• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN : STUDI KASUS DUSUN JEPANG DESA MARGOMULYO KECAMATAN MARGOMULYO KABUPATEN BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN : STUDI KASUS DUSUN JEPANG DESA MARGOMULYO KECAMATAN MARGOMULYO KABUPATEN BOJONEGORO."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN

(Studi Kasus Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Sosiologi

ANANG JUWAENI

NIM: B05212002

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U SA N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Anang Juwaeni, 2016, Perubahan Sosial Kehidupan Masyarakat Samin (Studi Kasus Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Perubahan Masyarakat Samin

Dari berbagai permasalahan yang ada, peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini ialah sebagai berikut, Bagaimana bentuk pola perubahan, dan Apa yang melatar belakangi perubahan pola kehidupan pada masyarakat Samin Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Namun dari satu pembahasan tersebut, terdapat sub pembahasan yaitu, Apa yang melatar belakangi perubahan pola kehidupan pada masyarakat Samin Dusun Jepang.

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai melatar belakangi perubahan pola kehidupan pada masyarakat Samin Dusun Jepang. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori evolusioner (Hukum Tiga Tahap) Auguste Comte.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUANPEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI...iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Telaah Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 13

4. Tahap-Tahap Penelitian... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 20

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21

H. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II : PERUBAHAN SOSIAL TEORI AUGUSTE COMTE ... 24

(8)

B. Faktor-faktor Perubahan Sosial ... 31

C. Norma dan Nilai Sosial ... 35

BAB III : PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN ... 42

A. Gambaran Umum dan Profil desa Margomulyo ... 42

B. Kehidupan Masyarakat Samin di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro ... 70

C. Perubahan Masyarakat Samin dalam Perspektif Hukum Tiga Tahap Auguste Comte ... 75

BAB IV : PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan sosial, baik perubahan sosial melalui berbagai bidang seperti teknologi, pendidikan, budaya, dan ekonomi. Perubahan yang di lakukan oleh masyarakat sendiri akan meninggalkan berbagai faktor-faktor masa lalu dan masa sekarang. Perubahan akan nampak ketika masa lampau tidak di pergunakan lagi dalam masa sekarang. Dalam perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan manjadi beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi, perubahan revolusi, perubahan terencana dan perubahan tidak terencana.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut, bial seseorang hendak membuat penelitian, perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudkannya. Dasar penelitian mungkin tak akan jelas apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.

(10)

2

portugis, inggris, belanda, dan jepamg. Karena hasil rempah-rempahnya yang saat menjanjikan serta alamnya begitu indah dan strategis.

Indonesia Atau Bumi Nusantara (Jawa) lama sekali dijajah oleh Belanda, sejak sebelum perang diponegoro yang berakhir tahun 1830. Waktu itu di Jawa Timur ada Kabupaten yang besar yaitu Sumoroto yang termasuk wilayah Tulungagung. Bupati Sumoroto yang disebut pangeran saat itu adalah Raden Mas Adipati Brotoningrat yang berkuasa tahun 1802-1826.

Raden Mas Adipati Brotodiningrat mempunyai 2 (dua) anak yaitu:

 Raden Ronggowirjodiningrat

 Raden Surowidjojo

Raden Ronggowirjodiningrat berkuasa di Tulungagung sebagai bupati Wedono pada tahun 1826-1844, yang diawali Belanda dan wilayahnya semakin sempit, sedangkan Raden Suruwidjojo bukan bendoro Raden Mas, tetapi cukup Raden Aryo,menurut orang Jawa Timur1.

Menurut lingkungan ningrat Jawa, Raden Surowidjojo adalah nama tua sedangkan nama kecilnya adalah Raden Surosentiko atau Suromoko yang memakai julukan “SAMIN” yang artinya “SAMI-SAMI AMIN atau

dengan arti lain bila semua setuju dianggap sah karena mendapat dukungan

1

(11)

3

rakyat banyak2. Raden Surowidjojo sejak kecil di didik oleh orang tuanya Pangeran Kusumaningayu di lingkungan kerajaan dengan di bekali ilmu yang berguna, keperihatiaan tapa brata dan lainnya dengan maksud agar mulia hidupnya. Namun Raden Surowidjojo tidak suka karena tahu bahwa rakyat sengsara dihisap dan dijajah bangsa Belanda. Kemudiandia dia keluar dari kehidupan lingkungan kerajaan dan mengikuti berbagai kehidupan dalam masyarakat tang cenderung berbuat hal dalam bentuk perlawanan yang negatif, dan dia memasuki dunia bromocorah, perampokan, mbuk, dan madat3.

R. Suruwidjojo sering merampok orang kaya yang menjadi antel (kaki tangan) Belanda. Hasil dirampok tersebut dibagi-bagikan kepada orang yang mikin, sedangkan sisinya digunakan untuk kelompok / gerombulan pemuda yang dimana Tiyang Sami Amin. Nama kelompok tersebut diambil dari Raden Surowidjojo yaitu Samin Raden Suruwidjojo melakukan penjarahan ke daerah yang lebih luas sampai tepi Bengawan Solo. Disana semakin banyak anak buahnya, daerah yang jaraknya yaitu Kanor, Rajekwesi dan akhirnya menyusuhkan Gupernen. Tahun 1859 lahirlah Raden Kohar di Desa Ploso, Kabupaten Blora cucu dari Pangeran Kusumaningayu atau Raden Mas Adipati Brotodiningrat Bupati Sumoroto. Raden Kohar ini putra dari Raden Surowidjojo.

2

Hardjo Kardi, Riwayat Perjuangan Ki Samin Surosentiko, (Bojonegoro, Desember 1989), h.8

3

(12)

4

Ketik tatanan dan ajaran Samin Raden di pegang alih Raden Kohar, Surowidjojo merasa kecewa sampai generasi Raden Kohar karena banyak prang yag sensara. Pada saat itu Raden Surowidjojo menghilang entah tak tahu kemana, sehingga Raden Kohar hidupnya murat marit tanpa harta benda. Akhirnya Raden Kohar menyusun strategi baru untuk meneruskan ajaran ayahnya untuk mendirikan kerajaan Raden Surowidjojo dinamakan Samin Sepuh, begitu juga Raden Kohar memakai sebutan Samin Surosentiko atau Samin Anom. Raden Kohar memakai sebutan Samin Surosentiko atau Samin Anom adalah sebagai generasi pertama dalam ajaran masyarakat Samin.

Sepeninggal Raden Surowidjoyo, ajaran Samin mengami penyegaran dan perubahan gerakan. Perubahan ini dilakukan oleh puteranya yang bernama Raden Kohar atau dengan nama populernya Samin Surosentiko dengan cara perlawanan stelsel pasif, penggunaan simbol bahasa, budaya, busana, dan adat istiadat yang eksklusif berhadap dengan masyarakat umum dan pemerintah4.

Ki Samin Surosentiko selama dalam hukuman meninggalkan 2 orang putra dan putri yang bernama Karto Kemis dan Saniyah. Saniyah disini dinikahi oleh Suro Kidin. tahun 1939 pada suatu hari Ki Suro Kidin mendapat wasiat (paweling atau wisik) yang oleh orang Samin dinamakan

4

(13)

5

Aji Pameling yang isinya supaya Ki Suro Kidin mengebur “sedang lanang atau sendang malaikat”5.

Ki Suro Kidin memiliki 8 orang putra kandung dan seorang anak angkat yang bernama Kamidin atau Surokarto Kamidin dari Desa Tapelan. Surokarto Kamidin meskipun anak angkat namun dipercaya ayahnya Ki Samin Suro Kidin. Oleh karena itu Aji Pameling diajarkan kepada Surokarto Kanidin supaya berkeliling ke seluruh Jawa Timur memberitahu anak cucunya supaya menanam kepada menyediakan garam (pisau) karena akan sulit mahal pakai dan makanan. Memang sungguh nyata setelah Ki Surokarto Kamidin berkeliling, Akhirnya Mbah Surokarto Kamidin menyuruh anak lelakinya yang buta haruf yang bernama Kardi (Hardjo Kardi) untuk memberitahukan kepada anak cucunya. Dengan berjalannya waktu Hardjo Kardi semakin tua dan pengetahuannya semakin bertambah. Hardjo kardi bertempat tinggal di Dusun Jepang Desa Margomulyo.

Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun Jepang, sebuah dusun yang ada di Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Dusun Jepang dikelilingi oleh hutan yang menjadikannya agak terisolasi dari daerah sekitarnya. Letak dusun yang berada di tengah-tengah kawasan hutan menjadikan dusun ini sulit untuk dijangkau, terlebih lagi sarana angkutan umum tidak tersedia.

5

(14)

6

Tetapi jalan yang menghubungkan Dusun Jepang sudah di vaving sebagian dan diaspal tidak begitu rata jalan karena banyak jalan sebagian berlobang yang menghubungkan dengan ibu kota kecamatan yang berjarak sekitar 5 kilometer. Walaupun sarana angkutan umum tidak tersedia, tetapi sangat membantu mobilitas penduduk Dusun Jepang, terlebih saat ini banyak diantara penduduk yang telah memiliki motor.

Untuk mencapai Dusun Jepang dapat dikatakan sangat mudah, bahkan bagi mereka yang sama sekali belum pernah berkunjung ke daerah ini. Letak Desa Margomulyo berada di tepi jalan kabupaten yang menghubungkan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Ngawi. Jalan inilah yang dilalui oleh angkutan umum seperti colt dan bus yang menghubungkan Ngawi dan Bojonegoro. Satu alasan lagi, yang memudahkan kita mencapai lokasi ini adalah “ketenaran” masyarakat Samin dan tentu saja Mbah Hardjo

Kardi, sesepuh masyarakat Samin.

Orang-orang Samin sebenarnya kurang suka dengan sebutan “Wong Samin” sebab sebutan tersebut mengandung arti tidak terpuji yaitu dianggap

sekelompok orang yang tidak mau membayar pajak, sering membantah dan menyangkal aturan yang telah ditetapkan sering keluar masuk penjara, sering mencuri kayu jati dan perkawinannya tidak dilaksanakan menurut hukum Islam. Para pengikut Saminisme lebih suka disebut “Wong Sikep”,

(15)

7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk pola perubahan kehidupan masyarakat Samin? 2. Apa yang melatar belakangi perubahan pola kehidupan pada

masyarakat Samin?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk pola perubahan kehidupan masyarakat samin. 2. Mengetahui latar belakang perubahan pola pada masyarakat samin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:

1. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara teoritis adalah untuk memperkaya khazanah keilmuan khususnya pada bidang Sosiologi dalam pengembangan keilmuan. Secara”Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Samin” menjelaskan mengenai faktor penyebab terjadinya perubahan sosial serta mendiskripsikan mengenai pengaruh perubahan sosial terhadap komunitasnya. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan pembaca sehingga dapat dijadikan masukan bagi peneliti selanjutnya.

(16)

8

E. Definisi Konseptual

Dalam pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul: “Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Samin” . Adapun definisi konsep dari penelitian ini

antara lain:

a. Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat6.

b. Kehidupan masyarakat yaitu sebagai sistem sosial atau rangkaian saling kebergantungan, baik sebagai kegiatan maupun sarana kegiatan7

c. Kata Samin sendiri berarti sami-sami amin8. Masyarakat Samin adalah komunitas pertokohan dan pemikiran atau ajaran pemimpin masyarakat yang bernama Samin Surosentiko yang berjuang sama-sama dalam hal melawan Belanda ketidak keadialan yang ditunjukkan bukan dengan menggunakan fisik atau kekerasan melainkan dengan sikap, seperti sikap menantang terhadap segala aturan dan kewajiban yang dibebankan kepada mereka.

6

Sorksnto, soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2012) h. 261

7

Herabudin, Pengantar Sosiologi ,(Badung:Pustaka Setia,2015) h. 200 8

(17)

9

F. Telaah Pustaka

Beberapa hasil penelitian yang memiliki hubungan relevan dengan skripsi ini antara lain yang dilakukan oleh:

1. Siti Asyiah yang berjudul “Pola Hidup Keagamaan Masyarakat Samin Di Era Modern” Skripsi jurursan SKI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interaksi sosial. Dengan bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai masyarakat samin yang berada di Desa Klopodhuwur, Kecamatan Banjarejo, Kebupaten Blora, Jawa Tengah. Kesamaan: membahas mengenai masalah pola kehidupan masyarakat Samin yang memiliki keunikan dalam berbagai hal.

(18)

10

dan berkomunikasi ramah terhadapah ramu atau masyarakat yang baru dikenal. Penelitian terdahulu menggunakan teori pendekatan fenomenologi9.

2. Ahmad Sunadi yang berjudul: “Interaksi sosial Masyarakat Samin di Tengah Modernisasi”. Skripsi ini dari Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran 2013. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan cara melalui pendekatan interaksi sosial untuk memperoleh data yang akurat pada masyrakat Samin Di Dusun Bombong Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Kesamaan: sama-sama membahas mengenai masyarakat Samin yang menguatkan identitas Samin.

Perpedaan: pembahasan dalam penelitian ini berada di Dusun Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Dalam pembahasannya mengenai interaksi sosial dalam sedulur sikep. Serta interaksi sosial mengenai ajaran saminisme yang ditandainya dengan keterbukaan mereka terhadap masyarakat non-Samin atau dengan budaya laur. Karena dalam interaksi itu ditandanya dengan kontak dan komunikasi yang dapat saling mempengaruhi antara masyarakat yang berinteraksi tersebut. Saling mempengaruhi antara masyarakat Samin dengan adanya akomodasi dan akulturasi maupun kerja sama yang terjadi di masyarakat Samin seperti masuknya ajaran-ajaran maupun budaya-budaya luar sehingga terbentuknya budaya

9

(19)

11

baru maupun perpaduan dua budaya yang menjadi satu. Dalam masyarakat Samin Di Dusun Bombong, Baturejo bentuk-bentuk adanya saling mempengaruhi ialah berubahnya adat selametan atau brokohi istilah yang sudah mulai menggunakan doa-doa Islam10. 3. Ahmad Chamzawi Umar yang berjudul: “Perubahan Identitas dan

Perilaku Sosial”. Skripsi dari Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang fakultas Psikologi 2009. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan interaksi sosial dengan melakukan wawancara pada masyarakat Samin. Persamaan:

membahas mengenai masyarakat Samin pada perubahan. Perbedaan:

Terjadinya pada tempat penelitiannya yang berada di Desa Klopodhuwur, Kabupaten Blora. Pembahasan dalam penelitian ini berkaitan pada perubahan, baik perubahan perilaku sosial maupun perubahan pada identitas masyarakat Samin. Perubahan dalam perilaku sosial terjadi pada upacara perkawinan, upacara kematian, paham terhadap keagamaan dan keyakinan Masyarakat Samin. Pada upacara perkawinan bagi kaum Samin yang memegang teguh keyakinan cukup dihadiri oleh beberapa orang kerabat dan direstui oleh sesepuh Samin. Penelitian terdahulu tersebut megunakan teori

10

(20)

12

Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi simbolis)11.

Peneliti menggunakan salah satu teori perubahan sosial yaitu teori evolusioner (Hukum Tiga Tahap Comte) cenderung melihat bahwa perubahan sosial yang terjadi merupakan proses yang linear, artinya semua masyarakat berkembang melalui urutan perkembangan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal dan akhir12. Tokoh teori evolusioner adalah Auguste Comte.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan metode interaksi sosial. Pendekatan ini bertujuan untuk memudahkan mendapatkan data dari pihak diteliti, sedangkan peneliti dapat merasakan suasana tempat penelitian serta mengamati dalam berbagai kondisi wilayah.

Dengan ini penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif. Kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontek sosial secara alamiah dengan mengedepankan interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang

11

Ahmad Chamzawi Umar, Perubahan Identitas Dan Perilaku Sosial (Stui Etnografi Masyarakat Samin Desa Klopodhuwur, Kabupaten Blora), Skripsi Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2009

12

(21)

13

diteliti13. Keaktifan interaksi antara pencari tahu dan yang diketahui segingga kontesk waktu cukup mengikat. peneliti bisa Penelitian kualitatif berlangsung dalam situasi alam (natural setting)14.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun Jepang, Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Dusun Jepang dikelilingi oleh hutan yang menjadikannya agak terisolasi dari daerah sekitarnya.

Untuk mencapai Dusun Jepang dapat dikatakan sangat mudah, lokasi dengan Ibu Kota Kecamatan yang berjarak sekitar 5 kilometer.bahkan bagi Desa Margomulyo berada di tepi jalan Kabupaten yang menghubungkan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Ngawi. Jalan inilah yang dilalui oleh angkutan umum seperti colt dan bus yang menghubungkan Ngawi dan Bojonegoro. Satu alasan lagi, yang memudahkan kita mencapai lokasi ini adalah “ketenaran” masyarakat Samin dan tentu saja Mbah Hardjo Kardi,

sesepuh masyarakat Samin. dan waktu penlitiannya sesuai jadwal yang telah di tentukan oleh peneliti.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam Pemilihan subyek penelitian, penulis harus melalukan surve dalam pemilihan subyek penelitian terutama mengenai masyarakat

13

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2010), h. 9

14

(22)

14

(23)

15

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus menyiakan beberapa tahap-tahapan penelitian yang harus dilalui guna untuk memperoleh keutuhan dalam pendekatan yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

Ada beberapa tahap kegiatan yang harus di lakukan oleh peneliti dan ditambah satu persoalan etika kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Merumuskan rancangan penelitian

Setelah mendapatkan fenomena sosial yang akan di teliti, Peneliti harus membuat rumusan rancangan proposal penelitian untuk di tindak lanjuti. Rancangan proposal penelitian tersebut terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, penelitian terdahulu, definisi konseptual, kerangka teoretik, metode penelitian sistem pembahasan, dan jadwal penelitian. Fungsi proposal penelitian adalah untuk merencanakan secara sistematis kegiatan penelitian agar tetap terarah dalam penelitian. Dalam upaya untuk menyempurnakan proposal penelitian, peneliti juga di dampingi oleh dosen pembimbing untuk sebagai konsultasi mengnai proposal penelitian, dan di akhiri dengan seminar proposal.

2) Menentukan Lapangan

(24)

16

penelitian. Khususnya berkaitan dengan “Perubahan Poal Kehidupan Masyarakat Samin”.

3) Mengurus Perizinan

Langkah yang paling penting dan pertama adalah mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian dan sehingga bisa melaksnakan pemilihan data dari sumber data secara maksimal dan tujuan penelitian dalam melakukan penelitian tersebut.

4) Menjajaki dan Memilih Lapangan

Pada tahap ini belum sampai pada titik yang menlingkupi, bagaimana peneliti masuk lapangan namun berhak memilih keadaan lapangan dalam hal-hal tertentu.

5) Menentukan Informan

Informan adalah orang yang bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Untuk maka kecermatan sangat diperlukan agar informan yang akan kita pilih benar-benar dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang diteleti. Dalam hubungan ini peneliti perlu sabar dalam memeahami settingan penelitian sampai informan percaya dan dapat menerima penelitian dan situasi yang alamiah. Penelitian ini telah menentukan informan yang tepat dalam penelitian ini yang berkaitan dengan “Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Samin” yaitu sesepuh masyarakat

(25)

17

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Kelengkapan penelitian yang harus di siapkan oleh peneliti adalah sebgian alat tulis (pensil,ballpoint, buku catatan beserta rancangan pertanyaan yang telah di siapkan sebelumnya), serta camera digital dan tipe recorder (Hand phone).

7) Persoalan Etika

Dalam hal erika peneltian, peneliti harus menjaga hubungan terhadap informan yang akan di jadikan sebagai sumber data. Sebab dengan adanya etika oleh karena itu peneliti di harapkan tercipta kerja sama yang menyenangkan anatar kedua pihak.

b. Tahap Kerja Lapangan

Pada tahap ini peneliti berfokus pada data dilapangan, adapun langkah- langkah yang dilakukan adalah :

1) Memahami latar belakang penelitian dan Persiapan diri

(26)

18

2) Memasuki lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan yang baik antara peneiliti dan subjek, agar subjek dengan sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban dengan subjek dan informasi yang lainnya perlu dipelihara selama penelitian berlangsung.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Catatan lapangan merupakan data yang diperoleh selama penelitian baik melelui wawancara, pengamatan atau menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam pengumpulan data, peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya, seperti : dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan informasi bagi peneliti

c. Tahap Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik analisis isi (content analisis). Content analisis adalah suatu teknik penelitian yang membuat irefrensi-irefrensi yang dapat ditiru (replicable) dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.15

Peneliti menganalisis perubahan pola kehidupan masyarakat Samin, setelah itu peneliti mendiskripsikan hasil analisis yang sudah diperoleh sehingga bisa mendapatkan data yang akurat.

15

(27)

19

1) Sumber Data

Untuk mendapatkan data atau keterangan dan informasi, peneliti mendapatkan informasi dari sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data yang diperoleh16. Adapun sumber datanya adalah :

i. Data primer yang digunakan dalam penelitian adalah data yang bersumber yaitu: Mbah Hardjo Kardi

ii. Data sekunder dalam penelitian ini data diambil dari berbagai literatur seperti buku, majalah, situs internet dan segala data yang berkaitan dengan penelitian. Data ini berbentuk data dokumentasi

atau data laporan yang telah tersedia.17

5. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang akan diteliti18. Pengamatan tersebut dilakukan dengan bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum dengan mengetahui Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Samin Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan, Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2006),h. 129.

17

Deddy Mulyani, Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung:Pt.Remaja Rosdakarya, 2005), h.180

18

(28)

20

2) Wawancara semi terstruktur

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.19 Cara wawancara ini dapat membantu peneliti dalam berkomunikasi dengan masyarakat Samin untuk mendapatkan data tampa ada ketegangan.

3) Dokumentasi

Dokumen yang digunakan untuk mengmpulkan sumber data tertulis dan merupakan sumber data yang dapat digali sebagai pendukung penelitian yakni berupa buku, atau pun data lain yang dapat menyempurnakan hasil penelitian20. Dokumentasi ini bisa diperoleh peneliti melalui gambar, rekaman suara, atau tulisan yang diperoleh peniliti melalui subjek secara langsung dilapangan sebagai penguat data.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Dalam proses analisis data jelas peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai dengan kategori

19

Djumhur Dan M. Suryo, Bimbingan Dan Penyeluhan Di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975),h 50

20

(29)

21

yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul dalam

rangka memperoleh pemahaman komprehensif, 21 yakni dengan mengklasifikasikan data yang diperoleh untuk mendapatkan pemahaman tentang Peubahan Pola Kehidupan Masyarakat Samin.

7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsaan Data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah menegecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

1) Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

2) Trianggulasi

Trianggulasi adalah Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan cara memanfaatkan hal-hal di luar data atau di luar subyek penelitian yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau

21

(30)

22

pembanding terhadap data itu. Teknik ini dilakukan dengan cara mencocokkan dan membandingkan data yang diperoleh dengan hal-hal (data) di luar fokus bahasan (tetapi masih terkait), sehingga keabsahan dari data yang didapatkan bertambah valid dan secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitian ini. Yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Teori

Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang kajian pustaka dan objek kajian yang dikaji, penjelasannya meliputi: sejarah masyarakat samin, ajaran Samin, pemikiran Samin, dan ruang waktu perubahan sosial.

(31)

23

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan deskripsi hasil penelitian serta menyajikan metodologi penelitian secara terperinci.

Bab IV : Penutup

(32)

BAB II

PERUBAHAN SOSIAL TEORI AUGUSTE COMTE

A. Pengertian perubahan

1. Perubahan Sosial

Kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan sosial. Lingkungan perubahan sosial meliputi berbagai bidang seperti bidang pendidikan, ekonomi, hukum, dan teknologi.sebaliknya , perubahan sosola yang terjadi hanya meliputi bidang tertentu dan terbatas ke dalamnya. Jadi gerakan perubahan akan meninggalkan faktor-faktor yang diubah, tetapi setelah meninggalkan faktor-faktor tersebut, berubah akan bergerak pada suatu bentuk yang ada pada masa lampau.

Perubahan akan tampak setelah tatanan dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan terjadi dapat merupakan kemajuan atau mungkin kemuduran. Dalam pandangan sosiologi, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. Perubahan sosial mecakup perubahan pada norma sosial, nilai sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyrakatan lapisan masyarakat, susunan kekuasaan, tanggung jawab, dan wewenang1. Dalam masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sedang berkembang, perubahan sosial erat dengan perkembangan ekonomi.

1

(33)

25

Kingsley davis berpendapat bahwa perubahan sosial, merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, yang mencakup kesmian, ilmu pengetahuan, teknologi filsafat, dan lain-lain serta peruabahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial2.

Bentuk perubahan sosial (dan perubahan kebudayaan) dapat dibedakan menjadi: pertama, perubahan yang cepat (revolusi) dan perubahan yang lambat (evolusi). Revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler, sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis, dan pembentukan ulang masyarakatdari dalam dan pembentukan ulang manusia (Sztompka)3. Menurut Sztompka, revolusi mempunyai lima perbedaan dengan bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut adalah: revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas menyeluruh semua tingkat dan dimensi masyarakat: ekonomi, politik, budaya, organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia, dalam semua bidang tersebut, perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial: perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba seperti ledakan dinamit di tengah aliran lambar proses historis, revolusi merupakan pertunjukan paling menonjol, waktunya luar biasa cepat dan oleh karena itu, sangat mudah diingat: dan revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilitas massa, antusiame, kegemparan, kegirangan,

2

Herabudin, Pengantar Sosiologi ,(Badung:Pustaka Setia,2015), h.220 3

(34)

26

kegembiraan optimisme, dan harapan: perasaan hebat dan perkasa; keringan aktivisme dan menanggapi kembali makna kehidupan melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan. Ciri-ciri perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-ciri berikut4:

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarkat akan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat ataupun lambat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakat tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga sosial lainnya karena lembaga-lembaga tersebut memiliki sifat interpenden. Dengan demikian sulit sekali mengisolasi perubahan-perubahan hanya pada lembaga-lembaga sosial tertentu karena proses yang dimulai dan proses yang selanjutnya merupakan suatu mata rantai.

c. Menyebabkan disorganisasi yang sifatnya sementara dalam prose penyusaian. Disorganisasi tersebut akan diikuti oleh organisasi yang mencakup pemantapan dari kaidah-kaidah dan nilai-nilai baru.

d. Tidak dapat dibatasi hanya pad bidang kebendaan atau bidang spritual sehigga keduanya memiliki kaitan timbal balik.

4

(35)

27

Astrid S.Susanto mengemukakan beberapa fase rerganisasi berkaitan dengan proses penyusaian nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan masyarakat yaitu5:

a. Kegelisahan dan ketidakpuasan sebagai penduduk (biasanya kaum terpelajar)

b. Popular-stage atau tersembunyimya ide-ide perubahan c. Program perencanaan pembangunan secara sistematis d. Sistematika dalam pelaksaan perencanaan

e. Badan yang menyalurkan stimylasi pembangunan terencana dengan akibat bahwa pendapatan diterima (institution stage)

f. Kompromi pelaksaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan sepenuhnya dan

g. Adanya sosial planing atau sosial organization sebagi hasil research.

2. Perubahan Sosial Auguste Comte

Auguste Comte melihat bahwa masyarakat merupakan suatu keseluruhan organis yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan. Untuk itu diperlukan suatu metode penelitian empiris yang pata menyakinkan bahwa masyarakat meruopkan suatu bagian dari alam seperti hanya gejala fisik.

Auguste Comte mengajukakan tiga metode penelitian empris yang juga digunakan oleh bidang-bidang fisika dan biologi, yaitu pengamatan

5

(36)

28

eskprimen dan perbandingan. Menggunakan metode tersebut, kemudian berusaha merumuskan perkembangan masyarakat yang bersifat evolusioner.

Teori evolusioner (Hukum Tiga Tahap Comte) cenderung melihat bahwa perubahan sosial yang terjadi merupakan proses yang linear, artinya semua masyarakat berkembang melalui urutan perkembangan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal dan akhir. Tokoh teori evolusioner adalah Auguste Comte, yang melihat bahwa masyarakat bergerak dalam tiga tahap perkembangan berikut6:

1. Tahap Teologis (theological stage)

Masyarakat di arahkan oleh nilai-nilai supernatural. Dimana akal budi manusia dengan mencari kodrat manusia yakni sebab pertama dan sebeb terakhir dari segala akibat.

2. Tahap Metafisik (methaphysical stage)

yaitu tahapan peralihan dari keprcayaan terhadap unsur supernatural menuju prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya. Hapan metafisik sebagai transisi dari teologis. Tahap ini sebagai suatu kepercayan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi.

3. Tahap Positif atau Ilmiah (positive stage)

masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Dimana akal budi telah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut.

6

(37)

29

Jelas bahwa dalam teori ini tentang perubahan sosial (dunia) Comte memusatkan perhatian pada faktor intelektualnya. Ia mengatakan bahwa intelektual menyebabkan kekacauan sosial. Kekacauan ini berasal dari sistem gagasan terdahulu (teologi dan metafisik) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolongkan sosial baru akan berakhir apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme. Positivisme akan muncul mesti tak secepat yang diharapkan orang.

Comte mengatakan bahwa di setiap tahapan akan selalu terjadi sebuah konsensus yang mengarahkan pada keteraturan sosial, yang di dalamnya ada suatu kesepakatan pandangan dan kepercayaan bersama7. Dengan kata lain suatu masyarakat dikatakan telah melampaui suatu tahap perkembangan tersebut apabila seluruh anggotanya telah melakukan hal yang sama sesuai dengan kesepakatan yang ada. Selain itu, ada suatu kekuasaan dominan yang mengusai masyarakat dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial.

Ciri lain ketiga tahapan tersebut adalah, pada tahap teologis keluarga merupakan satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisika kekuatan negara-bangsa (yang memunculkan rasa nasionalisme atau kebangsaan) menjadi suatu organisasi yang dominan. Dalam tahap positivistik muncul keteraturan sosial yang ditandai dengan munculnya masyarakat industri yang mementingkan sisi kemanusian. Comte juga

7

(38)

30

menjelaskan bahwa pada tahapa positivistik, akan muncul agama humanitas (agama kemanusiaan), kemudian sosiolog akan menjadi pendeta agama baru yang akan membimbing manusia dalam kehidupan yang harmonis. Sosiolog akan mengajari manusia untuk “bergikir positif berpikir ilmiah) dan

menghubungkan doktrin cinta, keteranturan, dan kemajuan dengan kehidupan manusia. Agama humanitas ini diharapkan dapat menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam masyarakat positif ini.

Menurut Comte ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan manusia yaitu8:

1. Rasa bosan.

Comte melihat hierki kebutuhan manusia, sekali kecakapan yang lebih rendah telah digunakan, manusia tetap saja akan terdorong menggunakan kecakapannya yang lebih tinggi. Semakin besar penggunaan kemampuan yang lebih tingg, semakin tinggi tingkat kemajuannya.

2. Usia

Comte melihat bahwa usia meningkatkan konservatisme, sedangkan kemudaan di tandai oleh naluri mencipta. Jika usia manusia meningkat, maka kekuatan konservatifnya akan meningkat, semakin berpengaruh serta memperlambatkan laju perubahan.

8

(39)

31

3. Demografi

Demografi atau peningkatan jumlah penduduk secara alamiah, termasuk di dalamnya adalah penngkatan kepadatan penduduk. Menurut Comte, semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, semakain tinggi pula keinginan dan masalah baru, dan untuk itu akan menimbulkan cara-cara baru untuk mencapai kemajuan dengan menetralisasi ketimpangan fisik dan akan menghasilkan pertumbuhan kekuatan intelektual dan moral di antara segelintir orang yang tertindas.

B. Faktor-faktor perubahan sosial

Perubahan sosial menghadapkan manusia pada situasi baru yang mengerahkan pada bentuk kegiatan yang baru. Ada banyak faktor yang berkaitan dsn menyebabkan perubahan perilaku dan budaya manusia serta struktur di dalam masyarakat. Berikut ini merupakan fakator-faktor perubahan sosial sebagai berikut:

1. Perubahan yang bersal dari masyarakat

Perubahan yang bersumber dari masyarakat meliputi berikut ini9:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan

Perkembangan ilu pengetahuan melahirkan berbagai penemuan baru seperti:

1) Kesadaran individu akan ketergantungan dalam masyarakat

9

(40)

32

2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan

3) Adanya perangsang bagi aktivitas pencipta dalam masyarakat. b. Faktor jumlah penduduk

Faktor penduduk perubahan pada jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk dapat memepengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya penduduk suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakat. Contoh yang paling relevan adalah program transmingrasi. Penduduk asli dapat pula bekerja dengan pola yang menguntungkan sama dengan para pendatang. Kehidupan bermasyarakat un akan berubah karena pencampuran berbagai macam pola perilaku sosial dan budaya. Demikian pula dengan ekonomi, politik, agama, dan keagamaan.

c. Faktor pertentangan dan pemberontakan

Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma, politik, etnis, dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu terhadap nilai dan norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan menimbulkan perubahan apabila individu tersebut beralih dari nilai norma, dan adat istiadat kebiasaan yang telah diikuti selama ini. Misalnya adanya umum masyarakat indonesia, “banyak anak banyak

rezeki” atau anak mempunyai rezeki masing-masing meyebabkan banyak

(41)

33

mengalami perubahan bahwa banyak anaka menyebabkan beban ekonomi yang semakin berat.

2. Perubahan yang berasal dari luar masyarakat a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Faktor kebudayaan, dapat meyebabkna terjadinya perubahan masyarakat. Secara timbal balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan hubungan sosial kemasyarakatan. Perubahan sosial masyarakat tidak semua semata-mata disebabkan oleh faktor kebudayaan yang ada dalam masyarakat, tetapi dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari masyarakat sekitar (luar)10. Pengaruh kebudayaan tersebut mengakibatkan beberapa skenario perubahan sosial masyarakat, antara lain:

1) Kebudayaan saling berdampingan dan bercampuran menjadi atau kebulatan.

2) Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain 3) Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul,

kebudayaan baru sebagai akibat saling memengaruhi. b. Peperangan

peperengan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, seperti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan pertentangan. Akan tetapi

10

(42)

34

dampak negatif yang timbul oleh peperangan lebih dahsyat karena peralatan perang biasanya lebih canggih pula.

3. Faktor Internal (Endogenous) a. Perubahan kependudukan

Komposisi pendudukan berkaitan dengan pembagian penduduk, antara lain berdasarkan usia, jenis kelamin, etnik, jenis pekerjaan, kelas sosial, dan variabel laninnya.

b. Penemuan

Inovasi berbagai atas discovery dan inventions, tetapi keduanya bukan merupakan tindakan tunggal, melainkan transmisi sekumpulan elemen. Artinya, semakain banyak elemen budaya yang di hasilkan oleh para penemu, semakin besar terjadinya serangkaian discovery dan inventions.

c. Konflik dalam masyarakat

Konflik atau pertentangan dalam masyarakat dapat mengarah pada perubahan yang dianggap membawa kebaikan atau justru membawa suatu malapetaka. Pertentangan antara generasi muda dan tua tentang nilai-nilai baru dapat juga membawa perubahan.

(43)

35

4. Faktor Eksternal (Exgenous)

Faktor eksternal, yaitu sumber perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat. Faktor eksternal meliputi lingkungan, peran, dan pengaruh kebudayaan lain.

C. Norma dan Nilai Sosial

1. Norma sosial

a. Makna Norma Sosial

Norma adalah peraturan atau petunjuk hidup yang menjelaskan perbuatan yang boleh dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari norma bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dari keteraturan dalam masyarakat11.

Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat untuk apakah tindakan yang dilakuakn merupakan indakan yang wajar dan dapat diterima atau tindakan yang menyimpang norma dibangunk atas nilai sosial dan norma sosial diciptakan untuk mempetahankan nilai sosial. Norma sosial berfungsi untuk mewujudkan suatu jeadaan yang diharapkan oleh masyarakat, diperlukan suatu peraturan yang menjamin terbentuknya kondisi tersebut. Oleh karena itu dibuat norma sosial yang berisi perintah dan larangan yang lengkapi dengan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.

b. Klasifikasi norma sosial

11

(44)

36

Norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, yaitu lemah sedang hingga yang terkuat daya ikatan.

a) Dilihat dari sanksinya

Untuk membedakan kekuatan yang mengikat norma-norma tersebut secara sosiologis dikenal empat bagian norma-norma sosial, yaitu cara kebiasaan , tata kelakuan, dan adat-istiadat.

1) Tata cara (usage) yaitu norma yang menunjukkan pada satu bnetuk perbuatan sanksi yang ringan terhadap pelanggarnya, misanya aturan memegang garpu dan sendok saat makan dan penyimpangannya, yaitu bersendawa saat makan.

2) Kebiasaaan (folkways) yaitu cara bertindak yang digemari oleh masyarakat dan dilakukan berulang-ilang mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dari penyimpangan membuang sembarangan dan mendapat teguran, bahkan digunjingkan masyarakat. 3) Tata kelakuan (mores), yaitu norma yang sumber pada filsafat, ajaran

agama, dan ideologi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan pada satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan pada pihak lain melarang suatu perbuatan sehingga secara langsung ia merupakan alat pengendalian sosial agar anggota masyarakat menyusaikan tindakan-tindakan itu.

(45)

37

karena sanksi keras, seperti pengucilan, dikeluarkan dari masyarakat, atau memenuhi persyaratan tertentu.

Selain keempat norma tersebut, ada satu lagi norma, yaitu hukum (laws) yaitu norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis yang sanksi terhadap pelanggarnya paling tegas apabila dibandingkan dengan norma-norma sosial lainnya. Hukum adalah rangkain aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan, kewajiban, atau pun larangan agar tercipta suatu ketertiban dan keadilan.

b) Dilihat dari sumbernya

Dilihat dari sumbernya, norma terbagi menjadi:

1) Norma agama, yaitu ketentuan hidup yang bersumber dari ajaran agama (wahyu dan revelansi)

2) Norma kesopanan, yaitu ketentuan hidup yang berlaku dalam interaksi sosial masyarakat

3) Norma kesusilaan yaitu ketentuan yang bersumber pada hati nurani, moral, atau filsafat hidup

4) Norma kelaziman, yaitu aturan perilaku atau adat kebiasaan melakukan sesuatu yang didasarkan pada tradisi budaya.

5) Norma hukum, yaitu ketentuan tertulis yang berlaku dari kita undang-undang suatu negara.

c. Fungsi norma sosial

(46)

38

a. Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku

b. Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat c. Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat

d. Menjadi dasar untuk memberikan sanksi terhadap warga masyarakat yang melanggar norma.

2. Nilai sosial

a. Makna nilai sosial

Nilai adalah kualitas suatu yang menjadi sesuatu disukai, dihargai , diinginan, berguna, atau dapat dijadikan objek kepetingan. Nilai memeberikan makna abagi kehidupan, lebih dari sekedar keyakinan dan selalu menyankut perbuatan atau tindakan. Nilai sosial merupakan konsep atau pandangan yang hidup dalam alam pikiran sebagai besar individu warga masyarakat tentang hal-hal yang dianggap baik dan bernilai. Dengan demikian, nilai sebagai gambaran mengenai sesuatu yang diingikan yang pantas, berharga, yang yang mengearuhi perilaku sosial orang yang memilki nilai.

b. Jenis – jenis nilai sosial (types of social values)

Notonegoro menyebutkan, nilai dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut12:

a) Nilai material yaitu segala benda yang berguna bagi manusia

12

(47)

39

b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang bergunakan bagi manusia untuk dapat hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c) Nilai spritual yaitu segala sesuatu yang bergunakan bagi rohani manusia. Nilai sritual dibedakan menjadi empat macam:

1) Nilai kebenaran (nilai logika) yang sumber dari unsur akal manusia (rasa karsa, cipta)

2) Nilai keindahan (nilai estetika) yang bersumber dari unsur rasa manusia

3) Nilai norma (nilai etika) yang bersumber dari kehendak atau karsa manusia

4) Nilai keagamaan (nilai religius) yang bersumber dari dari ajaran agama.

c. Ciri-ciri nilai sosial

Menurut D.A. Wila Huky, niali sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Konstruksi masyarakat yang tercipta dari interaksi antara anggota masyarakat

b) Tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan dari lahir c) Dapat ditularkan. Nilai yang menyusun sistem nilai ditetuskan dan

(48)

40

d) Dipelajari dan dicapai dan bukan bawaan dari lahir proses belajar pencapaian nilai-nilai dimulai sejak masa kanak-kanak dalam keluarga melalui sosialisasi

e) Memuaskan manusia dan mengamblkan bagian dalam usaha penemuan kebutuhan sosial. Nilai yang telah disetujui dan telah diterima secara sosial menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi maupun kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Nilai juga membantu masyarakat agar berfungsi dengan baik tanpa suatu sistem, nilai masyarakat menjadi kacau. Oleh karena itu, sistem nilai sosial dipandang penting oleh masyarakat, khususnya untuk pemeliharaan kemakmuran dan kepuasan sosial bersama.

f) Merupakan asumsi abstrak yang di dalamnya terdapat konsensus sossial tentang harga relatif dari dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial secara konseptual merupakan abstrak dari unsur-unsur nilai dan bermacam-macam objek di dalam masyarakat.

g) Cenderung berkaitan satu dengan yang lainnya secara komunal untuk membentuk pola dari sistem nilai dalam masyarakat. Apabila tidak terdapat keharmonisan yang integral dari nilai-nilai sosial, timbul problem sosial.

(49)

41

kebudayaan terhadap bentuk kegiatan tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.

i) Nilai sosial selalu memberikan pilihan dari sistem-sistem nilai yang ada sesuai dengan tingkatan kepentingan.

j) Mempunyai efek berbeda terhadap orang perorangan dan masyarakat sebagai keseluruhan

k) melibatkan emosi atau perasaan

l) mengetahui perkemvangan pribadi dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif.

d. Fungsi nilai sosial

Dalam pandangan sosialogi, nilai berfungsi sebagi langkah persiapan bagi petunjuk-petunjuk penting, untuk memprediksi perilaku. Di samping itu, memiliki kegunann praktis lainnya bagi sosiologi. Secara umam nilai sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Petunjuk arah

b) Permerstu yang dapat mengumpulakn orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu atau masyarakat

c) Pengawas dengan daya tekan dan pengikat tertentu d) Benteng perlindunagn

(50)

BAB III

PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN

A. Gambaran umum dan profil Desa Margomulyo

1. Gambaran Umum dan Profil desa Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu Kabupaten yang saat ini terdapat masyarakat Saminnya tepatnya berada Dusun Jepang Desa Margomulyo. Desa Margomulyo merupakan desa yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Bojonegoro. Namun Desa Margomulyo masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Kecamatan Margomulyo. Jarak antara Kecamatan Margomulyo dengan Desa Margomulyo hanya 1km dari Kantor Kecamatan. Luas dari Desa Margomulyo sendiri mempunyai seluas kawasan hutan, memiliki luas sekitar 74,733 hektar. Desa Margomulyo terdapat dusun yang terkenal dengan julukan Dusun Jepang yang terdapat adanya komunitas masyarakat Samin. Dusun jepang merupakan dusun terpencil yang berada di tengah hutan, tepatnya terletak di wilayah Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Jarak Dusun Jepang dari Kecamatan Margomulyo terdapat 4 km dari jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Bojonegoro.

Dusun Jepeng merupakan salah satu wialayah Desa Magomulyo diantara 8 dusun yaitu:

(51)

43

2. Dusun Jatiroto 3. Dusun Jeruk Gulung 4. Dusun Ngasem 5. Dusun Jepang 6. Dusun Kaligede 7. Dusun Tepus 8. Dusun Mbatang

Dusun Jepang sendiri terletak di tengah-tengah antara Dusun Kaligede dan Mbatang tepatnya berada di tengah-tengah hutan jati, persawahan, dan perkebunan. Dari Kantor Kelurahan kurang lebih 4 km, dari Pusat Ibu Kota Bojonegoro kurang lebih 93 km dengan jarak tempuh naik bus anatar kota dalam Provinsi 3-3,5 jam 258 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya).

(52)

44

2. Gambaran Umum dan Profil Dusun Jepang

Di Dusun Jepang terdapat komunitas yang terkenal yaitu masyarakat Samin yang di pimpin oleh Mbah Hardjo kardi dan beserta Isrti Sidah yang merupakan penganut ajaran atau kepercayaan Samin, tepatnya terletak RT 02 / RW 05. Mbah Hardjo Kardi adalah salah satu Ketua RT 02 di Dusun Jepang yang terdapat batas wilayah tengah dengan perbatasan Dusun Mbatang yang berRT 01 / RW 05 yang terletak di timur yang berdekatan Dusun Kaligede. Rumah yang dimiliki oleh masyarakat Samin sudah snagat rapi , meskipun model rumhanya sederhana bangunannya yaitu berbentuk permanen dengan dengan bahan baku, papan kayu jati dengan lantai tanah dsn bentuk ukuran bangunan yang besar, tinggi gagah, dan luas.

(53)

45

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2015, Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro terdapat berjumlah 787 penduduk jiwa. Dari jumlah laki-laki 404 jiwa dan perempuan 383 jiwa dari Dusun Jepang. Dari berdasarkan penduduk orang dusun jepang terkendala dalam fasilitas, yang mempunyai kendala dari segi perekonomian, pendidikan, agama, kebudayaan namun tidak mematahkan semangat mereka dengan bersolidaritas yang dijunjung sangat tinggi antara masyarakat Samin sendiri.

a. Kondisi kemasyarakatan

Berdasarkan kondisi masyarakt Samin yang berada di Dusun Jepang, dalam kehidupan kesehariannya mereka beraktivitas seperti biasanya melakukan interaksi sosial sesama masyarakat Samin itu sendiri. Mereka saling tolong menolong, gotong royong tampa ada sekat anatar orang Samin maupun orang biasa. Masyarakat Samin mengatakan semua orang itu Samin, tampa di sadari orang tersebut. Jadi tidak heran jika masyarakat Samin sering membaur pada orang biasa. Hubungan meraka tercermin pada berbagai aktivitas keseharian. Bahkan solidaritas mereka junjung sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari, baik dari kalangan komunitas Samin sendiri mauapun luar komunitas Samin.

(54)

46

Kejhatmikaan atau untuk jiwa dan raga, jasmani dan rohani mengandung 5 saran yaitu:

1) Jatmiko kehendak yang didasari usaha pengendalian diri

2) Jatmiko dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati sesama makhluk Tuhan.

3) Jatmiko dalam mawas diri, melihat batin sendiri setiap saat, dapat menyelesaikan dengan lingkungan

4) Jatmiko dalam menghadapi bencana atau bahaya yang merupakan cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa

5) Jatmiko untuk pegang budi sejati

Dalam pertemuan tersebut juga disampaikan bahwa Ajaran Kejitmakaan tersebut merupakan senjata yang paling baik dan memiliki khasiat yang ampuh, karena dalam kehidpan itu banyak godaan dari segala arah dan yang tidak aneh adalah yang berasal dari “rogo rpuh” sendiri.

Di samping itu banyak pesan keseharian mengenai kehidupan sehari-hari dari ajaran Samin seperti hal berikut: Wong urip kudu ngerti uripe, sebab urip siji digawa selawase (orang hidup harus mengerti hidupnya, sebeb hidup satu dibawa selamnya.) Angger-angger pratikel bisa dikategorikan dalam dua golongan yaitu yang berkait dengan panjagaan hati berupa “aja drengki, srei, tukar padu, dahpen, dan kemeren” (jangan

(55)

47

di simpang” (jangan memetik atau mengutil, mengambil, merampok atau memalak, mencuri mengambil barang temuan saja harus dihindari). Angger-angger itu diturnkan dari keseharusan utama mereka untuk memahami milik-Nya sendiri, wong sikep weruh teke dhwe, wong sikep tahu miliknya sendiri. Dalam cacatan jaspers, aturan etika mereka dirumuskan dengan lebih sederhana, yaitu jangan menganggur, jangan berbohong, jangan mencuri, jangan berzina; perperilaku sabarlah, jika dihina tetap diam; jangan meminta uang dan makan dari siapa pun, tetapi berilah jika ada yang menita makanan dan uang.

Dari mulai hal itu mereka bisa rukun, solidaritas tinggi, saling memahami, dan gotong royong menganai kehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran Samin yang terdahulu. Hal ini bisa di buktikan dalam kehidupan sehari-hari berada di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomukyo, Kabupaten Bojonegoro.

b. Kondisi kependidikan

Dalam masalah pendidikan masyarakat Samin di Dusun Jepang sangatlah diharapan oleh masyarakat Samin sendiri, karena mereka ingin anak cucu bisa mengenyam pendidikan setingginya. Mereka tau bahwa pendidikan adalah menentukan masa depan bangsa, dan tak ingin negara atau tanah kelahiranya dijajah kembali bahkan di bodohi orang lain.

(56)

48

pengembangan pendidikan anak-anak bangsa sebagai menghadapi masa depan yang lebih baik. Sarana yang berada di Dusun Jepan tergolong cukup mengalami kemajuan. Hal ini terdapat adanya lembaga pendidikan dasar negeri di Dusun Jepang yaitu:

Tabel 1.2

Jumlah sarana lembaga pendidikan1

Dengan terbentuknya tabel diatas bahwa lembaga pendidikan yang ada di Dusun Jepang sangatlah minim. Pendidikan yang ada di Dusun Jepang hanya SD dan TK saja. Jika untuk melanjutkan sekolah menengah pertama yaitu (SMP) harus berada di luar Dusun Jepang dan aksesnya sangatlah jauh harus menempuh jarak 4km yang berada di Desa Margomulyo. Perbandingan jumlah penduduk dalam pendidikan yang pernah mengenyam bangku pendidikan. Tingkat pendidikannya yang berjemlah yaitu:

1

swanto, Laporan Kependudukan Desa Margomulyo, 2015.

No Lembaga pendidikan Jumlah

Sekolah Guru Murid

1 SD 1 9 56

2 TK 1 3 26

3 PAUD 1 3 15

(57)

49

Tabel 1.3

Jumlah kelulusan tingkat pendidikan2

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 9

2 Tamat SD 383

3 Tamat SMP 136

4 Tamat SMA 17

5 Tamat perguruan tinggi 5

Jumlah 550

Melihat dari tabel diatas bahwa pendidikan sangalah minim di Dusun Jepang, sebagian mereka banyak mencari pendidikan diluar kota , dan sebagiannya pekerjaan di luar kota serta bekerja seadanya dusunnya sendiri. Hal ini bisa di sebabkan bahwa masyarakat Samin di Dusun Jepang kurangnya kesadaran masalah pendidikan serta perkonomian masih kurang. Rata-rata di antara mereka berada di bawah rata-rata (kurang mampu).

c. Kondisi perekonomian

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Samin mengandalkan lahan pertanian, perkebunan, dan hutan yang ada. Tak salah mayoritas masyarakat Samin yang ada di Dusun Jepang adalah tani, dan buruh tani. Namun mereka tidak mengandalkan lahannya sendiri karena tidak

2

(58)

50

menyukupi kebutuhan, akan tetapi mereka juga ikut bekerja sebagai buruh tani jika ada tawaran dari orang lain. Mereka menjalani profesi ganda antara tani dan buruh tani, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil mereka bercocok tanam biasanya dijual ke para pedagang (tengkulak) yang biasanya sudah berlanggangan di Dusun Jepang, kemudian para pedagang di jual kembali ke pasar. Masyarakat samin di Dusun Jepang jarang pergi ke pasar untuk berbelanja, akses menuju pasar sangalah jauh sekitar 4 km dari Dusun Jepang namun mereka cukup berbelanja di sekitar Dusun Jepang saja, biasanya para pedagang sayur keliling yang datang ke dusun jepang hanya sekedar menjajahkan dagangannya, dan masyarakat Samin merasa diuntungkan.

Selaian sebagai profesi tani, dan buruh tani, ada juga yang berprofesi sebagai PNS/SIPIL, Swasta, Aparatur Pemerintah namun tidak banyak. Dari keseluruan kondisi ekonomi di Dusun Jepang bisa dilihat dari keterangan sumber Balai Desa Margorejo sebagai berikut:

Tabel 1.4

Jenis mata pencarian warga Dusun Jepang3

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 PNS/SIPIL 3

2 TNI 0

3 POLRI 0

3

(59)

51

4 Swasta 75

5 Tani 274

6 Buruh Tani 24

7 Aparatur Pemerintah 2

Dari hasil diatas bisa dilihat, bahwa kondisi ekonomi masyarakat Samin di Dusun Jepang masih lemah. Sehingga Perlu adanya peningkatan masalah ekonomi pada masyarakat Samin yang ada di Dusun Jepang secara maksimal dan baik. Penghasilan masyarakat Samin di Dusun Jepang rata-rata di bawah 2,5 juta, bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.5

Penghasilan rata-rata masyarakat samin Dusun Jepang4

No Penghasilan Perbulan Jumlah

1 Kurang 2,5 jt 370

2 2,5 – 5 jt 8

3 Lebih 5 jt 0

d. Kondisi kebudayaan

Dalam kehidpan masyarakat Samin di Dusun Jepang sangatlah sederhana, dalam kehidupannya mayarakat Samin menjujung solidaritas

4

(60)

52

yang tinggi, tak heran jika masyarakat Samin mempunyai tradisi sendiri seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian.

a. Kelahiran

Dalam kehidupan masyarakat biasa, seperti biasanya kalau dalam kelahiranya bayi pasti di beri nama, sama dengan masyarakat Samin, bahawa bayi yang baru lahir di berikan nama sesuai dengan jenis kelaminnya bayi lahir

Wong inilah yang kemudian melahirkan aku atau saya yang menjadi subyek keberadaan. Wong tidak menunjuk ke gender kerana wong bukan lelaki atau perempuan

Wong tidak menunjuk ke gender kerana wong bukan lelaki atau perempuan. Dalam perwujudannya, wong menggejal dalam dua jenis dan diberikan jeneng (nama) lanang (lelaki) dan wedok (perempuan). Di satu sisi pengunaan kata jeneng ini bisa merujuk ke pengertian wadhag atau fisik, di sisi laim merujuk ke sifat dan fungsi. Sekadar catatan, meski dalam bahasa jawa jeneng dan aran secara denotatif sama, ketika dipakai secara kootatif bisa berbeda makna. Sebagai ilustrasi, di jawa ada ungkap kabotan jeneng (tak kuat menyadang nama), atau milih jeneng, apa jeneng (memilih kekayaan atau nama baik). Kata jeneng dalam ungkapan ini tidak terjemah dalam bahasa indonesia menjadi “nama”, dalam konteks ini terjemah bahasa

(61)

53

pangaran, barulah mereka menjawab dengan apa yang lazim kita anggap sebagai nama, yaitu suto atau noto misalnya.

b. Perkawinan

(62)

54

c. Kematian

Di dalam kematian masyarakat Samin, seperti biasa yang di lakukan oleh masyarakat pada umumnya, dengan tidak melupakan dengan syariat islam yang dimana telah di atur oleh hukum Islam itu sendiri. Pada masa lalu masyarakat Samin dalam mengubur mayat dikenal dengan istilah “gelundung semprong” (orang yang meningal dunia di kubur dengan apa

adanya), artinya jika ada seseorang yang meninggal dunia, maka ia akan dikubur dengan apa adanya tanpa dibungkus apapun, dan hanya dibungkus dengan pakaian sewaktu hidupnya. Namun saat ini pemakamannya sudah mengunakan cara syariat Agama Islam, agama yang mereka anut saat ini.

e. Kondisi keagamaan

(63)

55

Tabel 1.6

Jumlah sarana ibadah yang terdapat Dusun Jepang5 NO Bentuk Tempat Beribadah Jumlah

1 Masjid 1

2 Mushola 4

Selain itu masyarakat Samin yang berada di Dusun Jepang selalu mengunakan ritual keagamaan Islam yaitu: yasinan dan tahlilan. acara tersebut sebagai rutinan yang di lakuakn oleh setiap malam jum’at untuk

memenuhi hajat anggota selain itu sebagai ariasan dengn mewujudkan solidaritas tinggi dalam Samin.

f. Kondisi sarana dan informasi

Dalam keseharian banyak masyarakat yang memanfaatkan sarana tranfortasi dan informasi. Sarana yang digunakan oleh masyarakat Samin di lakukan untuk aktivitas sehari-hari baik yang digunakan sebagai pendidikan, ekonomi, budaya, maupun hubungan masyarakat sosial. Dalam kondisi Dusun Jepang yang berada di tengah hutan, persawahan, dan perkebunan mereka tidak meraa kesulitan meskpun hubungan informasi terbatas, tetapi hal ini tidak menjadi menghambat bagi masyarakat Dusun Jepang. Sarana dan tranformasi untuk memenuhi kegiatan warga Dusun Jepang antara lain:

1. Sarana tranfortasi

5

(64)

56

 Mobil

 Sepedah motor

 sepedah 2. Informasi

 Kentongan

 Radio

 Televisi

 Hand phone

g. Keberadaan masyarakat Samin Di Dusun Jepang

Menurut sisilah yang telah ada, timbul masyarakat Samin di Dusun Jepang Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, sebenarnya ajaran penganut Samin Surosentiko yang merupakan pelopor masyarakat Samin tersebar luas berbagai daerah yang berada di Jawa Timur, dan Jawa Tengah. termasuk salah satu Dusun Jepang tersebut yang tentunya dibawa oleh keturunan dari Samin yang keturunan generasi ke 4 yaitu Mbah Hardjo Kardi. seorang penerus ajaran Samin Surosentiko yang tinggal di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margimulyo, Kabupaten Bojonegoro bersama dengan Sang Istri yaitu Sidah yang akhirnya menetap Dusun Jepang.

3. Mengenal leluhur masyarakat Samin

(65)

57

Waktu itu di Jawa Timur ada Kabupaten yang besar yaitu Sumoroto yang termasuk wilayah Tulungagung. Bupati Sumoroto yang disebut pangeran saat itu adalah Raden Mas Adipati Brotoningrat yang berkuasa tahun 1802-1826.

Raden Mas Adipati Brotodiningrat mempunyai 2 (dua) anak yaitu:

 Raden Ronggowirjodiningrat

 Raden Surowidjojo

Raden Ronggowirjodiningrat berkuasa di Tulungagung sebagai bupati Wedono pada tahun 1826-1844, yang diawali Belanda dan wilayahnya semakin sempit, sedangkan Raden Suruwidjojo bukan bendoro Raden Mas, tetapi cukup Raden Aryo,menurut orang Jawa Timur.

Menurut lingkungan ningrat Jawa, Raden Surowidjojo adalah nama tua sedangkan nama kecilnya adalah Raden Surosentiko atau Suromoko yang memakai julukan “SAMIN” yang artinya “SAMI-SAMI AMIN atau

dengan arti lain bila semua setuju dianggap sah karena mendapat dukungan rakyat banyak6. Raden Surowidjojo sejak kecil di didik oleh orang tuanya Pangeran Kusumaningayu di lingkungan kerajaan dengan di bekali ilmu yang berguna, keperihatiaan tapa brata dan lainnya dengan maksud agar mulia hidupnya. Namun Raden Surowidjojo tidak suka karena tahu bahwa rakyat sengsara dihisap dan dijajah bangsa Belanda. Kemudiandia dia keluar

6

Gambar

Tabel 1.1 Daftar nama informan penelitian
Jumlah sarana lembaga pendidikanTabel 1.2 1
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Masyarakat Samin dalam mengembangkan sector ekonomi juga masih memerlukan peran dari pemerintah desa seperti desa sebagai dinamisator

Nilai religius Jawa tersebut tampak dalam bentuk kepasrahan dan kepercayaan kepada Tuhan dengan meminta pertolongan kepada Tuhan, Fungsi yang ada dalam mantra

Metode penelitian yang digunakan adalah field research, berdasarkan aspek sosial tradisi membangun rumah, tatanan ruang dalam, bahan dan konstruksi bangunan, dengan

Dapat dipastikan bahwa peran mediator adat dalam menyelesaikan perkara perceraian dan waris didaerah Masayarakat Samin Bojonegoro ini tidak bisa diragukan lagi mengingat banyaknya

Metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik (Pengumpulan sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Penafsiran Sumber), dan Historiografi

Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa para warga sedulur sikep khususnya perempuan samin sepakat, bahwa sekolah formal itu merupakan salah satu jembatan untuk

Masyarakat Samin di Dusun Jepang telah mengalami banyak perubahan dan akan terus berlangsung seiring pembangunan “ala” modernisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah.. Sejauh ini

Sedangkan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,