• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut dengan mata pencaharian menangkap ikan (nelayan). Masyarakat pesisir pantai sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Perekonomian mereka sangat bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut. Hasil dari pemanfaatan sumberdaya laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.

(2)

Pola konsumsi pangan antar rumah tangga dapat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya ketersediaan pangan, sosial budaya, pengetahuan gizi, ekonomi dan lingkungan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor pendapatan. Tinggi rendahnya pendapatan suatu rumah tangga dapat mempengaruhi rumah tangga dalam memilih dan menentukan jenis pangan yang bermutu gizi baik yang beragam dan berimbang. Karena itu, perubahan pada faktor-faktor tersebut akan menyebabkan pola konsumsi pangan suatu rumah tangga.

Dalam menentukan pola konsumsi pangan rumah tangga, yang paling berperan penting adalah peran ibu sebagai pengatur dan manajemen dalam rumah tangga. Sehingga umur dan pendidikan ibu dinilai mampu memberikan pengaruh yang positif dalam penentuan kualitas menu pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sikap yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.

Besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi jenis pengeluaran konsumsi. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi rumah tangga digolongkan dalam dua kelompok penggunaan yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non-makanan.

(3)

lemak dan minyak yang terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan margarine, (5) buah biji berminyak yang terdiri dari kelapa, kemiri, kenari, mete, dan coklat, (6) kacang-kacangan yang terdiri dari kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan kacang-kacangan lainnya, (7) gula yang terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya, (8) sayur dan buah adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi, dan (9) lain-lainnya terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol (Sembiring, 2002).

Tabel 1. Situasi Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2014

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015

(4)

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan ini menunjukkan tingkat keberagaman pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Pengukuran pola konsumsi pangan dapat diamati melalui parameter Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu pedoman komposisi beragam pangan yang mampu menyediakan energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh rata-rata penduduk dengan jumlah yang cukup dan seimbang serta memberikan mutu makanan yang baik.

PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah. Sehingga PPH yang merupakan indikator pokok keberhasilan pembangunan bidang ketahanan pangan di suatu wilayah. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukan sasaran dalam perencanaan dan evaluasi penyediaan khususnya produksi pangan. Perencanaan pertanian dan pangan dengan adanya PPH akan mengetahui banyaknya pangan yang harus disediakan untuk konsumsi penduduk agar terpenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang lebih baik.

Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH)

No Kelompok Pangan %

AKE Bobot

Skor Maks

(PPH Ideal) Gr/kap/hr

1 Padi-padian 50,0 0,5 25,0 275

2 Umbi-umbian 6,0 0,5 2,5 90

3 Pangan Hewani 12,0 2,0 24,0 140

4 Minyak dan lemak 10,0 0,5 5,0 25

5 Buah/Biji Berminyak 3,0 0,5 1,0 10

6 Kacang-kacangan 5,0 2,0 10,0 35

7 Gula 5,0 0,5 2,5 30

8 Sayur dan Buah 6,0 5,0 30,0 230

9 Lain-Lain 3,0 0,03 0,0 15

Total 100 100,0 850

(5)

Skor PPH yang maksimal (ideal) adalah 100. Semakin tinggi skor mutu gizi pangan menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya. Skor PPH digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan. PPH berguna sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan secara agregat (Baliwati, 2002).

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah sebesar 904,96 km2 dan terdiri dari 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Air Putih, Sei Suka, Medang Deras, Lima Puluh, Sei Balai, Tanjung Tiram, dan Talawi. Kecamatan Tanjung Tiram merupakan kecamatan terbesar kedua di Kabupaten Batu Bara yaitu dengan luas wilayah sebesar 173,79 km2. Dengan ketinggian 7-33 meter di atas permukaan laut, memiliki 9 desa yang berbatasan langsung dengan laut dan sisanya sebanyak 13 desa tidak berbatasan dengan laut.

Tabel 3. Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

N o

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kalori % %AKE *) Bobot Skor

*) Angka Kecukupan Energi (AKE)= 2000 kkal/kap/hri

(6)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2012 sebesar 80,8. Pencapaian skor ini masih belum memenuhi standar ideal, terdapat beberapa kelompok pengan dengan skor PPH yang rendah yaitu umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah. Sedangkan pangan yang mendominasi yaitu beras, pangan hewani, minyak dan lemak. Hal ini menggambarkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap semua jenis pangan masih belum bervariasi/beragam dan berimbang.

Desa Bagan Dalam yang merupakan salah satu desa pesisir pantai yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. Kelompok masyarakat nelayan merupakan salah satu komunitas yang selalu berhadapan dengan berbagai problematika kehidupan, seperti modal yang sedikit yang mempengaruhi produksi maupun iklim yang tidak teratur dan susah diprediksi. Hal tersebut menjadikan ketidak seimbangannya pola konsumsi masyarakat nelayan. Selain pendapatan yang tidak stabil, nelayan memiliki jenis kegiatan yang berbeda dalam hal produk yang dihasilkan atau diusahakan yaitu menangkap ikan di laut dimana ikan tersebut juga menjadi sumber protein utama dalam konsumsi rumah tangga kelompok masyarakat nelayan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara”.

1.2 Identifikasi Masalah

(7)

2. Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.

2. Mengetahui pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi kepada objek penelitian.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dalam membuat kebijakan.

Gambar

Tabel 1. Situasi Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2014
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH)    %
Tabel 3. Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Pekerjaan : Jasa Konsultan Perencana Kontruksi Fisik Renovasi Ruang Pelayanan Tanggal : 27

Dari hasil penelitian terhadap dokumen penawaran kualifikasi tersebut adalah, perusahan yang. bersangkutan dapat menunjukan dokumen asli dan legalisir sesuai dengan

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di

Musik indie merupakan salah satu jenis musik yang berpengaruh di perkembangan musik Indonesia, di mana musik indie tidak terikat kontrak dengan para pemilik rekaman,