• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Likuiditas

2.1.1 Pengertian Likuiditas

Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban dinamakan analisis rasio likuiditas. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan peusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).

Pengertian likuiditas menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012:129) adalah: “...rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.”

(2)

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar yang besar sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah likuid, sehingga aktivitas operasi perusahaan akan menjadi terhambat dan akan mengurangi efektivitas perusahaan.

Masalah likuiditas ini merupakan suatu masalah yang penting dalam suatu perusahaan yang oleh kebanyakan perusahaan relatif sulit untuk diselesaikan. Jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan dan kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.

Namun bila dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak.

2.1.2 Rasio likuiditas

Untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan, terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu :

(3)

Adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities). Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.

Selain itu, Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya perusahaan, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada nasabah dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat kredit itu akan mampu atau tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan.

Current ratio yang tinggi menunjukkan posisi para kreditor yang baik

karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat dan sesuai semestinya. Di lain pihak, jika ditinjau dari sudut pemegang saham, suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan terutama apabila

terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

(4)

perusahaan menggunakan telah aktiva lancar dengan sangat efektif, yaitu apabila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum.

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)

kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratioyang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.

Adapun formulasi dari Current Ratio(CR) adalah sebagai berikut :

Current Ratio = Aset Lancar

Hutang Lancar× 100%

2) Quick Ratio

(5)

yang menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.

Sawir (2009 : 10) mengatakan bahwa “quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan”. Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

Quick Ratio =Aset Lancar−Persediaan

Hutang lancar x 100%

2.2 Manajemen Modal Kerja 2.2.1 Pengertian Modal Kerja

Masalah modal kerja merupakan masalah yang tiada akhir. Selama perusahaan masih beroperasi, modal selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari serta untuk menjaga kontinuitas perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2009 : 131) menyatakan bahwa: “Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aset-aset jangka pendek.”

Menurut Sawir (2009 : 143) “Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial perusahaan”.

Disimpulkan bahwa modal kerja merupakan seluruh investasi perusahaan ke dalam aktiva lancar yang meliputi persediaan, piutang, kas, dan surat-surat berharga dimana seluruh investasi diharapkan kembali ke dalam perusahaan dalam waktu paling lama satu tahun.

(6)

besar daripada sumber, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah :

a. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham.

b. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.

c. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :

1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.

2. Pembayaran utang-utang jangka panjang.

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

(7)

Berdasarkan pengertian - pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan dana yang diinvestasikan dalam aset lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya untuk menghasilkan pendapatan sesuai tujuan utama didirikannya perusahaan.

2.2.2 Pengertian manajemen modal kerja

Pengertian manajemen modal kerja menurut Brigham and Daves (2004 : 697), “Working capital management involves both setting working capital policy and carrying out that policy in day-to-day operation”. Dapat

disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya pada operasional perusahaan sehari-hari.

Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat penting karena aset lancar perusahaan mengembangkan lebih dari separuh total asetnya, sedangkan bagi perusahaan distribusi jumlahnya bisa lebih besar lagi.Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer diharapkan mampu mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

(8)

1. beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja, 2. jika lebih dari separuh total aset perusahaan merupakan aset lancar sebagai

bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aset lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan,

3. hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aset lancar adalah dekat dan langsung,

4. manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam manajemen modal kerja (Horne, 2005 : 313), yaitu: “kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko”. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund) karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.

Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah seperti yang diutarakan berikut ini :

1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat margin pengembalian investasi (return on investment) adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset-aset lancar tersebut

(9)

3. pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo (Sawir, 2009 : 133).

Demi mencapai sasaran dalam memaksimalkan nilai dan laba perusahaan, maka modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari.

2.2.3 Rasio perputaran modal kerja

Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah

keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut:

Working Capital Turnover = Penjualan

aset lancar−hutang lancar

(10)

sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. 2.2.4 Rasio perputaran persediaan

Menurut Jumingan (2008:128) menjelaskan bahwa : “Perputaran Persediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi”. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut :

Inventory Turnover =Harga pokok penjualan

persediaan rata−rata

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang.Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Hari rata−rata barang disimpan = 360

perputaran persediaan

Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan.

(11)

Menurut Harahap (2010 : 309) menjelaskan bahwa “rasio perputaran asset tetap menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aset tetap menciptakan penjualan tinggi. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

������������������ = Penjualan

Aset Tetap Bersih

2.2.6 Rasio perputaran piutang

Menurut Harahap (2010 : 308) menjelaskan bahwa “rasio perputaran piutang menunjukkkan berapa cepat penagihan utang”. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Rumusnya adalah sebagai berikut:

������������������ =Penjualan Kredit Bersih

Rata−rata Piutang

2.3. Solvabilitas

2.3.1. Pengertian Solvabilitas

(12)

Untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah menggunakan beberapa perhitungan. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau dari modal pinjaman akan memberikan dampak tertentu bagi perusahaan. Pihak manajemen harus pandai mengatur rasio kedua modal tersebut. Pengaturan rasio yang baik akan banyak memberikan manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

2.3.2 Rasio-rasio Solvabilitas

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :

1. debt to asset ratio

2. debt to equity ratio

3. long term debt to equity ratio

4. time interest earned

5. fix charged covered

2.3.2.1. Debt to Asset Ratio

Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan

(13)

seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aset yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.

Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio = Total Debt

Total Assets

2.3.2.2. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio(DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

(14)

Debt to Equity Ratio =Total Debt Equity

2.3.2.3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio antara

utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri, yaitu:

Long Term Debt to Equity Ratio =long term debt

Equity

2.3.2.4. Time Interest Earned

Menurut J. Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2012 : 160) Time Interest Earned merupakan ”rasio untuk mencari jumlah perolehan

bunga”. Jumlah kali perolehan bunga atau Time InterestEarned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya.

(15)

dikeluarkan. Rumus untuk mencari Time InterestEarned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:

Time Interest Earned =Earning Before Income Tax (EBIT)

Biaya Bunga (Interest)

Atau

Time Interest Earned = EBIT + Biaya bunga

Biaya Bunga (Interest)

2.3.2.5. Fixed Charged Coverage

Fixed Charged Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan

rasio yang menyerupai Time InterestEarned Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban

sewa tahunan atau jangka panjang.

Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage(FCC) adalah sebagai berikut:

Fixed Charged Coverage = EBIT + Biaya bunga + kewajiban sewa/lease

(16)

2.4. Profitabilitas

2.4.1. Pengertian profitabilitas

Profit dalam kegiatan operasional merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menciptakan laba dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive) dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt).

Menurut Greuning (2005 : 29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata dan ekuitas saham biasa rata-rata”.

Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi atau dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh:

a) Tingkat pengembalian atas investasi, untuk melihat kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang

b) Kinerja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi c) Pemanfaatan aset, untuk memilai efektivitas dan intensitas aktivitas

(17)

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:

a. Gross profit margin (GPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan.Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.

Gross profit margin =Gross profit

Sales x 100%

b. Operating profit margin (OPM).

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.

Operating profit margin = Net Income

Sales x 100%

c. Net profit margin (NPM).

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d. Return on assets (ROA).

Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

Return on Asset = Net Income

Total Assets

(18)

Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisis Return On Investment(ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif.

Return on Investment = Net operating income

Net operating income x 100%

f. Return on equity (ROE)

Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan.

Return on Equity = Net Income

Total Equity

2.4.2. Rasio profitabilitas

Brigham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa “profitability ratio are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets

management, and debt on operations”, yang berarti bahwa rasio profitabilitas

(19)

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu,

b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dibanding dengan tahun sekarang,

c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,

d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e. untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri,

f. untuk tujuan lain (Kasmir, 2012 : 197).

Di dalam suatu perusahaan pada umumnya, masalah profitabilitas akan menjadi lebih fokus utama perusahaan jika dibandingkan dengan laba. Alasannya karena efisiensi perusahaan akan diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan modal yang dihasilkan dari laba tersebut atau dengan menghitung profitabilitasnya. Jadi, laba yang besar bukan merupakan tolak ukur suatu perusahaan telah bekerja secara efisien.

Seperti terlihat diatas ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, peneliti membatasi hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio Return On Assetsuntuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.

(20)

adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan, tanah, dan hak paten. Aset disajikan dalam beberapa kelompok, yaitu :

a. aset lancar b. aset tetap

c. aset tidak berwujud d. aset lain-lain

Beasley (2009 : 297) merumuskan formula untuk menghitung pengembalian tingkat aset / return on asset(ROA) sebagai berikut :

Return on Asset = Net Income

Total Assets

Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah persamaaan DuPont. Persamaan DuPont menurut Brigham dan Houston (2009: 14) adalah :

��� = ��������������������������������

Semakin tinggi nilai ROA (Return On Asset) di dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut semakin baik.

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(21)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti Terdahulu

Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian

1 Nugroho ratio dan Total debt to total capital asset Variabel Dependen : ROA

1. Secara parsial Working

(22)

Indonesia modal kerja dan

1. Secara simultan, perputaran

2. Secara parsial, penelitian ini

3. Secara parsial perputaran

1. secara parsial, variabel

Perputaran

(23)

terhadap

Variabel Dependen : ROA

pengaruh yang signifikan dalam memprediksi variabel return on Asset.

2. Secara parsial, variabel 3. Secara parsial,

perputaran 4. Secara simultan,

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran

(24)

Nurhayati (2010)

Nurhayati, yang meneliti Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dimana hasil penelitiannya membuktikan bahwa perputaran persediaanmemiliki pengaruh secara parsial terhadap profitabilitas sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas dan secara simultan perputaran persediaan dan piutang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

Setyo Budi (2012)

Judul penelitian “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasis PT. Telekomunikas Indonesia, TBK.”Variabel independennya adalah modal kerja, likuiditas, solvabilitas dan variabel dependen adalah Profitabilitas (ROA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Efisiensi modal kerja, likuiditas ,dan solvabilitas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas

Maretha (2013)

(25)

berpengaruh terhadap profitabilitas. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.6.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

(26)

Gambar 2.1

Kerangka konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang Manajemen Modal Kerja

Profitabilitas (ROA) (Y)

Working Capital Turnover

(X1)

Inventory Turnover (X2)

Fixed Asset Turnover (X3)

Receivable Turnover (X4)

Likuiditas Current Ratio

(X5) Quick Ratio

(X6)

Solvabilitas Debt to Asset Ratio

(X7)

(27)

telah ditentukan yaitu manajemen modal kerja yang diproksikan dengan working capital turnover (X1), inventory turnover (X2), fixed asset turnover (X3), dan receivable turnover (X4), likuiditas yang diproksikan

dengan current ratio(X5) dan quick ratio(X6), dan solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio(X7) dan debt to equity ratio(X8) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas (ROA) (Y).

2.6.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis Menurut Erlina (2008 : 49) “menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik selama kehamilan terhadap kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimana menerapkan algoritma GAP atau Profile Mathing dalam bentuk

KEEMPAT : Segala Biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan Bupati ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul tahun

[r]

Pada setiap upacara bendera, pelaksanaan upacarqa hari besar lainnya atau apel pagi bersama setiap hari Senin bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Komplek Parasamya dan

Situating polygamy issue on Madurese society, it seems that the phenomenon within this community is more cultural and phenomenological matter for its unique description in terms of;

Analisis hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden menyatakan kurang setuju dengan cara mulai tidur yang meliputi kebiasaan makan

Abstrak: Jurnalisme tabloid merupakan terminologi yang sering diperdebatkan, dikritisi dan dicaci. Padahal, bentuk jurnalisme ini sebenarnya melayani selera pembaca yang