• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 7 TAHUN 1986

TENTANG

PENETAPAN BATAS WILAYAH KOTA DI SELURUH INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa perkembangan kota-kota yang sangat pesat di Indonesia, khususnya kota-kota kecil, memerlukan pengarahan perkembangan yang sebaik-baiknya;

b. bahwa untuk mengarahkan perkembangan kota dengan sebaik-baiknya dipandang perlu untuk mengatur dan mengendalikannya dengan menetapkan batas wilayah kota yang tidak berstatus sebagai Kotamadya Daerah Tingkat II, Kotamadya maupun Kota Administratif;

c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu untuk mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai Penetapan Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia, yang berlaku bagi Ibukota Kabupaten, Ibukota Kecamatan dan kota-kota lainnya yang telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3153);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1985 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1984 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap ke IV 1984/1985 – 1988/1989.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENETAPAN BATAS WILAYAH KOTA DI SELURUH INDONESIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

(2)

2

-PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM

b. Kota adalah suatu wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a pasal ini yang tidak berstatus sebagai kota Administratif atau Kotamadya;

c. Ibukota Kabupaten adalah sebagaimana dimaksud pasal 74 ayat (4) dan pasal 75 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974;

d. Ibukota Kecamatan adalah sebagaimana diatur oleh Pasal 75 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

BAB II

BATAS WILAYAH KOTA

Pasal 2

Batas wilayah kota ditetapkan dari:

a. Kota tempat kedudukan Pembantu Gubernur. b. Kota Ibukota Kabupaten.

c. Kota tempat kedudukan Pembantu Bupati. d. Kota Ibukota Kecamatan.

e. Kota lainnya, yang telah berpenduduk sekurang-kurangnya 20.000 jiwa di Pulau Jawa dan sekurang-kurangnya 10.000 jiwa di luar Pulau Jawa.

BAB III

TATACARA PENETAPAN BATAS WILAYAH Pasal 3

(1) Untuk menetapkan batas wilayah kota dibentuk team tehnis yang beranggotakan unsur Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I dan Kabupaten Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

(2) Batas wilayah kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan, dan berlaku setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang.

(3) Biaya untuk penetapan batas wilayah kota dimaksud dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 4

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri.

(2) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 29 Nopember 1986

MENTERI DALAM NEGERI,

Referensi

Dokumen terkait

Ia termasuk pengemis mandiri, karena saat beroperasi ia hanya sendiri dan hasilnya juga untuk dirinya sendiri, ia mengaku tidak ada yang memintanya untuk

Ordo Hymenoptera yang paling banyak berperan sebagai parasitoid adalah superfamili Ichneumonoidea, meliputi famili Ichneumonidae dan Braconidae, serta beberapa spesies dari

PERANAN ASESMEN FORMATIF TERHADAP LEARNING PROGRESSION SISWA PADA KONSEP KLASIFIKASI TUMBUHAN BERBIJI DENGAN PENDEKATAN FENETIK.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegiatan pelayanan rekam medis yang telah dilakukan sejak zaman dulu sangat berperan dalam perkembangan

Variabel penelitian terdiri dari tiga variable yaitu: Variabel Input Adapun input dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 38 Hulonthalangi, pendidik yang

Hasil studi menunjukan bahwa bayi yang lahir dari wanita perokok berisiko 2 kali lebih besar mengalami kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome) dibandingkan dengan

Dengan konsumsi listrik lebih rendah beserta perangkat aksesoris dan fitur inovatif yang baru, mesin pembersih serba guna ini membersihkan tanpa kompromi.. Kärcher memberikan

Frekuensi Rapat Dewan Pengawas Syariah Rapat Dewan Pengawas dalam rangka koordinasi dan membahas hal- hal terkait kegiatan perbankan syariah agar tetap sesuai dengan prinsip