemahan. Setiap kategori gangguan akan diikuti oleh sub-kategori sebagai penjelas

gangguan yang spesifik telah terjadi.

Selanjutnya data kedua berupa hasil wawancara (apabila ada) akan

ditranskripsikan dan dijadikan sebagai tambahan data untuk dianalisis. Data tersebut

dapat memperkaya informasi yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran utuh dari

isu/fenomena/masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

E. Rencana Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester yang terbagi menjadi beberapa

bulan dengan proses penelitian masing-masing. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa

bulan pertama ditujuakan untuk persiapan proposal dan rencana penelitian yakni

menemukan topik penelitian, permasalahan yang hendak diteliti, responden penelitian,

instrumen pengumpulan data dan rencana analisa data. Bulan kedua ditargetkan bahwa

seluruh aspek penelitian sudah dalam keadaan siap dan pengumpulan data dapat segera

dilakukan. Pada periode waktu ini, responden juga disiapkan dari segi kejelasan akan

apa yang perlu dilakukan beserta sarana dan prasarana pendukung yang juga disiapkan.

Pada bulan ketiga, diharapkan hasil pengumpulan data telah ada dan dianalisa

sesuai dengan teknik analisa yang direncanakn. Bulan keempat data yang telah

dianalisa disajikan dan penyelesaian penelitian dapat dilakukan. Setelah penelitian

diselesaikan, hasil penelitian akan dituangkan kedalam bentuk artikel jurnal penelitian.

Sisa waktu yang dimiliki sebelum batas akhir pelaporan penelitian digunakan untuk

mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung beserta perijinan dan pengelolaan guna

diterbitkannya artikel jurnal penelitian yang ada. Direncanaan artikel jurnal ini akan

diterbitkan pada jurnal pendidikan yang ada di kalangan Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

Berikut tahapan dalam penelitian perseorangan wajib UKSW 2015/2016:

1. Persiapan Pra Penelitian

2. Persiapan Akhir Penelitian

3. Pengumpulan dan analisa data

4. Penyajian hasil data dan publikasi jurnal

Hasil: Rancangan proposal topik penelitian beserta instrumen dan responden

Hasil: Bahan ajar siap diterjemahkan dan responden siap berkontribusi

Hasil: Paparan permasalahan dan kajian atas permasalahan berdasarkan teori rujukan

yang digunakan

Hasil: Paparan hasil penelitian telah jadi dan siap untuk dipublikasikan dalam jurnal

(16)

12 Berikut jadwal kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW 2015/2016:

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1

Persiapan Pra Penelitian: Perancangan topik

penelitian, rencana responden, instrumen dan

analisa data; dan penyusunan proposal penelitian

perseorangan wajib UKSW 2015

√ √

Persiapan Pra Penelitian: Memaparkan hasil

proposal penelitian perseorangan wajib UKSW

2015

2

Persiapan Akhir Penelitian: Pengadaan bahan ajar

berbahasa Inggris, mengokohkan validitas dan

reliabilitas instrumen dan sosialisasi kegiatan

penelitian kepada reponden

3

Pengumpulan dan Analisis Data: Mengadakan

proses penerjemahan, menkaji hasil terjemahan,

menentukan gangguan yang dialami dari kesalahan

yang ada.

√ √

Pengumpulan dan Analisis Data: Melengkapi

informasi data dengan wawancara responden

kemudian dianalisis sesuai teknik analisis data yang

direncanakan

4

Penyajian Hasil Data: Memaparkan hasil analisa

data sebagai hasil dari penelitian. Menyusun tulisan

yang utuh dari penelitian dalam bentuk artikel

jurnal

√ √

Penyajian Hasil Data: Melakukan pelaporan hasil

penelitian kepada pihak terkait penyelenggara

penelitian

Publikasi Artikel Jurnal: Mempersiapkan syarat

(17)

13

BAB III

PEMBIAYAAN

A. Rencana Pembiayaan Internal Wajib

No Jenis Pengeluaran Jmlh Vol Satuan Total

1 Persiapan Pra Penelitian

a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000

b. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000

c. Perbanyakan Proposal 80.000 80.000

d. Refreshment Seminar Proposal 7 1 25.000 175.000 355.000 2 Persiapan Akhir Penelitian

a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000

b. Pencetakan Bahan Terjemahan 15 1 35.000 525.000

c. Alat Tulis 15 4 2.500 150.000

d. Kertas Polos A4 1 1 50.000 50.000

e. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000

f. Cetak Dokumentasi 75.000 75.000

g. Refreshment Responden 16 1 25.000 400.000 1.375.000 3 Pengumpulan dan Analisis Data 1

a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000

b. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000

c. Cetak Dokumentasi 75.000 75.000

d. Refreshment Responden 16 2 25.000 800.000

e. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 1.125.000 Pengumpulan dan Analisis Data 2

a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000

b. Sewa Kamera/Recorder 1 1 150.000 150.000

c. Cetak Dokumentasi 75,000 75.000

d. Refreshment Responden 6 1 25.000 150.000

e. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 475.000 4 Penyajian Hasil Data

a. Akomodasi 1 1 25.000 25.000

b. Pengetikan, Cetak & Jilid 75.000 75.000 c. Perbanyakan Hasil Penelitian 150.000 150.000 d. Refreshment Seminar Hasil Riset 10 2 25.000 500.000

e. Sewa Kamera 1 1 150.000 150.000

f. Cetak Dokementasi 75.000 75.000 975.000

(18)

14 B. Realisasi Dana

Anggaran Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2015/2016

1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN

Item Bahan Vol. Satuan Harga

Satuan Total

Cetak Bahan Terjemahan 15 Jilid 35.000 525.000

Kertas Polos A4 1 Rim 50.000 50.000

Sewa Kamera 1 4 acra 150.000 600.000

Alat Tulis 15 4 jns 2.500 150.000

Sub Total (Rp) 1.325.000

2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA

Item Bahan Vol. Satuan Harga

Satuan Total

Pengetikan Cetak & Jilid 1 4 kali 75.000 300.000

Perbanyakan Proposal 1 1 smnr 80.000 80.000

Perbanyakan Hasil Penelitian 1 1 smnr 150.000 150.000

Refreshment Responden Data 1 16 3 kali 25.000 1.200.000

Refreshment Seminar Proposal 7 1 kali 25.000 175.000

Refreshment Seminar Hasil 10 2 kali 25.000 500.000

Refreshment Responden Data 2 6 1 kali 25.000 150.000

Cetak Dokumentasi 1 4 acr 75.000 300.000 Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 4.305.000

*rincian nota kompleks

** Pengeluaran kena pajak (5%)

Realisasi Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2015/2016

1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN

Item Bahan Vol. Satuan Harga

2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA

Item Bahan Vol. Satuan Harga

Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 3.010.400 SALDO (Rp) 1.294.600 Melaporkan,

(19)

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Laporan Kegiatan Penelitian

Sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirancangkan sebelumnya, penelitian ini

dilaksanakan selama satu semsester dengan pelaksanaan sekitar enam bulan. Kegiatan

penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian umum antara lain:

• Persiapan / Pra Penelitian

• Persiapan Akhir Penelitian

• Pengumpulan dan Analisis Data

• Penyajian Hasil Data

Berikut dilaporkan hasil kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW tahun anggaran

2015/2016 sesuai dengan bagian-bagian kegiatan tersebut. Bagian-bagian kegiatan tersebut

selanjutnya terbagi menjadi sub bagian guna mempermudah perancangan, pelaksanaan dan

pelaporan kegiatan penelitian.

1. Persiapan / Pra Penelitian

Pada bagian persiapan / pra penelitian, peneliti merancang topik penelitian,

rencana responden, instrumen dan analisa data; dan penyusunan proposal penelitian

perseorangan wajib UKSW 2015/2016.

Topik yang telah dipilih yakni gangguan dalam penerjemahan bahan ajar Anak

Usia Dini (AUD) sesuai dengan tema pendidikan. Topik tersebut dipilih dengan

mempertimbangkan bahwa penerjemahan bahan ajar bagi AUD sangatlah penting dan

perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat anak usia dini sedang dalam masa

belajar dimana apa yang didengar, dilihat dan diperolehnya dalam pembelajaran secara

langsung ditangkap dan dijadikan suatu pengetahuan (belum mampu memilah mana

yang baik dan mana yang buruk). Apabila bahan ajar anak tidak tepat dalam

penerjemahannya, merekalah yang menjadi korban.

Topik ini dimaksudkann agar diperoleh suatu hasil berupa gambaran mengenai

kemampuan menerjemahkan bahan ajar berbahasa Inggris oleh calon-calon guru

PAUD sehingga melaluinya dapat dijadikan sebagai bahan refleksi ataupun nantinya

dijadikan sebagai dasar pencarian solusi apabila ditemukan gangguan-gangguan yang

(20)

16 Selanjutnya, peneliti merancangkan responden penelitian beserta tempat dan

waktu pelaksanaan penelitian. Diperoleh sepuluh mahasiswa dari program studi

PG-PAUD, FKIP, UKSW yang tergabung dalam kelas Pembelajaran Bahasa Inggris I,

semester II 2015/2016. Peneliti kemudian menetapkan suatu waktu khusus yakni

beberapa pertemuan dalam rancangan pembelajaran mata kuliah tersebut sebagai waktu

dilaksanakannya penelitian. Peneliti juga telah meracang instrumen yang digunakan

sebagai alat pengumpul data mengenai gangguan dalam proses penerjemahan bahan

ajar AUD berbahasa Inggris. Peneliti menggunakan buku cerita (story book) sebagai

instrumen pengumpul data yang kemudian diterjemahkan dalam proyek penerjemahan

(translation project).

Setelah gambaran rancangan tercipta, pada bulan Desember 2015 peneliti mulai

menulis sebuah rancangan proposal penelitian. Proposal tersebut diseminarkan pada

aras program studi untuk mendapatkan masukan dan perbaikan sebelum dikirim ke Biro

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (BP3M) UKSW. Seminar proposal

tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Januari 2016 di Ruang Rapat, E229, FKIP,

UKSW.

2. Persiapan Akhir Penelitian

Pada bagian ini, peneliti melakukan pengadaan bahan ajar berbahasa Inggris,

mengokohkan validitas dan reliabilitas instrumen dan sosialisasi kegiatan penelitian

kepada reponden. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang bulan Februari 2016. Bahan ajar

yang dimaksud adalah buku cerita yang menjadi bahan terjemahan. Buku tersebut

diperoleh dari web Disney dan diambil dua jenis cerita yakni Mulan dan Aladdin.

Kedua buku cerita tersebut dipertimbangkan validitasnya yakni dengan melihat kisaran

jumlah kata dan juga perkiraan tingkat kesulitannya sehingga intrumen tersebut

benar-benar valid untuk digunakan. Jumlah kata antara dua cerita tersebut serupa yang terbagi

menjadi sekitar 30 halaman dengan kisaran dua baris cerita tiap halamannya. Jenis

kata-katanya pun relatif sama dari segi tingkat kesulitannya.

Selanjutnya pada hari Senin, 22 Februari 2016, peneliti menerangkan atau

mensosialisasikan teknis pelaksanaan proyek penerjemahan bahann ajar secara detail

kepada responden penelitian. Pertemuan diadakan diruang kelas dan berakhir dengan

tanya jawab sederhana terkait dengan teknis proyek penerjemahan bahan ajar AUD

berbahasa Inggris. Pada saat itu juga di lakukan penyajian ketentuan penggunaan kamus

(21)

17 elektronik. Google translation dapat digunakan hanya untuk kata demi kata dan tidak

disarankan untuk meggunakannya dalam bentuk kalimat atau paragraf. Hal tersebut

dilakukan agar responden daat dikendlikan dan perolehan data nantinya dapat reliabel.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Bagian ini tterbagi menjadi dua bagian pengummpulan data. Pertama yakni

pengumpulan data berupa proyek menerjemahkan bahan ajar AUD berbahasa Inggris.

Kedua yaitu pengumpullan data tambahan pendukung berupa wawancara beberapa

responden yang dirasa perlu untuk diperoleh informasinya lebih dalam.

Pengumpulan data pertama dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2016

bertepatan dengan kegiatan penerjemahan bahan ajar pada kelas Pembelajaran Bahasa

Inggris AUD 1. Kegiatan dilaksanakan di ruang rapat Laboratorium Terapan FKIP

sehingga responden mendapatkan tempat yang relatif sunyi agar mereka dapat

konsentrasi dalam menerjemahkan bahan ajar yang ada.

Setelah data pertama diperoleh, peneliti melakukan analisa terhadap data

tersebut. Cerita berbahasa Inggris yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

kemudian diperiksa untuk menngetahui kesalahan-kesalahan yang timbul dan dugaan

gangguan yang dialami oleh responden dalam menerjemahkan cerita tersebut.

Pada hari Jumat, 8 April 2016 sembari mengumpulkan tugas akhir semester,

lima mahasiswa diminta pendapatnya terkait dengan proyek penerjemahan bahan ajar

yang telah dilakukannya guna memperkaya kajian data yang ada. Beberapa diantara

mereka mengungkapkan dengan jelas dan terbuka. Aalisa lebih lanjut dilaksanakan

selama bulan April 2016. Demikian kegiatan pada bagian ketiga ini dilaksanakan.

4. Penyajian Hasil Data

Selama akhir bulan April hingga awal Mei 2016, data yang telah dianalisis,

diperoleh hasil kajiannya. Hasil akhir dari kegiatan penelitian ini di laporkann dalam

tiga bentuk pelaporan. Pertama, dibualah laporan kegiatan penelitiann perseorangan

wajib UKSW tahun anggaran 2015/2016. Selanjutnya, berdasarkan dana yang

digunakan, disusunlah laporan pertanggungjawaban keuangan / realisasi dana sesuai

dengan bagian-bagian kegiatan yang ada dan dituliskan dalam format skema anggaran

BP3M. Laporan yang ketiga yakni hasil akhir artikel penelitian yang siap

(22)

18 dipublikasikann dalam jurnal berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Apabiila hendak

dipublikasikan ke jurnal berbahasa Inggris, maka peneliti perlu menerjemahkannya

terlebih dahulu.

Selain disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian, hasil penelitian ini juga

disajikan dalam seminar hasil penelitian aras program studi. Dalam seminar hasil

penelitian yang diadakan pada hari Rabu, 25 Mei 2016 di Ruang Rapat, E229 FKIP,

ketua program studi PG-PAUD mengesahkan laporan pertanggungjawaban keuangan.

Kemudian, laporan ini disahkan juga oleh dekan FKIP, UKSW.

B.

Hasil Penelitian

Sesuai dengan pendahuluan yang telah dipaparkan pada bagian awal, bahwa dalam

menerjemahkan bahan ajar terkhusus bagi AUD diperlukan ketelitian dan ketepatan

penerjemahan. Apabila terdapat kesalahan yang fatal akan membuat anak-anak salah

menangkap materi ajar dan menjadikannya sebagai suatu pengetahuan yang keliru seperti tata

kebahasaan, ungkapan bahkan nilai-nilai sosial budaya.

Dalam melakukan analisa data, dirujuk model analisa yang dikenalkan oleh Corder

(1967, dalam Amara, 2015) yaitu tiga langkah analisa data. Pertama yakni Collection of Sample

(pengumulan sampel). Tahap kedua merupakan Identification of Error (identifikasi kesalahan).

Bagian terakhir yaitu Description of Error (paparan kesalahan). Ketiganya akan disajikan

secara beruntut dan terintegrasi dengan kerangka substansi yang disesuaikan dengan maksud

penyajian data.

Frekuensi Interlingual Transfer dalam Proyek Terjemahan Mahasiswa

Dalam proyek terjemahan bahan ajar AUD oleh mahasiswa, dijumpai berbagai

kesalahan atau gangguan kebahasaan dalam proses menerjemahkannya. Bagian ini menyajikan

tingkat keseringan atau frekuensi gangguan interlingual dalam satu kali proyek terjemahan

mahasiswa. Seperti yang telah diketahui bahwa gangguan interlingual merupakan gangguan

interlingual merupakan gangguan dari sisi kebahasaan seperti pengaruh satu bahasa terhadap

bahasa lain dalam proses menerjemahkan suatu bentuk bahasa, kurangnya pemahaman terkait

pertalian atau padanan makna antara dua bahasa (atau lebih).

Selain itu terdapat pula kesalahan penggunaan kata terjemahan (General Misuse of

(23)

19 kurang tepat (Misplacing of Word) dan hilangnya makna atau unsur kata dalam menerjemahkan

suatu bentuk bahasa (Omission).

Berdasarkan, empat kategori gangguan interlingual yang ada, disajikan frekuensi

kesalahan/gangguan dalam proyek terjemahan mahasiswa masing-masing kategori. Sajian

tersebut merupakan frekuensi kesalahan/gangguan kebahasaan 10 mahasiswa yang menjadi

responden penelitian. Berikut disajikan frekuensi gangguan interlingual dalam diagram.

Gambar 1. Frekuensi Interlingual Transfer dalam Terjemahan 10 Mahasiswa

Dari Gambar 1, didapati bahwa gangguan terbanyak yaitu pada general misuse of word.

Mahasiswa, dalam proyek terjemahannya, menghasilkan paling banyak kesalahan pada

kategori ini. Kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa rata-rata berkisar antara 5 sampai 6

kesalahan masing-masing mahasiswa.

Pada kategori omission, mahasiswa yang melakukan kesalahan rata-rata berkisar antara

2 sampai tiga kesalahan. Pada bagian ini, kesalahan yang dilakukan mahasiswa tidak merata.

Ada yang melakukan kesalahan antara 1 sampai 2 kali saja namun ada beberapa diantaranya

yang melakukan kesalahan sampai 6 kali dalam satu bagian ini. Bagian ini menjadi kategori

kedua pada kesalahan kebahasaan yang cukup sering terjadi.

Selanjutnya, ada beberapa kesalahan muncul pada kategori structural mistaken.

Mahasiswa yang mengalami kesalahan pada bagian ini rata-rata 2 kesalahan per orang namun

4

Misplacing of Word

20

Structural Mistaken

26

Omission

(24)

20 pada kategori ini kesalahan yang dibuat mahasiswa juga tidak merata. Dengan kata lain ada

mahasiswa yang melakukan sedikit bahkan ada yang tidak melakukan kesalahan tetapi ada

beberapa diantara mereka yang melakukan kesalahan cukup sering.

Kategori terakhir yang merupakan bagian dengan jumlah kesalahan paling sedikit yaitu

misplacing of word. Mahasisiwa yang mengalami gangguan pada bagian ini hanya tercatat 4

kali kesalahan dalam keseluruhan proses terjemahan bahan ajar. Rata-rata kesalahannya pun

relatif sama yaitu satu kesalahan pada beberapa mahasiswa dan beberapa lainnya bebas dari

kesalahan .

Frekuensi Intralingual Transfer dalam Proyek Terjemahan Mahasiswa

Bagian lain dari gangguan yang dapat dialami mahasiswa dalam menerjemahkan materi

ajar taitu gangguan intralingual (intralingual transfer). Gangguan ini terkait dengan

pemahaman seseorang didalam satu bahasa (bahasa sumber atau bahasa target, namun kerap

kali dikaitkan dengan L2 atau bahasa kedua). Gangguan ini terbagi menjadi empat kategori

antara lain: Overgeneralization (penyamarataan berlebih), Ignorance of Rule Retriction

(ketidaktahuan batasan kaidah), Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak

lengkap) dan False Concept Hypothesized (penyimpulan konsep yang salah).

Berikut disajikan frekuensi gangguan kebahasaan dari segi intralingual yang dialami

mahasiswa dalam proyek terjemahan bahan ajar. Sama seperti bagian sebelumnya, frekuensi

ini diperoleh dari total keslahan responden sesuai dengan kategori-kategori yang ada.

6

Overgeneralization

8

of RuleIncomplete Application

9

Ignorance of Rule Restriction

25

False Concept Hypothesized

(25)

21 Dari keempat kategori dalam intralingual transfer, kategori false concept of

hypothesized yang merupakan kategori dengan gangguan paling banyak. Terdapat 25

kesalahan yang dilakukan oleh total responden yang ada. Kisaran rerata gangguan pada bagian

ini yaitu 2 sampai tiga keslaahan masing-masing mahasiswa. Bagian ini merupakan bagian

dengan kesalahan yang paling mencolok dibandingkan dengan tiga ktegori lain yang

kesalahannya tidak mencapai 10 dalam sekali proyek terjemahan.

Selanjutnya, terdapat 9 kesalahan mahasiswa dalam proyek terjemahan bahan ajar pada

kategori ignorance of rule restriction. Mahasiswa mengalami gangguan rata-rata 1 kesalahan

masing-masing mahasiswa walaupun ada beberapa yang bebas kesalahan pada kategori ini.

Untuk kategori incomplete application of rule, mahasiswa mengalami rata-rata gangguan 1

kesalahan sekali proyek terjemahan. Total kesalahan pada bagian ini adalah 8. Sementara

kategori dengan kesalahan terkecil terletak pada overgeneralization. Pada kategori ini,

mahasiswa mengalami 6 kesalahan saja dimana kesalahan tersebut hanya dilakukan oleh 4

mahasiswa. Enam mahasiswa lainnya bebas kesalahan pada overgeneralization.

Jenis-Jenis Gangguan Kebahasaan yang Sering Muncul

Dari hasil perolehan data, dikatahui bahwa jumlah kesalahan terbanyak terdapat pada

gangguan interlingual. Terdapat 4 kategori didalamnya dan masing-masing kategori memiliki

jumlah kesalahan yang lebih banyak dari pada kategori-kategori dalam gangguan intralingual.

Secara umum dapat dikatakan bahwa mahasiswa cenderunng mengalami kesulitan dalam

mengirimkan makna pesan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia karena kurangnya

pemahaman padanan kosa kata kedua bahasa tersebut. Kecenderungan menghilangkan makna

kata juga kerap terjadi dalam proses penerjemahan bahan ajar anak.

Pada gangguan interlingual kategori general misuse of word, nampak bahwa masih

banyak diantara mahasiswa yang perlu peningkatan pemahaman kosa kata. Salah satu yang

kerap menjadi keslaahan yakni pengartian kata-kata ‘had tricked’. Kata-kata tersebut diartikan

sebagai ‘memiliki trik’. Tanpa melihat konteks dimana kata-kata tersebut diletakkan dan langsung mengambil simpulan arti kata tersebut dapat menjadi titik dimana pembaca atau

pendengar cerita terkhusus anak-anak usia dini kebingungan. Kata-kata tersebut terletak pada

bagian dalam kalimat berikut:

(26)

22 Kalimat tersebut berada pada konteks bahwa saat itu Aladdin dan kera peliharaannya

yang bernama Abu sedang berada didalam gua dimana mereka menemukan lampu ajaib. Saat

itu, ada seorang jahat yang hendak mengambil lampu ajaib tersebut namun Abu berhasil

menipunya dan menjaga lampu ajaib itu untuk Aladdin. Dari konteks yang ada, kata-kata ‘had

tricked’ kurang tepat apabila diartikan sebagai ‘memiliki trik’ (had  bentuk lampau dari have:

memiliki; tricked  bentuk lampau dari trick: trik/tipuan) sehingga akan menjadi demikian

bila diartikan dengan pemahaman yang lama.

“Meskipun terperangkap didalam gua, Abu memiliki trik Jafar dan menjaga lampu ajaib

tersebut untuk Aladdin”

Terjemahan tersebut nampak tidak logis karena Abu diposisikan memiliki trik Jafar

yang merupakan orang yang jahat. Kemudian, apabila tetap dipertahankan pola terjemahan itu,

selanjutnya tidak nampak trik apa yang digunakan Abu ketika berada didalam gua. Dari dua

hal itu saja sudah dapat dimengerti bahwa pola terjemahan kalimat tersebut kurang logis atau

kurang sejalan dengan konteks dimana kalimat tersebut berada. Tentunya akan berbeda apabila

pola terjemahannya menjadi seperti berikut:

“Meskipun terperangkap didalam gua, Abu telah menipu Jafar dan menjaga lampu ajaib

tersebut untuk Aladdin”

Pola terjemahan yang kedua cenderung sejalan dengan konteks yang telah disajikan

sebelumnya. Abu yang merupakan rekan dari Aladdin dan musuh Jafar memberikan tipuan

kepada Jafar guna menjaga lampu ajaib yang hendak dicuri dari Aladdin. Apabila pola tersebut

dipaparkan kepada anak maka mereka cenderung dapat memahaminya dengan mudah

ketimbang pola pertama yang menimbulkan pertanyaan terhadap pemahamannya.

Kesalahan yang cukup sering terjadi dalam terjemahan mahasiswa yaitu kategori

omission. Omission atau menghilangkan makna kata dapat membuat pemahaman terhadap

materi ajar tidak lengkap. Ketidaklengkapan makna dapat berakibat fatal terkhusus dalam

proses belajar anak dimana mereka cenderung menangkap secara langsung apa yang mereka

dengar dan lihat. Salah satu contoh omission yang cukup fatal yaitu menghilangkan detail

karakter dalam proses penerjemahan kisah Aladdin.

“Deep in the Arabian desert, Princess Jasmine lived with her father, Sultan of Agrabah,

(27)

23 Pola kalimat tersebut oleh beberapa mahasiswa diartikan sebagai berikut:

“Di Arab, hiduplah Putri Jasmine dan ayahnya Sultan dan menjadi pemimpin di Arab”

(S5)

“Didalam padang pasir Arab, Putri Jasmine tinggal dengan ayah, dia sultan dari

Agrabah, dan macannya.” (S6)

“Didaerah padang pasir, Puteri Jasmin tinggal bersama ayahnya, Sultan Agrabah, dan macannya.” (S7)

“Di Arab, hiduplah Jasmine dan ayahnya Sultan dan menjadi pemipin di Arab.” (S8)

Dari empat hasil terjemahan pengantar kisah Aladdin, didapati bahwa omission

mengakibatkan kurang lengkapnya pesan yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.

Terjemahan S5 (student 5) menghilangkan detail padang pasir (desert), identitas sultan (Sultan

of Agrabah) dan tidak menyebutkan satu karakter terakhir yaitu Rajah, macan peliharaan

Jasmine. Terjemahan kedua menghilangkan identitas Rajah yang seharusnya tercantum dalam

hasil terjemahan. Terjemahan ketiga menghilangkan tempat dimana padang pasir berada

(Arabian) dan identitas Rajah. Sedangkan terjemahan keempat menghilangkan detail padang

pasir (desert), identitas sultan (Agrabah) dan menghilangkan tokoh Rajah. Hilangnya detail

dan tokoh akan mempengaruhi pemahaman pembaca atau pendengar kisah terkhusus bagi anak

usia dini yang masih cenderung bergantung pada masukan yang diberikan guru atau orang tua.

Hilangnya detail tersebut membuat pemahaman kisah tidak utuh dan menimbulkan tanya. Hal

tersebut yang sebaiknya dihindari oleh penerjemah kisah berbahasa asing.

Selain gangguan interlingual, terdapat pula gangguan intralingual yang dialami

mahasiswa dalam menerjemahkan kisah Aladdin. Terdapat empat kategori dalam gangguan ini

hanya saja yang paling menonjol dengan frekuensi kesalahan yang cukup sering dilakukan

adalah kategori false concept hypothesized. Kategori ini merupakan gangguan yang dialami

penerjemah karena kurangnya pemahaman konsep dan pemaknaan kondisi dalam suatu bahasa

(bahasa sumber atau target namun kecenderungannya pada bahasa asing/L2) dimana satu atau

lebih kata berada. Berikut kesalahan yang paling sering muncul dalam proses terjemahan kisah

Aladdin.

“ ”I run away and I am not going back,” said Jasmine.”

Kalimat tersebut, terkhusus pada bagian ‘run away’, oleh beberapa mahasiswa

(28)

24 kemudian memutuskan untuk melarikan diri atau kabur dan berencana untuk tidak kembali

lagi. Dari pengartian kata kerja ‘run away’ pun didapati bahwa kata-kata tersebut dimaknai

debagai ‘melarikan diri’ dan bukan hanya sekedar berlari atau bahkan berjalan pada jarak yang jauh. Kesalahan penerjemah dalam menangkap konsep makna dan konsidi tersbut dapat

menimbullkan mispersepsi atau perbedaan cara pandang yang apabila diberikan dalam

pembelajaran anak akan mengakibatkan anak memiliki pemahaman yang keliru. Mereka

(anak-anak) akan cenderung memahami bahwa Jasmine hanya berlari (melakukan kegiatan

lari). Pemahaman dari false concept hypothesized juga dapat menyebabkan salahnya

pengajaran atau dengan kata lain kisah yang disampaikan berbeda dari apa yang seharusnya

disampaikan.

Dari pendalaman data yang dikumpulkan pada tahap kedua, didapati bahwa memang

mahasiswa (IS: Interviewed Student) )mengalami kesulitan tertinggi pada saat menerjemahkan

atau mencari padanan kata antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

“... disini kesulitan yang lain yaitu mentranslate satu kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia...” (IS1)

“... banyak kosa kata bahasa Inggris ... masih asing (IS2)... susah menemukan kosa kata yang sesuai (IS3)...”

Selain itu pemahaman konteks dan konsep juga masih kurang pada mahasswa yang

mengerjakan proyek terjemahan tersebut.

“kesulitan yang dihadapi .. memilih kosa kata yang tepat ... sesuai dengan gambar ..

serta alurnya (IS4)... tidak mengerti konteks yang sebenarnya (IS6)”

Gangguan-gangguan tersebut muncul karena hal-hal tersebut dan bagi mereka yang

dalam pemelajaran bahasa Inggris kurang mampu menangkap pengajaran terutama kosa kata

akan jauh lebih banyak gangguan yang dihadapi dalam proyek terjemahan bahan ajar anak.

Kesulitan penerjemahan bahan ajar tersebut yang nantinya perlu dicarikan solusi penyelesaian

terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (English as a Foreign

(29)

25

BAB VI

KESIMPULAN

Dari kerangka pustaka, pengumpulan data dan hasil analisanya didapati bahwa dalam

proses penerjemahan bahan ajar berupa cerita anak terdapat berbagai gangguan kebahasaan

yang dialami oleh mahasiswa. Terdapat dua gangguan utama yaitu gangguan interlingual

(interlingual trasfer) dan gangguan intralingual (intralingual transfer). Masing-masing

gangguan memiliki empat kategori dalam klasifikasi gangguan yang ada antara lain kesalahan

penggunaan kata terjemahan (General Misuse of Word), kesalahan struktur tata bahasa

(Structural Mistaken), penempatan kata atau frasa yang kurang tepat (Misplacing of Word) dan

hilangnya makna atau unsur kata dalam menerjemahkan suatu bentuk bahasa (Omission) pada

gangguan interlingual. Sedangkan pada gangguan intralingual terdapat empat kategori antara

lain Overgeneralization (penyamarataan berlebih), Ignorance of Rule Retriction

(ketidaktahuan batasan kaidah), Incomplete Application of Rules (penerapan kaidah yang tidak

lengkap) dan False Concept Hypothesized (penyimpulan konsep yang salah).

Kesalahan terbanyak terdapat pada gangguan interlingual dimana mahasiswa masih

kesulitan untuk mencari padanan kata antara dua bahasa. Khususnya, pada kategori general

misuse of word dan omission, mahasiswa masih sering melakukan keslaahan-kesalahan

penerjemahan. Sedangkan pada gangguan intralingual, kategori false concept hypothesized-lah

yang sering terjadi dalam proses terjemahan bahan ajar anak. Gangguan-gangguan tersebut

berpotensi untuk mengganggu pemahaman anak dan membuat anak memiliki pemahaman

yang keliru. Oleh karena itu dengan diketahuinya jenis-jenis gangguan dan beberapa contoh

gangguan yang paling sering muncul dapat menjadi referensi bagi mahasiswa untuk terus dapat

meningkatkan kesadaran akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris secara umum dan prinsip

penerjemahan antar dua bahasa. Bagi pendidik (bahasa Inggris), tujuan dan model

pembelajaran bahasa asing terkhusus bahasa Inggris dapat terus ditingkatkan dan

dikembangkan sehingga esensi penguasaan makna dan padanan kata antara bahasa Inggris dan

bahasa Indonesia dapat terbangun dengan baik dan memadahi.

Penelitian ini secara khusus menyajikan potensi gangguan dalam proyek penerjemahan

bahan ajar anak usia dini yang secara deskriptif disajikan. Diharapkan bahwa melalui penelitian

ini, ada pihak-pihak yang menangkap hal-hal baik dan mengembangkannya dalam penelitian

lebih lanjut terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (English as a

(30)

26

DAFTAR PUSTAKA

Abusaeedi, R. et al. 2015. A Quantitative Analysis of Iranian EFL Learners’ Sources of

Written Errors. International Journal of Research Studies in Language

Learning: Vol.4, No.1, pp. 31-32. Iran: Shahid Bohonar University.

Akbari, M. 2012. Structural Shifts in Translation of Children’s Literature. Internatinal Journal of Linguistics: Vol.4, No.2. Iran: Islamic Azad University.

Al-Khresheh, M. H. 2010. Interlingual Transfer in The English Language Word Order

Structur of Jordnian EFL Learners. European Journal of Social Science: Vol.16,

No.1. Malaysia: University of Malaya.

Amara, N. 2015. Errors Correction in Foreign Language Teaching. The Online Journal

of New Horizons in Education: Vol.5, No.3. Chlef: Hassiba Benbouali

University.

Chelli, S. 2014. Interlingual or Intralingual Errors in The Use of Prepositions and

Articles: A Case of First-Year Students of English at Biskra University. Algeria:

University of M’Sila.

Falhasiri, M. et al. 2011. The Effectiveness of Explicit and Implicit Corrective Feedback

on Interlingual and Intralingual Errors: A Case of Error Analysis of Students’

Compositions. English Language Teaching Journal: Vol.4, No.3. Iran:

University of Shira & University of Isfahan.

Lou, W. 2010. Cultural Constraints on The Selection of Literary Translation Text in

Modern China. Journal of Language Teaching and Research: Vol.1, No.4, pp.

492-497. China: Qingdou University of Scince and Technology.

Sas, I. 2010. The Treacle Triplets: A Functional Approach to The Translation of

Children’s Literature. South Africa: Stellenbosch University.

Vid, N. 2008. The Challenge of Translating Children’s Literature: Alice’s Adventure in

Wonderland Translated By Vladimir Nobokov. ELOPE Journal: Vol.V/1-2.

Gambar

Gambar 1. Frekuensi Interlingual Transfer dalam Terjemahan 10 Mahasiswa
Gambar 2. Frekuensi Intralingual Transfer dalam Terjemahan 10 Mahasiswa

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari tabel 1 diketahui bahwa penggunaan pupuk organik sisa bag log jamur tiram pada tanaman jagung manis berbeda tidak nyata terhadap berat tongkol

Komunikasi antar manusia tak hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat itu dan secara langsung, namun juga kebutuhan menyampaikan pesan pada orang lain yang terhalang

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Dan Telah dilakukan Klarifikasi Teknis terhadap Spesifikasi Teknis Barang yang diajukan oleh

Evaluasi kegiatan studi banding melalui mata kuliah Seminar Administrasi Negara, Seminar Kebijakan Pemerintahan, Analisis Proses Kebijakan, dan Manajemen Pelayanan Publik

Hubungan antara ukuran – ukuran tubuh ternak dengan bobot badan telah diketahui pada sapi potong, kambing lokal dan domba, untuk itu diharapkan dapat ditemukan juga pada

Dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan persaingan..

[r]