BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berperan besar untuk memenuhi segala kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat tersebut dapat berbentuk materi maupun non materi. Sebagian besar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh kebudayaan yang ada pada masyarakat itu sendiri.
Menurut Supartono (2001:30) kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata budh yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa Yunani) yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan tanah, manusia mulai hidup sebagai penghasil makanan (food producing). Hal ini berarti manusia telah berbudi daya mengerjakan tanah karena telah meninggalkan kehidupan yang hanya memungut hasil alam saja (food gathering).
faktor, yaitu hal-hal yang menggerakkan manusia untuk menghasilkan kebudayaan.
Ienaga Saburo dalam Situmorang (2011:3) membedakan pengertian kebudayaan (bunka) dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit menurut Ienaga adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Oleh karena itu di sini Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit adalah sama dengan pengertian yang diuraikan di atas. Yaitu kebudayaan dalam arti sempit menurut Ienaga Saburo adalah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara, atau yang bersifat semiotik.
Dalam mempelajari kebudayaan, ada tiga poin yang menjadi pusat perhatian kita, yaitu masyarakat penghasil kebudayaan tersebut (sejarah lahirnya kebudayaan tersebut), objek kebudayaan itu sendiri dan masyarakat pengguna kebudayaan atau fungsi kebudayaan tersebut dalam masyarakat pengguna (Situmorang, 2009:4).
Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan. Salah satunya yaitu Inshu bunka (飲酒文化). Inshu bunka adalah
acara-acara formal seperti pesta ataupun sebagai minuman sehari-hari. Kato dalam Trinidad (2014:20) mengatakan bahwa menurut Biro Sensus Jepang, 73,2 persen orang Jepang percaya bahwa minum alkohol membantu hubungan lembut di antara orang-orang.
Minuman beralkohol khas Jepang yang sangat terkenal di dunia adalah Sake (酒). Sake merupakan minuman beralkohol khas Jepang yang terbuat dari
beras atau ketan diragikan, di Jepang biasa disebut dengan seishu (清 酒, minuman alkohol) atau nihonshu (日本酒, minuman alkohol khas jepang). Istilah
ini digunakan untuk membedakannya dengan minuman beralkohol yang berasal dari barat (Danadjaja, 1997:287). Dalam kebudayaan Jepang, sake juga dipercaya
sebagai bagian dari
magis Sake juga dikonsumsi
saat upacara kagami biraki (鏡開き, upacara memukul tutup tong kayu berisi
deng
kemenangan pemilu. Sake perayaan ini dibagikan secara gratis untuk semua orang untuk menyebarkan nasib baik. Kami (神, dewa)
dalam berbagai ritual keagamaan, sake juga punya peranan lain sebagai media untuk berinteraksi sosial. Masyarakat Jepang sering melakukan perundingan ataupun pendekatan dengan orang baru melalui budaya minum sake. Salah satu yang sering melakukan kebiasaan minum sake adalah para pegawai kantoran di Jepang.
langsung pulang ke rumah, melainkan minum-minum sambil ngemil yakitori (satai), kacang atau makanan kecil lain di tempat makan yang disebut Izakaya Sake dan sarariman adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Para sarariman sangat suka minum dan sebagian besar dari mereka minum sake setiap hari. Peran sake sangat berpengaruh dalam dunia bisnis, antara lain untuk mengikat hubungan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang menjadi rekan bisnisnya. Ada banyak tempat-tempat yang biasa dikunjungi untuk nomikai (飲み会, pesta minum)antara lain nomiya (飲み屋,
kedai minum), izakaya (居酒屋, kedai sake), yakitoriya (焼き鳥や, warung satai), beer garden (kedai bir), bar (kedai minuman beralkohol) dan tempat karaoke. Setelah jam kerja usai biasanya tempat-tempat tersebut akan penuh
dengan para pekerja yang datang untuk minum-minum melepas lelah ataupun stres bersama-sama dengan teman atau kelompoknya. Namun pada umumnya yang paling sering dikunjungi adalah izakaya, selain karena harganya lebih murah dibanding yang lainnya, izakaya juga menyediakan menu-menu lain yang sederhana serta bervariasi.
Izakaya (居酒屋) adalah tempat bernuansa khas
Izakaya adalah kata majemuk yang terdiri dari "i" 居 (tinggal) dan "sakaya" 酒屋
dariizakaya adalah minuman beralkohol sedangkan makanan hanya sebagai sampingan. Izakaya berbeda dari bernuansa khas barat dan menjual minuman keras khas Barat. Minuman keras yang dijual di izakaya umumnya seperチューハイ, minuman kaleng beralkohol). Hidangan yang disediakan di izakaya juga lebih bervariasi dibandingkan hidangan di bar atau pub
Mampu bertahannya izakaya hingga saat ini bukan tanpa alasan. Selain inovasi dan perkembangan yang terjadi pada izakaya, peranan yang izakaya berikan dalam kehidupan masyarakat Jepang juga menyebabkan izakaya dapat terus eksis hingga sekarang. Hal inilah yang membuat penulis memilih menganalisis fungsi dari izakaya karena penulis tertarik dengan izakaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang. Izakaya merupakan salah satu produk dari kebudayaan Jepang yang digemari oleh hampir semua penduduk di seluruh Jepang. Bahkan izakaya telah menjadi sarana hiburan di negara-negara lain. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari inovasi dan perkembangan pada izakaya yang tidak hanya sebatas sebagai tempat minum sake, namun juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial bagi masyarakat Jepang. Dengan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Fungsi Izakaya Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.
1.2 Rumusan Masalah
negara-negara lain. Sama halnya dengan fungsi dari izakaya yang kian berkembang, yang awalnya hanya sebatas tempat hiburan dan melepas lelah bagi orang-orang selepas bekerja kini juga sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan orang lain, bahkan bagi kelompok tertentu izakaya digunakan untuk mempererat hubungan sosial di dalam kelompok tersebut. Ini bisa dilihat dari banyak perusahaan Jepang yang menggunakan izakaya sebagai tempat untuk mempererat hubungan sosial, baik antara atasan dengan bawahan, karyawan lama dengan karyawan baru, maupun ke rekan bisnis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan izakaya di Jepang?
2. Bagaimana fungsi izakaya di dalam kehidupan masyarakat Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Sehingga masalah yang akan dibahas menjadi lebih terarah. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti.
sejarah serta perkembangan izakaya dan mengenai para pelanggan yang biasa mengunjungi izakaya di Jepang pada bab II.
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan tindakan manusia diwujudkan (Suparlan,1980:2). Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan warisan sosial (M.Jacobs dan B.J.Stern dalam Siti, 2001:170). Seperti halnya di Jepang, masyarakatnya memiliki beragam kebudayaan yang merupakan hasil dari warisan sosial. Salah satunya yaitu Inshu bunka. Inshu bunka adalah budaya minum minuman beralkohol di Jepang. Ada banyak tempat yang biasa dikunjungi oleh masyarakat Jepang untuk menikmati minuman beralkohol, salah satunya ialah Izakaya.
Izakaya adalah sebuah restoran yang menyediakan makanan yang enak
yang lelah setelah jalan-jalan seharian. izakaya cukup banyak, tentunya membuat izakaya dapat terus bertahan hingga saat ini walaupun tempat-tempat sejenis banyak bermunculan dengan konsep yang lebih modern. Ini bisa dilihat dari izakaya yang kian diminati khususnya oleh para pekerja kantoran Jepang atau sarariman sebagai tempat untuk mempererat hubungan sosial di antara kelompok
mereka.
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.
merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pendekatan teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri.
Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami fungsi awal dari izakaya. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, izakaya memberikan cukup banyak fungsi yaitu sebagai salah satu tempat hiburan bagi masyarakat Jepang. Hiburan ini dibutuhkan tidak hanya oleh individu namun juga kelompok tertentu sembari melepas lelah setelah beraktivitas maupun untuk mengisi waktu luang.
Penulis juga menggunakan konsep honne dan tatemae. Dalam wikipedia
honne dan
tatemae berasal dari bahasa Jepang yang menggambarkan sebuah kontras antara
perasaan sebenarnya dan keinginan seseorang dengan perilaku dan opini yang ditampilkan di depan umum. Kemudian Alston (2005:19) mengatakan bahwa honne mengacu pada niat dan perasaan yang sebenarnya dari seseorang. Hal ini
mengatakan bahwa tatemae adalah segala hal yang sulit ditentang di depan umum seperti perilaku dan pikiran yang diakui oleh mayoritas, sementara honne adalah sesuatu yang tersembunyi yang berhubungan dengan hati seseorang dan tidak boleh dibicarakan di depan umum. Konsep ini dipakai Ini karena izakaya digunakan sebagai salah satu sarana untuk bersosialisasi.
Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menerapkan pola hidup berkelompok dengan sangat ketat. Ada perbedaan sikap dan perilaku terhadap seseorang yang berasal dari kelompok yang sama (uchi) dan orang dari kelompok yang berbeda (soto). Masyarakat Jepang tradisional sangat mengutamakan menjaga hubungan yang harmonis antara setiap individu dan setiap kelompok masyarakat. Untuk dapat menjaga hubungan tersebut seseorang harus bisa menahan perasaan pribadi dan keinginan yang cenderung mendahulukan kepentingan pribadi. Honne dan tatemae yang diterapkan oleh masyarakat Jepang adalah pola komunikasi yang digunakan berdasarkan tujuan membentuk hubungan yang harmonis tersebut. Tatemae adalah sikap yang dipasang terhadap soto dan honne diperlihatkan hanya pada seseorang yang telah dianggap sebagai
uchi, yang disini berarti seseorang yang telah dianggap dekat dengan yang
bersangkutan atau orang yang telah diterima dalam suatu kelompok tertentu. Izakaya menawarkan diri sebagai salah satu sarana untuk meruntuhkan tembok
Jepang terus mempertahankan salah satu budayanya yaitu inshu bunka selain peranan sosial yang diberikannya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan latar belakang yang penulis kemukakan diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah kemunculan dan perkembangan izakaya. 2. Untuk mengetahui fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang. 1.5.2 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian terhadap fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yakni :
1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan mengenai fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang.
2. Bagi pembaca, dapat menambah bahan bacaan dan sumber penelitian untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya.
1.6 Metode Penelitian
Menurut Ratna (2003:53) metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Di dalam metode ini, penulis tidak hanya menguraikan, namun juga memberikan pemahaman dan penjelasan.