• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Burm F.) DENGAN APLIKASI ARANG KOMPOS DAN NAUNGAN1) Oleh :

Hengki Siahaan2), Nanang Herdiana2), Teten Rahman S.2), dan Nasrun Sagala3)

ABSTRAK

Arang kompos adalah produk gabungan antara arang dan kompos yang merupakan salah satu alternatif yang sangat potensial sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk kimia. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian aplikasi arang kompos terhadap bibit kayu bawang di persemaian yang dikombinasikan dengan aplikasi naungan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan split plot dengan faktor naungan sebagai petak utama dan persentase arang kompos dalam media sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi arang kompos dan naungan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kayu bawang. Diameter dan tinggi bibit terbesar terdapat pada aplikasi arang kompos sebesar 30 % (M4) yaitu 5,08 mm dan 31,92 cm pada umur 3 bulan di persemaian. Pada faktor naungan, aplikasi naungan dengan kerapatan 55 % (N2) memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibanding perlakuan tanpa naungan dan kerapatan naungan lainnya, yaitu mencapai tinggi dan diameter masing-masing sebesar 30,05 cm dan 4,85 mm pada umur 3 bulan di persemaian.

Kata kunci: Kayu bawang, Protium javanicum Burm F., arang kompos, kerapatan naungan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk kimia (anorganik). Kompos ini telah digunakan di bidang perkebunan sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Pada perkebunan kelapa sawit, kompos yang dibuat menggunakan tandan kosong sawit (TKS) sebagai bahan baku misalnya pada PTPN III, produksi arang kompos saat ini telah mencapai 100 ton/hari dengan bahan baku TKS (Kompas, 18 Januari 2007).

Secara ekologi penggunaan arang kompos dapat memberikan beberapa dampak positif terhadap lingkungan. Dampak positif tersebut antara lain mengurangi penggunaan topsoil secara besar-besaran pada pembibitan skala luas, pemanfaatan sampah kota, dan berkurangnya pemakaian pupuk kimia.

Pada sektor kehutanan, penggunaan kompos telah lama diteliti penggunaannya. Materi yang diteliti efektivitasnya antara lain adalah serbuk gergaji, sampah organik, kotoran hewan, dan serasah. Gusmailina et al. (2003) mengembangkan produk kompos yang dikombinasikan dengan arang sehingga disebut dengan arang kompos. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan arang dan kompos secara bersamaan dapat memberikan pertumbuhan yang jauh lebih baik pada tanaman dibandingkan apabila digunakan

1

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006

2

(2)

secara terpisah. Bahan arang yang dgunakan pada produk ini adalah kulit kayu, serbuk gergaji, dan limbah industri kayu gergajian. Analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa arang kompos dapat memperbaiki tekstur, struktur, dan pH tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar, meningkatkan perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menjaga kesuburan tanah.

Pada kegiatan pembibitan, khususnya tanaman kehutanan, di samping aplikasi arang kompos, aplikasi naungan (misalnya paranet) sangat diperlukan. Pengaturan tingkat kerapatan naungan diperlukan untuk mengatur intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan bibit. Kebutuhan cahaya setiap jenis akan berbeda. Pada jenis yang membutuhkan cahaya, naungan yang terlalu rapat akan menyebabkan terjadinya etiolasi, sedangkan naungan yang kurang akan menyebabkan kurangnya perlindungan tanaman (bibit) dari sinar matahari langsung, curah hujan yang tinggi, angin serta fluktuasi suhu yang ekstrim (Schmidt, 2002).

Pada penelitian ini aplikasi arang kompos dan naungan dilakukan pada jenis kayu bawang (Protium javanicum Burm. F) yang termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Jenis ini termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species) dan dapat digunakan sebagai kayu pertukangan. Sebaran alami jenis ini terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara pada hutan-hutan sekunder seperti semak belukar, bekas ladang, kebun atau tegalan (Ulfa et al., 2003).

Budidaya yang telah dilakukan oleh masyarakat masih sangat sederhana dengan input teknologi yang minimal sehingga masih memerlukan banyak penelitian termasuk pada aspek pembibitannya. Input teknologi sangat diperlukan untuk mengembangkan jenis ini dalam bentuk hutan tanaman, khususnya dalam bentuk hutan rakyat.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi arang kompos dan naungan terhadap pertumbuhan bibit kayu bawang (P. javanicum) di persemaian.

II. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di persemaian Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (BP2HT) Palembang yang berlangsung mulai bulan Januari sampai Mei 2006. Pengamatan/pengukuran dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan.

B. Bahan dan Alat

(3)

C. Metode Penelitian 1. Pengecambahan Benih

Benih kayu bawang ditabur dengan cara membenamkan benih ½ sampai ¾ bagian pada bak kecambah yang telah diisi media berupa pasir sungai. Setelah itu bagian benih yang masih kelihatan ditutup kembali dengan menggunakan pasir. Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram media agar kondisinya tetap lembab.

2. Persiapan Media Sapih dan Penyapihan

Media sapih yang digunakan adalah topsoil dan arang kompos. Kedua media tersebut diayak sehingga menghasilkan media yang relatif halus. Media dicampur dan diaduk sesuai dengan rancangan penelitian. Media selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag.

Sebelum dilakukan penyapihan, media sapih dan kecambah disiram terlebih dahulu. Kecambah yang telah berumur 10 hari disapih ke dalam polybag yang telah diisi media sapih. Seminggu kemudian bibit dipindahkan ke persemaian yang telah diberi naungan dengan kerapatan 0 %, 55 %, 65 %, dan 75 %. Bibit diatur dan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan design penelitian. Masing-masing unit pengamatan dipasang label plastik untuk kodefikasi.

3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design). Petak utama adalah kerapatan naungan dan komposisi arang kompos yang ditambahkan pada media topsoil sebagai anak petak. Kerapatan naungan terdiri dari 4 taraf yang semuanya ditempatkan pada persemaian di mana terdapat naungan alami berupa tajuk pohon di sekitarnya, sehingga faktor naungan secara rinci adalah sebagai berikut :

o N1 : naungan alami tanpa paranet (intensitas cahaya 4.200-5.350 lux)

o N2 : naungan alami + paranet dengan kerapatan 55 % (intensitas cahaya 3.140-4.180 lux)

o N3 : naungan alami + paranet dengan kerapatan 65 % (intensitas cahaya 1.940-2560 lux)

o N4 : naungan alami + paranet dengan kerapatan 75 % (intensitas cahaya 1.54-1.820 lux)

Sedangkan komposisi arang kompos yang ditambahkan ke dalam media sapih terdiri atas 5 taraf yaitu :

o M1 (persentase arang kompos 0 %/top soil murni) o M2 (persentase arang kompos 10 %)

o M3 (persentase arang kompos 20 %) o M4 (persentase arang kompos 30 %) o M5 (persentase arang kompos 40 %)

(4)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran variabel tinggi (cm), diameter (mm), dan persen hidup (%) kayu bawang dianalisis dengan anlisis varian untuk mengetahui pengaruh aplikasi arang kompos dan naungan (paranet) serta interaksi kedua perlakuan. Hasil analisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis varian variabel tinggi, diameter, dan persen hidup bibit kayu bawang (P. javanicum) umur 3 bulan di persemaian

Tinggi Diameter Persen hidup Sumber keragaman

KT F. Hit. KT F. Hit. KT F. Hit. Media 60,90 13,99 ** 1,19 13,93 ** 64,84 3,11* Kerapatan naungan 14,13 3,25 * 0,29 3,39 * 41,68 2,00 ns Interaksi 1,76 0,40 ns 0,05 0,56 ns 33,96 1,63 ns

Galat 4,35 0,09 20,84

Keterangan :ns = tidak nyata; * = nyata; ** = sangat nyata

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa aplikasi arang kompos sebagai campuran topsoil pada media pembibitan kayu bawang berpengaruh sangat nyata terhadap variabel tinggi dan diameter serta berpengaruh nyata terhadap persen hidup bibit tersebut di persemaian. Aplikasi naungan berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi dan diameter, sedangkan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati (Tabel 1). Pengaruh kedua perlakuan akan dianalisis lebih lanjut dengan uji DMRT dan akan dibahas secara terpisah untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pertumbuhan yang lebih baik pada bibit kayu bawang di persemaian.

A. Pemberian Arang Kompos

Hasil uji lanjut pengaruh aplikasi arang kompos pada media pembibitan kayu bawang dengan berbagai persentase terhadap variabel tinggi, diameter, dan persen hidup bibit disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh aplikasi arang kompos pada media pembibitan kayu bawang

(P. javanicum) terhadap variabel tinggi, diameter, dan persen hidup bibit umur 3 bulan

Media Tinggi (cm) Diameter (mm) Persen Hidup (%) M1 (tanpa arang kompos) 26,27 a 4,41 c 98,61 a M2 (arang kompos 10 %) 28,96 b 4,39 c 100,00 a M3 (arang kompos 20 %) 30,40 a b 4,79 b 100,00 a M4 (arang kompos 30 %) 31,92 a 5,08 a 97,22 a b M5 (arang kompos 40 %) 31,32 a 5,96 a b 94,44 c

(5)

penurunan. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase arang kompos yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kayu bawang adalah 30% (M4).

Berdasarkan hasil analisis media yang disajikan pada Tabel 3, aplikasi arang kompos sebagai campuran topsoil pada media pertumbuhan bibit dapat meningkatkan kandungan unsur hara N, P, K, Ca, Na, dan Mg serta pH media sehingga dengan aplikasi arang kompos akan meningkatkan pertumbuhan bibit.

Tabel 3. Hasil analisis sifat kimia media yang digunakan sebagai media sapih kayu bawang (P.

javanicum)

Komposisi media Sifat kimia

M1 M2 M3 M4 M5

pH H2O 5,57 6,01 6,09 6,15 6,51

C.org (%) 2,16 1,89 2,41 2,81 2,73

N total (%) 0,19 0,17 0,18 0,23 0,30

P-Bray I (ppm) 3,45 43,65 70,05 93,45 115,95

K 0,38 0,45 0,51 0,58 0,64

Na 0,55 0,76 0,98 1,09 0,98

Ca 0,90 2,25 2,50 2,80 2,90

Mg 0,28 0,28 0,41 0,39 0,70

Ket. : Analisis media dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Pada Tabel 3 terlihat bahwa pH media mengalami peningkatan dengan semakin banyaknya persentase arang kompos yang ditambahkan hingga pada media M5 yang mendekati netral (6,51). Hal ini berarti bahwa tingkat kemasaman media semakin berkurang sehingga lebih optimal dalam mendukung pertumbuhan bibit.

Selain meningkatkan kandungan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan mengurangi tingkat kemasaman tanah, Gusmailina (2003) menyatakan bahwa arang kompos dapat memperbaiki struktur dan tekstur media dalam polybag. Hal ini terjadi karena dengan pemberian arang kompos akan mengurangi kepadatan media dengan semakin banyaknya ruang pori pada media. Struktur dan tekstur yang baik akan merangsang pertumbuhan akar sehingga tingkat penyerapan unsur hara akan semakin tinggi sesuai yang dibutuhkan tanaman.

B. Pemberian Naungan

Pemberian naungan berupa paranet berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit. Hasil uji lanjut DMRT terhadap kedua variabel tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh naungan terhadap variabel tinggi dan diameter bibit kayu bawang (P. javanicum) umur 3 bulan di persemaian

No. Kerapatan naungan (Intensitas cahaya) Tinggi (cm) Kerapatan naungan (intensitas cahaya) Diameter (mm)

1. N2 (3140-4180 lux) 30,65 a N2 (3140-4180 lux) 4,85 a 2. N3 (1940-2560 lux) 20,23 a N1 (4200-5350 lux) 4,79 a 3. N1 (4200-5350 lux) 29,81 a b N3 (1940-2560 lux) 4,73 a b 4. N4 (1540-1820 lux) 28,41 b N4 (1540-1820 lux) 4,52 b

(6)

variabel pertumbuhan pada aplikasi naungan 55% (N2) ini tidak berbeda dengan pertumbuhan bibit pada tingkat kerapatan naungan 65% (N3) dan tanpa naungan (N1), tetapi berbeda dengan pertumbuhan pada tingkat kerapatan naungan 75% (N4).

Secara alami, seluruh taraf perlakuan naungan (paranet) berada di bawah naungan alami berupa tegakan pohon yang ada di sekitar persemaian, sehingga tanpa pemberian paranet (N1) mempunyai intensitas cahaya yang hanya mencapai 4.200-5.350 lux. Apabila ditinjau dari segi ekonomi maka perlakuan N1 pada penelitian ini merupakan pilihan terbaik karena walaupun lebih rendah dibanding naungan paranet 55 % (N2) tetapi secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Namun demikian, selain berfungsi sebagai pelindung bibit dari intensitas cahaya matahari, paranet berfungsi juga untuk melindungi bibit dari curah hujan yang tinggi, angin, suhu yang fluktuatif (Schmidt, 2002). Dalam penelitian ini, paranet berfungsi juga untuk melindungi bibit dari kemungkinan kerusakan fisik akibat jatuhnya daun-daun ataupun ranting-ranting pohon yang ada di sekitar persemaian. Dengan pertimbangan ini, maka penggunaan paranet dengan tingkat kerapatan naungan 55% (N2) merupakan pilihan yang lebih baik.

Pada tingkat kerapatan naungan 75% (N4) memberikan pertumbuhan yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena pada kondisi ini bibit telah mengalami kekurangan cahaya sehingga pertumbuhan bibit menjadi tidak optimal.

IV. KESIMPULAN

1. Pemberian arang kompos sebagai campuran topsoil secara nyata dapat menigkatkan pertumbuhan bibit kayu bawang (Protium javanicum Burm. F) karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur media, meningkatkan kandungan unsur hara serta meningkatkan pH media dalam polybag.

2. Pemberian paranet dengan tingkat kerapatan naungan 55% dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kayu bawang (Protium javanicum Burm. F) umur 3 bulan di persemaian.

DAFTAR PUSTAKA

Gusmailina, G. Pari, S. Komarayati. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang untuk Rehabilitasi Lahan. Bulletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 4 (1): 21-30. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Kompas, 18 Januari 2007. Pupuk Organik: Produksi Kompos 500 Ton Per Hari.

Hal. 26.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub-tropis. Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Analisis varian variabel tinggi, diameter, dan persen hidup bibit kayu bawang (P
Tabel 3. Hasil analisis sifat kimia media yang digunakan sebagai media sapih kayu bawang (P

Referensi

Dokumen terkait

Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar, metode pengakuan pendapatan bagi hasil yang dilakukan oleh bank bagi hasil dari pembiayaan mudharabah diakui pada saat

hasil kajian rancangan tangki tunda tiga buffle untuk digunakan pada sistem tunda reaktor TRIGA Pelat sebagai reaktor TRIGA 2000 Bandung yang dikonversi.. Kata

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ulat sagu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 15 L susu sapi segar yang dibeli pada beberapa peternak atau outlet di daerah Medan Sunggal.. Penelitian ini menggunakan metode

berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja karyawan, sedangkan variabel burnout berpengaruh negatif dan signifikan pada kinerja karyawan. Saran penelitian ini,

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata KP dengan menggunakan seting parameter kombinasi awal dan rata-rata KP dengan menggunakan seting parameter

Tahapan pertama yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini yaitu melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh data yang mendukung pengembangan

Mantawa (dalam kotak jingga) nilai impedansi akustik relatif kecil (defleksi kekiri) kemudian diapit dengan nilai impedansi akusik yang besar di atas dan bawah atau pada