• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

 NTP Sumatera Barat bulan 2015 tercatat sebesar 97,71 atau turun sebesar 1,27 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 98,97 (Maret 2015). Indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,42 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0.86 persen.

 Pada bulan April 2015 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 96,98 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 96,34 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 95,83 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 101,09 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 107,53 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 102,94 dan 108,69.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan April 2015 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,98 persen yang disebabkan oleh kelompok Bahan Makanan (1,02%), sedangkan 6 kelompok lain mengalami inflasi yaitu: Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,70%), kelompok Perumahan (0,47%), kelompok Sandang (0,50%), kelompok Kesehatan (0,28%), kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga (0,08%) dan kelompok Transportasi dan Komunikasi ( 2,67%)

No.27/5/13/Th. XVIII, 4 Mei 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT APRIL 2015 SEBESAR 97,71 ATAU TURUN 1,27%

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)

2

Tabel1

Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya Maret 2015 – April 2015

(2012=100)

Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase Maret 2015 April 2015 Perubahan c. Indeks Diterima Petani 112,70 113,38 0,60

- Ternak Besar 109,61 110,30 0,62

- Ternak Kecil 108,10 107,57 -0,49

- Unggas 121,01 121,94 0,77

- HasilTernak 120,79 121,56 0,63

(3)

3

Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase Maret 2015 April 2015 Perubahan c. Indeks Diterima Petani 121,35 122,13 0,65 - Budidaya Air Tawar 121,35 122,13 0,65 d. Indeks Dibayar Petani 111,54 112,37 0,74 - Indeks Konsumsi RumahTangga 117,27 118,37 0,94

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada bulan April 2015 NTP empat subsektor mengalami penurunan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan (1,48) persen, Subsektor Hortikultura (0,57) persen, Subsektor Perkebunan Rakyat (2,49) persen, dan Subsektor Perikanan (0,05 persen). Sedangkan Subsektor Peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan April 2015 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,42 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 113,95 menjadi 113,47. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnyanya nilai It pada tiga subsektor, yaitu Subsektor Hortikultura sebesar 0,29 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,60 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,86 persen sedangkan Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan masing -masing sebesar 0,52 persen dan 1,55 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

4 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,48 persen. Hal ini dikarenakan menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,52 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen.

Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh menurunnya indeks sub kelompok padi sebesar 1,40 persen sedangkan sub kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 2,84 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) juga mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,92 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Berbeda dengan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan April 2015 mengalami penurunan sebesar 0,57 persen dari 96,90 menjadi 96,34. Hal ini disebabkan oleh Menaiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,29 persen sementara indeks yang dibayar mengalami kenaikan yang lebih besar 0,87 persen.

(5)

5

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan April 2015 mengalami penurunan sebesar 2,49 persen, yaitu dari 98,27 menjadi 95,83. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,55 persen, Sementara disisi lain Indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,96 persen. Menaiknya nilai Ib diakibatkan menaikknya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,02 Sementara BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPi)

NTPi pada April 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen, yaitu dari 100,99 menjadi 101,09. Kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh menaiknya pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,60 persen. Sementara disisi lain, indeks harga yang dibayar petani juga mengalami kenaikan ,yaitu sebesar 0,50 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena kenaikan pada tiga subkelompok yaitu : Subkelompok Ternak Besar, Unggas dan Hasil Ternak masing-masing sebesar 0,62 persen, 0,77 persen dan 0,63 persen. Sementara Ternak Kecil mengalami penurunan sebesar 0,49 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan April 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, yaitu dari 107,58 menjadi 107,53. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,86 persen, sementara indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan yang lebih besar 0,91 persen.

Kenaikan nilai It merupakan kontribusi dari kenaikan subkelompok budidaya ikan yang naik sebesar 0,65 persen dan subkelompok penangkapan ikan sebesar 1,76 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks subkelompok BPPBM sebesar 0,85 dan subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan April 2015 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,98 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

(6)

6

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Maret 2015-April 2015

(2012=100)

*) Persentaseperubahan IHK Perdesaan Bulan April 2015 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan April 2015 terhadap Bulan Desember 2014 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan April 2015 terhadap Bulan April 2014

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan April 2015 sebesar -2,22 persen, sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ketahun (year on year) sebesar 6,50 persen.

Grafik 2

(7)

7

 Komposisi jumlah observasi dari 103 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama April 2015, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 5.470,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ir 66, yaitu senilai Rp 3.800,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan April 2015 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 5,29 persen dari 4.799,77,- per kg (Maret 2015) menjadi Rp 4.546,03,- per kg ( April 2015), dan di tingkat penggilingan turun 5,31 persen dari Rp 4.890,78,- per kg ( Maret 2015) menjadi Rp 4.631,12,- per kg ( April 2015). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH APRIL 2015

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 5,29%

Survei harga produsen gabah berasal dari 103 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan April dibanding bulan Maret untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 5,29 persen Rp 4.799,77 per kg (Maret 2015) menjadi Rp 4.546,03 per kg (April 2015). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 5,31 persen dari Rp 4.890,78,- per kg (Maret 2015) menjadi Rp 4.631,12,- per kg (April 2015).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) April 2015

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(8)

8

Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Rp 3.900,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok , yaitu sebesar Rp5.470,00,- per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kab Solok yaitu sebesar Rp 5.550,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Februari 2015 s/d April 2015

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Feb.’15 Mar.’15 Apr.’15

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Dan HPP Sumatera Barat Apr 2013 – Apr 2015

(9)

9 Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Skor DECAF menunjukkan tidak terdapatnya korelasi terhadap lama hari perawatan pasien menjadi stabil tetapi memiliki hubungan dengan LOS dan kondisi pasien pulang. Hal ini

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul : PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KARAKTERISTIK

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah

PAL Indonesia dengan Tipe kapal SSV, saat ini diperoleh nilai MCE proses produksi dalam pembuatan block kapal sebesar 85 persen, artinya menyerap 15 persen aktivitas JO yang

Dengan fasilitas ini, advertising Anda di WaralabaKu.com akan lebih terukur dan bila Anda ingin mencoba sebuah kampanye marketing baru di WaralabaKu ( seperti pemasangan

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penagihan pajak melalui Surat Teguran dan Surat Paksa

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1