• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PROGRAM HIBAH KEMITRAAN LPTK TAHUN 2007

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA, IPS, DAN MATEMATIKA MELALUI

PENUGASAN DOSEN DI SEKOLAH DASAR

KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

Diajukan Oleh :

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya

Perjanjian kerja pelaksanaan program hibah kemitraan LPTK

Tahun 2007

No. 091.S/Ketenagaan/2007 tanggal 22 Februari 2007

Direktorat Ketenagaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

telah memberikan kekuatan dan kemampuan bagi tim panitia pelaksana menyelesaikan

tugas yang dipercayakan dalam program hibah kemitraan yang didanai oleh Ditjen

Dikti, Direktorat Ketenagaan tahun 2007, juga telah menyusun laporan kegiatan

kemitraan ini.

Laporan kegiatan kemitraan antara FKIP Universitas Sriwijaya dengan

Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Ilir ini berjudul “Peningkatan

Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika melalui Penugasan

Dosen di Sekolah Dasar Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan”.

Mulai dalam penyusunan proposal, pelaksanaan hingga penyusunan laporan,

panitia pelaksanan banyak mendapat bantuan, perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu

tim panitia pelaksana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya

kepada:

1. Direktur Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti, yang telah memberi kepercayaan

dan dana sehingga kegiatan kemitraan ini terwujud dan berjalan dengan lancar.

2. Rektor Universitas Sriwijaya, yang telah memberikan kemudahan administrasi

dan dana pendamping sehingga kegiatan kemitraan ini tidak mendapat

hambatan yang berarti.

3. Dekan dan para Pembantu Dekan di Lingkungan FKIP Unsri, yang selalu

memberikan arahan, kemudahan administrasi dan memberikan izin

(3)

4. Para Dosen “guru” dari tiga program studi Bahasa Indonesia, Matematika, dan

IPS yang bersedia meluangkan waktu dan menambah jadwal kerja untuk

mengemban tugas mulia sebagai guru di SD mitra.

5. Kepala Diknas, Kasubdin Dinas tingkat TK/SD Kabupaten Ogan Ilir yang

senantiasa membantu kemudahan administrasi, memberikan data/informasi

yang diperlukan panitia pelaksana sehingga kegiatan kemitraan ini dapat

diterima oleh sekolah-sekolah mitra.

6. Para kepala sekolah dan guru mitra yang ikhlas direpotkan dan ditambah

kesibukan di kelas dengan menerima kelasnya diasuh oleh “guru” lain.

7. Semua pihak yang telah membantu.

Laporan ini belumlah sempurna dan lengkap, maka tim panitia pelaksana

bersedia menerima dengan terbuka kritikan dan saran dari berbagai pihak, untuk

kebaikan laporan ini.

(4)

DAFTAR ISI

B. Rasional Program Kemitraan yang Dilaksanakan...8

C. Tujuan dan Manfaat...9

D. Indikator Keberhasilan...11

BAB II : PELAKSANAAN KEGIATAN KEMITRAAN A. Strategi dan Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan:...13

1. Tahap-tahap kegiatan...13

2. Strategi yang ditempuh...13

3. Mekanisme pelaksanaan...14

4. Peran masing-masing lembaga yang bermitra...14

B. Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan...15

C. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan...18

BAB III : HASIL KEGIATAN KEMITRAAN A. Hasil yang dicapai dalam kegiatan kemitraan...20

B. Permasalahan yang muncul...35

C. Pemecahan masalah...36

D. Rencana Tindak lanjut kegiatan kemitraan...38

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHSAN A. Analisis terhadap Indikator Keberhasilan...39

B. Analisis terhadap dampak kegiatan kemitraan...40

(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

1

2

3

4

5

6

7

Peran Masing-Masing Lembaga

Rincian Program Hibah Kemitraan Penugasan Dosen

FKIP Universitas Sriwijaya di Sekolah

Pelaksanaan Hibah Kemitraan Penugasan Dosen FKIP

Unsri di Sekolah

Nama-Nama Dosen yang Ditugaskan di Sekolah

Nama-Nama Guru Sekolah Dasar yang dilibatkan

Sebagai Guru Mitra di Sekolah

Pembagian Tugas Dosen berdasarkan Lokasi dan

Jenjang Kelas

Kemampuan dan Pengalaman Tugas Dosen Berdasarkan

IPKG2

15

16

17

17

18

20

22

(6)

No. Gambar Judul Gambar 1

2

3

4

Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika oleh Dosen

FKIP UNSRI di Sekolah Dasar, Sekolah Mitra di Kabupaten Ogan Ilir

Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran IPS oleh Dosen FKIP

UNSRI di Sekolah Dasar, Sekolah Mitra di Kabupaten Ogan Ilir

Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia oleh

Dosen FKIP UNSRI di Sekolah Dasar di Kabupaten Ogan Ilir

Foto Kegiatan Pelaksanaan Seminar Hasil Kegiatan Mitra, yang diikuti

Dosen FKIP UNSRI, Pejabat Diknas Kabupaten Ogan Ilir, Kepsek dan

Guru dari Sekolah Dasar, Sekolah Mitra dan Sekolah di

Lingkungannya di Kabupaten Ogan Ilir

BAB I

(7)

A. Analisis Situasi

Untuk paparan analisis situasi dalam kegiatan kemitraan ini, maka perlu

diuraikan kondisi situasi yang ada di dua lembaga yangmelakukan kemitraan. Lembaga

pertama adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.

Lembaga ini berdiri sejak tahun 1958 yang dimulai dengan B-I bahasa Inggris hingga

sekarang memiliki 14 program studi. Selain program S1 FKIP Unsri juga memiliki

program Diploma II PGSD dan PGTK yang telah berubah statusnya menjadi S1. Pada

awal berdirinya FKIP Unsri beroperasional di kampus Bukit Besar Palembang, akan

tetapi mulai tahun 1993 Fakultas ini melaksanakan kegiatan akademiknya di kampus

Indralaya kabupaten Ogan Ilir.

Visi: FKIP Universitas Sriwijaya pada dasawarsa kedua Abad ke-21 merupakan

lembaga yang unggul dalam pengembangan SDM, riset, informasi, dan inovasi

kependidikan.

Misi: Menyelenggarakan, membina, dan mengembangkan:

1. Pendidikan yang menghasilkan tenaga kependidikan dan tenaga ahli yang profesional

dan mampu bersaing secara global;

2. Penelitian di bidang kependidikan dan ilmu murni yang menghasilkan informasi dan

perubahan pendidikan, dan

3. Pengabdian yang berorientasi pada perbaikan mutu pendidikan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat.

Tujuan : Menghasilkan:

1. Lulusan yang berkualitas dan profesional dengan masa studi tepat waktu,

2. Lulusan yang dapat memenuhi tuntutan dunia kerja, khususnya dalam bidang

(8)

3. Lulusan yang mampu mengadakan penelitian dan menerapkan hasilnya,

4. Penelitian dalam bidang ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

informasi (Ipteksi) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam bidang pendidikan,

5. Karya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hubungan yang sinergis antara

FKIP Unsri, lembaga lain, dan masyarakat (stakeholders).

Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan di atas FKIP Unsri memiliki jumlah

tenaga dosen yang memiliki kemampuan akademik yang potensial. Dari 252 tenaga

akademik tetap terdapat 6 orang Guru Besar (2,4%), 18 orang berpendidikan S3 (7,1%),

129 orang berpendidikan S2 (51,2%), dan 99 orang berpendidikan S1 (39,3%).

Disamping itu, FKIP Unsri memiliki sarana dan prasarana pembelajaran misalnya,

ruang kuliah laboratorium setiap disiplin ilmu, media pendidikan dan komputer, ruang

baca, serta fasilitas penunjang proses pembelajaran lainnya.

Berdasarkan penilaian Badan Akreditasi Nasional terhadap kinerja sejumlah

program studi di fakultas ini, hingga pada tahun ini telah diperoleh nilai baik (B) pada 8

program studi dari 14 prodi yang ada (Borang Akreditasi tahun 2003).

Walaupun kondisi dan kemampuan yang dimiliki, baik sumber daya manusia

maupun sarana prasarana belajar telah memadai, kualitas profesionalisme dosen FKIP

senantiasa perlu ditingkatkan. Demikian juga perbaikan dan pembaharuan sarana

prasarana. Berdasarkan hasil evaluasi diri fakultas, yang terdapat dalam laporan Borang

program studi yang ada di lingkungan fakultas, dan penilaian yang diberikan BAN,

FKIP berusaha memacu diri untuk meningkatkan lembaganya. Hal ini terkait erat

dengan peningkatan mutu lulusan fakultas ini.

Untuk itu berbagai program sudah dan sedang diupayakan fakultas ini. Program

(9)

terkait, misalnya dalam kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat. Salah satu program

yang perlu dilaksanakan adalah program penugasan dosen FKIP Insri di sekolah.

Salah satu temuan di lapangan menunjukkan adanya kebingungan para

mahasiswa saat melaksanakan kuliah praktik mengajar di berbagai jenjang lembaga

pendidikan. Hal itu disebabkan adanya perbedaan arahan dan bimbingan yang diberikan

oleh pihak dosen dan guru, misalnya dalam kegiatan penyusunan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, materi yang diajarkan serta evaluasi

pembelajaran. Ketimpangan informasi yang diberikan dari dosen dan guru menjadi

kebingungan mahasiswa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh dominannya penguasaan

teori oleh dosen dibandingkan dengan pengetahuan/pengalaman mereka terhadap

keadaan nyata di lapangan, di sekolah.

Selain itu dari berbagai hasil penelitian tentang inovasi pembelajaran yang

dilakukan oleh para dosen LPTK, masih belum diketahui dan dirasakan oleh sebagian

besar para praktisi pendidikan di sekolah. Inovasi-inovasi pembelajaran yang ditemukan

masih lebih banyak tersimpan dalam laporan penelitian dan atau jurnal-jurnal ilmiah.

Untuk itu kegiatan pertemuan kemitraan antara dosen LPTK dan guru di sekolah perlu

terus dilaksanakan. Termasuk terhadap lembaga mitra yang berada di wilayah FKIP

berada, yaitu di Kecamatan Indralaya yang sekarang menjadi Kabupaten baru bernama

Ogan Ilir.

Dari hasil tracer study yang dilakukan terhadap stakeholder ditemukan adanya

kompleksitas permasalahan di kabupaten baru ini semakin tinggi. Hal ini terlepas dari

keterbatasan SDM, sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki bila dibandingkan

dengan kabupaten yang telah berkembang. Berdasarkan informasi yang diberikan Dinas

Diknas Ogan Ilir permasalahan pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar lebih

(10)

kemampuan Dinas Diknas dalam menangani permasalahan yang demikian besar

kuantitasnya dan sulitnya situasi geografis. Informasi itu diperkuat berdasarkan

pernyataan Kasubdin Pendidikan TK/SD (Drs. Hafizi Isro) bahwa penanganan

permasalahan pembelajaran di SD masih belum terlaksana dengan baik. Kondisi

permasalahan ini tergambar dalam laporan hasil UAS SD/MI kabupaten Ogan Ilir tahun

ajaran 2005-2006. Walaupun jumlah kelulusan seluruh peserta ujian pada tahun itu

mencapai 100%, rata-rata hasil nilai dari semua mata pelajaran yang diujikan hanya

6,83. Mata pelajaran yang mencapai nilai terendah adalah IPS (5,47), Matematika

(6,56), dan Bahasa Indonesia (6,67).

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di SD diperoleh informasi

bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia kebanyakan peserta anak didik belum memiliki

kemampuan membaca teks dan menuliskan sebuah wacana yang sederhana. Demikian

juga mata pelajaran Matematika, kebanyakan mereka masih sangat lemah dalam

matematika realitas. Pada mata pelajaran IPS peserta didik mengalami kesulitan dalam

mencerna informasi dengan baik karena pembelajaran lebih mengedepankan konsep

yang bersifat abstrak, kurang ada usaha konkretisasi. Secara umum ketiga mata

pelajaran tersebut mengalami hambatan dalam pengajarannya oleh guru SD setempat.

Hal utama yang dirasakan penghambat bagi guru adalah jumlah siswa, sarana sekolah,

ketersediaan media dan sumber bacaan guru dan kemampuan membaca siswa yang

masih rendah. Sedangkan saat siswa yang diwawancarai, secara umum adalah mereka

merasakan kesulitan dalam pelajaran matematika, dan sulit memahami materi IPS yang

banyak untuk dihafal.

Walaupun kondisi dan kemampuan yang dimiliki, baik sumber daya manusia

maupun sarana prasarana belajar telah memadai, kualitas profesionalisme dosen FKIP

(11)

prasarana. Berdasarkan hasil evaluasi diri fakultas yang terdapat dalam laporan Borang

program studi yang ada di lingkungan fakultas, dan penilaian yang diberikan BAN,

FKIP berusaha memacu diri untuk meningkatkan lembaganya. Hal ini terkait erat

dengan peningkatan mutu lulusan fakultas ini.

Untuk itu berbagai program sudah dan sedang diupayakan fakultas ini. Program

tersebut dilaksanakan dengan menjalin hubungan kemitraan dengan instansi yang

terkait, misalnya dalam kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat. Salah satu program

yang perlu dilaksanakan adalah program penugasan dosen FKIP Unsri di sekolah.

Salah satu temuan di lapangan menunjukkan adanya kebingungan para

mahasiswa saat melaksanakan kuliah praktik mengajar di berbagai jenjang lembaga

pendidikan. Hal itu disebabkan adanya perbedaan arahan dan bimbingan yang diberikan

oleh pihak dosen dan guru, misalnya dalam kegiatan penyusunan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, materi yang diajarkan serta evaluasi

pembelajaran. Ketimpangan informasi yang diberikan dari dosen dan guru menjadikan

kebingungan mahasiswa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh dominannya penguasaan

teori oleh dosen dibandingkan dengan pengetahuan/pengalaman mereka terhadap

keadaan nyata di lapangan, di sekolah.

Selain itu, dari berbagai hasil penelitian tentang inovasi pembelajaran yang

dilakukan oleh para dosen LPTK, masih belum diketahui dan dirasakan oleh sebagian

besar para praktisi pendidikan di sekolah. Inovasi-inovasi pembelajaran yang ditemukan

masih lebih banyak tersimpan dalam laporan penelitian dan atau jurnal-jurnal ilmiah.

Untuk itu kegiatan pertemuan kemitraan antara dosen LPTK dan guru di sekolah perlu

terus dilaksanakan. Termasuk terhadap lembaga mitra yang berada di wilayah FKIP

berada, yaitu di Kecamatan Indralaya yang sekarang menjadi Kabupaten baru bernama

(12)

B. Rasional Program Kemitraan yang Dilaksanakan

Berdasarkan situasi yang ada, baik di LPTK dan di lembaga mitra, khususnya

SD yang ditunjuk sebagai sekolah mitra, maka timbul pemikiran untuk dilakukan

program kemitraan. Program ini perlu dilaksanakan, jika tidak dikuatirkan berdampak

pada kurangnya kepedulian perguruan tinggi pada dunia pendidikan di sekitarnya yang

bermuara pada tidak adanya rasa prihatin terhadap fenomena lambatnya peningkatan

penguasaan anak didik pada bidang IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia, bagi

sekolah mitra. Sementara kualitas pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama.

Selain itu bagi LPTK, dosen semakin mengalami kemiskinan pengalaman akan suasana

pelajaran di sekolah yang kelak akan dijadikan sebagai tempat berkancah para

mahasiswa ketika menjadi guru. Kurangnya pengalaman dosen LPTK terhadap suasana

sekolah dapat berpengaruh pada proses belajar mengajar di lembaga yang bersangkutan,

yang kemudian bermuara terhadap mutu calon guru SD yang akan dikeluarkan. Seperti

diuraikan sebelumnya, FKIP UNSRI telah memiliki mahasiswa PGSD baik reguler

maupun beasiswa berasrama sejak dua tahun terakhir.

Dibalik semua itu, apabila program kemitraan ini dapat diwujudkan fenomena

yang memprihatinkan yang dialami oleh kedua instansi dapat dikurangi atau diubah.

Bahkan sangat diharapkan melalui program kemitraan yang berupaya penugasan dosen

LPTK di sekolah akan tercipta suatu proses dan hasil yang mengarah pada peningkatan

mutu karena pembelajaran diusahakan memiliki karakteristik adanya relevansi, inovasi,

efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.

Program kemitraan ini berkemungkinan besar dapat dilaksanakan dengan

optimal karena selain telah disepakati akan pentingnya program kemitraan ini oleh

(13)

telah tercipta. Sebagian besar dari pejabat dinas dan guru-guru di sekolah adalah alumni

FKIP Unsri. Kedekatan hubungan dan komitmen bersama ini memberi peluang untuk

mewujudkan kesadaran bersama dalam rangka sama-sama membangun daerahnya.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan Umum:

Secara umum tujuan program kemitraan ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan profesional dosen FKIP UNSRI.

2. Meningkatkan.mengembangkan hubungan kemitraan FKIP UNSRI dengan Dinas

Pendidikan Nasional kabupaten Ogan Ilir Sumsel.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan penghayatan dosen tentang suasana pendidikan/pembelajaran di SD

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.

2. Memberikan pengalaman lapangan langsung kepada dosen Bahasa Indonesia, IPS,

dan Matematika sebagai guru SD.

3. Memberi kesempatan terjadinya tukar pengalaman antara dosen dan guru atau warga

sekolah.

Manfaat Kegiatan Kemitraan

Terdapat beberapa manfaat kemitraan ini, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Memantapkan dan mengembangkan sejumlah teori pembelajaran, terutama

pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran IPS, dan pembelajaran Matematika di

sekolah.

(14)

1) Dengan melaksanakan program kemitraan dosen memperoleh penglaman di

sekolah, peningkatan kualitas dan profesionalisme sesuai dengan bidang

masing-masing.

2) Bagi mahasiswa, peningkatan kualitas dan profesionalisme dapat mempengaruhi

suasana belajar dan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran.

3) Bagi program studi, program ini dapat menyumbangkan terjadinya

penyebarluasan pengalaman yang diperoleh dari sekolah kepada rekan sejawat.

4) Bagi lembaga mitra, program ini dapat memberikan inspirasi bagi para guru

dalam pembelajaran yang inovatif, efektif, dan efisien.

D. Indikator Keberhasilan

` Keberhasilan program ini, diukur berdasarkan kinerja dosen yang ditandai

dengan hal-hal berikut :

1. Minimal 80% dosen telah melaksanakan tugas sebagai guru dalam mengajar,

menilai, membimbing, dan melatih peserta didik sesuai dengan jadwal dan peraturan

sekolah.

2. Terlaksananya pengalaman langsung dosen mengajar sebagai guru di sekolah yang

diukur berdasarkan penilaian APKG bagi guru SD.

3. Terwujudnya gagasan pembelajaran inovatif pada mata pelajaran IPS, Bahasa

Indonesia, dan Matematika di SD dilihat dari model-model pembelajaran yang

diaplikasikan.

4. Terjadinya saling tukar pengalaman antara dosen dan guru yang dilihat berdasarkan

data kuesioner yang diberikan kepada kedua belah pihak.

5. Dihayatinya suasana kependidikan di SD yang dapat diketahui berdasarkan hasil

(15)

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN KEMITRAAN

(16)

1. Tahap-Tahap Kegiatan

a. Persiapan

 Tracer Study atau dialog dengan pimpinan Fakultas, Dosen, dan Stakeholder,

Lembaga Mitra (Dinas Diknas Ogan Ilir dan Kepala Sekolah). Tracer Study ini

dengan mengamati dan diskusi dengan guru-guru khususnya guru SD untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.

 Penyusunan proposal.

 Pertemuan dengan dosen yang akan ditugaskan.

b. Pelaksanaan

 Penugasan dosen FKIP Unsri ke lembaga mitra (SD-SD) di Kabupaten Ogan Ilir

untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.

 Pemantauan dan penilaian program-program kegiatan yang dilaksanakan.

c. Pelaporan

 Penyusunan draf laporan.

 Seminar draf laporan

 Revisi draf laporan

 Pengiriman laporan

2. Strategi yang ditenpuh

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan :

a. Melakukan Tracer Stydy yaitu dengan melakukan dialog dengan pimpinan

fakultas, Dosen FKIP serta Dinas Diknas Ogan Ilir (Kepala Sekolah).

 Melakukan wawancara dengan guru-guru SD

 Analisis dokumen hasil belajar siswa di Kabupaten Ogan Ilir

(17)

 Lokakarya untuk mengembangkan program bersama tentang penerapan

pembelajaran yang inovatif

 Pelaksanaan penugasan dosen FKIP Unsri di Sekolah

b. Seminar hasil program bersama pimpinan fakultas, Dosen pelaksana kegiatan

kemitraan, dpsen di lingkungan FKIP Unsri, stakeholder, pimpinan Dinas Diknas

Ogan Ilir, Kepala Sekolah serta guru sekolah mitra, dan sekolah dasar yang ada di

lingkungan sekolah mitra (satu gugus).

3. Mekanisme Pelaksanaan

a. Penugasan dosen pelaksana kegiatan kemitraan di sekolah mitra

b. Pemantauan dan evaluasi program

c. Analisis hasil program

d. Penyusunan draf laporan dan seminar hasil

e. Revisi / Laporan

4. Peran Masing-Masing Lembaga yang Bermitra

Untuk deskripsi peran masing-masing lembaga secara jelas dapat dilihat dalam

tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Peran Masing-Masing Lembaga

(18)

. Mitra (SD) OI

4. Penugasan Dosen di sekolah X

5. Pemantauan X X

6. Analisis hasil kegiatan X 7. Penyusunan draf laporan X

8. Seminar dan revisi draf laporan X X X 9. Pengiriman proposal X

B. Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan

Pelaksanaan kegiatan kemitraan ini dilakukan mulai September 2006 sampai

dengan November 2007. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Rincian Program Hibah Kemitraan

Penugasan Dosen FKIP Universitas Sriwijaya di Sekolah

(19)

Proposal

Universitas Sriwijaya) dan lembaga mitra (Diknas Kabupaten OI, Kasubdin Diknas OI,

Kepsek dan guru Sekolah Mitra serta sekolah dasar di lingkungan sekolah mitra).

Secara rinci dapat lihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 3

Pelaksana Hibah Kemitraan Penugasan Dosen FKIP Unsri di Sekolah

No. Nama dan gelar

2 Dr,Murni,M.A. Sejarah Dosen PS

Sejarah

Sekretaris Membantu koordinasi kegiatan

10 jam

3 Drs.Somakim,M.Pd. Matematika Dosen PS

Matematika

Anggota Melaksanakan tugas administrasi

8 jam

4 Dra.Siti Fatimah,M.Si. Ekonomi Dosen PS

Ekonomi

Anggota Melaksanakan tugas administrasi

8 jam

5 Kurnisar,S.Pd. PPKn Dosen PS

PPKn

Anggota Melaksanakan tugas administrasi

8 jam

6 Asniwati,S.Pd. Tenaga

Administrasi

Anggota Melaksanakan tugas administrasi

(20)

Tabel 4

Nama-Nama Dosen yang Ditugaskan di Sekolah

No. Nama Dosen Mata Pelajaran 1 Dra.Masrinawati,M.Pd. Matematika 2 Dra.Ratu Ilma Indra Putri,M.Si. Matematika 3 Dra.Izzah,M.Pd. Bahasa Indonesia 4 Dra.Sri Indrawati,M.Pd. Bahasa Indonesia 5 Dra.Siti Dewi Maharani,M.Pd. IPS

6 Dra.Yunani,M.Pd. IPS

Tabel 5

Nama-Nama Guru Sekolah Dasar yang Dilibatkan sebagai guru Mitra di Sekolah

No

.

Nama Guru Mata Pelajaran Kelas/Sekolah Dasar

1 Suryati Matematika III/SDN Timbangan 2 Hasnawati Matematika V/SDN Indralaya 3 Jamilah Bahasa Indonesia II/SDN Timbangan 4 Aswata Bahasa Indonesia IV/SDN Indralaya

5 Umiha IPS III/SDN Indralaya

6 Sumiati IPS V/SDN Timbangan

4.Dua Kepala Sekolah Dasar dari Sekolah Mitra adalah:

1. Nurjanah (SDN 1 Indralaya OI)

2. Muryanto, S.Pd. (SDN 1 Timbangan OI)

Secara keseluruhan, pengarahan dan pertanggungjawaban kegiatan pelaksanaan didapat

dari pimpinanUniversitas, LPTK (FKIP UNSRI) dan Dinas Depdiknas Ogan Ilir).

(21)

Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan perlu dilakukan pemantauan dan

penilaian yang meliputi aspek:

1. Hal-hal yang dipantau antara lain pelaksanaan penugasan dosen dalam pembelajaran

di sekolah, pembelajaran inovatif, saling tukar menukar pengalaman antara dosen

dan guru, penghayatan suasana pendidikan di sekolah.

2. Proses pemantauan kegiatan dilakukan oleh pihak FKIP Unsri, Tim pelaksana

program, dan Dinas Diknas Ogan Ilir.

3. Teknik pemantauan kegiatan yang digunakan antara lain observasi, kuisioner, dan

format refleksi.

(22)

BAB III

HASIL KEGIATAN KEMITRAAN

A. Hasil yang Dicapai Dalam Kegiatan Kemitraan

Penugasan dosen pada ketiga mata pelajaran dilaksanakan di dua SD di

Kabupaten Ogan Ilir, tepatnta di SDN 1 Simpang Timbangan dan SDN 1 Indralaya

untuk jenjang kelas yang berbeda. Di jenjang kelas rendah (kelas 123) dan SDN 1

Indralaya, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 456) dilaksanakan di SD 1 Simapang

Timbangan. Lokasi kedua SD ini tidak terlalu jauh dari LPTK, tetapi jarak antara SD

cukup jauh. Untuk setiap SD, dosen yang bertugas hanya tiga orang pada tiga mata

pelajaran. Secara rinci pembagian daerah kerja tugas dosen di SD sebagai berikut.

Tabel 6

Pembagian Tugas Dosen berdasarkan Lokasi dan Jenjang Kelas

No. Nama Dosen Mata Pelajaran Kelas SD 1

Dra. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si.

(23)

6 Dra. Yunani, M.Pd. IPS Rendah SDN 1 Indralaya

Selama 16 kali tatap muka (satu semester/ganjil), para dosen “guru”

mendapatkan pengalaman mengajar di SD. Setelah melakukan observasi sekolah dan

kelas, berikutnya para dosen bersama dengan guru mitra, mendapatkan kesempatan

untuk menerapkan pengetahuan, kemampuan melaksanakan pembelajaran di SD.

Berbagai temuan yang didapat dari hasil kolaborasi mereka, yang berupaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran yang diasuh.

Setelah melaksanakan kegiatan penugasan dosen pada tiga mata pelajaran,

Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPS, maka berdasarkan ata absensi dan laporan

proses belajar mengajar di kelas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar dosen dapat

hadir menjalankan tugasnya sebagai guru, mengajar, menilai, membimbing, dan

melatih siswa secara penuh (100%), walaupun ada dua orang dosen yang hanya mampu

menyelesaikan 85% – 90% kehadiran tatap mukanya di sekolah. Hal ini disebabkan satu

orang dosen memerlukan waktu untuk pemulihan kesehatan, dan satu orang lagi

persiapan untuk melanjutkan sekolah di Jakarta. Kondisi ini, menunjukan bahwa

kehadiran dosen dalam menjalankan tugasnya sebagai guru sudah memenuhi

kesepakatan kedua pihak, dan tidak melebihi batas minimal kehadiran dosen dalam

indikator keberhasilan kegiatan mitra ini yaitu 80%.

Dari hasil observasi terhadap dosen yang ditugaskan di sekolah, rata-rata mereka

telah melaksanakan pembelajaran dengan hasil sangat baik. Hal ini dapat ditemukan

dalam rata-rata nilai keterampilan mengajar berdasarkan IPKG2 (Instrumen Penilaian

Kemampuan Guru 2) mencapai 3,7. Observasi yang dilakukan oleh penanggungjawab

mata pelajaran, penanggungjawab kegiatan tidak dilaksanakan setiap hari, setiap tatap

(24)

mengajar rata-rata 15 tahun ke atas, mereka juga adalah pembimbing PPL (Program

Praktik Lapangan) mahasiswa di sekolah. Penilaian yang dilakukan untuk melihat

bagaimana kemampuan/pengalaman doesn “guru” mengajar di jenjang sekolah yang

berbeda. Secara rinci data perolehan rata-rata dosen dalam pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan IPKG2 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7

Kemampuan dan Pengalaman Tugas Dosen Berdasarkan IPKG 2

No

.

Nama Dosen Mata Pelajaran Rt Nilai

1

Dra. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si.

Dra. Izzah, M.Pd.

“menyesuaikan diri” melatih dan mengembangkan kemampuan mengajar untuk jenjang

sekolah dasar.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dosen “guru” dilakukan berbagai

inovasi model pembelajaran. Hal ini terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran

yang disusu, dan juga dalam pelaksanaannya. Sebagian besar model pembelajaran yang

diterapkan adalah menjawab keluhan/masalah yang dihadapi para guru kelas “mitra”

(25)

Kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

mencakup Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan 75 kecepatan kata

per menit, Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya,

Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan, Membaca puisi

dengan lafal dan intonasi yang tepat, Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga

tokoh dengan memperhatikan isi serta peranannya, Menanggapi suatu persoalan atau

peristiwa dan mamberikan saran pemecahan dengan memperhatikan pilihan kata dan

santun berbahasa, Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah,

dan kenaikan kelas) dengan kalimat efektif dan memperhatikan ejaan, Memahami teks

pendek dan puisi yang dilisankan, Memahami isi teks pendek yang dibaca dengan

membaca lancar, Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi

anak, Memahami teks pendek dengan membaca lancar, Menuliska apa yang dilihat dan

dialami.

Dalam melaksanakan pembelajaran di SD, para dosen menggunakan sejumlah

bahan yang diambil sebagian dari buku yang biasa digunakan oleh guru kelas dengan

penambahan bahan dari sumber-sumber lain. Materi pokok yangdisajikan di kelas V

SDN1 Indralaya antara lain berkisar Bacaan Berolahraga Sejak Usia Muda, Cerita

Rakyat Bawang Merah Bawang Puti, Isi Pesan dari Nara Sumber, Puisi “Mari Bermain

Tali” dan “Kembang Sepatu”, Dialog Guru Berprestasi, Teks “Kecelakaan” dan

“Upacara Bendera”, Contoh surat undangan ultah dan acara agama. Di SDN!

Timbangan materi yang diantarkan kepada siswa kelas I, antara lain Puisi, Puis

Anak-anak, Dongeng Si Dompu Awang, Teks Lagu, Gambar Denah Sekolah, Deskripsi

Benda-benda Sekitar, Kalimat Tanya, Wacana tentang Bus Kota.

Dengan model pembelajaran yang dilakukan dosen ‘guru” yang banyak

(26)

sebelum memasuki materi baru dipersiapkan latar belakang pengetahuan mereka,

diaktifkan pengalaman mereka untuk mengikuti materi yang akan disajikan. Dengan

cara ini, mereka lebih mudah mengikuti dan memahami sesuatu yang dipelajari. Ketika

guru menjelaskan tujuan belajar sementara siswa mendengarkan apa yang akan

dipelajari, hal yang demikian mengajak siswa pada kesadaran kemana arah

pembelajaran. Siswa memiliki fokus belajar. Setelah siswa teraktifkan dan memiliki

fokus belajar, mereka diminta membaca, memaknai teks, mencari informasi penting,

mengajukan pertanyaan, dan sebagainya. Melalui langkah ini, sebagian siswa terliha

bingung, namun sebagian besar dapat mengikutinya setelah mendapatkan bimbingan.

Pada saat mereka telah memahami apa maksud instruksi pengajar, belajar bahasa yang

biasanya lebih banyak tentang teori bahasa beralih ke praktik menggunakan bahasa

dalam rangka memahami teks. Cara ini ternyata dapat dilakukan siswa dengan cara

saling bertanya, saling berinteraksi, dan sebagainya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir program

dengan menggunakan perangkat IPKG2, kedua dosen bahasa dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan pembelajaran mereka sudah bagus, baik pada pembelajaran, membuka

pembelajaran, kegiatan inti, maupun penutup. Pada pembelajaran, dosen disamping

menyiapkan media juga memeriksa kesiapan siswa, dalam mebuka pembelajaran

melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan kegiatan. Ketika melaksanakan

kegiatan inti pembelajaran, dosen sangat menguasai materi, menggunakanstrategi yang

sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtut,

menguasai kelas, mengembangkan kemampuan komunikasi dan bernalar dengan baik.

Untuk melaksanakan pembelajaran digunakan media yang dapat menghasilkan pesan

dengan baik, menarik, dan menggunakannya dengan melibatkan siswa. Strategi yang

(27)

terbuka, dan menumbuhkan antusias siswa dalam belajar. Dalam menciptakan

komunikasi, dosen berbahasa Indonesia dengan lancar dan jelas. Sesekali

mencampurnya dengan bahasa daerah ketika dirasa ada pesa yang tidak dipahami siswa

dengan baik. Sebagai usaha untuk mengetahui kemajuan siswa, pada akhir sejumlah

pertemuan dilakukan penilaian. Demikian juga pada sejumlah akhir pertemuan, dosen

membuat rangkuman yang melibatkan siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dari tatap muka satu ke tatap

muka berikut baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi telah memberikan banyak

perubahan, khususnya dalam aktivitas belajar di kelas, dan keberhasilan siswa

membaca.

Didalam pelajara IPS, di kelas rendah, dosen “guru” memberikan materi IPS

seperti dalam kurikulum 2006 (KTSP) untuk semester ganjil, yaitu:

1. Lingkungan Alam dan Buatan

A. Lingkungan Sekitar Kita

B. Manfaat Lingkungan Alam dan Buatan

2. Melestarikan Lingkungan

A. Kerusakan Lingkungan Sekitar Kita

B. Upaya Melestarikan Lingkungan

3. Denah dan Peta Lingkungan

A. Pengertian Denah

B. Mata Angin

C. Aneka Denah

D. Gambar Denah

4. Kerjasama

(28)

B. Manfaat Kerjasama

C. Kerjasama di Lingkungan Rumah

D. Kerjasama di Lingkungan Keluarga

Hal utama yang ditemukan dosen “guru” adalah jumlah siswa yang besar

(disbanding pengalaman dosen mengajar dengan jumlah mahasiswa yang separuh dari

jumalah siswa tersebut) yaitu 48 orang, dan adanya 8 orang siswa yang belum mampu

membaca, serta minimnya media pembelajaran yang tersedia. Menyadari kendala yang

ada, maka dosen “guru” menerapkan pembelajaran terpadu, antara IPS dengan bahasa.

Selain tiu penggunaan media pembelajaran yang dekat lingkungan siswa, kongkrit serta

mudah didapat siswa dijadikan andalan utama media, selain media buatan guru.

Pembelajaran IPS yang berdasarkan lingkungan siswa (kontekstual), dan tidak hanya

pada buku teks, menjadikan pembelajaran IPS di kelas rendah ini menjadi lebih menarik

siswa dan akhirnya bermuara pada hasil belajar yang meningkat.

Sebagai contoh, saat dosen “guru” mengajarkan tentang lingkungan alam dan

buatan, guru menyuruh siswa untuk keluar dan mengambil salah satu benda diluar yang

merupakan benda buatan manusia dan Tuhan, kemudian menuliskan benda-benda

tersebut di papan tulis. Siswa pun diarahkan untuk mengenal lingkungan

desa/kecamatan/kabupatennya, seperti nama sungai, nama kota, nama jalan. Saat dosen

“guru” mengajarkan tentang denah maka siswa disuruh untuk mengamati denah kelas,

denah sekolah mereka, kemudian membuat denah dari hasil pengamatan siswanya.

Begitu juga dengan contoh-contoh kerjasama yang dilakukan di rumah mereka.

Seperti diungkapkan di atas, siswa yang bermasalah dalam membaca terus

menjadi perhatian guru. Jika dalam proses, mereka diminta memegang benda,

menunjukan contoh tanpa membaca, melalui gambar-gambar, maka berikutnya

(29)

ditulis jawabannnya di papan tulis. Teman sejawat siswa dan dosen “guru” membimbing

siswa untuk mampu menyelesaikan tulisannya.

Dari hasil pengalaman mengajar ini, dosen “guru” dan guru mitra sepakat untuk

merekomendasikan para guru kelas rendah sebelumnya, untuk tidak menaikkan siswa

ke kelas berikutnya jika siswa belum bisa membaca. Hal ini dikarenakan kemampuan

membaca menentukan keberhasilan siswa memahami materi pelajaran lain. Selain itu

guru mitra juga menyatakan keinginannya untuk melakukan pembelajaran kontekstual,

yang terpadu. Proses pembelajaran yang membiarkan siswa membaca sendiri,

dijelaskan lalu latihan soal, ternyata tidaklah mampu membantu siswa dalam meraih

keberhasilan belajar serta mengurangi ketidakmampuan membacanya.

Dari hasil evaluasi dosen “guru” diakhir tatap mukanya, maka ditemukan adanya

peningkatan motivasi belajar, hasil belajar siswa dan mengurangi jumlah siswa yang

belum mampu membaca sebanyak lima orang.

Di kelas tinggi (kelas 5), dosen/guru memberikanmateri IPS yang ada dalam

kurikulum 2006, yaitu:

1. Peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu Budha dan

Islam di Indonesia

2. Tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia

3. Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di

Indonesia dengan menggunakan peta/globe/atlas dan media lainnya

4. Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia

5. Jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Di awal pembelajaran, tidaklah sama dengan dosen “guru” lainnya memiliki kendala

dari jumlah siswa ditemui, karena di kelas tinggi jumlah siswa tidak besar di kelas

(30)

di sekolah/kelas tersebut. Maka dengan pengadaan media buatan pabrik atau tangan

sendiri, dosen “guru” melakukan pembelajaran IPS. Tidak ada hari tanpa media.

Selain itu juga, dilakukan penerapan berbagai metode yang dapat mengkondisikan

siswa belajar sendiri. Siswa diberi penilaian dalam proses dan hasil yang

menyenangkan. Latihan dengan cara menyenangkan, seperti dengan kegiatan

menempel, mencocokkan, menunjukan, menceritakan. Soal yang diberikan pada

akhir pelajaran secepatnya diberikan penguatan simbol atau benda.

Dosen “guru” merasakan gembira karena motivasi belajar siswa semakin tinggi,

begitu juga hasil belajarnya. Maka hal inipun menjadi penguatan bagi dosen “guru”

untuk lebih berantusias belajar. Siswa sangat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran,

mereka berusaha untuk mengerjakan soal dengan baik. Salah satu siswa, dengan

terus terang menyatakan penyelesaiannya tidak dapat hadir karena harus ikut ibunya,

namun tetap menyelesaikan tugas rumahnya. Suasana pembelajaran yang

menyenangkan, hubungan guru dan siswa yang komunikatif mmenjadikan

pembelajaran IPS di kelas tinggi menghasilkan prestasi belajar siswa baik.

Dari temuan kedua dosen “guru” tersebut dalam mata pelajaran IPS, dapat

disimpulkan bahwa pelajaran IPS bukanlah pelajaran yang membosankan. Kesalahan

bukan pada materi pembelajaran, namun bagaimana cara menyajikannya. Ternyata

jika mata pelajaran IPS diberikan dengan menyenangkan, sekongkrit mungkin (mulai

dari terdekat siswa), dengan media yang menarik ternyata mampu menarik perhatian

siswa untuk belajar dengan aktif, antusias dan meraih prestasi belajar yang baik.

Seperti halnya dosen “guru” pada mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia,

maka dalam mata pelajaran Matematika juga dilakukan di sekolah yang sama.

Berbeda dengan mata pelajaran IPS, untuk kelas rendah dilakukan di SDN 1

(31)

dilakukan sebanyak 16 kali tatap muka (semester ganjil) dengan mengacu pada

kurikulum 2006.

Di kelas rendah (kelas 3), kendala yang ditemui dosen “guru” hampir tidak ada,

kecuali adanya satu orang siswa yang tidak bisa membaca dan nakal dan satu orang

siswa yang sangat pendiam dan pasif. Di SD ini telah ada alat peraga MEQIP, yang

semula jarang dipergunakan para guru, berikutnya selalu digunakan dosen “guru”.

Selain itu jumlah siswa tidak terlalu banyak, 39 orang. Materi yang diberikan dosen

“guru”:

1. Bilangan

2. Penjumlahan

3. Pengurangan

4. Pembagian

5. Perkalian

Dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dosen “guru” memulai

pembelajaran dengan mengutarakan masalah yang dihadapi sehari-hari, dan

membungkusnya dalam soal cerita.berikutnya untuk menyelesaikan masalah tersebut,

dosen “guru” memperagakan dengan menggunakan alat peraga. Setelah diyakini siswa

paham, maka siswa diberikan soal latihan.

Pembelajaran Matematika penuh hangat dan gembira. Siswa antusias

memperhatikan penjelasan guru dengan alat peraga tersebut. Dosen “guru” selalu

membimbing dan memperhatikan siswa dalam mengerjakan soal latihan. Diharapkan

dengan demikian, ketidakpahaman siswa secara individu berbeda dapat diatasi.

Keberhasilan pembelajaran Matematika di kelas rendah ini, khususnya pada

materi perkalian, tidak dirasakan oleh siswa yang ternyata sulit dalam menghapal

(32)

guru mitra terhadap keberhasilan pembelajaran Matematika yang dilakukan dosen

“guru” sangat positif. Misalnya, keinginan menggunakan media dalam pembelajaran

yang ada di sekolah.

Di kelas tinggi (kelas 4) di SDN1 Indralaya dilakukan pembelajaran Matematika

dengan jumlah jam yang sama, dengan materi sebagai berikut:

1. Pecahan

2. Membandingkan Pecahan

3. Penjumlahan Pecahan

4. Pengurangan Pecahan

5. Pecahan Senilai

6. Menyederhanakan Pecahan

7. Menentukan Pembilang Penyebut yang Tidak Diketahui

8. Mengubah Pecahan Menjadi Bentuk Desimal

9. Mengenal dan Mengulang Satuan Tidak Baku dan Satuan Baku untuk Panjang

10. Mengukur dengan ketelitian sampai dengan cm terdekat

11. Volume

12. Hubungan Minggu, Bulan dan Tahun

13. Mengenal Jam, Menit dan Hubungannya

Adanya alat peraga MEQIP juga sangat membantu dosen “guru” untuk

menjadikan setiap kegiatan pembelajaran penuh makna bagi siswa. Siswa diajak belajar

Matematika dengan menyenangkan. Hal ini terlihat dari pendekatan pembelajaran

terpadu yang digunakan. Matematika dengan Kesenian, IPA, Bahasa. Siswa diajak

untuk bernyanyi dengan lirik “bahasa” matematika. Dosen “guru” mengupayakan siswa

untuk aktif walau dengan kondisi kelas yang agak padat. Hal ini berhasil. Siswa penuh

(33)

Dari temuan yang didapat dari para dosen “guru” matematika tersebut dapat

disimpulkan bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan menakutkan, jika

diberikan dengan kongkrit dan menyenangkan bagi siswa SD.

Sesuai dengan alah satu tujuan/indikator keberhasilan program kemitraan ini, agar

terjadi saling tukar pengalaman antara dosen dengan guru sekolah mitra. Dari hasil

observasi, wawancara dan angket yang diberikan kepada dosen “guru” dan guru mitra

kondisi ini dapat dicapai. Berdasarkan pemantauan hubungan dosen dan guru sangat

baik dan kooperatif. Sebelum mamulai pembelajaran di kelas, semua guru dan dosen

dipertemukan dan diarahkan untuk mengkomunikasikan hal yang sudah ada dan yang

sulit dilakukan dan keinginan untuk melakukan. Pada pertemuan awal yang dipandu

oleh panitia pelaksana di sekolah mitra kedua belah pihak menggali

pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan mitra masing-masing, kedua pihakpun berikutnya

berdiskusi merancang pembelajaran di tatap muka kelas.

Dari hasil angket yang diberikan semua dosen dan guru menjawab bahwa kedua

pihak secara rutin melakukan diskusi dan mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman

baru yang diterima dari mitra masing-masing. Sebagian besar dosen menjawab

pengalaman guru yang sangat mempengaruhi dalam pandangan dan sikap dalam

pembelajaran mereka adalah cara merespon dan berinteraksi dengan siswa didalam dan

diluar kelas. Selain itu respon positif juga diberikan dosen “guru” atas pengalaman yang

diberikan guru mengolah kelas dengan jumlah siswa yang besar. Para dosen

menyatakan pengalaman guru mengajar dengan jumlah siswa besar, tetapi tidak capek

dan emosional perlu diambil pelajarannya.

Dari hasil angket dan interview mendalam dengan para guru mitra, maka

penglaman yang paling mengesankan mereka dapatkan dari dosen “guru” adalah

(34)

tujuab pembelajaran. Pembelajaran terpadu dan kontekstual menjadi pembicaraan utama

guru untuk diikuti. Sebagian guru mitra berpendapat bahwa pengalaman yang didapat

dari para dosen “guru” adalah penggunaan media. Para guru sebagian besar belum tahu

dan mampu merancang media pembelajaran yang murah dan tepat guna bagi

pembelajaran di kelasnya, terutama pada IPS dan bahasa Indonesia. Pada pelajaran

Matematika, semua sekolah mitra ada, tetapi sebagian besar guru baru mengetahui dan

mendapat pengalaman penggunaannya pada kegiatan mitra ini, dari dosen “guru”.

Selain itu pemberian penguatan yang dilakukan salah satu dosen “guru” IPS dengan

memberikan penguatan berupa alat tulis, makanan ringan, permen dalam menarik siswa

belajar, sulit untuk diikuti. Namun guru mitra meyakini bahwa penguatan sangat perlu

dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif.

Data angket, wawancara dan observasipun menguatkan bahwa para guru mitra

dan dosen selalu berinteraksi tidak saja dalam pertemuan di kelas, tetapi juga di luar

kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas mereka. Para

guru mitra senantiasa bersama para dosen “guru” selama pembelajaran dilaksanakan di

dalam kelas.

Penghayatan dosen “guru” dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah dasar,

tercermin dalam refleksi mereka baik secara tertulis maupun dalam wawancara. Dosen

bahasa Indonesia mengaku mendapatkan pengalaman pembelajaran yang unik, terutama

dalam menghadapi kehidupan anak-anak yang sangat berbeda dengan kehidupan

mahasiswa. Kehidupan anak-anak yang penuh dengan kepolosan dan kelucuan yang

memerlukan penyikapan yang sesuai dengan dunia mereka. Oleh karena itu gaya

mengajar yang diterapkan dosen penuh dengan kelembutan, keramahan, kesabaran,

kegembiraan, penuh penghargaan, perhatian, dan kelonggaran. Teknik pembelajaran

(35)

kerja yang serba baik atau tugas yang diterapkan menciptakan semangat bagi anak-anak

untuk mengikuti pembelajaran. Bahkan di kelas bawah untuk mengurangi kegaduhan,

keributan, atau perkelahian, dosen menyiapkan hadiah permen, coklat, atau chiki bagi

yang tidak ribut, yang dapat menjawab, membuat pertanyaan, atau mengerjakan tugas

dengan baik. Dari pihak para guru, mereka merasa berterimakasih karena memperoleh

tambahan pengetahuan dalam pembelajaran bahasa yang berbeda dengan apa yang

diterapkan selama ini, baik pada cara pembelajaran membaca, puisi, cerita, maupun

aspek keterampilan dan kebahasaan yang lain.

Dari hasil refleksi dosen lainnya tentang penghayatan atas pengalaman mengajar

di SD, mereka merasa mendapatkan pengalaman tambahan berharga yang tak

terlupakan, disamping memperoleh suasana pembelajaran yang berbeda dari suasana

perguruan tinggi, juga diakui bahwa mengajar, membimbing, mendidik anak-anak SD

ternyata tidak mudah. Mengajar anak-anak SD memerlukan sikap batin ekstra dibanding

dengan mengajar mahasiswa. Terkait dengan pengelolaan kelas, terbatasnya jam bahas

Indonesia menyebabkan sulitnya menyesuaiakn materi dengan waktu yang tersedia.

Selain itu, jumlahsiswa dalam satu kelas melebihi kapasitas juga ikut andil dalam

menangani pembelajaran dengan baik. Yang sangat membanggakan adalah tanggapan

positif dari pihak sekolah mitra. Para dosen menyatakan bahwa sangat terkesan dengan

tanggapan yang baik dari semua pihak, terutama para siswa, kepala sekolah, para guru

kelas, serta kolega guru lain setempat.

Bagi guru mitra, refleksi atas program kemitraan ini, selain mendapatkan

kesempatan memperoleh tambahan pengetahuan pembelajaran bahasa Indonesia, IPS

dan Matematika secara langsung, juga mendapatkan pengalaman berinteraksi dan

bersilaturahim dengan pendidik dari jenjang yang lebih tinggo yang dapat menciptakan

(36)

B. Permasalahan yang Muncul

Permasalahan yang didapat dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan ini tidak

banyak hal yang sangat prinsip, namun lebih banyak pada teknis pelaksanaan, misal:

1. Jumlah siswa yang banyak (rata-rata 47 keatas), sehingga sulit dalam pengelolaannya

2. Media pembelajaran yang kurang tersedia di sekolah mitra, jika pu ada masih

tersimpan rapi

3. Adanya beberapa siswa yang bermasalah dalam membaca, sehingga sulit

melibatkannya dalam pembelajaran

4. Adanya siswa yang bermasalah dalam hiegenitas (sakit telinga yang mengeluarkan

cairan yang berbau), atau bermasalah dalam sikap/tingkah laku

5. Jadwal dosen yang cukup padat, sehingga mempengaruhi jadwal mata pelajaran di

sekolah dan intensitas kehadiran di sekolah.

C. Pemecahan Masalah

Berbagai permasalahan tersebut di atas dapat ditanggulangi oleh dosen karena

adanya kerjasama yang baik dengan guru dan kepala sekolah setempat, dan panitia

pelaksana. Tindakan/kebijakan yang diambil dalam mengatasi masalah yang muncul

tersebut adalah:

1. Guru mitra membantu pengelolaan kelas. Distribusi LKS selama proses

pembelajaran dilakukan oleh dosen

2. Media pembelajaran dipinjamkan oleh kepala sekolah, seperti pada mata pelajaran

matematika. Untuk pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia, dosen berupaya

(37)

bantuan dana yang diberikan kepada setiap dosen untuk mengadaan media. Media

inipun kemudian sebagian besar dihibahkan kepada sekolah mitra.

3. Siswa yang bermasalah dalam membaca, khususnya dalam pelajaran IPS dan

matematika diatasi dengan pendekatan pembelajaran terpadu, serta memberikan

perhatian yang intens terhadap mereka yang bermasalah. Hal ini berhasil, terbukti

diakhir kegiatan, jumlah siswa yang bermasalah dalam membaca tidak sebanyak di

awal tatap muka

4. Siswa yang mengalami sakit telinga ini, pada mulanya sangat mengganggu kegiatan

pembelajaran temannya di kelas tersebut. Namun setelah disarankan ke dokter dan

sembuh kelas kembali tenang dan kondusif. Begitu juga dengan siswa yang

bermasalah dengan sikap, tingkah laku di kelas, dapat diatasi setelah diberi perhatian

serius oleh dosen dan guru juga dengan bantuan orang tua. Berikutnya bisa

mengikuti pelajaran di kelas dengan lebih baik dari sebelumnya.

5. Jadwal yang padat bagi para dosen, semula memang menjadi kekuatiran bagi panitia

pelaksana. Mulanya hal ini diatasi dengan surat pernyataan para dosen untuk akan

berpartisipasi penuh dalam kegiatan ini. Kemudian dilakukan koordinasi dengan

sekolah mitra, khususnya guru mitra agar pada jam-jam tertentu dosen yang

seharusnya berada dalam kelas, tetapi harus mengikuti kegiatan akademik lain dapat

diatasi dengan mengatur ulang jadwal pelajaran yang telah dibakukan sekolah.

Setelah pengaturan ulang jadwal pelajaran, maka permasalahan ini dapat diatasi.

Jikapun ada dosen yang tidak 100% kehadirannya di kelas, bukan karena kesibukan

tetapi karena sakit dan penyelesaian administrasi ke universitas lain di Jakarta.

(38)

Dari hasil pelaksanaan kegiatan dan masukan yang diterima panitia pelaksana

pada saat seminar hasil kegiatan yang dihadiri oleh kedua pihak, maka dapat

direkomendasikan rencana tindak lanjut dari kegiatan mitra ini, yaitu:

1. Pelatihan pengadaan media, dan penggunaannya bagi guru mitra dan guru-guru di

lingkungan Kabupaten Ogan Ilir

2. Kegiatan Mitra, dengan menugaskan dosen LPTK ke sekolah dasar tidak hanya pada

dua SD, yang cukup dekat dengan kota kabupaten, tetapi juga sekolah yang berada di

pinggiran atau terpencil

3. Kegiatan Mitra antara kedua pihak tidak terhenti pada program ini saja, khususnya

dibidang perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di SD tetapi juga

berkesinambungan secara vertikal (jenjang pendidikan menengah) dan horisontal (ke

(39)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Indikator Keberhasilan

Dari pelaksanaan kegiatan mitra yang dilakukan oleh LPTK, FKIP UNSRI dengan

Depdiknas kabupaten Ogan Ilir, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dapat

dinyatakan bahwa kegiatan mitra ini sudah berhasil menjawab permasalahan yang

dihadapi kedua pihak. Pihak LPTK telah memberikan pengetahuan, pengalaman yang

berharga pada bidang pendidikan dasar yang sangat berpengaruh terhadap pandangan,

sikap, kebijakan para dosen dalam melaksanakan perkuliahan bagi calon guru SD.

Sebaliknya bagi para guru, didapatnya pengalaman berharga bagaimana peningkatan

kualitas pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia,

Matematika dan IPS. Pembelajaran yang semula dan selama ini hanya dengan metode

itu-itu saja, dan bingung dalam pengadaan media seperti apa yang dapat digunakan,

merubah guru mitra menjadi menyenangkan profesinya dan lebih profesional. Hal yang

paling utama, tentu saja keberhasilan kegiatan mitra ini dapat berimbas pada

keberhasilan siswa di tiga mata pelajaran tersebut pada tahun mendatang.

“Keharmonisan” kerjasama antara dosen dan guru yang berpengaruh pada upaya

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu gerakan/kegiatan

untuk “tidak berjarak” nya antara LPTK dan sekolah dalam meningkatkan kualitas

(40)

guru saat kuliah. Hal ini disebabkan melalui kegiatan mitra guru dan dosen

mendapatkan pengalaman langsung dari kedua pihak.

B. Analisis Terhadap Dampak Kegiatan Kemitraan

Terlaksananya kegiatan kemitraan ini tentu saja membawa dampak bagi banyak

pihak, terutama pihak-pihak yang terlibat langsung, seperti LPTK (FKIP UNSRI),

Lembaga mitra (Diknas OI), dan siswa serta masyarakat. Secara rinci dapat dipaparkan

sebagai berikut.

1. Dampak Bagi LPTK

Dengan melaksanakan program kemitraan dosen memperoleh pengalaman di sekolah

secara langsung sehingga akam membawa dampak kepada peningkatan kualitas dan

profesionalisme sesuai dengan bidang masing-masing dalam perkuliahan yang akan

diberikan kepada calon guru. Selain itu meningkatkan fungsi dan keberadaan LPTK,

FKIP UNSRI dengan lingkungan sekitarnya, khususnya dalam meningkatkan

kepedulian terhadap peningkatan mutu pendidikan. Selain temuan yang bersifat

menambah pengetahuan tentang pembelajaran di jenjang SD, juga LPTK mendapatkan

gambaran permasalahan-permasalahan secara riil yang ada di kelas pada bidang studi

tertentu.

Bagi program studi pendidikan guru sekolah dasar, program ini dapat

menyumbangkan terjadinya penyebarluasan pengalaman yang diperoleh dari sekolah

kepada rekan sejawat, dosen-dosen PGSD lainnya.

2. Dampak Bagi Lembaga Mitra

Bagi Depdiknas, khususnya pendidikan dasar, mendapatkan gambaran permasalahan

yang ada di SD, dan mendapatkan cara mengatasinya, melalui guru mitra. Dengan kata

lain, program ini dapat memberikan inspirasi bagi guru dalam pembelajaran yang

(41)

kerjasama antara kedua pihak harus selalu terjalin, agar peningkatan mutu pendidikan

tercapai.

3. Dampak Bagi Pihak Lain/Masyarakat

Keberhasilan kegiatan kemitraan ini, akan terlalu sangat berimbas kepada siswa,

orang tua dan prestise daerah. Melalui KKG, dan pertemuan lain, para guru dapat pula

menyebarkan ke teman sejawat. Dosen yang berhasil mendidik mahasiswa calon guru

SD akan dapat melahirkan guru-guru SD yang profesional. Sementara itu guru-guru

yang selalu terbuka menerima perubahan akan dapat pula mendidik siswa dengan hasil

belajar yang memuaskan. Maka dampak bagi masyarakat akan terlihat dengan mutu

lulusan/pendidikan daerah setempat.

C. Pembahasan Atas Hasil Kemitraan

Pendidikan yang dimulai sejak dini, di bangku sekolah dasar sangat perlu

diperhatikan, mengingat jenjang ini adalah sebagai pondasi yang menentukan bagi

pendidikan lanjutan berikutnya. Oleh karena itu, permasalahan di jenjang pendidikan

dasar ini perlu diperhatikan dan segera diperbaiki. Oleh karena itu adalah tepat jika

permasalahan rendahnya kualitas pembelajaran di SD pada mata pelajaran yang ada,

khususnya matematika, bahasa Indonesia dan IPS yang saat ini dihadapi oleh Diknas

Kabupaten Ogan Ilir. Sesuai dengan TriDarma Perguruan Tinggi, maka hal yang ada ini

menjadi perhatian bagi FKIP UNSRI, LPTK yang juga berdomisili di Kabupaten ini.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan berdampak pada kualitas pembelajaran

di sekolah lanjutan. Misal saja, temuan para dosen “guru” terhadap siswa yang tidak

bisa membaca di kelas III, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa

tersebut pada mata pelajaran yang alin. Maka gagasan para guru dan dosen “guru” yang

(42)

di kelas rendah (I dan II) ke jenjang kelas berikutnya adalah kesepakatan dari hasil

refleksi atas temuan di lapangan sangat bagus sekali. Jika dirujukan pula pada kebijakan

pendidikan dasar untuk memprioritaskan kemampuan membaca, menulis dan berhitung

pada siswa SD, sangat tepat sekali.

Pembelajaran terpadu dan kontekstual yang dilakukan dosen “guru” pada mata

pelajatan matematika dan IPS serta Bahasa Indonesia bukan hanya mengenai masalah

siswa dalam membaca, tetapi juga membuat pelajaran yang diberikan lebih mudah

dipahami siswa serta siswa terlibat aktif. Hal ini berbeda dengan temuan dosen saat

melakukan observasi awal pada aktvitas guru mengajar IPS dan matematika, yang

cenderung pada bentuk belajar menerima. Siswa pasif sebagai pendengar, dan tanpa

memperhatikan hambatan siswa yang bermasalah dalam membaca, guru terus

melakukan pemberian materi dengan ceramah. Bentuk belajar menerima (reception

learning) atau ada juga menyamakannya dengan expository teaching, memang

menjadikan siswa berperan pasif, menerima, menghafal pengatahuan yang diberikan

guru (Ausabel & Robinson, 1969).

Kondisi tersebut diperparah dengan adanya sikap guru yang lebih senang jika

siswanya duduk dengan tangan terlipat di atas meja tanpa bicara dan bergerak. Siswa

merasakan bosan dengan materi dan ingin berkata stop, namun tidak bisa karena dia

manusia “kecil”. Seperti ungkapan Ronald Gross (1991) tentang mitos belajar yang ada

seperti belajar adalah perbuatan yang membosankan, kurang menyenangkan,

pembelajaran harus pasif, dan dibawah perintah/aturan guru.

Pembelajaran demikian sulit menumbuhkan motivasi siswa. Tanpa motivasi belajar

yang tinggi maka akan sulit pula hasil belajar yang baik dapat dicapai. Untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa, maka para dosen “guru: melalui model

(43)

terlihat dalam temuan di lapangan, para siswa aktif dans enang melakukan penempelan

kartu-kartu pembagian wakti di Indonesia dalam pelajaran IPS, atau juga dalam

matematika yang menggunakan media MEQIP. Hal ini sesuai dengan ungkapan Nana

Syaodih (2005) bahwa untuk menimbulkan motivasi siswa dalam belajar diperlukan

adanya penyempurnaan isi, proses maupun iklim pembelajaran. Dengan kata lain

pembelajaran yang dilakukan harus dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan

bernanfaat.

Media yang kurang digunakan guru mitra, diatasi dosen “guru” dengan

menggunakan media yang mudah dan murah dijangkau, namun sangat membantu dalam

proses pembelajaran. Mengingat suatu pengajaran yang baik tidak bisa dipisahkan

dengan penggunaan media pembelajaran. Pembagian media berdasarkan jenisnya cukup

banyak. Misal EdgarDale yang membagi media atas 12 macam, dari pengalaman

langsung sampai yang abstrak. Saat dosen “guru” IPS di kelas rendah mengajarkan

lingkungan sekitar, maka dia suruh siswa mengamati kelas-kelas lain dan kemudian

menceritakan temuannya, dan menuliskannya. Di kelas tinggi, IPS menggunakan

media-media grafis, dan peta/kuis-kuis yang ditempelkan pada kain planel, membuat

media reflika bangunan/tokoh sejarah. Siswa merasakan kehangatan dalam proses

pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa dan keceriaan di wajah siswa serta

hasil ulangan harian siswapun sangat baik.

Disamping mengakui adanya manfaat ilmu pengetahuan dan pengalaman langsung

yang didapat dari dosen “guru”, para guru mitra juga merasakan kesulitan untuk

mengikuti kegiatan dosen yang memberikan penguatan berupa benda (alat belajar,

permen, makanan ringan) kepada siswa setiap mampu memahami materi yang

diberikan. Sebagai guru bidang studi, hal ini masih mungkin dilakukan, namun sebagai

(44)

pada dasarnya setiap guru sangat dianjurkan untuk memberikan penguatan positif pada

siswa, agar siswa terus termotivasi dalam belajar.

Terkait dengan hasil perolehan yang didapat kedua pihak dalam kegiatan kemitraan

ini, maka peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai dengan merubah pandangan

guru atas profesinya; sebagai penyampai informasi, membuka diri atas informasi dari

siswa, mampu mengaplikasikan pengetahuan, membangkitkan motivasi belajar

(Sukmadinata, 2005). Disamping itu, keberhasilan belajar siswa juga dipengaruhi oleh

(45)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan kemitraan dengan penugasan dosen di SD di kabupaten Ogan Ilir yang

dilakukan selama kurang lebih 10 bulan oleh LPTK (FKIP UNSRI) telah memberikan

suasa baru di bidang akademik, baik pada dosen FKIP sendiri maupun pada guru mata

pelajaran Matematika, IPS, dan Bahasa Indonesia di SD mitra.

Perubahan cara pandang kedua pihak yang didapat melalui penghayatan,

pengalaman langsung dan saling bertukar pengalaman dalam memandang pentingnya

pembelajaran di SD yang menyenangkan, bermakna adalah salah satu sisi positif yang

didapat kedua pihak.

Kegiatan kemitraan yang dilakukan secara berkesinambungan tidak saja

membawa dampak positif bagi kedua pihak yang terlibat tetapi secara tidak langsung

akan berdampak kepada peningkatan mutu pendidikan masyarakat.

Dari perkembangan motivasi dan hasil belajar, maka inovasi model

pembelajaran dan media yang digunakan dosen “guru” yang berjumlah 6 orang untuk

tiga mata pelajaran telah mampu berhasil memotivasi siswa dan menigkatkan hasil

belajar siswa.

B. Saran

Kegiatan kemitraan LPTK dengan sekolah mitra sebaiknya dilakukan secara

(46)

tetap dijenjang tersebut, namun di lokasi sekolah dasar yang jauh dari LPTK dan Kota

Kabupaten.

Disebabkan pengadaan dan penggunaan media sangat minim pada guru mitra,

maka perlu ditindklanjuti dengan pelatihan media pembelajaran oleh kedua pihak,

(47)

DAFTAR RUJUKAN

Ausabel, D.P. & Robinson, F.G. 1969. Scholl Learning. New York: Holt Rinehart & Winston Inc.

Gross, Ronald. 1991. Peak Learning. New York: Jeremy P.teacher/Putman. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi: Proses Pendidikan

Bandung:Rosdakarya.

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 6
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan langkah – langkah penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar IPA

Berdasarkan hasil Pembukaan dan Evaluasi Data Kualifikasi, Pokja ULP menyatakan Seleksi Gagal karena sampai dengan batas akhir pendaftaran, pengambilan dan

Bab VII Petunjuk Pengisian Data Kualifikasi; cukup jelas tidak ada perubahan Bab VIII Tata cara Evaluasi Kualifikasi; cukup jelas tidak ada perubahan Bab IX Bentuk Dokumen

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan Tahun

Peraturan  Pemerintah  Nomor  8  Tahun  2008  tentang  Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana   Pembangunan 

Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan perpustakaan digital.. Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan

[r]

Bahwa salah satu untuk mendapatkan mahasiswa yang berkualitas maka dipandang perlu untuk mengadakan penyaringan dalam penerimaan mahasiswa baru dengan cara ujian masuk