LAPORAN HASIL KEGIATAN
PROGRAM HIBAH KEMITRAAN LPTK TAHUN 2007
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA, IPS, DAN MATEMATIKA MELALUI
PENUGASAN DOSEN DI SEKOLAH DASAR
KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
Diajukan Oleh :
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
Perjanjian kerja pelaksanaan program hibah kemitraan LPTK
Tahun 2007
No. 091.S/Ketenagaan/2007 tanggal 22 Februari 2007
Direktorat Ketenagaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan bagi tim panitia pelaksana menyelesaikan
tugas yang dipercayakan dalam program hibah kemitraan yang didanai oleh Ditjen
Dikti, Direktorat Ketenagaan tahun 2007, juga telah menyusun laporan kegiatan
kemitraan ini.
Laporan kegiatan kemitraan antara FKIP Universitas Sriwijaya dengan
Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Ilir ini berjudul “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika melalui Penugasan
Dosen di Sekolah Dasar Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan”.
Mulai dalam penyusunan proposal, pelaksanaan hingga penyusunan laporan,
panitia pelaksanan banyak mendapat bantuan, perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu
tim panitia pelaksana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya
kepada:
1. Direktur Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti, yang telah memberi kepercayaan
dan dana sehingga kegiatan kemitraan ini terwujud dan berjalan dengan lancar.
2. Rektor Universitas Sriwijaya, yang telah memberikan kemudahan administrasi
dan dana pendamping sehingga kegiatan kemitraan ini tidak mendapat
hambatan yang berarti.
3. Dekan dan para Pembantu Dekan di Lingkungan FKIP Unsri, yang selalu
memberikan arahan, kemudahan administrasi dan memberikan izin
4. Para Dosen “guru” dari tiga program studi Bahasa Indonesia, Matematika, dan
IPS yang bersedia meluangkan waktu dan menambah jadwal kerja untuk
mengemban tugas mulia sebagai guru di SD mitra.
5. Kepala Diknas, Kasubdin Dinas tingkat TK/SD Kabupaten Ogan Ilir yang
senantiasa membantu kemudahan administrasi, memberikan data/informasi
yang diperlukan panitia pelaksana sehingga kegiatan kemitraan ini dapat
diterima oleh sekolah-sekolah mitra.
6. Para kepala sekolah dan guru mitra yang ikhlas direpotkan dan ditambah
kesibukan di kelas dengan menerima kelasnya diasuh oleh “guru” lain.
7. Semua pihak yang telah membantu.
Laporan ini belumlah sempurna dan lengkap, maka tim panitia pelaksana
bersedia menerima dengan terbuka kritikan dan saran dari berbagai pihak, untuk
kebaikan laporan ini.
DAFTAR ISI
B. Rasional Program Kemitraan yang Dilaksanakan...8
C. Tujuan dan Manfaat...9
D. Indikator Keberhasilan...11
BAB II : PELAKSANAAN KEGIATAN KEMITRAAN A. Strategi dan Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan:...13
1. Tahap-tahap kegiatan...13
2. Strategi yang ditempuh...13
3. Mekanisme pelaksanaan...14
4. Peran masing-masing lembaga yang bermitra...14
B. Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan...15
C. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan...18
BAB III : HASIL KEGIATAN KEMITRAAN A. Hasil yang dicapai dalam kegiatan kemitraan...20
B. Permasalahan yang muncul...35
C. Pemecahan masalah...36
D. Rencana Tindak lanjut kegiatan kemitraan...38
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHSAN A. Analisis terhadap Indikator Keberhasilan...39
B. Analisis terhadap dampak kegiatan kemitraan...40
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
1
2
3
4
5
6
7
Peran Masing-Masing Lembaga
Rincian Program Hibah Kemitraan Penugasan Dosen
FKIP Universitas Sriwijaya di Sekolah
Pelaksanaan Hibah Kemitraan Penugasan Dosen FKIP
Unsri di Sekolah
Nama-Nama Dosen yang Ditugaskan di Sekolah
Nama-Nama Guru Sekolah Dasar yang dilibatkan
Sebagai Guru Mitra di Sekolah
Pembagian Tugas Dosen berdasarkan Lokasi dan
Jenjang Kelas
Kemampuan dan Pengalaman Tugas Dosen Berdasarkan
IPKG2
15
16
17
17
18
20
22
No. Gambar Judul Gambar 1
2
3
4
Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika oleh Dosen
FKIP UNSRI di Sekolah Dasar, Sekolah Mitra di Kabupaten Ogan Ilir
Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran IPS oleh Dosen FKIP
UNSRI di Sekolah Dasar, Sekolah Mitra di Kabupaten Ogan Ilir
Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia oleh
Dosen FKIP UNSRI di Sekolah Dasar di Kabupaten Ogan Ilir
Foto Kegiatan Pelaksanaan Seminar Hasil Kegiatan Mitra, yang diikuti
Dosen FKIP UNSRI, Pejabat Diknas Kabupaten Ogan Ilir, Kepsek dan
Guru dari Sekolah Dasar, Sekolah Mitra dan Sekolah di
Lingkungannya di Kabupaten Ogan Ilir
BAB I
A. Analisis Situasi
Untuk paparan analisis situasi dalam kegiatan kemitraan ini, maka perlu
diuraikan kondisi situasi yang ada di dua lembaga yangmelakukan kemitraan. Lembaga
pertama adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Lembaga ini berdiri sejak tahun 1958 yang dimulai dengan B-I bahasa Inggris hingga
sekarang memiliki 14 program studi. Selain program S1 FKIP Unsri juga memiliki
program Diploma II PGSD dan PGTK yang telah berubah statusnya menjadi S1. Pada
awal berdirinya FKIP Unsri beroperasional di kampus Bukit Besar Palembang, akan
tetapi mulai tahun 1993 Fakultas ini melaksanakan kegiatan akademiknya di kampus
Indralaya kabupaten Ogan Ilir.
Visi: FKIP Universitas Sriwijaya pada dasawarsa kedua Abad ke-21 merupakan
lembaga yang unggul dalam pengembangan SDM, riset, informasi, dan inovasi
kependidikan.
Misi: Menyelenggarakan, membina, dan mengembangkan:
1. Pendidikan yang menghasilkan tenaga kependidikan dan tenaga ahli yang profesional
dan mampu bersaing secara global;
2. Penelitian di bidang kependidikan dan ilmu murni yang menghasilkan informasi dan
perubahan pendidikan, dan
3. Pengabdian yang berorientasi pada perbaikan mutu pendidikan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat.
Tujuan : Menghasilkan:
1. Lulusan yang berkualitas dan profesional dengan masa studi tepat waktu,
2. Lulusan yang dapat memenuhi tuntutan dunia kerja, khususnya dalam bidang
3. Lulusan yang mampu mengadakan penelitian dan menerapkan hasilnya,
4. Penelitian dalam bidang ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
informasi (Ipteksi) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam bidang pendidikan,
5. Karya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hubungan yang sinergis antara
FKIP Unsri, lembaga lain, dan masyarakat (stakeholders).
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan di atas FKIP Unsri memiliki jumlah
tenaga dosen yang memiliki kemampuan akademik yang potensial. Dari 252 tenaga
akademik tetap terdapat 6 orang Guru Besar (2,4%), 18 orang berpendidikan S3 (7,1%),
129 orang berpendidikan S2 (51,2%), dan 99 orang berpendidikan S1 (39,3%).
Disamping itu, FKIP Unsri memiliki sarana dan prasarana pembelajaran misalnya,
ruang kuliah laboratorium setiap disiplin ilmu, media pendidikan dan komputer, ruang
baca, serta fasilitas penunjang proses pembelajaran lainnya.
Berdasarkan penilaian Badan Akreditasi Nasional terhadap kinerja sejumlah
program studi di fakultas ini, hingga pada tahun ini telah diperoleh nilai baik (B) pada 8
program studi dari 14 prodi yang ada (Borang Akreditasi tahun 2003).
Walaupun kondisi dan kemampuan yang dimiliki, baik sumber daya manusia
maupun sarana prasarana belajar telah memadai, kualitas profesionalisme dosen FKIP
senantiasa perlu ditingkatkan. Demikian juga perbaikan dan pembaharuan sarana
prasarana. Berdasarkan hasil evaluasi diri fakultas, yang terdapat dalam laporan Borang
program studi yang ada di lingkungan fakultas, dan penilaian yang diberikan BAN,
FKIP berusaha memacu diri untuk meningkatkan lembaganya. Hal ini terkait erat
dengan peningkatan mutu lulusan fakultas ini.
Untuk itu berbagai program sudah dan sedang diupayakan fakultas ini. Program
terkait, misalnya dalam kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat. Salah satu program
yang perlu dilaksanakan adalah program penugasan dosen FKIP Insri di sekolah.
Salah satu temuan di lapangan menunjukkan adanya kebingungan para
mahasiswa saat melaksanakan kuliah praktik mengajar di berbagai jenjang lembaga
pendidikan. Hal itu disebabkan adanya perbedaan arahan dan bimbingan yang diberikan
oleh pihak dosen dan guru, misalnya dalam kegiatan penyusunan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, materi yang diajarkan serta evaluasi
pembelajaran. Ketimpangan informasi yang diberikan dari dosen dan guru menjadi
kebingungan mahasiswa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh dominannya penguasaan
teori oleh dosen dibandingkan dengan pengetahuan/pengalaman mereka terhadap
keadaan nyata di lapangan, di sekolah.
Selain itu dari berbagai hasil penelitian tentang inovasi pembelajaran yang
dilakukan oleh para dosen LPTK, masih belum diketahui dan dirasakan oleh sebagian
besar para praktisi pendidikan di sekolah. Inovasi-inovasi pembelajaran yang ditemukan
masih lebih banyak tersimpan dalam laporan penelitian dan atau jurnal-jurnal ilmiah.
Untuk itu kegiatan pertemuan kemitraan antara dosen LPTK dan guru di sekolah perlu
terus dilaksanakan. Termasuk terhadap lembaga mitra yang berada di wilayah FKIP
berada, yaitu di Kecamatan Indralaya yang sekarang menjadi Kabupaten baru bernama
Ogan Ilir.
Dari hasil tracer study yang dilakukan terhadap stakeholder ditemukan adanya
kompleksitas permasalahan di kabupaten baru ini semakin tinggi. Hal ini terlepas dari
keterbatasan SDM, sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki bila dibandingkan
dengan kabupaten yang telah berkembang. Berdasarkan informasi yang diberikan Dinas
Diknas Ogan Ilir permasalahan pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar lebih
kemampuan Dinas Diknas dalam menangani permasalahan yang demikian besar
kuantitasnya dan sulitnya situasi geografis. Informasi itu diperkuat berdasarkan
pernyataan Kasubdin Pendidikan TK/SD (Drs. Hafizi Isro) bahwa penanganan
permasalahan pembelajaran di SD masih belum terlaksana dengan baik. Kondisi
permasalahan ini tergambar dalam laporan hasil UAS SD/MI kabupaten Ogan Ilir tahun
ajaran 2005-2006. Walaupun jumlah kelulusan seluruh peserta ujian pada tahun itu
mencapai 100%, rata-rata hasil nilai dari semua mata pelajaran yang diujikan hanya
6,83. Mata pelajaran yang mencapai nilai terendah adalah IPS (5,47), Matematika
(6,56), dan Bahasa Indonesia (6,67).
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di SD diperoleh informasi
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia kebanyakan peserta anak didik belum memiliki
kemampuan membaca teks dan menuliskan sebuah wacana yang sederhana. Demikian
juga mata pelajaran Matematika, kebanyakan mereka masih sangat lemah dalam
matematika realitas. Pada mata pelajaran IPS peserta didik mengalami kesulitan dalam
mencerna informasi dengan baik karena pembelajaran lebih mengedepankan konsep
yang bersifat abstrak, kurang ada usaha konkretisasi. Secara umum ketiga mata
pelajaran tersebut mengalami hambatan dalam pengajarannya oleh guru SD setempat.
Hal utama yang dirasakan penghambat bagi guru adalah jumlah siswa, sarana sekolah,
ketersediaan media dan sumber bacaan guru dan kemampuan membaca siswa yang
masih rendah. Sedangkan saat siswa yang diwawancarai, secara umum adalah mereka
merasakan kesulitan dalam pelajaran matematika, dan sulit memahami materi IPS yang
banyak untuk dihafal.
Walaupun kondisi dan kemampuan yang dimiliki, baik sumber daya manusia
maupun sarana prasarana belajar telah memadai, kualitas profesionalisme dosen FKIP
prasarana. Berdasarkan hasil evaluasi diri fakultas yang terdapat dalam laporan Borang
program studi yang ada di lingkungan fakultas, dan penilaian yang diberikan BAN,
FKIP berusaha memacu diri untuk meningkatkan lembaganya. Hal ini terkait erat
dengan peningkatan mutu lulusan fakultas ini.
Untuk itu berbagai program sudah dan sedang diupayakan fakultas ini. Program
tersebut dilaksanakan dengan menjalin hubungan kemitraan dengan instansi yang
terkait, misalnya dalam kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat. Salah satu program
yang perlu dilaksanakan adalah program penugasan dosen FKIP Unsri di sekolah.
Salah satu temuan di lapangan menunjukkan adanya kebingungan para
mahasiswa saat melaksanakan kuliah praktik mengajar di berbagai jenjang lembaga
pendidikan. Hal itu disebabkan adanya perbedaan arahan dan bimbingan yang diberikan
oleh pihak dosen dan guru, misalnya dalam kegiatan penyusunan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, materi yang diajarkan serta evaluasi
pembelajaran. Ketimpangan informasi yang diberikan dari dosen dan guru menjadikan
kebingungan mahasiswa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh dominannya penguasaan
teori oleh dosen dibandingkan dengan pengetahuan/pengalaman mereka terhadap
keadaan nyata di lapangan, di sekolah.
Selain itu, dari berbagai hasil penelitian tentang inovasi pembelajaran yang
dilakukan oleh para dosen LPTK, masih belum diketahui dan dirasakan oleh sebagian
besar para praktisi pendidikan di sekolah. Inovasi-inovasi pembelajaran yang ditemukan
masih lebih banyak tersimpan dalam laporan penelitian dan atau jurnal-jurnal ilmiah.
Untuk itu kegiatan pertemuan kemitraan antara dosen LPTK dan guru di sekolah perlu
terus dilaksanakan. Termasuk terhadap lembaga mitra yang berada di wilayah FKIP
berada, yaitu di Kecamatan Indralaya yang sekarang menjadi Kabupaten baru bernama
B. Rasional Program Kemitraan yang Dilaksanakan
Berdasarkan situasi yang ada, baik di LPTK dan di lembaga mitra, khususnya
SD yang ditunjuk sebagai sekolah mitra, maka timbul pemikiran untuk dilakukan
program kemitraan. Program ini perlu dilaksanakan, jika tidak dikuatirkan berdampak
pada kurangnya kepedulian perguruan tinggi pada dunia pendidikan di sekitarnya yang
bermuara pada tidak adanya rasa prihatin terhadap fenomena lambatnya peningkatan
penguasaan anak didik pada bidang IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia, bagi
sekolah mitra. Sementara kualitas pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama.
Selain itu bagi LPTK, dosen semakin mengalami kemiskinan pengalaman akan suasana
pelajaran di sekolah yang kelak akan dijadikan sebagai tempat berkancah para
mahasiswa ketika menjadi guru. Kurangnya pengalaman dosen LPTK terhadap suasana
sekolah dapat berpengaruh pada proses belajar mengajar di lembaga yang bersangkutan,
yang kemudian bermuara terhadap mutu calon guru SD yang akan dikeluarkan. Seperti
diuraikan sebelumnya, FKIP UNSRI telah memiliki mahasiswa PGSD baik reguler
maupun beasiswa berasrama sejak dua tahun terakhir.
Dibalik semua itu, apabila program kemitraan ini dapat diwujudkan fenomena
yang memprihatinkan yang dialami oleh kedua instansi dapat dikurangi atau diubah.
Bahkan sangat diharapkan melalui program kemitraan yang berupaya penugasan dosen
LPTK di sekolah akan tercipta suatu proses dan hasil yang mengarah pada peningkatan
mutu karena pembelajaran diusahakan memiliki karakteristik adanya relevansi, inovasi,
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.
Program kemitraan ini berkemungkinan besar dapat dilaksanakan dengan
optimal karena selain telah disepakati akan pentingnya program kemitraan ini oleh
telah tercipta. Sebagian besar dari pejabat dinas dan guru-guru di sekolah adalah alumni
FKIP Unsri. Kedekatan hubungan dan komitmen bersama ini memberi peluang untuk
mewujudkan kesadaran bersama dalam rangka sama-sama membangun daerahnya.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Umum:
Secara umum tujuan program kemitraan ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan profesional dosen FKIP UNSRI.
2. Meningkatkan.mengembangkan hubungan kemitraan FKIP UNSRI dengan Dinas
Pendidikan Nasional kabupaten Ogan Ilir Sumsel.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan penghayatan dosen tentang suasana pendidikan/pembelajaran di SD
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.
2. Memberikan pengalaman lapangan langsung kepada dosen Bahasa Indonesia, IPS,
dan Matematika sebagai guru SD.
3. Memberi kesempatan terjadinya tukar pengalaman antara dosen dan guru atau warga
sekolah.
Manfaat Kegiatan Kemitraan
Terdapat beberapa manfaat kemitraan ini, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Memantapkan dan mengembangkan sejumlah teori pembelajaran, terutama
pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran IPS, dan pembelajaran Matematika di
sekolah.
1) Dengan melaksanakan program kemitraan dosen memperoleh penglaman di
sekolah, peningkatan kualitas dan profesionalisme sesuai dengan bidang
masing-masing.
2) Bagi mahasiswa, peningkatan kualitas dan profesionalisme dapat mempengaruhi
suasana belajar dan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran.
3) Bagi program studi, program ini dapat menyumbangkan terjadinya
penyebarluasan pengalaman yang diperoleh dari sekolah kepada rekan sejawat.
4) Bagi lembaga mitra, program ini dapat memberikan inspirasi bagi para guru
dalam pembelajaran yang inovatif, efektif, dan efisien.
D. Indikator Keberhasilan
` Keberhasilan program ini, diukur berdasarkan kinerja dosen yang ditandai
dengan hal-hal berikut :
1. Minimal 80% dosen telah melaksanakan tugas sebagai guru dalam mengajar,
menilai, membimbing, dan melatih peserta didik sesuai dengan jadwal dan peraturan
sekolah.
2. Terlaksananya pengalaman langsung dosen mengajar sebagai guru di sekolah yang
diukur berdasarkan penilaian APKG bagi guru SD.
3. Terwujudnya gagasan pembelajaran inovatif pada mata pelajaran IPS, Bahasa
Indonesia, dan Matematika di SD dilihat dari model-model pembelajaran yang
diaplikasikan.
4. Terjadinya saling tukar pengalaman antara dosen dan guru yang dilihat berdasarkan
data kuesioner yang diberikan kepada kedua belah pihak.
5. Dihayatinya suasana kependidikan di SD yang dapat diketahui berdasarkan hasil
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN KEMITRAAN
1. Tahap-Tahap Kegiatan
a. Persiapan
Tracer Study atau dialog dengan pimpinan Fakultas, Dosen, dan Stakeholder,
Lembaga Mitra (Dinas Diknas Ogan Ilir dan Kepala Sekolah). Tracer Study ini
dengan mengamati dan diskusi dengan guru-guru khususnya guru SD untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.
Penyusunan proposal.
Pertemuan dengan dosen yang akan ditugaskan.
b. Pelaksanaan
Penugasan dosen FKIP Unsri ke lembaga mitra (SD-SD) di Kabupaten Ogan Ilir
untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.
Pemantauan dan penilaian program-program kegiatan yang dilaksanakan.
c. Pelaporan
Penyusunan draf laporan.
Seminar draf laporan
Revisi draf laporan
Pengiriman laporan
2. Strategi yang ditenpuh
Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan :
a. Melakukan Tracer Stydy yaitu dengan melakukan dialog dengan pimpinan
fakultas, Dosen FKIP serta Dinas Diknas Ogan Ilir (Kepala Sekolah).
Melakukan wawancara dengan guru-guru SD
Analisis dokumen hasil belajar siswa di Kabupaten Ogan Ilir
Lokakarya untuk mengembangkan program bersama tentang penerapan
pembelajaran yang inovatif
Pelaksanaan penugasan dosen FKIP Unsri di Sekolah
b. Seminar hasil program bersama pimpinan fakultas, Dosen pelaksana kegiatan
kemitraan, dpsen di lingkungan FKIP Unsri, stakeholder, pimpinan Dinas Diknas
Ogan Ilir, Kepala Sekolah serta guru sekolah mitra, dan sekolah dasar yang ada di
lingkungan sekolah mitra (satu gugus).
3. Mekanisme Pelaksanaan
a. Penugasan dosen pelaksana kegiatan kemitraan di sekolah mitra
b. Pemantauan dan evaluasi program
c. Analisis hasil program
d. Penyusunan draf laporan dan seminar hasil
e. Revisi / Laporan
4. Peran Masing-Masing Lembaga yang Bermitra
Untuk deskripsi peran masing-masing lembaga secara jelas dapat dilihat dalam
tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Peran Masing-Masing Lembaga
. Mitra (SD) OI
4. Penugasan Dosen di sekolah X
5. Pemantauan X X
6. Analisis hasil kegiatan X 7. Penyusunan draf laporan X
8. Seminar dan revisi draf laporan X X X 9. Pengiriman proposal X
B. Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan
Pelaksanaan kegiatan kemitraan ini dilakukan mulai September 2006 sampai
dengan November 2007. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Rincian Program Hibah Kemitraan
Penugasan Dosen FKIP Universitas Sriwijaya di Sekolah
Proposal
Universitas Sriwijaya) dan lembaga mitra (Diknas Kabupaten OI, Kasubdin Diknas OI,
Kepsek dan guru Sekolah Mitra serta sekolah dasar di lingkungan sekolah mitra).
Secara rinci dapat lihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 3
Pelaksana Hibah Kemitraan Penugasan Dosen FKIP Unsri di Sekolah
No. Nama dan gelar
2 Dr,Murni,M.A. Sejarah Dosen PS
Sejarah
Sekretaris Membantu koordinasi kegiatan
10 jam
3 Drs.Somakim,M.Pd. Matematika Dosen PS
Matematika
Anggota Melaksanakan tugas administrasi
8 jam
4 Dra.Siti Fatimah,M.Si. Ekonomi Dosen PS
Ekonomi
Anggota Melaksanakan tugas administrasi
8 jam
5 Kurnisar,S.Pd. PPKn Dosen PS
PPKn
Anggota Melaksanakan tugas administrasi
8 jam
6 Asniwati,S.Pd. Tenaga
Administrasi
Anggota Melaksanakan tugas administrasi
Tabel 4
Nama-Nama Dosen yang Ditugaskan di Sekolah
No. Nama Dosen Mata Pelajaran 1 Dra.Masrinawati,M.Pd. Matematika 2 Dra.Ratu Ilma Indra Putri,M.Si. Matematika 3 Dra.Izzah,M.Pd. Bahasa Indonesia 4 Dra.Sri Indrawati,M.Pd. Bahasa Indonesia 5 Dra.Siti Dewi Maharani,M.Pd. IPS
6 Dra.Yunani,M.Pd. IPS
Tabel 5
Nama-Nama Guru Sekolah Dasar yang Dilibatkan sebagai guru Mitra di Sekolah
No
.
Nama Guru Mata Pelajaran Kelas/Sekolah Dasar
1 Suryati Matematika III/SDN Timbangan 2 Hasnawati Matematika V/SDN Indralaya 3 Jamilah Bahasa Indonesia II/SDN Timbangan 4 Aswata Bahasa Indonesia IV/SDN Indralaya
5 Umiha IPS III/SDN Indralaya
6 Sumiati IPS V/SDN Timbangan
4.Dua Kepala Sekolah Dasar dari Sekolah Mitra adalah:
1. Nurjanah (SDN 1 Indralaya OI)
2. Muryanto, S.Pd. (SDN 1 Timbangan OI)
Secara keseluruhan, pengarahan dan pertanggungjawaban kegiatan pelaksanaan didapat
dari pimpinanUniversitas, LPTK (FKIP UNSRI) dan Dinas Depdiknas Ogan Ilir).
Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan perlu dilakukan pemantauan dan
penilaian yang meliputi aspek:
1. Hal-hal yang dipantau antara lain pelaksanaan penugasan dosen dalam pembelajaran
di sekolah, pembelajaran inovatif, saling tukar menukar pengalaman antara dosen
dan guru, penghayatan suasana pendidikan di sekolah.
2. Proses pemantauan kegiatan dilakukan oleh pihak FKIP Unsri, Tim pelaksana
program, dan Dinas Diknas Ogan Ilir.
3. Teknik pemantauan kegiatan yang digunakan antara lain observasi, kuisioner, dan
format refleksi.
BAB III
HASIL KEGIATAN KEMITRAAN
A. Hasil yang Dicapai Dalam Kegiatan Kemitraan
Penugasan dosen pada ketiga mata pelajaran dilaksanakan di dua SD di
Kabupaten Ogan Ilir, tepatnta di SDN 1 Simpang Timbangan dan SDN 1 Indralaya
untuk jenjang kelas yang berbeda. Di jenjang kelas rendah (kelas 123) dan SDN 1
Indralaya, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 456) dilaksanakan di SD 1 Simapang
Timbangan. Lokasi kedua SD ini tidak terlalu jauh dari LPTK, tetapi jarak antara SD
cukup jauh. Untuk setiap SD, dosen yang bertugas hanya tiga orang pada tiga mata
pelajaran. Secara rinci pembagian daerah kerja tugas dosen di SD sebagai berikut.
Tabel 6
Pembagian Tugas Dosen berdasarkan Lokasi dan Jenjang Kelas
No. Nama Dosen Mata Pelajaran Kelas SD 1
Dra. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si.
6 Dra. Yunani, M.Pd. IPS Rendah SDN 1 Indralaya
Selama 16 kali tatap muka (satu semester/ganjil), para dosen “guru”
mendapatkan pengalaman mengajar di SD. Setelah melakukan observasi sekolah dan
kelas, berikutnya para dosen bersama dengan guru mitra, mendapatkan kesempatan
untuk menerapkan pengetahuan, kemampuan melaksanakan pembelajaran di SD.
Berbagai temuan yang didapat dari hasil kolaborasi mereka, yang berupaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran yang diasuh.
Setelah melaksanakan kegiatan penugasan dosen pada tiga mata pelajaran,
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPS, maka berdasarkan ata absensi dan laporan
proses belajar mengajar di kelas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar dosen dapat
hadir menjalankan tugasnya sebagai guru, mengajar, menilai, membimbing, dan
melatih siswa secara penuh (100%), walaupun ada dua orang dosen yang hanya mampu
menyelesaikan 85% – 90% kehadiran tatap mukanya di sekolah. Hal ini disebabkan satu
orang dosen memerlukan waktu untuk pemulihan kesehatan, dan satu orang lagi
persiapan untuk melanjutkan sekolah di Jakarta. Kondisi ini, menunjukan bahwa
kehadiran dosen dalam menjalankan tugasnya sebagai guru sudah memenuhi
kesepakatan kedua pihak, dan tidak melebihi batas minimal kehadiran dosen dalam
indikator keberhasilan kegiatan mitra ini yaitu 80%.
Dari hasil observasi terhadap dosen yang ditugaskan di sekolah, rata-rata mereka
telah melaksanakan pembelajaran dengan hasil sangat baik. Hal ini dapat ditemukan
dalam rata-rata nilai keterampilan mengajar berdasarkan IPKG2 (Instrumen Penilaian
Kemampuan Guru 2) mencapai 3,7. Observasi yang dilakukan oleh penanggungjawab
mata pelajaran, penanggungjawab kegiatan tidak dilaksanakan setiap hari, setiap tatap
mengajar rata-rata 15 tahun ke atas, mereka juga adalah pembimbing PPL (Program
Praktik Lapangan) mahasiswa di sekolah. Penilaian yang dilakukan untuk melihat
bagaimana kemampuan/pengalaman doesn “guru” mengajar di jenjang sekolah yang
berbeda. Secara rinci data perolehan rata-rata dosen dalam pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan IPKG2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7
Kemampuan dan Pengalaman Tugas Dosen Berdasarkan IPKG 2
No
.
Nama Dosen Mata Pelajaran Rt Nilai
1
Dra. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si.
Dra. Izzah, M.Pd.
“menyesuaikan diri” melatih dan mengembangkan kemampuan mengajar untuk jenjang
sekolah dasar.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dosen “guru” dilakukan berbagai
inovasi model pembelajaran. Hal ini terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran
yang disusu, dan juga dalam pelaksanaannya. Sebagian besar model pembelajaran yang
diterapkan adalah menjawab keluhan/masalah yang dihadapi para guru kelas “mitra”
Kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
mencakup Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan 75 kecepatan kata
per menit, Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya,
Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan, Membaca puisi
dengan lafal dan intonasi yang tepat, Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga
tokoh dengan memperhatikan isi serta peranannya, Menanggapi suatu persoalan atau
peristiwa dan mamberikan saran pemecahan dengan memperhatikan pilihan kata dan
santun berbahasa, Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah,
dan kenaikan kelas) dengan kalimat efektif dan memperhatikan ejaan, Memahami teks
pendek dan puisi yang dilisankan, Memahami isi teks pendek yang dibaca dengan
membaca lancar, Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi
anak, Memahami teks pendek dengan membaca lancar, Menuliska apa yang dilihat dan
dialami.
Dalam melaksanakan pembelajaran di SD, para dosen menggunakan sejumlah
bahan yang diambil sebagian dari buku yang biasa digunakan oleh guru kelas dengan
penambahan bahan dari sumber-sumber lain. Materi pokok yangdisajikan di kelas V
SDN1 Indralaya antara lain berkisar Bacaan Berolahraga Sejak Usia Muda, Cerita
Rakyat Bawang Merah Bawang Puti, Isi Pesan dari Nara Sumber, Puisi “Mari Bermain
Tali” dan “Kembang Sepatu”, Dialog Guru Berprestasi, Teks “Kecelakaan” dan
“Upacara Bendera”, Contoh surat undangan ultah dan acara agama. Di SDN!
Timbangan materi yang diantarkan kepada siswa kelas I, antara lain Puisi, Puis
Anak-anak, Dongeng Si Dompu Awang, Teks Lagu, Gambar Denah Sekolah, Deskripsi
Benda-benda Sekitar, Kalimat Tanya, Wacana tentang Bus Kota.
Dengan model pembelajaran yang dilakukan dosen ‘guru” yang banyak
sebelum memasuki materi baru dipersiapkan latar belakang pengetahuan mereka,
diaktifkan pengalaman mereka untuk mengikuti materi yang akan disajikan. Dengan
cara ini, mereka lebih mudah mengikuti dan memahami sesuatu yang dipelajari. Ketika
guru menjelaskan tujuan belajar sementara siswa mendengarkan apa yang akan
dipelajari, hal yang demikian mengajak siswa pada kesadaran kemana arah
pembelajaran. Siswa memiliki fokus belajar. Setelah siswa teraktifkan dan memiliki
fokus belajar, mereka diminta membaca, memaknai teks, mencari informasi penting,
mengajukan pertanyaan, dan sebagainya. Melalui langkah ini, sebagian siswa terliha
bingung, namun sebagian besar dapat mengikutinya setelah mendapatkan bimbingan.
Pada saat mereka telah memahami apa maksud instruksi pengajar, belajar bahasa yang
biasanya lebih banyak tentang teori bahasa beralih ke praktik menggunakan bahasa
dalam rangka memahami teks. Cara ini ternyata dapat dilakukan siswa dengan cara
saling bertanya, saling berinteraksi, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir program
dengan menggunakan perangkat IPKG2, kedua dosen bahasa dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran mereka sudah bagus, baik pada pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan inti, maupun penutup. Pada pembelajaran, dosen disamping
menyiapkan media juga memeriksa kesiapan siswa, dalam mebuka pembelajaran
melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan kegiatan. Ketika melaksanakan
kegiatan inti pembelajaran, dosen sangat menguasai materi, menggunakanstrategi yang
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtut,
menguasai kelas, mengembangkan kemampuan komunikasi dan bernalar dengan baik.
Untuk melaksanakan pembelajaran digunakan media yang dapat menghasilkan pesan
dengan baik, menarik, dan menggunakannya dengan melibatkan siswa. Strategi yang
terbuka, dan menumbuhkan antusias siswa dalam belajar. Dalam menciptakan
komunikasi, dosen berbahasa Indonesia dengan lancar dan jelas. Sesekali
mencampurnya dengan bahasa daerah ketika dirasa ada pesa yang tidak dipahami siswa
dengan baik. Sebagai usaha untuk mengetahui kemajuan siswa, pada akhir sejumlah
pertemuan dilakukan penilaian. Demikian juga pada sejumlah akhir pertemuan, dosen
membuat rangkuman yang melibatkan siswa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dari tatap muka satu ke tatap
muka berikut baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi telah memberikan banyak
perubahan, khususnya dalam aktivitas belajar di kelas, dan keberhasilan siswa
membaca.
Didalam pelajara IPS, di kelas rendah, dosen “guru” memberikan materi IPS
seperti dalam kurikulum 2006 (KTSP) untuk semester ganjil, yaitu:
1. Lingkungan Alam dan Buatan
A. Lingkungan Sekitar Kita
B. Manfaat Lingkungan Alam dan Buatan
2. Melestarikan Lingkungan
A. Kerusakan Lingkungan Sekitar Kita
B. Upaya Melestarikan Lingkungan
3. Denah dan Peta Lingkungan
A. Pengertian Denah
B. Mata Angin
C. Aneka Denah
D. Gambar Denah
4. Kerjasama
B. Manfaat Kerjasama
C. Kerjasama di Lingkungan Rumah
D. Kerjasama di Lingkungan Keluarga
Hal utama yang ditemukan dosen “guru” adalah jumlah siswa yang besar
(disbanding pengalaman dosen mengajar dengan jumlah mahasiswa yang separuh dari
jumalah siswa tersebut) yaitu 48 orang, dan adanya 8 orang siswa yang belum mampu
membaca, serta minimnya media pembelajaran yang tersedia. Menyadari kendala yang
ada, maka dosen “guru” menerapkan pembelajaran terpadu, antara IPS dengan bahasa.
Selain tiu penggunaan media pembelajaran yang dekat lingkungan siswa, kongkrit serta
mudah didapat siswa dijadikan andalan utama media, selain media buatan guru.
Pembelajaran IPS yang berdasarkan lingkungan siswa (kontekstual), dan tidak hanya
pada buku teks, menjadikan pembelajaran IPS di kelas rendah ini menjadi lebih menarik
siswa dan akhirnya bermuara pada hasil belajar yang meningkat.
Sebagai contoh, saat dosen “guru” mengajarkan tentang lingkungan alam dan
buatan, guru menyuruh siswa untuk keluar dan mengambil salah satu benda diluar yang
merupakan benda buatan manusia dan Tuhan, kemudian menuliskan benda-benda
tersebut di papan tulis. Siswa pun diarahkan untuk mengenal lingkungan
desa/kecamatan/kabupatennya, seperti nama sungai, nama kota, nama jalan. Saat dosen
“guru” mengajarkan tentang denah maka siswa disuruh untuk mengamati denah kelas,
denah sekolah mereka, kemudian membuat denah dari hasil pengamatan siswanya.
Begitu juga dengan contoh-contoh kerjasama yang dilakukan di rumah mereka.
Seperti diungkapkan di atas, siswa yang bermasalah dalam membaca terus
menjadi perhatian guru. Jika dalam proses, mereka diminta memegang benda,
menunjukan contoh tanpa membaca, melalui gambar-gambar, maka berikutnya
ditulis jawabannnya di papan tulis. Teman sejawat siswa dan dosen “guru” membimbing
siswa untuk mampu menyelesaikan tulisannya.
Dari hasil pengalaman mengajar ini, dosen “guru” dan guru mitra sepakat untuk
merekomendasikan para guru kelas rendah sebelumnya, untuk tidak menaikkan siswa
ke kelas berikutnya jika siswa belum bisa membaca. Hal ini dikarenakan kemampuan
membaca menentukan keberhasilan siswa memahami materi pelajaran lain. Selain itu
guru mitra juga menyatakan keinginannya untuk melakukan pembelajaran kontekstual,
yang terpadu. Proses pembelajaran yang membiarkan siswa membaca sendiri,
dijelaskan lalu latihan soal, ternyata tidaklah mampu membantu siswa dalam meraih
keberhasilan belajar serta mengurangi ketidakmampuan membacanya.
Dari hasil evaluasi dosen “guru” diakhir tatap mukanya, maka ditemukan adanya
peningkatan motivasi belajar, hasil belajar siswa dan mengurangi jumlah siswa yang
belum mampu membaca sebanyak lima orang.
Di kelas tinggi (kelas 5), dosen/guru memberikanmateri IPS yang ada dalam
kurikulum 2006, yaitu:
1. Peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu Budha dan
Islam di Indonesia
2. Tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia
3. Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan peta/globe/atlas dan media lainnya
4. Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia
5. Jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Di awal pembelajaran, tidaklah sama dengan dosen “guru” lainnya memiliki kendala
dari jumlah siswa ditemui, karena di kelas tinggi jumlah siswa tidak besar di kelas
di sekolah/kelas tersebut. Maka dengan pengadaan media buatan pabrik atau tangan
sendiri, dosen “guru” melakukan pembelajaran IPS. Tidak ada hari tanpa media.
Selain itu juga, dilakukan penerapan berbagai metode yang dapat mengkondisikan
siswa belajar sendiri. Siswa diberi penilaian dalam proses dan hasil yang
menyenangkan. Latihan dengan cara menyenangkan, seperti dengan kegiatan
menempel, mencocokkan, menunjukan, menceritakan. Soal yang diberikan pada
akhir pelajaran secepatnya diberikan penguatan simbol atau benda.
Dosen “guru” merasakan gembira karena motivasi belajar siswa semakin tinggi,
begitu juga hasil belajarnya. Maka hal inipun menjadi penguatan bagi dosen “guru”
untuk lebih berantusias belajar. Siswa sangat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran,
mereka berusaha untuk mengerjakan soal dengan baik. Salah satu siswa, dengan
terus terang menyatakan penyelesaiannya tidak dapat hadir karena harus ikut ibunya,
namun tetap menyelesaikan tugas rumahnya. Suasana pembelajaran yang
menyenangkan, hubungan guru dan siswa yang komunikatif mmenjadikan
pembelajaran IPS di kelas tinggi menghasilkan prestasi belajar siswa baik.
Dari temuan kedua dosen “guru” tersebut dalam mata pelajaran IPS, dapat
disimpulkan bahwa pelajaran IPS bukanlah pelajaran yang membosankan. Kesalahan
bukan pada materi pembelajaran, namun bagaimana cara menyajikannya. Ternyata
jika mata pelajaran IPS diberikan dengan menyenangkan, sekongkrit mungkin (mulai
dari terdekat siswa), dengan media yang menarik ternyata mampu menarik perhatian
siswa untuk belajar dengan aktif, antusias dan meraih prestasi belajar yang baik.
Seperti halnya dosen “guru” pada mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia,
maka dalam mata pelajaran Matematika juga dilakukan di sekolah yang sama.
Berbeda dengan mata pelajaran IPS, untuk kelas rendah dilakukan di SDN 1
dilakukan sebanyak 16 kali tatap muka (semester ganjil) dengan mengacu pada
kurikulum 2006.
Di kelas rendah (kelas 3), kendala yang ditemui dosen “guru” hampir tidak ada,
kecuali adanya satu orang siswa yang tidak bisa membaca dan nakal dan satu orang
siswa yang sangat pendiam dan pasif. Di SD ini telah ada alat peraga MEQIP, yang
semula jarang dipergunakan para guru, berikutnya selalu digunakan dosen “guru”.
Selain itu jumlah siswa tidak terlalu banyak, 39 orang. Materi yang diberikan dosen
“guru”:
1. Bilangan
2. Penjumlahan
3. Pengurangan
4. Pembagian
5. Perkalian
Dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dosen “guru” memulai
pembelajaran dengan mengutarakan masalah yang dihadapi sehari-hari, dan
membungkusnya dalam soal cerita.berikutnya untuk menyelesaikan masalah tersebut,
dosen “guru” memperagakan dengan menggunakan alat peraga. Setelah diyakini siswa
paham, maka siswa diberikan soal latihan.
Pembelajaran Matematika penuh hangat dan gembira. Siswa antusias
memperhatikan penjelasan guru dengan alat peraga tersebut. Dosen “guru” selalu
membimbing dan memperhatikan siswa dalam mengerjakan soal latihan. Diharapkan
dengan demikian, ketidakpahaman siswa secara individu berbeda dapat diatasi.
Keberhasilan pembelajaran Matematika di kelas rendah ini, khususnya pada
materi perkalian, tidak dirasakan oleh siswa yang ternyata sulit dalam menghapal
guru mitra terhadap keberhasilan pembelajaran Matematika yang dilakukan dosen
“guru” sangat positif. Misalnya, keinginan menggunakan media dalam pembelajaran
yang ada di sekolah.
Di kelas tinggi (kelas 4) di SDN1 Indralaya dilakukan pembelajaran Matematika
dengan jumlah jam yang sama, dengan materi sebagai berikut:
1. Pecahan
2. Membandingkan Pecahan
3. Penjumlahan Pecahan
4. Pengurangan Pecahan
5. Pecahan Senilai
6. Menyederhanakan Pecahan
7. Menentukan Pembilang Penyebut yang Tidak Diketahui
8. Mengubah Pecahan Menjadi Bentuk Desimal
9. Mengenal dan Mengulang Satuan Tidak Baku dan Satuan Baku untuk Panjang
10. Mengukur dengan ketelitian sampai dengan cm terdekat
11. Volume
12. Hubungan Minggu, Bulan dan Tahun
13. Mengenal Jam, Menit dan Hubungannya
Adanya alat peraga MEQIP juga sangat membantu dosen “guru” untuk
menjadikan setiap kegiatan pembelajaran penuh makna bagi siswa. Siswa diajak belajar
Matematika dengan menyenangkan. Hal ini terlihat dari pendekatan pembelajaran
terpadu yang digunakan. Matematika dengan Kesenian, IPA, Bahasa. Siswa diajak
untuk bernyanyi dengan lirik “bahasa” matematika. Dosen “guru” mengupayakan siswa
untuk aktif walau dengan kondisi kelas yang agak padat. Hal ini berhasil. Siswa penuh
Dari temuan yang didapat dari para dosen “guru” matematika tersebut dapat
disimpulkan bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan menakutkan, jika
diberikan dengan kongkrit dan menyenangkan bagi siswa SD.
Sesuai dengan alah satu tujuan/indikator keberhasilan program kemitraan ini, agar
terjadi saling tukar pengalaman antara dosen dengan guru sekolah mitra. Dari hasil
observasi, wawancara dan angket yang diberikan kepada dosen “guru” dan guru mitra
kondisi ini dapat dicapai. Berdasarkan pemantauan hubungan dosen dan guru sangat
baik dan kooperatif. Sebelum mamulai pembelajaran di kelas, semua guru dan dosen
dipertemukan dan diarahkan untuk mengkomunikasikan hal yang sudah ada dan yang
sulit dilakukan dan keinginan untuk melakukan. Pada pertemuan awal yang dipandu
oleh panitia pelaksana di sekolah mitra kedua belah pihak menggali
pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan mitra masing-masing, kedua pihakpun berikutnya
berdiskusi merancang pembelajaran di tatap muka kelas.
Dari hasil angket yang diberikan semua dosen dan guru menjawab bahwa kedua
pihak secara rutin melakukan diskusi dan mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman
baru yang diterima dari mitra masing-masing. Sebagian besar dosen menjawab
pengalaman guru yang sangat mempengaruhi dalam pandangan dan sikap dalam
pembelajaran mereka adalah cara merespon dan berinteraksi dengan siswa didalam dan
diluar kelas. Selain itu respon positif juga diberikan dosen “guru” atas pengalaman yang
diberikan guru mengolah kelas dengan jumlah siswa yang besar. Para dosen
menyatakan pengalaman guru mengajar dengan jumlah siswa besar, tetapi tidak capek
dan emosional perlu diambil pelajarannya.
Dari hasil angket dan interview mendalam dengan para guru mitra, maka
penglaman yang paling mengesankan mereka dapatkan dari dosen “guru” adalah
tujuab pembelajaran. Pembelajaran terpadu dan kontekstual menjadi pembicaraan utama
guru untuk diikuti. Sebagian guru mitra berpendapat bahwa pengalaman yang didapat
dari para dosen “guru” adalah penggunaan media. Para guru sebagian besar belum tahu
dan mampu merancang media pembelajaran yang murah dan tepat guna bagi
pembelajaran di kelasnya, terutama pada IPS dan bahasa Indonesia. Pada pelajaran
Matematika, semua sekolah mitra ada, tetapi sebagian besar guru baru mengetahui dan
mendapat pengalaman penggunaannya pada kegiatan mitra ini, dari dosen “guru”.
Selain itu pemberian penguatan yang dilakukan salah satu dosen “guru” IPS dengan
memberikan penguatan berupa alat tulis, makanan ringan, permen dalam menarik siswa
belajar, sulit untuk diikuti. Namun guru mitra meyakini bahwa penguatan sangat perlu
dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif.
Data angket, wawancara dan observasipun menguatkan bahwa para guru mitra
dan dosen selalu berinteraksi tidak saja dalam pertemuan di kelas, tetapi juga di luar
kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas mereka. Para
guru mitra senantiasa bersama para dosen “guru” selama pembelajaran dilaksanakan di
dalam kelas.
Penghayatan dosen “guru” dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah dasar,
tercermin dalam refleksi mereka baik secara tertulis maupun dalam wawancara. Dosen
bahasa Indonesia mengaku mendapatkan pengalaman pembelajaran yang unik, terutama
dalam menghadapi kehidupan anak-anak yang sangat berbeda dengan kehidupan
mahasiswa. Kehidupan anak-anak yang penuh dengan kepolosan dan kelucuan yang
memerlukan penyikapan yang sesuai dengan dunia mereka. Oleh karena itu gaya
mengajar yang diterapkan dosen penuh dengan kelembutan, keramahan, kesabaran,
kegembiraan, penuh penghargaan, perhatian, dan kelonggaran. Teknik pembelajaran
kerja yang serba baik atau tugas yang diterapkan menciptakan semangat bagi anak-anak
untuk mengikuti pembelajaran. Bahkan di kelas bawah untuk mengurangi kegaduhan,
keributan, atau perkelahian, dosen menyiapkan hadiah permen, coklat, atau chiki bagi
yang tidak ribut, yang dapat menjawab, membuat pertanyaan, atau mengerjakan tugas
dengan baik. Dari pihak para guru, mereka merasa berterimakasih karena memperoleh
tambahan pengetahuan dalam pembelajaran bahasa yang berbeda dengan apa yang
diterapkan selama ini, baik pada cara pembelajaran membaca, puisi, cerita, maupun
aspek keterampilan dan kebahasaan yang lain.
Dari hasil refleksi dosen lainnya tentang penghayatan atas pengalaman mengajar
di SD, mereka merasa mendapatkan pengalaman tambahan berharga yang tak
terlupakan, disamping memperoleh suasana pembelajaran yang berbeda dari suasana
perguruan tinggi, juga diakui bahwa mengajar, membimbing, mendidik anak-anak SD
ternyata tidak mudah. Mengajar anak-anak SD memerlukan sikap batin ekstra dibanding
dengan mengajar mahasiswa. Terkait dengan pengelolaan kelas, terbatasnya jam bahas
Indonesia menyebabkan sulitnya menyesuaiakn materi dengan waktu yang tersedia.
Selain itu, jumlahsiswa dalam satu kelas melebihi kapasitas juga ikut andil dalam
menangani pembelajaran dengan baik. Yang sangat membanggakan adalah tanggapan
positif dari pihak sekolah mitra. Para dosen menyatakan bahwa sangat terkesan dengan
tanggapan yang baik dari semua pihak, terutama para siswa, kepala sekolah, para guru
kelas, serta kolega guru lain setempat.
Bagi guru mitra, refleksi atas program kemitraan ini, selain mendapatkan
kesempatan memperoleh tambahan pengetahuan pembelajaran bahasa Indonesia, IPS
dan Matematika secara langsung, juga mendapatkan pengalaman berinteraksi dan
bersilaturahim dengan pendidik dari jenjang yang lebih tinggo yang dapat menciptakan
B. Permasalahan yang Muncul
Permasalahan yang didapat dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan ini tidak
banyak hal yang sangat prinsip, namun lebih banyak pada teknis pelaksanaan, misal:
1. Jumlah siswa yang banyak (rata-rata 47 keatas), sehingga sulit dalam pengelolaannya
2. Media pembelajaran yang kurang tersedia di sekolah mitra, jika pu ada masih
tersimpan rapi
3. Adanya beberapa siswa yang bermasalah dalam membaca, sehingga sulit
melibatkannya dalam pembelajaran
4. Adanya siswa yang bermasalah dalam hiegenitas (sakit telinga yang mengeluarkan
cairan yang berbau), atau bermasalah dalam sikap/tingkah laku
5. Jadwal dosen yang cukup padat, sehingga mempengaruhi jadwal mata pelajaran di
sekolah dan intensitas kehadiran di sekolah.
C. Pemecahan Masalah
Berbagai permasalahan tersebut di atas dapat ditanggulangi oleh dosen karena
adanya kerjasama yang baik dengan guru dan kepala sekolah setempat, dan panitia
pelaksana. Tindakan/kebijakan yang diambil dalam mengatasi masalah yang muncul
tersebut adalah:
1. Guru mitra membantu pengelolaan kelas. Distribusi LKS selama proses
pembelajaran dilakukan oleh dosen
2. Media pembelajaran dipinjamkan oleh kepala sekolah, seperti pada mata pelajaran
matematika. Untuk pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia, dosen berupaya
bantuan dana yang diberikan kepada setiap dosen untuk mengadaan media. Media
inipun kemudian sebagian besar dihibahkan kepada sekolah mitra.
3. Siswa yang bermasalah dalam membaca, khususnya dalam pelajaran IPS dan
matematika diatasi dengan pendekatan pembelajaran terpadu, serta memberikan
perhatian yang intens terhadap mereka yang bermasalah. Hal ini berhasil, terbukti
diakhir kegiatan, jumlah siswa yang bermasalah dalam membaca tidak sebanyak di
awal tatap muka
4. Siswa yang mengalami sakit telinga ini, pada mulanya sangat mengganggu kegiatan
pembelajaran temannya di kelas tersebut. Namun setelah disarankan ke dokter dan
sembuh kelas kembali tenang dan kondusif. Begitu juga dengan siswa yang
bermasalah dengan sikap, tingkah laku di kelas, dapat diatasi setelah diberi perhatian
serius oleh dosen dan guru juga dengan bantuan orang tua. Berikutnya bisa
mengikuti pelajaran di kelas dengan lebih baik dari sebelumnya.
5. Jadwal yang padat bagi para dosen, semula memang menjadi kekuatiran bagi panitia
pelaksana. Mulanya hal ini diatasi dengan surat pernyataan para dosen untuk akan
berpartisipasi penuh dalam kegiatan ini. Kemudian dilakukan koordinasi dengan
sekolah mitra, khususnya guru mitra agar pada jam-jam tertentu dosen yang
seharusnya berada dalam kelas, tetapi harus mengikuti kegiatan akademik lain dapat
diatasi dengan mengatur ulang jadwal pelajaran yang telah dibakukan sekolah.
Setelah pengaturan ulang jadwal pelajaran, maka permasalahan ini dapat diatasi.
Jikapun ada dosen yang tidak 100% kehadirannya di kelas, bukan karena kesibukan
tetapi karena sakit dan penyelesaian administrasi ke universitas lain di Jakarta.
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dan masukan yang diterima panitia pelaksana
pada saat seminar hasil kegiatan yang dihadiri oleh kedua pihak, maka dapat
direkomendasikan rencana tindak lanjut dari kegiatan mitra ini, yaitu:
1. Pelatihan pengadaan media, dan penggunaannya bagi guru mitra dan guru-guru di
lingkungan Kabupaten Ogan Ilir
2. Kegiatan Mitra, dengan menugaskan dosen LPTK ke sekolah dasar tidak hanya pada
dua SD, yang cukup dekat dengan kota kabupaten, tetapi juga sekolah yang berada di
pinggiran atau terpencil
3. Kegiatan Mitra antara kedua pihak tidak terhenti pada program ini saja, khususnya
dibidang perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di SD tetapi juga
berkesinambungan secara vertikal (jenjang pendidikan menengah) dan horisontal (ke
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Terhadap Indikator Keberhasilan
Dari pelaksanaan kegiatan mitra yang dilakukan oleh LPTK, FKIP UNSRI dengan
Depdiknas kabupaten Ogan Ilir, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dapat
dinyatakan bahwa kegiatan mitra ini sudah berhasil menjawab permasalahan yang
dihadapi kedua pihak. Pihak LPTK telah memberikan pengetahuan, pengalaman yang
berharga pada bidang pendidikan dasar yang sangat berpengaruh terhadap pandangan,
sikap, kebijakan para dosen dalam melaksanakan perkuliahan bagi calon guru SD.
Sebaliknya bagi para guru, didapatnya pengalaman berharga bagaimana peningkatan
kualitas pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia,
Matematika dan IPS. Pembelajaran yang semula dan selama ini hanya dengan metode
itu-itu saja, dan bingung dalam pengadaan media seperti apa yang dapat digunakan,
merubah guru mitra menjadi menyenangkan profesinya dan lebih profesional. Hal yang
paling utama, tentu saja keberhasilan kegiatan mitra ini dapat berimbas pada
keberhasilan siswa di tiga mata pelajaran tersebut pada tahun mendatang.
“Keharmonisan” kerjasama antara dosen dan guru yang berpengaruh pada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu gerakan/kegiatan
untuk “tidak berjarak” nya antara LPTK dan sekolah dalam meningkatkan kualitas
guru saat kuliah. Hal ini disebabkan melalui kegiatan mitra guru dan dosen
mendapatkan pengalaman langsung dari kedua pihak.
B. Analisis Terhadap Dampak Kegiatan Kemitraan
Terlaksananya kegiatan kemitraan ini tentu saja membawa dampak bagi banyak
pihak, terutama pihak-pihak yang terlibat langsung, seperti LPTK (FKIP UNSRI),
Lembaga mitra (Diknas OI), dan siswa serta masyarakat. Secara rinci dapat dipaparkan
sebagai berikut.
1. Dampak Bagi LPTK
Dengan melaksanakan program kemitraan dosen memperoleh pengalaman di sekolah
secara langsung sehingga akam membawa dampak kepada peningkatan kualitas dan
profesionalisme sesuai dengan bidang masing-masing dalam perkuliahan yang akan
diberikan kepada calon guru. Selain itu meningkatkan fungsi dan keberadaan LPTK,
FKIP UNSRI dengan lingkungan sekitarnya, khususnya dalam meningkatkan
kepedulian terhadap peningkatan mutu pendidikan. Selain temuan yang bersifat
menambah pengetahuan tentang pembelajaran di jenjang SD, juga LPTK mendapatkan
gambaran permasalahan-permasalahan secara riil yang ada di kelas pada bidang studi
tertentu.
Bagi program studi pendidikan guru sekolah dasar, program ini dapat
menyumbangkan terjadinya penyebarluasan pengalaman yang diperoleh dari sekolah
kepada rekan sejawat, dosen-dosen PGSD lainnya.
2. Dampak Bagi Lembaga Mitra
Bagi Depdiknas, khususnya pendidikan dasar, mendapatkan gambaran permasalahan
yang ada di SD, dan mendapatkan cara mengatasinya, melalui guru mitra. Dengan kata
lain, program ini dapat memberikan inspirasi bagi guru dalam pembelajaran yang
kerjasama antara kedua pihak harus selalu terjalin, agar peningkatan mutu pendidikan
tercapai.
3. Dampak Bagi Pihak Lain/Masyarakat
Keberhasilan kegiatan kemitraan ini, akan terlalu sangat berimbas kepada siswa,
orang tua dan prestise daerah. Melalui KKG, dan pertemuan lain, para guru dapat pula
menyebarkan ke teman sejawat. Dosen yang berhasil mendidik mahasiswa calon guru
SD akan dapat melahirkan guru-guru SD yang profesional. Sementara itu guru-guru
yang selalu terbuka menerima perubahan akan dapat pula mendidik siswa dengan hasil
belajar yang memuaskan. Maka dampak bagi masyarakat akan terlihat dengan mutu
lulusan/pendidikan daerah setempat.
C. Pembahasan Atas Hasil Kemitraan
Pendidikan yang dimulai sejak dini, di bangku sekolah dasar sangat perlu
diperhatikan, mengingat jenjang ini adalah sebagai pondasi yang menentukan bagi
pendidikan lanjutan berikutnya. Oleh karena itu, permasalahan di jenjang pendidikan
dasar ini perlu diperhatikan dan segera diperbaiki. Oleh karena itu adalah tepat jika
permasalahan rendahnya kualitas pembelajaran di SD pada mata pelajaran yang ada,
khususnya matematika, bahasa Indonesia dan IPS yang saat ini dihadapi oleh Diknas
Kabupaten Ogan Ilir. Sesuai dengan TriDarma Perguruan Tinggi, maka hal yang ada ini
menjadi perhatian bagi FKIP UNSRI, LPTK yang juga berdomisili di Kabupaten ini.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan berdampak pada kualitas pembelajaran
di sekolah lanjutan. Misal saja, temuan para dosen “guru” terhadap siswa yang tidak
bisa membaca di kelas III, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa
tersebut pada mata pelajaran yang alin. Maka gagasan para guru dan dosen “guru” yang
di kelas rendah (I dan II) ke jenjang kelas berikutnya adalah kesepakatan dari hasil
refleksi atas temuan di lapangan sangat bagus sekali. Jika dirujukan pula pada kebijakan
pendidikan dasar untuk memprioritaskan kemampuan membaca, menulis dan berhitung
pada siswa SD, sangat tepat sekali.
Pembelajaran terpadu dan kontekstual yang dilakukan dosen “guru” pada mata
pelajatan matematika dan IPS serta Bahasa Indonesia bukan hanya mengenai masalah
siswa dalam membaca, tetapi juga membuat pelajaran yang diberikan lebih mudah
dipahami siswa serta siswa terlibat aktif. Hal ini berbeda dengan temuan dosen saat
melakukan observasi awal pada aktvitas guru mengajar IPS dan matematika, yang
cenderung pada bentuk belajar menerima. Siswa pasif sebagai pendengar, dan tanpa
memperhatikan hambatan siswa yang bermasalah dalam membaca, guru terus
melakukan pemberian materi dengan ceramah. Bentuk belajar menerima (reception
learning) atau ada juga menyamakannya dengan expository teaching, memang
menjadikan siswa berperan pasif, menerima, menghafal pengatahuan yang diberikan
guru (Ausabel & Robinson, 1969).
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya sikap guru yang lebih senang jika
siswanya duduk dengan tangan terlipat di atas meja tanpa bicara dan bergerak. Siswa
merasakan bosan dengan materi dan ingin berkata stop, namun tidak bisa karena dia
manusia “kecil”. Seperti ungkapan Ronald Gross (1991) tentang mitos belajar yang ada
seperti belajar adalah perbuatan yang membosankan, kurang menyenangkan,
pembelajaran harus pasif, dan dibawah perintah/aturan guru.
Pembelajaran demikian sulit menumbuhkan motivasi siswa. Tanpa motivasi belajar
yang tinggi maka akan sulit pula hasil belajar yang baik dapat dicapai. Untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, maka para dosen “guru: melalui model
terlihat dalam temuan di lapangan, para siswa aktif dans enang melakukan penempelan
kartu-kartu pembagian wakti di Indonesia dalam pelajaran IPS, atau juga dalam
matematika yang menggunakan media MEQIP. Hal ini sesuai dengan ungkapan Nana
Syaodih (2005) bahwa untuk menimbulkan motivasi siswa dalam belajar diperlukan
adanya penyempurnaan isi, proses maupun iklim pembelajaran. Dengan kata lain
pembelajaran yang dilakukan harus dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan
bernanfaat.
Media yang kurang digunakan guru mitra, diatasi dosen “guru” dengan
menggunakan media yang mudah dan murah dijangkau, namun sangat membantu dalam
proses pembelajaran. Mengingat suatu pengajaran yang baik tidak bisa dipisahkan
dengan penggunaan media pembelajaran. Pembagian media berdasarkan jenisnya cukup
banyak. Misal EdgarDale yang membagi media atas 12 macam, dari pengalaman
langsung sampai yang abstrak. Saat dosen “guru” IPS di kelas rendah mengajarkan
lingkungan sekitar, maka dia suruh siswa mengamati kelas-kelas lain dan kemudian
menceritakan temuannya, dan menuliskannya. Di kelas tinggi, IPS menggunakan
media-media grafis, dan peta/kuis-kuis yang ditempelkan pada kain planel, membuat
media reflika bangunan/tokoh sejarah. Siswa merasakan kehangatan dalam proses
pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa dan keceriaan di wajah siswa serta
hasil ulangan harian siswapun sangat baik.
Disamping mengakui adanya manfaat ilmu pengetahuan dan pengalaman langsung
yang didapat dari dosen “guru”, para guru mitra juga merasakan kesulitan untuk
mengikuti kegiatan dosen yang memberikan penguatan berupa benda (alat belajar,
permen, makanan ringan) kepada siswa setiap mampu memahami materi yang
diberikan. Sebagai guru bidang studi, hal ini masih mungkin dilakukan, namun sebagai
pada dasarnya setiap guru sangat dianjurkan untuk memberikan penguatan positif pada
siswa, agar siswa terus termotivasi dalam belajar.
Terkait dengan hasil perolehan yang didapat kedua pihak dalam kegiatan kemitraan
ini, maka peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai dengan merubah pandangan
guru atas profesinya; sebagai penyampai informasi, membuka diri atas informasi dari
siswa, mampu mengaplikasikan pengetahuan, membangkitkan motivasi belajar
(Sukmadinata, 2005). Disamping itu, keberhasilan belajar siswa juga dipengaruhi oleh
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan kemitraan dengan penugasan dosen di SD di kabupaten Ogan Ilir yang
dilakukan selama kurang lebih 10 bulan oleh LPTK (FKIP UNSRI) telah memberikan
suasa baru di bidang akademik, baik pada dosen FKIP sendiri maupun pada guru mata
pelajaran Matematika, IPS, dan Bahasa Indonesia di SD mitra.
Perubahan cara pandang kedua pihak yang didapat melalui penghayatan,
pengalaman langsung dan saling bertukar pengalaman dalam memandang pentingnya
pembelajaran di SD yang menyenangkan, bermakna adalah salah satu sisi positif yang
didapat kedua pihak.
Kegiatan kemitraan yang dilakukan secara berkesinambungan tidak saja
membawa dampak positif bagi kedua pihak yang terlibat tetapi secara tidak langsung
akan berdampak kepada peningkatan mutu pendidikan masyarakat.
Dari perkembangan motivasi dan hasil belajar, maka inovasi model
pembelajaran dan media yang digunakan dosen “guru” yang berjumlah 6 orang untuk
tiga mata pelajaran telah mampu berhasil memotivasi siswa dan menigkatkan hasil
belajar siswa.
B. Saran
Kegiatan kemitraan LPTK dengan sekolah mitra sebaiknya dilakukan secara
tetap dijenjang tersebut, namun di lokasi sekolah dasar yang jauh dari LPTK dan Kota
Kabupaten.
Disebabkan pengadaan dan penggunaan media sangat minim pada guru mitra,
maka perlu ditindklanjuti dengan pelatihan media pembelajaran oleh kedua pihak,
DAFTAR RUJUKAN
Ausabel, D.P. & Robinson, F.G. 1969. Scholl Learning. New York: Holt Rinehart & Winston Inc.
Gross, Ronald. 1991. Peak Learning. New York: Jeremy P.teacher/Putman. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi: Proses Pendidikan
Bandung:Rosdakarya.