• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI

TERHADAP PASIEN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA GAU MABAJI GOWA

Eka Rezki

1

, Murtiani

2

, Muhammad Ilyas

3

1

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin

Makassar

2

Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani

Hasanuddin Makassar

3

Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani

Hasanuddin Makassar

(2)

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI

TERHADAP PASIEN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA GAU MABAJI GOWA

Eka Rezki

1

, Murtiani

2

, Muhammad Ilyas

3

ABSTRAK

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan perasaan kosong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial Tresna werdha Gau Mabaji Gowa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability sampling dengan jenis Purposive Sampling, didapatkan 50 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan komputer serta menggunakan uji chi-square. Hasil analisa statistik, didapatkan pengaruh antara kehilangan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia (p<0,029) dan ada pengaruh kecemasan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia (p<0,002). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kehilangan dan kecemasan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

(3)

PENDAHULUAN

Depresi adalah keadaan sakit jiwa ringan, bukan hanya sedih biasa yang setiap orang mungkin merasakan.Bila seseorang menderita depresi, dia tidak dapat sembuh sendiri. Penderita perlu diobati atau kalau tidak akan bertambah berat [ CITATION Nug10 \l 1033 ].

Depresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, dan pendidikan.Bahkan menurutWorld Health Organization (WHO), depresi adalah masalah yang serius karena merupakan urutan keempat penyakit dunia.Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi [ CITATION Bud11 \l 1033 ].

Penyakit jiwa adalah salah satu penyebab morbiditas dan kecacatan. Diperkirakan 340 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi dan pada tahun 2020 di tingkat dunia depresi akan menduduki peringkat kedua di bawah penyakit jantung iskhemik [ CITATION Ati08 \l 1033 ].

Depresi merupakan penyakit serius yang di derita jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Menurut data Badan Kesehatan Dunia, saat ini sekitar 5-10% orang di dunia mengalami depresi. Penelitian yang di lakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa menunjukkan, sebagian besar masyarakat Indonesia mengidap depresi tingkat yang ringan sampai berat.Hasil penelitian dokter kesehatan jiwa menunjukkan 94% masyarakat saat ini mengidap depresi, “kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia” [ CITATION Ati08 \l 1033 ].

Usia lanjut selalu dikonotasikan sebagai kelompok rentan yang selalu ketergantungan dan menjadi beban baik oleh keluarga, masyarakat dan negara. Melihat kenyataan bahwa angka harapan hidup penduduk Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin baik, maka muncullah sebuah hipotesis bahkan adanya ledakan jumlah lansia di Indonesia yang akan semakin meningkat pada tiap tahunnya. Pada tahun 1971 berjumlah 4,5 juta, ditahun 1990 berjumlah 6,3 juta memasuki tahun 2000 lansia berjumlah 7,2% dari total penduduk Indonesia dan diramalkan akan berjumlah 11,3% ditahun 2020. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah lansia terus meningkat dari 5,3 jiwa(1971), meningkat menjadi 14,4 juta (2000) dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai jumlah 28,8 juta jiwa[ CITATION Muj12 \l 1033 ].

Kira-kira 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lansia. Depresi menyerang 10-15% lansia 65 tahun keatas yang tinggal dikeluarga dan angka depresi meningkat secara drastis pada lansia yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki depresi ringan sampai sedang [ CITATION Kap11 \l 1033 ].

Berdasarkan hasil penelitian oleh Ayu Fitri Sekar Wulandari Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tahun 2011 tentang Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia, Studi Perbandingan di Panti Wreda dan Komunitas. Prevalensi kejadian depresi subyek lanjut usia di panti wreda adalah 38,5% (26,9% depresi ringan; 9,6% depresi sedang;1,9% depresi berat). Sedangkan prevalensi kejadian depresi subyek lanjut usia di komunitas adalah 60% (40% depresi ringan; 20 % depresi sedang), [ CITATION Wul11 \l 1033 ].

(4)

(53,3%) tidak depresi. Pada aktivitas religi, 13 responden (28,9%) dalam kategori kurang, 9 responden (20%) kategori cukup dan 23 responden (51,1%) kategori baik. Hasil uji kendall atau P = 0,009 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan aktivitas religi dengan tingkat depresi pada lansia [ CITATION Tri11 \l 1033 ].

Berdasarkan hasil penelitian Wahyu Wiyono Mahasiswa Keperawatan S-1 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta bahwa tingkat kecemasan responden merata dari ringan hingga berat. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada kategori tingkat kecemasan ringan terdapat 17 respondenn (36%), selanjutnya kategori sedang dan berat masing-masing 15 responden (32%) dan tidak terdapat satupun responden yang memiliki kecemasan dalam kategori panik [ CITATION Wiy10 \l 1033 ].

Berdasarkan data di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa pada bulan januari sampai bulan maret 2013.Jumlah pasien lansia laki-laki 40 orang, perempuan 65 orang.Meninggal dunia sebanyak 1 orang (perempuan), terminasi atau pemutusan layanan 2 orang dimana 1 laki-laki dan 1 perempuan.Jumlah yang ada sekarang yaitu laki-laki 39 orang dan perempuan 63 orang.Keseluruhan jumlah lansia yang ada yaitu 102 orang (PSTW Gau Mabaji Gowa).

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Werdha Gau mabaji Gowa.

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian, Waktu & Tempat Penelitian, Populasi, Sampel

Penelitian ini akan menggunakan metode Analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juni-13 Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di Panti Sosial Werdha Gau Mabaji Gowa dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang responden yang didaptkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai dengan kriteria sampel, yaitu :

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi responden b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Tidak dalam keadaan sakit fisik berat serta sakit mental d. Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa e. Lansia yang kehilangan keluarga

2. Kriteria eksklusi

a. Di ajak pada waktu penelitian

b. Tidak dapatberkomunikasi c. Dalam keadaan sakit fisik

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Instrumen penelitian

(5)

sifatnya tertutup, dimana disediakan jawaban alternatif yang mengacu pada variabel independen dan dependen.

2. Prosedur pengambilan data

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembaran observasi untuk scaning sampel dalam menghitung tingkat depresi dengan memberikan jawaban yang sesuai pada kolom pertanyaan dan pernyataan terhadap tingkat depresi untuk mengetahui kehilangan dan kecemasan. Sesuai dengan kriteria yang diterapkan.

Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing yaitu memeriksa kembali kuesioner jawaban responden yang telah diisi pada saat pengumpulan data.

b. Codingyaitu memberi kode pada jawaban responden, untuk memudahkan pengelolaan data.

c. Tabulating yaitu proses pengelolaan data dengan tujuan untuk menegelompokkan data dengan membuat tabel – tabel yang dapat memberikan gambaran statistik. d. Entry yaitu pemasukanm data ke komputer.

2. Analisis data

Setelah memperoleh nilai skor dari tiap-tiap tabel, selanjutnya data dianalisa dengan computer program SPSS yang meliputi:

a. Analisa Univariat

Menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dan subyek penelitian.

b. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan ( ): 0,05.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Hasil Penelitian

(6)

2. Hasil Penelitian

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki 27 54.0

Perempuan 23 46.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.1, dari 50 Orang lanjut usia yang menjadi responden, 27 (54.0%) berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 23(46.0%) Orang lanjut usia yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Umur Jumlah Persentase (%)

45 - 59 Tahun 6 12.0

60 - 70 Tahun 20 40.0

75 - 90 Tahun 20 40.0

> 90 Tahun 4 8.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.2, dari 50 orang Lanjut Usia. 6 Orang Lanjut Usia yang menjadi Responden berumur 45-59 tahun (12.0%), 20 (40.0%) Lanjut usia yang berumur 60-70 tahun, 20 (40.0%) Lanjut Usia yang berumur 75-90 tahun dan terdapat 4 Orang Lanjut Usia yang menjadi Responden berumur >90 tahun (8.0%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Suku Jumlah Persentase (%)

Bugis - Makassar 44 88.0

Jawa 4 8.0

Tionghoa 1 2.0

(7)

Total 50 100.0 Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.3, dari 50 Orang Lanjut Usia terdapat 44 (88.0%) yang bersuku Bugis-Makassar, terdapat 4 (8.0%) Orang Lanjut Usia yang bersuku Jawa. Yang bersuku Tionghoa terdapat 1 (2.0%) Orang Lanjut Usia dan 1 (2.0%) Orang Lanjut Usia yang suku Ambon.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Agama Jumlah Persentase (%)

Islam 47 94.0

Kristen 3 6.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.4 dari 50 Orang lanjut usia Terdapat 47 (94.0%) yang beragama Islam dan terdapat 3 (6.0%) Orang Lanjut usia yang beragma Kristen.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)

Tidak Sekolah 36 72.0

SD 10 20.0

SMP 0 0.0

SMA 3 6.0

Sarjana 1 2.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.5, dari 50 Orang Lanjut usia terdapat 36 (72.0%) OrangLanjut Usia yang tidak sekolah, terdapat 10 (20.0%) Orang Lanjut Usia yang berpendidikan SD, tidak terdapat Orang Lanjut Usia berpendidikan SMP, terdapat 3 (6.0%) Orang Lanjut Usia yang berpendidikan SMA dan 1 (2.0%) Orang lanjut Usia yang berpendidikan Sarjana.

3. Analisa Univariat

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kehilangan Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Kehilangan Keluarga Jumlah Persentase (%)

Kehilangan 37 74.0

Tidak Kehilangan 13 26.0

(8)

Sumber : Data Primer Juli 2013

Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden (Orang Lanjut Usia) yang mengalami Kehilangan yakni sebanyak 37 responden (74.0%), sedangkan yang tidak mengalami kehilangan sebanyak 13 responden (26.0%).

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kecemasan Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Kehilangan Keluarga Jumlah Persentase (%)

Cemas 21 42.0

Tidak Cemas 29 58.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden (Orang lanjut usia) yang mengalami cemas yaitu sebanyak 21 responden (42.0%) dan yang tidak mengalami kecemasan yakni sebanyak 29 responden (48.0%).

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Tingkat Depresi Jumlah Persentase (%)

Depresi Ringan 32 64.0

Depresi Sedang 11 22.0

Depresi Berat 7 14.0

Total 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Pada tabel 5.8 menunjukkan tingkat depresi terhadap pasien Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa dengan depresi Ringan sebanyak 32 responden (64,0%), depresi sedang sebanyak 11 responden (22.0%) dan yang mengalami depresi berat sebanyak 7 responden (14,0%).

4. Analisa Bivariat

Tabel 5.9

Pengaruh Kehilangan Terhadap Tingkat Depresi Pasien Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Kehilangan

Tingkat Depresi

Total

p

Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Kehilangan 20 40.0 11 22.0 6 12.0 37 74.0

0.029

Tidak Kehilangan 12 24.0 0 0 1 2.0 13 26.0

(9)

Sumber : Data Primer Juli 2013

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa kehilangan yang mengalami depresi ringan berjumlah 20 responden lanjut usia (40,0%), kehilangan yang mengalami depresi sedangberjumlah 11 responden (22,0%) lanjut usia dan kehilangan yang mengalami depresi berat berjumlah 6 responden lanjut usia (12,0%). Sedangkan yang tidak kehilangan tapi mengalami depresi ringan berjumlah 12 responden lanjut usia (24,0%), dan tidak kehilangan tapi mengalami depresi berat berjumlah 1 responden lanjut usia (2,0%).

Tabel 5.10

Pengaruh Kecemasan Terhadap Tingkat Depresi Pasien Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013

Kecemasan

Tingkat Depresi

Total

p

Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Cemas 9 18.0 5 10.0 7 14.0 21 42.0

0.002

Tidak Cemas 23 46.0 6 12.0 0 0 29 58.0

Total 32 64.0 11 22.0 7 14.0 50 100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kriteria cemas yang mengalami depresi ringan sebanyak 9 (18,0%) responden lanjut usia, ktiteria cemas yang mengalami depresi sedang sebanyak 5 responden (10,0%) dan kriteria cemas yang mengalami depresi berat sebanyak 7 responden 14,0%. Sedangkan lansia dengan kriteria tidak cemas tapi mengalami depresi ringan sebanyak 23 responden (46,0%), dan kriteria tidak cemas tapi mengalami depresi sedang sebanyak 6 (12,0%) responden Lanjut usia.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Kehilangan terhadap Tingkat Depresi pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Dari hasil analisa univariat, dari total 37 orang responden (74.0%) dalam kategori mengalami kehilangan, diketahui bahwa 20 orang responden (40%) dalam kategori depresi ringan, 11 orang responden (22%) dalam kategori depresi sedang dan 6 orang responden (12%) dalam kategori depresi berat. Hal ini terjadi karena depresi tidak hanya dipengaruhi oleh kehilangan saja, melainkan dipengaruhi oleh subvariabel yang lain yaitu kecemasan sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa orang yang mengalami kehilangan akan mengalami depresi yang berat.

(10)

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ind12 \l 1033 ] yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Faktor Kehilangan dengan Depresi Lanjut Usia di Dusun Karangayar Yogyakarta” menyatakan bahwa jumlah lanjut usia yang mengalami depresi tanpa terdapat kehilangan yaitu 4 orang responden (163.3%) dan lansia yang terdapat kehilangan tanpa terdapat depresi yaitu 5 orang responden (16.7%). Hasil pengujian fisher di dapatkan nilai p sebesar 0.003 oleh karena p<0,05 maka hipotesis diterima. Bertambahnya harapan hidup lanjut usia akan semakin meningkatkan timbulnya depresi. Hal ini disebabkan terjadinya kemunduran fungsi fisiologis tubuh serta adanya perubahan fisik, mental dan sosial pada lanjut usia. Perubahan-perubahan yang terjadi inilah yang menimbulkan adanya rasa kehilangan dalam kehidupan mereka. Selain dipengaruhi faktor-faktor perubahan tersebut, kehilangan juga dapat disebabkan secara langsung oleh hilangnya orang-orang yang dicintai serta kehilangan pekerjaan / pensiun. Dari beberapa peryataan diatas, kehilangan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya depresi pada lanjut usia.

Dari 11 orang responden (22%) yang mengalami kehilangan dan dalam kategori depresi sedang, diketahui bahwa 6 orang responden (12%) tidak mengalami kecemasan dan 5 orang lainnya (10%) mengalami kecemasan. Menurut Sigmund Freud, kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi yang disebabkan munculnya rasa kehilangan. Pasien yang depresi akan merasakan penurunan harga diri, perasaan bersalah dan perbuatan mencela diri sendiri. Depresi yang terjadi pada lanjut usia adalah dampak negative kejadian penurunan fungsi tubuh dan perubahan yang terjadi terutama perubahan psikososial. Perubahan-perubahan tersebut seringkali menjadi stressor bagi lanjut usia yang membutuhkan adaptasi biologis dan psikologis. Pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress lingkungan seringkali menyebabkan depresi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan [ CITATION Yul12 \l 1033 ] dengan judul “Gambaran tingkat depresi lansia yang kehilangan pasangan di Desa Tambak Aso Kecematan Waru Kabupaten Sidoarjo” yang dimana hasil penelitian didapatkan sebagian kecil (21,1%) mengalami depresi ringan, hampir setengahnya (44,7%) mengalami depresi sedang dan hampir setengahnya (34,2%) mengalami depresi berat setelah kehilangan pasangan.

(11)

yang menjadi kepala keluarga karena meninggalnya pasangan hidup yaitu 19,75, adapun rerata depresi pada perempuan yang menjadi kepala keluarga karena perceraian yaitu 14,75.

Sedangkan dari total 13 orang responden (26%) yang dalam kategori tidak mengalami kehilangan, didapatkan 12 orang responden (24%) dalam kategori depresi ringan dan 1 orang lainnya dalam kategori depresi yang berat. Hal ini juga dipengaruhi oleh subvariabel yang lain yaitu kecemasan, sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa orang yang tidak mengalami kehilangan, tidak akan menderita depresi. Dari tabulasi silang, didapatkan bahwa dari total 12 orang yang dalam kategori tidak mengalami kehilangan tapi mengalami depresi yang ringan, diketahui bahwa 7 orang responden (14%) responden dalam kategori tidak cemas dan 4 orang lainnya (8%) mengalami kecemasan. Sedangkan 1 orang responden (2%) yang dalam kategori depresi yang berat, responden tersebut mengalami kecemasan. Usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya depresi, namun kehilangan pasangan hidup atau menderita penyakit kronik merupakan faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya depresi. Lansia yang mengalami kehilangan misalnya kehilangan pasangan hidup. Pada lansia permasalahan psikologi terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan merupakan sebagian kecil dari semua stressor yang harus dihadapi oleh lansia. Depresi adalah permasalahan yang makin memberatkan kehidupan lansia. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam mengatasi depresi karena keluarga merupakan orang terdekat yakni ada ikatan hubungan (Amir, 2009). Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya. Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Wul09 \l 1033 ] dengan judul “faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Umit Abiyoso” yang dimana hasil penelitian menyatakan faktor yang terbesar menyebabkan timbulnya depresi adalah kehilangan yang mempunyai pengaruh sebesar 74.40%.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai fisher exact test p < 0.05 yaitu 0.029 ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kehilangan dan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena ada pengaruh yang positif antara kehilangan dengan tingkat depresi.

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti menyatakan bahwa kehilangan ada kaitannya dengan tingkat depresi lanjut usia. Sebagian orang atau lansia mengalami kesedihan setelah kehilangan pasangan, karena penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan tersebut. Keterlambatan tersebut dapat mengakibatkan depresi pada seseorang.

2. Pengaruh Kecemasan Terhadap Tingkat Depresi Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

(12)

kehilangan sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa lansia yang mengalami kecemasan semuanya akan menderita depresi yang berat.

Berdasarkan tabulasi silang, maka diketahui bahwa dari total 9 orang responden (18%) yang dalam kategori cemas dan mengalami depresi ringan, didapatkan 5 orang responden dalam kategori tidak mengalami kehilangan dan 4 orang lainnya mengalami kehilangan. Kecemasan pada lansia adalah hal yang paling sering terjadi. Sebagian besar lansia mengalami kecemasan seiring dengan bertambahnya usia. Lansia pada periode awal, adalah masa-masa kecemasan yang paling tinggi, tetapi, seiring dengan semakin bertambahnya usia, lansia berusaha menerima keadaan mereka dan merasa pasrah. Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia. Faktor psikologis diantaranya perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.

Dari total 5 orang responden (10%) yang dalam kategori mengalami kecemasan dan mengalami depresi sedang, didapatkan keseluruhan responden mengalami kehilangan. Ketika manusia semakin tua, mereka cenderung untuk mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi untuk menimbulkan ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan atau ketidakmampuan fisik yang kronis. Beberapa lansia juga berpotensi mengalami kecemasan dan depresi (Papalia, Olds, dan Feldman, 2003).

Sedangkan dari total 7 orang responden (14%) yang dalam kategori mengalami kecemasan dan mengalami depresi berat, didapatkan keseluruhan responden mengalami kehilangan. Dalam Blazer (2003) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik tampaknya membawa jumlah kejadian hidup negatif yang lebih tinggi. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial pada lansia yang dapat berpotensi mengakibatkan terjadinya berbagai macam kecemasan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ika12 \l 1033 ] yang dalam penelitiannya berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Depresi pada Lansia di RW 04 dan RW 19 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar” menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan pada lansia dengan depresi dimana p = 0.029.

Sedangkan dari total 29 orang responden (58%) yang dalam kategori tidak cemas, didapatkan 23 orang responden (46%) dalam kategori depresi ringan dan 6 orang lainnya (12%) dalam kategori depresi sedang. Hal ini juga terjadi karena dipegaruhi oleh subvariabel lain yaitu kehilangan sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa lansia yang tidak mengalami kecemasan akan mengalami depresi yang ringan.

(13)

didapatkan perbedaan yang sangat bermakna secara statistik (p<0,001). Semakin besar stressor psikososial semakin besar pula kemungkinan mengalami depresi.

Sedangkan dari total 6 orang responden yang dalam kategori tidak mengalami kecemasan tapi mengalami depresi sedang, diketahui bahwa keseluruhan responden mengalami kahilangan. Hal ini sejalan dengan teori psikoedukatif yang menyatakan bahwa hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya kecemasan serta depresi pada usia lanjut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Agu09 \l 1033 ] dengan judul penelitian “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Rimbo Kaduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sintuk Padang Pariaman” yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan dan kejadian depresi dengan Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 48,1% responden mengalami depresi, 67,1% lansia termasuk dalam kategori lanjut usia (eldery), 51,9% lansia berjenis kelamin perempuan, 51,9% lansia masih bekerja,60,8% lansia masih berstatus kawin dan 60,8% memiliki kecemasan. Selanjutnya didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, umur dan kecemasan dengan kejadian depresi dengan nilai p < 0.01. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pekerjaan dan status perkawinan dengan kejadian depresi dengan nilai p > 0.1 Dan variabel kecemasan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan dengan kejadian depresi pada lansia di posyandu lansia Rimbo Kaduduk wilayah kerja Puskesmas Sintuk Padang Pariaman.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai fisher’s exact test p< 0.05 yaitu 0.002 ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecemasan dan tingkat depresi pada lansia diPanti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena ada pengaruh yang positif antara kecemasan dengan tingkat depresi.

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti menyatakan bahwa kecemasan ada kaitannya dengan tingkat depresi lanjut usia. Kecemasan terjadi akibat ketakutan atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan atau perpisahan orang tua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial Tresna Werdha gau Mabaji Gowa yang dilaksanakan padatanggal 5 Juni sampai 13 Juli 2013 dengan total sampel sebanyak 50 orang, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut : 1. Ada pengaruh Kehilangan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

2. Ada pengaruh Kecemasan dengan tingkat depresi terhadap pasien lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain sebagi berikut :

(14)

2. Bagi institusi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji agar lebih meningkatkan lagi kegiatan yang bisa dilakukan oleh para lansia untuk mengurangi rasa kehilangan yang dirasakan lansia.

3. Bagi lansia melakukan hal-hal positif seperti berolahraga, berkebun dan memperbanyak beribadah dan dzikir untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2009). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Rimbo Kaduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sintuk Padang Pariaman. (http://www.digilib.usu.ac.id, di akses pada 30 Agustus 2013) .

Al-Hadad.Aliyah (2009). Fakultas Psikologi Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Perbedaan tingkat depresi pada perempuan yang menjadi kepala keluarga karena meninggalnya pasangan hidup dan karena perceraian

Aryani, A. (2008). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia di Desa Mandong Trucuk Klaten .

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data (Vol. I). Jakarta: Salemba Medika.

Junaedi, I. (2012). Anomali Jiwa (Vol. I). (D. D. Westriningsih, Ed.) Yogyakarta: Andi Offset.

Ikasari, D. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Lansia di RW 04 dan RW 19 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar. (Skripsi Tidak Diterbitkan, STIKES Nani Hasanuddin Makassar) .

Indah. (2012). Hubungan Faktor Kehilangan dengan Depresi Lanjut Usia di Dusun Karangayar Yogyakarta (http://www.restipati.ac.id, di akses pada 30 Agustus 2013).

Keliat, dkk. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa (intermediate Course). (K. d. Monica Ester S, Ed.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lubis, N. L. (2009). Dr. M, Sc. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Martono Nanang. (2012). Metode penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers. Jakarta Nugroho, T. (2010). Kamus Pintar Kesehatan (Vol. I). Yogyakarta: Nuha Medika. Pandji, D. (2012). Menembus Dunia Lansia (Vol. I). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pieter, dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan (Vol. I). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saryono, S. (2010). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan (Vol. I). Bantul: Nuha Medika.

Sumarni. (2010). Pengaruh Faktor Psikososial dan Kecemasan Terhadap Depresi Lansia di Kota Yogyakarta. (http://www.digilib.fk.umy.ac.id, di akses pada 30 Agustus 2013) .

Widayatun, T. R. (2009). Ilmu Perilaku (Vol. II). Jakarta: Cv. Sagung Seto.

Wulandari, A. F. (2011). Kejadian Dan Tingkat Depresi Pada Lanju Usia, Studi Perbandingan Di Panti Wreda Dan Komunitas.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa (Vol. IV). (A. Gunarsa, Ed.) Bandung: PT Refika Aditama.

Yuliana, R. (2012). Gambaran tingkat depresi lansia yang kehilangan pasangan di Desa Tambak Aso Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. (http://www.digilib.fk.umy.ac.id/?page_id=212, di akses pada 30 Agustus 2013) .

(15)

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Tabel 5.7

Referensi

Dokumen terkait

“ Masyarakat Salatiga belum mengetahui sejarah atau lahirnya Batik Plumpungan

Berdasarkan hal tersebut diatas dan berbekal pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki, kami tim PKMM akan mensosialisasikan dan memberikan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cross check terhadap data yang tertera pada Formulir Aplikasi Pembiayaan dan dokumen calon nasabah serta memastikan dokumen belum berakhir masa aktifnya. 5) Bila

Lloyd sangat bersimpati pada kebutuhan pekerja untuk beristirahat “kita semua telah bekerja pembongkaran di sini,” katanya, tapi cepat menjepit pada orang-orang yang tidak sah..