• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ga (17)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ga (17)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.

Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of

endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”.

Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.

Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000 populasi.

(2)

total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum : Mampu menerapkan manajemen asuhan keperawatan pada pasien Buerger Disease.

2. Tujuan Khusus :

 Untuk memahami teoritis dari Buerger Disease

(Definisi,Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis)

 Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk

penderita Buerger Disease

 Untuk memahami tugas yang di berikan Dosen Pengampu

C. Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu menggunakan study pustaka yang diambil dari beberapa sumber

D. Sistematika Penulisan 1. Daftar Isi

2. Kata Pengantar 3. BAB I : Pendahuluan A. Latar belakang masalah,

B. Tujuan penulisan ( tujuan umum dan tujuan khusus), C. Metode penulisan,

D. Sistematika penulisan 4. BAB II : Tinjauan Teoritis A. Definisi

B. Etiologi C. Patofisiologi D. Manifestasi Klinis E. Pemeriksaan Diagnostik F. Penatalaksanaan Medis

5. BAB III : Asuhan keperawatan A. Pengkajian

B. Diagnosa keperawatan C. Intervensi

D. Implementasi E. Evaluasi

(3)

A. Kesimpulan B. Saran

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

(4)

lainnya dari segi gambaran mikroskopisnya. Berlawanan dengan arterosklerosis, penyakit buerger dipercaya merupakan penyakit autoinmun yang mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah distal. Meskipun kondisi ini berbeda dengan arterosklerosis, namun pada klien manula dengan penyakit buerger, arterosklerosis dapat menyerang pembuluh darah kecil.

B. Etiologi

Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya merupakan suatu vaskulitis autoimun. Kebnyakan terjadi pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua ras diseluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok dapat merupakan faktor penyebab atau faktor yang memperberat.

C. Patofisiologi

Peradangan arteri perifer akan menyebabkan suatu oklusi arteri. Respons peradangan hampir sama seperti peradangan di tempat lain dengan manifestasi akhir adalah terjadi penyembuhan dengan disertai lesi trombosis yang menyebabkan obstruksi vaskular. Fenomena oklusi arteri ini sesuai dengan daerah dimana arteri ini mengalami penyumbatan. Umumnya yang terken adalah ekstremitas bawah, namun arteri pada ekstremitas atas dan visera dapat juga terlibat. Mungkin terdapat tromboflebitis superficial sebagai manifestasi pembentukan trombus kecil yang menyerang arteri kecil.

Apabila penyakit berlanjut, akan terjadi kemerahan atau sianosis bila ekstremitas dalam posisi tergantung perbuhan warna kadang hanya mengenai satu ekstremitas atau hanya beberapa jari. Respon oklusi pada arteri ini dilanjutkan dengan terhentinya aliran darah secara lokal dan terjadi iskemia jaringan lokal sesuai distribusi aliran darah yang mengalami penyumbatan yang lama kelamaan dapat berkembang menjadi ulkus. Apabila manisfestasi ini tidak segara dilakukan intervensi, maka akhrinya terjadilh ulkus dan gangren.

(5)

menimbulkan peradangan pada arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi.

D. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki)

2. Pelebaran pembuluh darah balik (Vena) serta berwarna agak kemerahan 3. Berkurangnya suplai darah arteri

4. Kekakuan pada anggota badan

5. Rasa kesemutan dan panas pada tangan/ kaki 6. Ada luka pada jari-jari , terutama ibu jari

7. Perubahan warna pada tangan dan kaki yang terkena

8. Denyut nadi dirasakan melemah pada tangan/ kaki yang terkena

9. Ujung tangan berubah warnanya apabila terkena dingin, mula-mula pucat agak kebiruan dan lama kelamaan menjadi kemerahan disertai rasa nyeri.

10. Mengenai dua atau lebih anggota tubuh.

Gejala-gejala tersebut akan lebih terasa pada temperature dingin (lingkungan yang dingin) dan meningkat bila terjadi stress atau peningkatan secara emosional dan proses yang sudah lanjut gejala dapat berupa luka berbentuk ulkus (cekungan pada kulit) atau gangren (luka membusuk) pada anggota tubuh yang terkena penyakit ini

E. Pemeriksaan Diagnostik

Arteriografi dapat menegakkan diagnosis penyakit arteri oklusif. Pada arteriografi, kateter radiopak dimasukkan ke arteri besar kemudian di dorong ke tempat yang akan di tuju dengan bantuan fluoroskopi.

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan medis dan bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk

(6)

iskemik. Penghentian kebiasaan merokok secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas buerger’s disease.

Mengurangi jumlah rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif. Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

(7)

Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri pada istirahat, perasaan terbakar, atau sensitif terhadap dingin mungkin merupakan gejala awal. Nyeri istirahat terjadi terus menerus. Sifat nyeri berubah meskipun pada saat istirahat yang dilanjutkan dengan berbagai jenis parestesia dan perubahan pada denyut nadi melemah atau menghilang. Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase kronis sering di dapatkan adanya kerusakan integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren dan bersifat lokal.

B. Diagnosa

1. Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.

2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas. 3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.

4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.

C. Intervensi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari ekstremitas.

Kriteria Hasil : secara subjektif klient mengatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal dan wajah rileks.

INTERVENSI RASIONAL

Cacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya.

Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Lakukan manajemen keperawatan.

1. Atur posisi fisiologis

Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia. 2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen

jaringan perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen untuk menurunkan iskemia.

3. Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.

Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.

(8)

pernafasan dalam menurunkan nyeri sekunder dan dari iskemia jaringan.

5. Ajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri

Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseftor nyeri untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.

6. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah serta dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik akan menurunkan sensasi nyeri

dengan menghambat stimulus nyeri agar jangan sampai di kirimkan ke korteks serebri.

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas. Tujuan : 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.

Kriteria Hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.

Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa yang digunakan dan jenis larutan apa yang akan digunakan

Lakukan perawatan luka :

1. Lakukan dengan tekhnik steril

(9)

2. Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur dengan NaCl

Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri dan menghindari terjadinya perdarahan pada luka ulkus akibat kasa yang kering karena ikut mengering bersama pus yang diserap kasa juga ikut mengering.

3. Lakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl

Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka diharapkan keluar dari area luka

4. Tutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan antibiotik

NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan di bandingkan dengan larutan antiseptik serta dengan dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi dari osteomelitis 5. Lakukan nekrotomi pada

jaringan yang sudah mati

Jaringan nekrotik dapat menghambat proses penyembuhan luka

6. Rawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor

Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka

7. Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema

Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah rasa nyeri pada klien.

Evaluasi kerusakan,

perkembangan, dan pertumbuhan jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu yang

ditetapkan tidak ada

perkembangan pertumbuhan

jaringan yang optimal

Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak ukur keberhasilan dan intervensi yang di berikan. Apabila masih belum mencapai kriteria evaluasi, maka sebaiknya perlu dikaji ulang faktor-faktor apa yang menghambat pertumbuhan luka jaringan.

(10)

Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan. Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien jangkau. TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari

INTERVENSI RASIONAL

Catat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.

Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan respons nyeri yang parah

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

Menurunkan kerja kebutuhan oksigen jaringan

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas, contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1jam setelah makan.

Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebih

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan

Tujuan : Kecemasan klien berkurang

Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang, klien menyatakan kemcemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah rileks.

INTERVENSI RASIONAL

Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.

Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya

Kaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak

Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah

Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu

Beri kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikam Kolaborasi dokter : berikan anticemas

sesuai indikasi

(11)

D. Impementasi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer

1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya. 2. Melakukan manajemen keperawatan luka

3. Mengistirahatkan klien

4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung. 5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam

6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri 7. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.

1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien. 2. Melakukan perawatan luka :

 Melakukan dengan tekhnik steril

 Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur dengan NaCl

 Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl

 Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan antibiotik

 Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati

 Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor 3. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema

(12)

Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.

1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.

2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas, contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1jam setelah makan.

Dx 4 : : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan

1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.

2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak

3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat

4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya 5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi E. Evaluasi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer

S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang O = Wajah klien tampak lebih tenang

A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi 1,2,3

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas

S =

-O = Integritas jaringan kulit masih sama A= Masalah belum teratasi

P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

(13)

S= Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit O= Pasien mampu makan sendiri

A= Masalah teratasi sebagian P= Lanjutkan intervensi 1,2,3

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan

S= Pasien mengatakan rasa cemas berkurang O= Pasien tampak lebih tenang

(14)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Penyakit Buerger di percaya sebagai penyakit autoinmun yang mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah distal. Penyakit Buerger adalah suatu keadaan dimana arteri serta vena ukuran sedang dan kecil mengalami inflamasi berulang (rekuren), terutama pada bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang), yang juga mengakibatkan pembentukan trombus serta penyumbatan pembuluh darah dan jka tidak segera diobati akan menjadi ulkus atau luka gangren pada ekstremitas yang tekena penyakit ini. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang munsul pada penyakit ini dan kita sebagai tenaga keperawatan di haruskan mampu untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat agar klien dengan kasus ini cepat pulih kembali.

B. Kritik dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Buku Rujukan Mestilah Mula Dr Tahun Yg DIberi Assignment Dan 3 Tahun

Adapun besarnya pengaruh pembelajaran melalui pendekatan reciprocal teaching terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi

Tema penelitian ini adalah “Pengaruh Pembelajaran Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik kelas VII Pada Materi Segi

Fenomena diatas tentunya menarik untuk dikaji, mengingat perilaku sebuah negara yang terwujud dalam kebijakan luar negeri mencerminkan kepentingan nasionalnya, namun

Mesin pendingin pada dasarnya mengambil (melepaskan) kalor dari sistem ke lingkungan atau memindahkan kalor dari reservoir dingin ke reservoir panas dengan menggunakan Usaha.

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH,.. KEPEGAWAIAN,

Ali, Bpk. Sukur Nababan dll ) yang selama ini berjuang bersama-sama dalam suka maupun duka serta membimbing dan memberikan ilmu kehidupan yang luar biasa.. Sahabat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara andropause dengan kecemasan pada pria di