• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksternalisasi Knowledge di Laboratorium. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksternalisasi Knowledge di Laboratorium. pdf"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &

Kongres BKSTI VI 2011

Hal IIB - 355

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE

DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

Amelia Kurniawati

1

, Luciana Andrawina

2

, Firmansyah Wahyudiarto

3

, Andy

Surya Setiawan

4

Fakultas Rekayasa Industri, Institut Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi No. 1. Terusan Buah Batu, Bandung 40257

Email : amelia.kurniawati@gmail.com1, luciana_andrawina@yahoo.com2, firmansyah.w@gmail.com3, ayase_sun@yahoo.co.id4

Abstrak

Pemanfaatan sumber daya manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi dapat meningkatkan produktivitas suatu organisasi termasuk dalam hal ini adalah Perguruan Tinggi. Untuk mendukung terciptanya suatu sistem pendidikan tinggi yang bermutu dan dapat diandalkan, Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom dituntut mengelola knowledge yang dimiliki. Pengelolaan knowledge yang dimiliki setiap individu yang ada akan diupayakan menjadi knowledge yang dimiliki oleh institusi. Dengan demikian, perlu dilakukan eksternalisasi knowledge. Knowledge berkaitan erat dengan pelaksanaan proses bisnis dalam suatu organisasi. Penelitian ini mengeksternalisasi knowledge yang berkaitan dengan proses bisnis penting dalam kegiatan di Fakultas Rekayasa Industri, yaitu kegiatan di laboratorium. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode knowledge conversion, yaitu metode SECI. Proses bisnis yang dieksternalisasi melalui penelitian ini berjumlah total 66 proses bisnis yang dilaksanakan oleh 8 laboratorium di Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom

Kata Kunci : Explicit Knowledge, Knowledge Conversion, Proses Bisnis, Seci, Tacit

Knowledge.

I. Pendahuluan

Institusi pendidikan tinggi merupakan institusi yang bergerak di sektor jasa. Sejalan dengan kecenderungan yang berlangsung di industri jasa, perhatian terhadap kualitas institusi pendidikan tinggi juga semakin meningkat (O’Neill dan Palmer, 2004). Ketatnya persaingan antar perguruan tinggi menuntut perguruan tinggi agar mampu memberikan layanan yang baik dan menghasilkan lulusan yang unggul. Menghadapi kondisi persaingan seperti ini, manajemen pengetahuan (knowledge

management) mulai dirasakan menjadi salah

satu cara untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi, perusahaan, atau instansi. Hal ini dapat dimengerti karena persaingan atau kompetisi tidak lagi mengandalkan

sumber daya alam, tetapi berpindah kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal.

Fakultas Rekayasa Industri memiliki sumber daya manusia dengan jumlah yang banyak dan kemampuan yang beragam sudah seharusnya. Sudah seharusnya setiap

knowledge yang dimiliki dikelola, karena knowledge ini merupakan sumber keberhasilan pelaksanaan proses bisnis institusi.

(2)

Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &

Kongres BKSTI VI 2011

Hal IIB - 356

laboratorium tersebut dilakukan oleh para asisten laboratorium yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Rekayasa Industri. Para asisten laboratorium tersebut merupakan salah satu SDM berkualitas baik yang dimiliki oleh Fakultas Rekayasa Industri. Dengan pengelolaan knowledge yang baik akan meningkatkan kualitas dari individu yang nantinya akan berimbas ke institusi. Sebagai ilustrasi, awalnya asisten laboratorium tersebut masih memiliki kemampuan yang terbatas atau knowledge yang terbatas dalam bidang laboratorium yang dimasukinya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kemampuan atau

knowledge asisten tersebut meningkat berkat

pengalamannya selama menjadi asisten serta adanya pelatihan-pelatihan, forum discussion dan learning by doing juga

membantu meningkatkan knowledge asisten tersebut. Hasilnya, asisten tersebut memiliki kemampuan atau knowledge yang tidak dimiliki mahasiswa lain, dosen dan tenaga penunjang akademik (TPA) yang ada di Fakultas Rekayasa Industri. Jika pengetahuan yang dimiliki asisten tersebut tidak dikelola dengan baik atau tidak diambil menjadi pengetahuan institusi maka pengetahuan tersebut akan hilang begitu saja tanpa diambil manfaatnya oleh institusi saat asisten tersebut lulus dari Fakultas Rekayasa Industri.

Dengan demikian, perlu dilakukan eksternalisasi knowledge mengenai pelaksanaan proses bisnis kegiatan di laboratorium. Knowledge yang semula berada dalam benak asisten laboratorium, akan dieksternalisasi menjadi bentuk dokumen sehingga lebih muda dipelajari oleh para asisten baru.

II. Landasan Teori

Knowledge merupakan seluruh pemahaman

dan keterampilan yang digunakan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Hal ini meliputi teori, praktik, peraturan, dan instruksi. Knowledge berbasis pada data dan informasi, namun tidak seperti data dan informasi, knowledge terikat pada manusia.

Knowledge dibangun oleh individu, dan

merupakan representasi dari kepercayaan

individu mengenai hubungan sebab akibat (Probst, Raub, dan Romhardt, 2000).

O’Riordan (2005) mengutarakan terdapat lima tipe pengetahuan yang berbeda, yaitu:

1. Know-how: dinyatakan dalam prosedur-prosedur perusahaan, tetapi di dalam kenyataan praktis, jenis pengetahuan ini sebagian besar berada di dalam benak masing-masing orang. 2. Know-who: asumsi bahwa know-how

hanya ada dalam benak manusia, sehingga untuk mengakses orang yang tepat menjadi sangat penting. Know-who pengetahuan mengenai kepada siapa menanyakan mengenai suatu masalah yang spesifik.

3. Know-why: jenis pengetahuan yang

berhubungan dengan pemahaman alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Dalam konteks organisasi, jenis pengetahuan ini memungkinkan individu-individu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang sangat tepat.

4. Know-when: jenis pengetahuan ini

berhubungan dengan waktu, yaitu pengetahuan tentang kapan waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu dan kapan tidak melakukannya.

5. Know-where: jenis pengetahuan mengenai dimana menemukan dan mengakses informasi.

Pengertian pengetahuan pada penelitian ini mencakup dua jenis pengetahuan, baik pengetahuan tacit, yaitu meliputi pengalaman, gagasan dan keahlian yang dimiliki, maupun pengetahuan explicit, yakni informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau umum dikenal dengan informasi kontekstual.

Pemanfaatan knowledge individu dan organisasi merupakan mekanisme untuk pelestarian knowledge dan pengalaman, peningkatan penggunaan knowledge, dan percepatan proses belajar individu dan organisasi (Perez dan Mitra, 2007).

Terdapat delapan proses utama dalam

knowledge management, yaitu identifikasi knowledge, akuisisi knowledge,

(3)

Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &

Kongres BKSTI VI 2011

Hal IIB - 357

asesmen knowledge (Probst, Raub, dan Romhardt, 2000).

Nonaka dan Takeuchi (1995) mengutarakan bahwa proses penciptaan pengetahuan organisasi terjadi melalui proses interaksi atau berbagi pengetahuan di antara anggota-anggota organisasi. Empat mode konversi pengetahuan yang terjadi meliputi: sosialisasi (dari tacit ke tacit), eksternalisasi (dari tacit ke explicit),

kombinasi (dari explicit ke explicit), serta internalisasi (dari explicit ke tacit). Model ini dikenal dengan sebutan diagram SECI.

Sosialisasi pengetahuan terjadi melalui kegiatan berbagi pengalaman (shared

experience). Sebagai contoh, pemagang

yang belajar dari seorang mentor melalui proses observasi dan pengulangan. Eksternalisasi pengetahuan merupakan proses dari tacit knowledge menjadi explicit

knowledge, konversi ini dilakukan melalui

artikulasi, dialog dan refleksi. Kombinasi merupakan suatu proses di mana explicit

knowledge yang dimiliki oleh seseorang

sedang dibagi bersama-sama. Di dalam proses pemilahan (sorting), penambahan (adding), re-kategorisasi, dan re-kontekstualisasi, explicit knowledge dapat mengarah pada suatu pengetahuan baru. Dalam melakukan interaksi di sekitar proses maupun produk baru, satu tim proyek akan mengkombinasikan pengetahuan tentang seberapa baik upaya yang harus dilakukan untuk mengintegrasikan produk atau proses selama pertemuan-pertemuan formal maupun informal. Pengetahuan yang terkombinasikan (combined knowledge)

akan menghasilkan pengetahuan baru mengenai cara yang lebih baik untuk mengimplementasikan produk atau proses. Internalisasi dari suatu pengetahuan merupakan suatu proses yang sama seperti halnya dalam konsep pembelajaran tradisional. Sebagai contoh dalam kasus penggunaan suatu peralatan pada teknologi baru, tindakan penggunaan peralatan tersebut akan memungkinkan proses internalisasi pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi, 1995).

Learning Organizational Model dari

Nonaka (1995) dapat memberi gambaran bagaimana fokus terhadap cara knowledge diciptakan dan dibagikan dapat membentuk

cara kerja strategi knowledge organisasi dalam mendukung atau menghambat kebutuhan knowledge atau inovasi. Setiap tahap konversi knowledge memberi dampak terhadap hal-hal berikut :

Tacit to tacit knowledge : berdampak

pada inovasi

Tacit to explicit knowledge : berdampak

pada standardisasi

Explicit to explicit knowledge : berdampak pada pengendalian

Explicit to tacit knowledge : berdampak

pada pemberdayaan

Hal di atas memberi gambaran bahwa bila suatu organisasi lebih fokus pada salah satu aspek dalam transfer knowledge tersebut, maka kemampuan organisasi dalam belajar akan menurun. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa bagian tertentu dari suatu organisasi akan memiliki profil transfer knowledge yang berbeda dengan bagian lain, sehingga perlu pendekatan konversi knowledge yang berbeda (Mc Laughlin, 2007).

III. Metodologi Penelitian

Berikut ini merupakan Model Konseptual Penelitian :

Gambar III.1 Model konseptual Komponen utama pembentuk

knowledge management adalah teknologi,

proses, dan manusia. Pada penelitian ini, membatasi masalah hanya pada hubungan

people dan process di KM Triad. Interaksi

antara people dan process pada laboratorium FRI ini akan diolah oleh model SECI yang hasil keluarannya adalah berupa dokumentasi proses bisnis kegiatan laboratorium FRI.

(4)

Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &

Kongres BKSTI VI 2011

Hal IIB - 358

mendokumentasikan proses-proses yang ada pada laboratorium. Pengetahuan akan proses-proses yang ada pada laboratorium masih tersimpan di dalam otak para asistennya (tacit knowledge) yang didapat berdasarkan pengalaman para asisten selama masa jabatannya pada laboratorium. Proses-proses yang masih dalam benak asisten laboratorium tersebut akan didokumentasikan sesuai dengan urutan pada model SECI, yaitu pertama mentransfer knowledge para asisten mengenai proses (socialization). Setelah mendapat knowledge mengenai proses yang ada pada laboratorium, maka akan didokumentasikan ke dalam proses bisnis (externalization). Tahap berikutnya adalah mencari best practice dari proses yang sama (combination). Tahap terakhir adalah hasil

best practice yang didapat akan kembali

disosialisasikan kepada para asisten laboratorium sehingga para asisten laboratorium tersebut mendapat suatu

knowledge baru berupa proses yang baik

dengan kriteria efisien dan waktu (internalization).

Penjelasan klasifikasi proses laboratorium ada pada Tabel III.1 di bawah ini.

Tabel III.1 Klasifikasi Proses Bisnis Laboratorium

IV. Hasil dan Analisis

Pada tahap sosialisasi telah dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan proses bisnis di setiap laboratorium. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan proses bisnis di setiap laboratorium. Ternyata diketahui bahwa banyak proses bisnis yang sama dilaksanakan secara berbeda oleh setiap laboratorium.

Pada tahap eksternalisasi telah dilakukan pembuatan dokumen proses bisnis untuk setiap laboratorium. Proses bisnis yang berhasil didokumentasikan berjumlah 66 proses bisnis.

Pada tahapan proses kombinasi, hal-hal yang akan menjadi pertimbangan adalah: 1. Proses bisnis terpilih sebagai best

practices dan akan merupakan pertimbangan untuk standardisasi aktivitas setiap Laboratorium di FRI. 2. Proses bisnis spesifik tetap diakomodasi

untuk setiap laboratorium yang memiliki spesifikasi kegiatan yang berbeda. 3. Proses bisnis akan mempertimbangkan

rencana kegiatan Fakultas Rekayasa Industri.

Pada tahap internalisasi telah dilakukan diskusi dengan perwakilan setiap laboratorium untuk menginformasikan best

practice dari setiap proses bisnis.

V. Kesimpulan

Dalam penelitian ini telah dieksternalisasi 66 proses bisnis dari kegiatan di laboratorium Fakultas Rekayasa Industri, Institut Teknologi Telkom. Proses bisnis best

practice untuk setiap jenis kegiatan juga

telah ditentukan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam standardisasi proses bisnis.

Importance-Performance Analysis: a Useful Tool for Directing Continuous Quality Improvement in Higher education, Quality Assurance in

Education, vol. 12 no. 1, pp. 39–52.

(5)

Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &

Kongres BKSTI VI 2011

Hal IIB - 359

Approach, The Electronic Journal of

Knowledge Management Vol. 5 issue 4, 373-386.

[5]. Probst, G., Raub, S., Romhardt, K. (2000), Managing Knowledge Building Blocks for Success, John

Gambar

Gambar III.1 Model konseptual Komponen knowledge managementproses, dan manusia. Pada penelitian ini, membatasi masalah hanya pada hubungan people FRI ini akan diolah oleh model SECI yang hasil dokumentasi laboratorium FRI
Tabel III.1 Klasifikasi Proses Bisnis Laboratorium

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap keberadaan parasit usus pada tubuh lalat yang dikumpulkan dari 38 warung makan di wilayah Tanjung Duren Timur

( Francis Fukuyama. 2007: 12)Warga Kampung Baru tentu memiliki nilai dan norma yang disepakati bersama demi kepentingan terciptanya keteraturan di kampung mereka. Maka dari itu

Gejala yang terjadi pada larva yang memakan daun yang telah diaplikasikan dengan insektisida babadotan, yaitu larva mengalami penurunan nafsu makan karena ekstrak

Pembangunan bidang ketenagakerjaan diarahkan pada upaya percepatan peningkatan dan penyiapan sumberdaya manusia angkatan kerja lokal sesuai dengan kompetensi yang sejalan

mendamaikan kedua belah pihak dengan cara mempertemukan para pihak untuk mediasi. Ketua Pengadilan Agama Rengat Bapak Drs. Muhdi Kholil, SH., M.A., M.M juga menyampaikan

telah melakukan test program Tugas Akhir Mahasiswa tersebut di atas pada tanggal …..../06/2014. Dengan hasil : SUKSES

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja