1
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat (1) huruf aa
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pemerintah
bertugas
dan
berwenang
melakukan
penegakan hukum lingkungan hidup;
b.
bahwa untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana
lingkungan hidup, perlu suatu acuan yang dijadikan
pedoman dan dapat menjamin kepastian hukum bagi
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Pedoman
Penyidikan
Tindak
Pidana
Di
Bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983
Tentang
Pelaksanaan
Kitab
Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5145);
2
5.
Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
6.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG
PEDOMAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
Pasal 1
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan
Hidup
dalam
melaksanakan
penyidikan
dan
pengadministrasian penyidikan tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
Ruang lingkup pedoman penyidikan tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terdiri atas:
a.
pendahuluan;
b.
pelaksanaan penyidikan; dan
c.
administrasi penyidikan.
Pasal 3
Pedoman penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
3
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Menteri
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Agustus 2012
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Agustus 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 789
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
1
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2012
TENTANG PEDOMAN PENYIDIKAN
TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
PEDOMAN PENYIDIKAN
TINDAK PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
I.
PENDAHULUAN
A.
Umum
1.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana menyatakan bahwa penyidikan tindak pidana merupakan
sub sistem atau bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem
Peradilan Pidana Terpadu. Proses penegakan hukum pidana
merupakan
satu
rangkaian
proses
hukum
mulai
dari
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pengadilan.
2.
Proses penyidikan tindak pidana di bidang
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahap
penyelidikan, penindakan, pemeriksaan serta penyelesaian dan
penyerahan berkas perkara. Esensi penyelidikan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan
dengan kegiatan mengumpulkan bahan keterangan.
3.
Melalui fungsi “Koordinasi dan Pengawasan” (Korwas) diharapkan
pelaksanaan tugas pokok penyidikan antara Penyidik Pejabat
Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup dengan Penyidik Polri
dapat berjalan selaras dan harmonis.
4.
Proses penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengeloaan lingkungan hidup oleh Penyidik Pejabat Pegawai Negeri
Sipil Lingkungan Hidup dalam pelaksanaannya terkait dengan
aparat penegak hukum lain terutama yang berada di dalam sistem
peradilan kriminal (
criminal justice system
).
2
B.
Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah:
1.
Memberikan pemahaman mengenai kegiatan yang dilaksanakan
oleh Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup
dalam melaksanakan pengumpulan bahan keterangan dan
penyidikan.
2.
Memberikan standar dalam melakukan tindakan dalam rangka
penanganan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
3.
Memberikan acuan dalam penatausahaan maupun kelengkapan
administrasi penyidikan.
C.
Azas
Dalam melaksanakan penyidikan, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri
Sipil Lingkungan Hidup harus memperhatikan azas-azas yang terdapat
dalam Hukum Acara Pidana yang menyangkut hak-hak warga negara,
antara lain:
1.
Legalitas
penyidikan dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku.
2.
Praduga tak bersalah (
Presumption of Innocence
)
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan
atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
3.
Persamaan di muka hukum (
Equality Before the Law
)
Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum
dengan tidak mengadakan perbedaan.
4.
Pemberian bantuan/penasehat hukum (
Legal Aid/Assistance
)
Setiap orang yang tersangkut perkara tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata
diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas
dirinya, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan.
Sebelum dimulainya pemeriksaan, kepada tersangka wajib
diberitahukan tentang apa yang disangkakan kepadanya dan
haknya untuk mendapat bantuan hukum atau dalam perkaranya
itu wajib didampingi penasehat hukum.
D.
Prinsip
Penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1.
Profesionalisme, yakni penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pejabat
Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup yang memiliki kemampuan
teknis di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3
3.
Efektif dan Efisien, yakni penyidikan dilakukan secara tepat
waktu, biaya ringan serta berpedoman pada keseimbangan wajar
antar sumber daya yang dipergunakan.
E.
Definisi
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1.
Penyidik adalah Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil Lingkungan
Hidup dan Penyidik Pejabat Kepolisian Republik Indonesia.
2.
Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup
selanjutnya disebut Penyidik PPNSLH adalah pejabat pegawai
negeri sipil di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup diberi wewenang sebagaimana penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk melakukan
penyidikan.
3.
Tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah setiap perbuatan yang diancam
hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran sesuai ketentuan
pidana dalam undang-undang di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
4.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mencari
dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya, dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
5.
Pengumpulan bahan keterangan yang selanjutnya disebut
Pulbaket adalah serangkaian tindakan Penyidik PPNSLH untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
6.
Tersangka adalah setiap orang yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan, patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana.
7.
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri.
8.
Ahli adalah seorang yang memiliki kemampuan dan keterampilan
khusus tentang hal tertentu.
9.
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah, atau sedang, atau diduga
terjadinya peristiwa tindak pidana.
4
11.
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu
sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah
beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,
atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana
itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
12.
Penindakan adalah setiap tindakan hukum
yang dilakukan
terhadap setiap orang maupun benda yang ada hubungannya
dengan tindak pidana dibidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang terjadi, maupun upaya paksa melalui
kegiatan pemanggilan, pemeriksaan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan.
13.
Tempat kejadian perkara yang selanjutnya disingkat TKP adalah
tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi dan
tempat-tempat lain dimana tersangka dan atau korban dan atau
barang bukti, yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut
dapat ditemukan.
14.
Bukti permulaan yang cukup adalah alat bukti yang berupa
keterangan dan data yang terkandung di dalam dua di antara
Laporan Kejadian, Laporan Pulbaket, Berita Acara Pemeriksaan di
TKP, keterangan saksi-saksi termasuk ahli, dan Barang Bukti,
yang menunjukkan telah terjadi tindak pidana dan bahwa orang
yang akan ditangkap adalah pelaku dan/atau penanggung
jawabnya.
15.
Bukti yang cukup adalah bukti permulaan yang cukup ditambah
dengan keterangan dan data yang terkandung dalam satu di
antara Laporan Kejadian, Laporan Pulbaket, Berita Acara
Pemeriksaan di TKP, keterangan saksi, keterangan ahli,
keterangan tersangka, dan barang bukti, dimana setelah
disimpulkan menunjukkan bahwa tersangka adalah pelaku atau
penanggung jawab tindak pidana.
16.
Bantuan penyidikan adalah bantuan yang diberikan oleh Penyidik
Pejabat Kepolisian Republik Indonesia kepada Penyidik PPNSLH
berupa bantuan teknis, taktis dan upaya paksa serta konsultasi
penyidikan.
17.
Bantuan teknis adalah bantuan pemeriksaan ahli dalam rangka
pembuktian secara ilmiah (
scientific crime investigation
).
18.
Bantuan taktis adalah bantuan personil Polri dan peralatan Polri
dalam rangka pendukung pelaksanaan penyidikan tindak pidana
oleh Penyidik PPNSLH.
19.
Bantuan upaya paksa adalah bantuan yang diberikan oleh
Penyidik Pejabat Kepolisian Republik Indonesia kepada Penyidik
PPNSLH berupa kegiatan penindakan secara hukum dalam rangka
penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
5
perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya, dan sesuai
sendi-sendi hubungan fungsional.
21.
Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan identitas tersangka, saksi, dan/atau barang bukti
maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi,
sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang
bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan
dituangkan di dalam berita acara pemeriksaan.
22.
Berita acara adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik,
dibuat dalam format tertentu oleh Penyidik PPNSLH atas kekuatan
sumpah jabatan, yang memuat keterangan dari orang yang
diperiksa atau keterangan yang berkaitan dengan setiap tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik PPNSLH.
II.
PELAKSANAAN
A.
Diketahuinya tindak pidana
1.
Suatu tindak pidana di bidang pelindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dapat diketahui dari:
a.
Adanya laporan dari masyarakat atau petugas secara tertulis
atau lisan.
b.
Tertangkap tangan oleh masyarakat atau petugas.
c.
Diketahui langsung oleh Penyidik PPNSLH.
2.
Laporan yang diajukan secara lisan maupun tertulis dicatat oleh
Penyidik PPNSLH, kemudian dituangkan dalam Laporan Kejadian
yang ditandatangani oleh Penyidik.
Laporan kejadian merupakan data awal terjadinya suatu tindak
pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dan merupakan dasar bagi Penyidik PPNSLH untuk melakukan
pengumpulan bahan keterangan dan penyidikan.
3.
Dalam hal tertangkap tangan, Penyidik tanpa surat perintah
dapat:
a.
Melakukan tindakan pertama di TKP;
b.
Segera
melakukan
pemeriksaan
dan
tindakan
yang
diperlukan sesuai dengan kewenangan Penyidik PPNSLH;
c.
Membuat berita acara terhadap setiap tindakan serta
melengkapi administrasi penyidikan (Laporan Kejadian, Surat
Perintah Penyidikan, Surat Perintah Penangkapan, dan
lain-lain) paling lambat dalam waktu satu kali dua puluh empat
jam);
d.
Memberikan surat pemberitahuan kepada keluarga orang
yang ditangkap paling lambat 1 (satu) minggu setelah
dilakukannya penangkapan.
B.
Pengumpulan Bahan dan Keterangan
1.
Persiapan
6
b.
Menyiapkan kelengkapan administrasi yang meliputi:
1)
surat perintah tugas.
2)
surat permintaan bantuan ahli, petugas
laborato-rium, Penyidik Polri dan/atau staf/petugas dari instansi
yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai kebutuhan.
3)
laporan kejadian atau data awal lainnya.
c.
Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang dibawa disesuaikan dengan dugaan tindak
pidana lingkungan hidup yang terjadi, antara lain:
1)
peralatan
pengambilan
sampel
temasuk
alat
penanganannya (botol sampel, alat pengambil sampel,
pengawet, pendingin);
2)
tali, label dan lak;
3)
alat pembungkus barang bukti/sampel (kertas sampul
warna coklat, kantong plastik berbagai ukuran, amplop
besar, dan lain-lain sesuai keperluan);
4)
alat pengukur (meteran);
5)
peralatan uji portabel (
test kit
);
6)
perlengkapan P3K dan peralatan keselamatan pribadi
(sepatu boot/sepatu keamanan, baju pelindung, kaca
mata atau penutup muka, sarung tangan, dan lain-lain);
7)
kamera;
8)
handycam
;
9)
Global Positioning System
(GPS);
10)
garis PPNSLH;
11)
komputer jinjing (
notebook
);
12)
printer
;
13)
alat tulis;
14)
formulir administrasi penyidikan;
15)
buku catatan;
16)
alat komunikasi.
2.
Penanganan TKP
a.
Pengamanan TKP
Pengamanan TKP dilakukan dengan:
1)
memasang garis PPNSLH;
2)
memerintahkan setiap orang yang diduga terkait dengan
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk tetap tinggal di tempat;
3)
melakukan penjagaan.
b.
Pemotretan
7
2)
Hasil pemotretan dilengkapi dengan keterangan yang
memuat hal-hal berikut:
a)
hari, tanggal, bulan, tahun dan jam pemotretan;
b)
merek dan tipe kamera;
c)
kecepatan (
speed)
kamera dan diafragma;
d)
sumber cahaya;
e)
filter
lensa
kamera
yang
digunakan
(jika
menggunakan filter).
f)
jarak kamera terhadap objek (dilengkapi sketsa
kasar TKP yang memuat letak kamera dan objek
yang difoto);
g)
tinggi kamera;
h)
nama, pangkat, jabatan dan NIP petugas yang
melakukan pemotretan.
c.
Pembuatan Sketsa TKP
1)
Sketsa TKP dibuat dengan menggunakan kertas
berukuran (kertas milimeter);
2)
Pada sketsa TKP, dibuat tanda atau arah letak TKP;
3)
Dibuat dengan skala untuk mengukur jarak antara objek
yang satu dengan objek yang lain;
4)
Untuk setiap objek diberi tanda dengan huruf kapital dan
pada keterangan gambar dijelaskan letak objek tersebut;
5)
Untuk keabsahan sketsa TKP, Penyidik PPNSLH harus
mencantumkan informasi sebagai berikut:
a)
nama pembuat;
b)
tanggal pembuatan;
c)
peristiwa yang terjadi di TKP;
d)
Lokasi TKP.
d.
Pengumpulan Barang Bukti
Barang bukti tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
1)
Sampel/contoh uji (limbah dan/atau material lain yang
bersifat sebagai sisa usaha dan/atau kegiatan, serta
materi/unsur
lainnya).
Pelaksanaan
pengambilan
sampel/ contoh uji tersebut perlu memperhatikan:
a)
metode pengambilan dan perlakuan.
Metode pengambilan dan perlakuan sampel/contoh
uji harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI).
b)
penyisihan.
Penyisihan dilakukan pada saat pengambilan barang
bukti/sampel/contoh uji. Barang bukti/sampel/
contoh uji dipisahkan dengan keterangan “sebagai
barang bukti” dan “sebagai sampel analisis”.
8
Pengujian
barang
bukti/sampel/contoh
uji
dilakukan di laboratorium yang terakreditasi dan
teregistrasi.
2)
Dokumen-dokumen kajian, perizinan, dan surat lainnya
terkait dengan kegiatan/usaha;
3)
Peralatan, benda, dan/atau bahan yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;
4)
Benda-benda lain yang memiliki hubungan langsung
atau tidak langsung dengan tindak pidana yang terjadi.
e.
Identifikasi Saksi/Tersangka
Identifikasi saksi/tersangka dapat dilakukan dengan cara:
1)
Mengajukan pertanyaan kepada orang atau pihak yang
diduga melihat, mendengar atau mengalami sendiri
tindak pidana yang terjadi;
2)
Mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang
mengetahui dan/atau yang berhubungan dengan TKP.
f.
Pembuatan Berita Acara
Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan bahan
dan keterangan dibuatkan berita acaranya, antara lain:
1)
Berita acara pemeriksaan TKP;
2)
Berita acara pengambilan barang bukti/sampel/contoh
uji;
3)
Berita acara pembungkusan dan penyegelan barang
bukti/sampel/contoh uji;
4)
Berita acara penyitaan barang bukti/sampel/contoh uji;
5)
Berita acara penyisihan barang bukti/sampel/contoh uji;
6)
Berita acara pengambilan foto/video.
7)
Berita acara penyerahan barang bukti/sampel/contoh uji
ke laboratorium.
8)
Berita acara pengambilan hasil analisis barang bukti/
sampel/contoh uji dari laboratorium.
g.
Pembuatan dan Penyampaian Laporan Pulbaket
Hasil pelaksanaan pulbaket dilaporkan secara lengkap
kepada pejabat pemberi perintah dan/atau koordinator
Penyidik PPNSLH.
C.
Penyidikan
1.
Perencanaan Penyidikan
9
a.
Penjabaran unsur pasal yang diperkirakan dilanggar
Contoh:
Pasal 102 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
berbunyi “Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah
B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 3 (tiga) tahun dan paling sedikit
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”, dijabarkan sebagai
berikut:
No. Unsur Pasal Tersangka
(TSK) Barang Bukti Saksi
1. Setiap orang • KTP
• Kartu Keluarga
• Akte kelahiran
• Ketua
• Sampel limbah
B3 dalam Pasal 59 ayat (4)
• Keputusan izin
...
• Administrasi
• Pejabat yg