• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Review: DAMPAK PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 451.2 474 2003 TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DAYAH | Muhammad | OJS Center 1535 2951 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Artikel Review: DAMPAK PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 451.2 474 2003 TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DAYAH | Muhammad | OJS Center 1535 2951 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ARTICLE REVIEW

DAMPAK PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 451.2/474/2003 TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DAYAH

Penulis : Arfiansyah, Muhammad Riza Reviewer : Muhammad

Penerbit : Jurnal Ilmiah Islam Futura Jumlah : 36 halaman

A. Latar Belakang

Dayah adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang terdapat di Daerah Istimewa Aceh. Lembaga pendidikan ini sama halnya dengan pesantren yang ada di pulau Jawa baik dari aspek fungsi maupun tujuannya kendatipun di sana terdapat juga beberapa perbedaan yang penting. Di antara perbedaan itu, seperti dilihat di Jawa Timur ialah bahwa pesantren itu merupakan satu tempat yang dipersiapkan untuk memberikan pendidikan agama, sejak dari tingkat rendah sampai ke tingkat belajar lebih lanjut.

Dalam istilahnya, pesantren merupakan sekolah pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Bahkan ada pula pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja. Model seperti ini disebut dengan pesantren Salaf. Pesantren atau pondok pesantren biasanya juga sering disebut pondok, adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school) dimana para santri belajar pada sekolah ini sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan pesantren yang dipimpin oleh seorang kyai.

(2)

teungku rangkang biasanya terdiri dari santri yang belajar di dayah tingkat tinggi yang disebut bale.1

Kemajuan suatu dayah sangat bergantung kepada ulama yang memimpin, bukan kepada nama dayah. Oleh karena itu kita mengetahui mengapa seseorang santri itu pergi belajar ke dayah yang jauh sedangkan di dekatnya ada dayah. Hal ini menunjukkan adanya kebebasan untuk memilih guru dan ilmu yang ingin dipelajari seseorang. Adapun mata pelajaran yang dipelajari di dayah tingkat rangkang ini antara lain: hukum-hukum agama (dalam bahasa Jawi), Ilmu Tauhid, Akhlak, Bahasa Arab.

Penelitian ini bersifat kualitatif dan menyajikan data tentang efek bantuan pemerintah kepada dayah-dayah yang ada di Aceh. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dengan beberapa pimpinan dayah baik tradisional maupun modern. Juga ada metode studi literasi atau kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau masukan bagi peningkatan kualitas dayah serta menjadi referensi bagi paran pembuat kebijakan khususnya yang menyangkut dengan pembinaan dayah.

B. Pembahasan

1. Manajemen PendidikanDayah

Ada beberapa aspek kompetensi pendidikan dayah yaitu aspek kompetensi dasar, kompetensi menengah atau lanjutan, dan kompetensi kepakaran. Kompetensi dasar adalah standar keilmuan dan keterampilan keagamaan yang wajib dimiliki oleh santri yang belajar di dayah dan memenuhi kebutuhannya untuk melaksankan praktik agama dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi menengah adalah standar

(3)

pengetahuan dan keterampilan tingkat lanjut yang mencakup wawasan yang lebih luas dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ilmu-ilmu agama yang lebih beragam dan fungsinya dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Kompetensi kepakaran adalah suatu standar dimana santri menguasai secara utuh dan mendalam suatu bidang ilmu agama, seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Ilmu Falak, Hadis, Ulumul Quran, Tafsir, Lughah, Tarikh, Tasawuf dan sebagainya.

Peningkatan mutu pendidikan dayah mencakup: a. Biayapendidikan.

b. Kurikulumpendidikan

c. Pengendalian mutupendidikan

Biaya pendidikan meliputi penyediaan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan formal, nonformal dan pendidikan dayah sesuai kewenangannya, pengelolaan dana pendidikan pada satuan pendidikan dayah yang berasal dari semua sumber penerimaan ditetapkan dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja dayah (RAPB Dayah) atas hasil musyawarah pimpinan dan teungku dayah dengan disetujui oleh instansi pembina di kabupaten/kota.

Kurikulum pendidikan dayah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri sesuai dengan hasil rapat pimpinan dayah, sementara pada dayah modern mengikuti kurikulum yang diterapkan di madrasah/sekolah Islam. Sehingga kurikulum pada setiap dayah akan berbeda dengan dayah lainnya karena standar dari dayah yang berbeda-beda dalam menerapkan satuan pembelajarannya. Hal ini tentu mempengaruhi kualitas lulusan dayah itu sendiri.

(4)

fasilitas yang lain. Murid biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu murid lepas dan murid mukim/meudagang. Santri lepas merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam dayah tetapi pulang ke rumah masing- masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di dayah. Murid lepas biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar dayah. Sedangkan murid meudagang yaitu murid yang menetap dalam dayah dan biasanya mereka adalah berasal dari daerah yang jauh.

Sementara untuk meningkatkan mutu guru, dayah/teungku selama ini masih kurang usaha untuk meningkatkan mutu mengajar mereka di dayah. Hanya sedikit dari dayah yang melakukan peningkatan mutu guru dengan usaha mengirim guru untuk mengikuti penataran yang melibatkan guru dayah se Aceh. Usaha lain yang dilakukan adalah penyediaan kitab/buku bagi guru. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan kualitas guru dayah perlu diadakan pembinaan teungku diantaranya:

a.Upgrading (penataran) melalui kursus atau pelatihan. b.Pengkaderan (untuk guru madrasah atau pengganti abu)

c.Pencangkokan dengan mengambil orang luar dayah yang memiliki kompetensi keilmuan yang cukup sebagai pengganti abu.

d.Perangkat pendidikan seperti asrama, masjid dan fasilitas lainnya sebagai penunjang pendidikan, kurikulum.

2. Sumber Pembiayaan Pendidikan Dayah

Dalam menjalankan Proses Belajar Mengajar (PBM) di dayah, sangat dibutuhkan ketersediaan biaya yang cukup demi kesuksesan proses belajar mengajar. Sumber pendapatan pesantren (dayah) antara lain sebagai berikut:

1) kontribusi santri,

2) sumbangan dari individu atau organisasi, 3) sumbangan dari pemerintah bila ada,

4) dari hasil usaha, misalnya koperasi (syirkah) pesantren, kerjasama dengan pihak luar, hasil penanaman modal, dan sumber-sumberlain yang sah danhalal.

(5)

Qanun Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, menyebutkan bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk membiayai pendidikan dayah dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Bayah (RAPB Dayah). Selain itu, bantuan dari pemerintah ini juga dapat dialokasikan dari benrbagai dana subsidi yang sifatnya tidak mutlak mengikat, artinya besarannya tidak menentu karena yang bersumber dari dana subsidi ini tidak bisa ditetapkan besarannya untuk dialokasikan untuk pembinaan dan pemberdayaan dayah. Di Aceh, keberadaan Badan Pembinaan Pendidikan Dayah ini salah satunya adalah sebagai penyalur bantuan dari pemerintah untuk dayah-dayah yang ada di Aceh.

3. Komponen Pendidikan Dayah

Ada beberapa elemen penting dalam pendidikan dayah, elemen-elemen itu adalah sebagai berikut:

a. Teungku b. Masjid

c. Murid atau santri d. Metode Pengajaran

4. Kendala PendidikanDayah

Ada sebagian permasalahan yang dianggap kendala oleh para pemerhati pendidikan maupun pemerintah,tetapi bagi para pengelola dayah sendiri maupun para santri-santrinya bukanlah dianggap kendala. Hal ini mengingat berbedanya paradigma dan orientasi pendidikan yang ada di dayah dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Di antara hal yang paling nyata adalah bahwa dayah mempunyaiorientasi pendidikan untuk semata-mata mencari ilmu dan dapat mengembangkan ilmu tersebut ke berbagai pelosok, baik dengan cara berdakwah, pengajian bahkan dengan mendirikan dayah-dayah lainnya di tempat mereka hidup. Berikut ini beberapa kendala yang dianggap cukup berpengaruh dalam perkembangan dayah:

(6)

c. Pendanaan

d. Regenerasi pemimpin e. Teknologi dan Informasi

Dalam sistem pendidikan dayah salafiyyah, hampir tidak ada dayah yang menggunakan kurikulum pendidikan. Kebanyakan dayah di Aceh kurikulum pendidikannya adalah murni dari kebijakan pimpinan dayah, sehingga tidak ada patokan atau standar dari pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu, metode pembelajaran yang berbeda-beda antara satu dayah dengan dayah lainnya juga menjadi faktor yang menjadi kendala dalam pendidikan dayah. Jika kita ingin melihat tentang landasan atau dasar dalam penyusunan kurikulum dayah, kita harus melihat pribadi pimpinan dayah itu sendiri terlebih dahulu. Artinya kita harus mengetahui pandangan hidup pimpinan dayah tentang faktor-faktor yang melandasi penyusunan kurikulum dayah itu.Di samping itu para pimpinan dayah juga sangat jarang memperoleh pendidikan dalam bidang kurikulum, sehingga ia kurang mampu menyusun kurikulum dalam periode-periode tertentu serta tidak dapat mengejar target-target pengajaran tertentu.

Dalam tata kelola atau manajemen dayah juga banyak hal yang harus dibenahi, umumnya para pimpinan dayah kurang memiliki pengetahuan dalam segi manajemen keorganisasian. Kepemimpinan yang mereka laksanakan lebih cenderung berdasarkan pengalaman serta hasil renungan mereka sendiri, bukan dari berbagai teori manajemen ataupun pelatihan-pelatihan.

(7)

mendukungnya. Kebanyakan pimpinan dayah mempunyai mata pencaharian layaknya masyarakat perkampungan seperti bertani, berkebun serta hasil uluran tangan masyarakat yang menyerahkan anak-anak mereka kepadanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dayah tidak memiliki suntikan dana untuk pembangunannya karena ia bersifat milik pribadi dan sumber dananya hanya dari dana pribadi pimpinan serta sumbangan dari pihak santri atau masyarakat sekitar saja.

Dalam hal regenerasi pemimpin, Kebanyakan dayah bertahan sampai wafatnya pimpinan dayah tersebut. Hal ini dikarenakan para pimpinan tidak mempersiapkan generasi yang akan memimpin lembaga dimaksud.2 Di samping itu, karena dayah merupakan lembaga pribadi, bukan yayasan ataupun lembaga yang melibatkan orang banyak, maka sulit kiranya mempertahankan eksistensi dayah apabila pimpinannya telah meninggal dunia. Walaupun demikian terdapat juga dayah-dayah yang sanggup mengatasi hal ini dengan cara mempersiapkan generasi dari kalangan sendiri seperti anak kandung pimpinan atau menantu pimpinan untuk melanjutkan lembaga dayah tersebut. Salah satu problema yang sulit dapat dirubah adalah kebanyakan dayah tradisional memandang teknologi dan informasi modern sebagai sesuatu yang tabu dan bahkan dianggap sebagai “barang haram” untuk dibawa masuk ke dalam lingkungan dayah. Karena paradigma seperti itu, maka dalam hal penyesuaian diri dayah tradisional dengan kemajuan teknologi dan informasi mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan seperti ini sangat sulit untuk diubah karena pimpinan dayah sulit untuk diajak beralih ke sistem manajemen dan informatika modern.3

5. Kurikulum Pendidikan Dayah

Isi kurikulum pendidikan pondok pesantren adalah:

2

Lihat juga “uardi Ishak, Metode Pe belajara “ai s Dala Perspektif Pe didika Isla , Jurnal Ilmiah Islam Futura , o. : , doi: . /jiif.v i . ; Mu tazul Fikri, KON“EP PENDIDIKAN ISLAM ; Pe dekata Metode Pe gajara , Jurnal Ilmiah Islam Futura 11, no. 1 (2011): 116– ; )A Tabra i, I“U-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PERSPEKTIF PEDAGOGIK KRITI“, Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no. 2 (2014): 250–70.

(8)

a) Cabang ilmu fiqh, terdiri dari: Safinah al-Najah, Fath al-Qarib, Taqrib, Fath al-

Mu’in, Minjah al-Qawim, al-Iqna’, dan Fath al-Wahhab.

b) Cabang ilmu tauhid, terdiri dari: „Aqidah al-‘Awam, Badi al-‘Amal, dan al- Sanusiah.

c) Cabang ilmu tasawuf terdiri dari: al-Nasa’ih al-Diniyah, Irsyad al-Ibad, Tanbih al-Ghafilin, Minjah al-‘Abidin, al-Da’wah al-Tammah, al-Hikmah, dan Bidayah al-Bidayah.

d) Cabang ilmu nahwu sharaf terdiri dari: Jurumiyah, Maqsud,

al-‘Awamil, al-Imrithy, Kailany, Mirhat al-I’rab, Alfiah Ibn Malik, dan

Ibn‘Aqil.

Sementara kurikulum pesantren modern dibagi menjadi empat kelompok yakni:

a. Ilmu Umum melingkupi Sejarah Indonesia, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Akuntansi, Sejarah, Tata Negara, Antropologi, Geografi, Jurnalistik, Administrasi, Komputer, Teknologi Informasi.

b. Ilmu Bahasa Inggris meliputi Conversation, Reading, Writing, Listening

c. Bahasa Arab antara lain: Muhaddatsah,Insya‟Muthala‟ah, Mahfudhat,

Nahwu, Sharaf, Balaghah, Tamrin Lughah, Tarikh Adab, Mantiqh

d. Pelajaran agama mencakup AlQurán, Hadits dengankitabTajwid,Hadits tanpakitabTafsir, MusthalahHadits, Tauhid, Fiqih, UsulFiqih, Faraid, PerbandinganAgamaTarikhIslam, terjemahan AlQuran.

6. Tipologi PendidikanDayah

Provinsi Aceh satu-satunya provinsi yang mengurus penyelenggaraan pendidikan dayah. Di Provinsi Aceh, pendidikan dayah dikendalikan oleh dua lembaga, yaitu Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah (BPPD) dan Departemen Keagamaan (Kemenag) Provinsi dan Kabupaten/Kota.

7. Bantuan Pendidikan Dayah

Untuk mendapatkan bantuan, pemerintah telah menerapkan tipologi atau persyaratan khusus. Untuk BPPD Aceh, bantuan diberikan berdasarkan tipologi A, B, C, D, Non Tipe dan Balai Pengajian.

1. Bentuk bantuan dari BPPD

(9)

a. Kategori Program Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur yang meliputi :Pengadaan, Perlengkapan GedungKantor, Pengadaan Peralatan GedungKantor, Pemeliharaan Rutin/Berkala GedungKantor, Pemeliharaan Rutin/Berkala KendaraanDinas/operasional, Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan GedungKantor.

b. Kategori Program Pendidikan Dayah antara lain: Pelatihan PembinaanKaligrafi, PembinaanSantri, Pembinaan ManajemenDayah, Pelatihan SurveyDayah, Pelatihan KomputerUntuk SantriDayah, Pengembangan KurikulumDayah, Pembinaan Kelembagaan Dayah &PengembanganDayah, Pengadaan Alat Praktek & PeragaSantri, Penyediaan Kitab/Buku PendidikanDayah, Penyediaan Dana OperasionalDayah, Peningkatan Sarana & PrasaranaDayah, Peningkatan Sarana & Prasarana Dayah di Kabupaten/Kota(Otsus).

c. Kategori Program Peningkatan Sarana & Prasarana Dayahmeliputi: Pembangunan & Pengembangan Sarana dan PrasanaDayah, Pembangunan &Pengembangan Sarana dan Prasarana Dayah Kabupaten/Kota(Otsus), Pembangunan Pesantren Bertaraf Internasional di MalikulSaleh, Pembangunan Pesantren Perbatasan (4Kabupaten/Kota), Bantuan Dayah/BalaiPengajian.

d. Kategori Program Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dayah mencakup: Pelatihan Kompetensi TeungkuDayah, Pendidikan Lanjutan Bagi Teungku Dayah ke LuarNegeri, Penyediaan insentif Pimpinan dan TeungkuDayah, Bantuan Untuk Tenaga Pengajar Kursus Matematika & IPA UntukSantri, Bantuan Untuk Tenaga Pengajar Bahasa Inggris & BahasaArab, Bantuan UlamaDayah. e. Kategori Program Pembinaan Manajemen Dayahseperti: Pelatihan

ManajemenDayah, Legalisasi dan Sertifikasi Kepemilikan TanahDayah, Pelatihan Aset ManagemenDayah, Evaluasi & Pelaporan Pembinaan PendidikanDayah, Pelatihan Usaha Kesehatan Dayah(UKD), Bantuan Modal Usaha Ekonomi ProduktifDayah

f. Kategori Program Pengembangan Tehnologi

Informasi dan Pengembangan PerpustakaanDayahmeliputi: Pengadaan Kitab/Buku Dayah/ biayaPengiriman, Penerbitan Berkala Majalah/Jurnal InfotainmentDayah, Penyediaan Alat Bantu Proses Belajar Mengajar diDayah, Penyediaan Alat bantu Pendidikan Olah Ragasantri.

(10)

PimpinanDayah, Rakor Badan Pembinaan PendidikanDayah, Penyusunan Buku ProfilDayah.

2. Dampak dari bantuan

Secara umum, ada tiga dampak positif bantuan yaitu: Bertambahnya sarana & prasaranadayah, Peningkatan kapasitas insan dayah (pengelola, teungku,santri), Mendorong bertambahnya lembaga pendidikan dayah (penguatan institusi dayah). Oleh karena itu, eksistensi dayah harus tetap didukung dengan berbagai bentuk.

Sementara dampak negatifnya adalah:

a. Mengubah paradigma teungku dayah dari yang dulunya berbicara soal kajian kitab atau ilmu ke pembicaraan seputar proposal bantuan (proposal oriented). Ini akhirnya melahirkan stigma negatif terhadap pemimpin (teungku) dayah dan memudarkan kharismamereka.

b. Terjadinya tumpang tindih pemberian bantuan oleh BPPD Aceh dan Kemenag, seperti yang diutarakan diatas.

c. Kurang efektifnya bantuan yang diberikan. Misalnya ada kitab yang tidak dipelajari namun tetap dibagikan. Contoh lain adalah pelatihan yang tidak tepat sasaran dan terkesan tidak transparan. d. Anggaran bantuan dayah khususnya melalui BPPD Aceh sangat

tergantung

kepadadanaaspirasianggotaDewanPerwakilanRakyatAceh(DPRA). e. Mengurangi minat swadaya masyarakat dalam membantu dayah.

Ini berdampak jangka panjang karena pada akhirnya akan menghilangkan sikap sosial dari masyarakat untuk membantu eksistensi proses belajar mengajar sebuah dayah. Masyarakat tidak peduli dengan dayah karena sudah menjadi wilayah birokrasi pemerintah. Selain itu, pudarnya rasa memiliki bahwa dayah itu milik masyarakat, karena pemerintah sudah mengeluarkan regulasi bahwa semua dayah itu harus memiliki landasan hukum (akte notaris).

(11)

C. Penutup

Secara umum, memang realita menggambarkan bahwa dayah salafiyyah atau tradisional lebih membutuhkan perhatian dari pemerintah ketimbang dayah modern. Meskipun demikian, dalam hal kualitas lulusan, dayah tradisional sudah bisa disandingkan dengan lulusan dayah modern. Hanya saja, dalam hal pengelolaan dan manajemen, dayah tradisional masih sangat banyak membutuhkan perbaikan dan peningkatan. Sementara dalam hal pengajaran atau metode belajar, dayah tradisional masih kurang dalam hal pembentukan kurikulum bagi pembelajarannya, ini karena kurikulum dayah masih berpatokan pada pimpinan dayah itu sendiri.

Bantuan dari pemerintah memang sangat membantu dalam hal peningkatan kualitas dayah, namun juga meminimalisir minat masyarakat untuk berperan dalam pembangunan dan peningkatan kualitas dayah. Meskipun demikian, bantuan pemerintah tidak bisa dikerdilkan karena dengan adanya bantuan itu, akan meningkatkan kualitas dayah baik dalam metode pembelajaran, manajemen atau lulusannya nanti.

D. Kelebihan dan Kekurangan a. Kelebihan

Jurnal ini memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Mengupas kekurangan dayah tradisional dalam hal manajemen sehingga bisa menjadi acuan bagi peningkatan mutu dayah

2. Membandingkan dayah tradisional dengan dayah modern sehingga ada standar baru bagi dayah dalam memperbaiki manajemen pendidikannya.

(12)

sehingga aka nada kesetaraan bagi dayah dalam hal bantuan. b. Kekurangan

Kekurangan jurnal ini diantaranya adalah:

1. Responden yang diambil hanya pada dayah salafi yang sudah terkenal sehingga terkesan kurang objektif dalam hal penerapan metode pembelajaran atau kurikulumnya, seandainya ada responden yang berasal dari dayah dayah yang masih kecil tentu akan menjadi masukan berharga dalam meningkatkan mutu dayah.

2. Penjelasan terhadap pemberian bantuan kepada dayah terkesan hanya dipaksakan pada dayah tertentu yang memiliki kedekatan dengan pejabat, sehingga ini akan menimbulkan stigma yang tidak baik pada dayah dan badan dayah.

3. Tidak menjelaskan secara gamblang pada poin tipologi dayah, seharusnya ada kriteria tertentu yang menjadi patokan pemberian bantuan kepada dayah.

DAFTAR PUSTAKA

Arfiansyah, Arfiansyah, and Muhammad Riza. “DAMPAK PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 451.2/474/2003 TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DAYAH” 15, no. 2 (2016): 177–212.

Ahmad, Zakaria. Sekitar Kerajaan Aceh Dalam Tahun 1520-1675, Medan: Monora, t.th

Daud Zamzami M., dkk. Pemikiran Ulama Dayah Aceh. Jakarta: Predana Media Group, 2007.

Dhofier, Zamaksyari. Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3I, 1986.

Dinas Syariat Islam kab. Aceh Utara dan MPU Aceh Utara serta STAIN Mallikussalleh, Pedoman Umum Manajemen Dayah Aceh Utara, (Lhokseumawe, 2006)

(13)

Hasjmy, A. Kebudayaan Aceh dalam Sejarah. Jakarta: Beuna, 1983.

Husei , Ibrahi . Dayah sebagai Pusat Pe ge ba ga Koperasi . Sinar Darussalam, Nomor

168/169,1988.

Instruksi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam No 03/INSTR/2008 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan Dan Pengembangan Sarana Dan Prasarana Dayah/Pesantren Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

Ishak, Suardi. “Metode Pembelajaran Sains Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” Jurnal Ilmiah Islam Futura 15, no. 1 (2015): 143. doi:10.22373/jiif.v15i1.563. Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No 451.2/474/2003 tentang

Penetapan Kriteria Dan Bantuan Dayah dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan pada sampel kedelai hitam ( Glycine max (L.) Merrill), kedelai kuning (Glycine soja (L.) Merrill) ,pada tahu mentah serta pada tahu yang

silang untuk kode Walsh Hadamard Untuk kode PN dan Zadoff-Chu yang sama- sama bukan kode orthogonal, keduanya memberikan kinerja terhadap sistem relatif sama. Dan tentunya

Rasulullah saw pernah ditanya oleh sahabat, “Pekerjaan apakah yang paling baik, ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab “Seseorang yang bekerja dengan tangganya sendiri

Kerusakan pada pipa disebabkan oleh patah lelah (fatigue) yang terjadi akibat pembebanan siklus dalam waktu yang cukup lama, dan fretting-wear, yaitu penipisan permukaan

Berdasarkan hasil path analisis menunjukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel moderasi

Pada pertimbangan Hakim yang menyatakan Aceng melanggar sumpah dan janji jabatan sebagai Kepala Daerah. Mengandung maksud bahwa sumpah atau janji jabatan merupakan

Masyarakat dalam hal ini adalah pasangan suami istri (termasuk keluarganya) yang sangat menghendaki dilaksanakannya praktik nikah siri tersebut. Peneliti melihat bahwa