• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA BAGI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKOTONG TIMUR KECAMATAN LEMBAR LOMBOK BARAT ipi313149

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA BAGI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKOTONG TIMUR KECAMATAN LEMBAR LOMBOK BARAT ipi313149"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAANDANPENDAMPINGANMANAJEMENUSAHA

BAGIPEMUDADALAMPENGEMBANGANEKONOMIMASYARAKAT

DISEKOTONGTIMURKECAMATANLEMBARLOMBOKBARAT

Bahrur Rosyid1

Abstrak: Pemerintah dalam perekonomian yang Islami, memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Pemerintah adalah pemegang amanah Allah SWT. untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (Al-Adl

wal ihsan) serta tata kehidupan yang baik (Hayyah thayyibah)

bagi seluruh umat. kebijakan ekonomi Pemerintah yang pro ekonomi kerakyatan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sekitar 90% dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil. Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah Kabupaten/Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegiatan usaha kecil selalu dilanda fenomena sulit berkembang. Hal ini terlihat dengan membanjirnya produk pangan dari luar negeri yang banyak ragamnya, mulai dari yang bemitra dengan perusahaan di Indonesia (toll manufacturing), produk impor legal dan produk impor illegal. Jika dicermati dengan baik, ternyata produk tersebut banyak dihasilkan oleh Manajemen Usaha yang handal walaupun usahanya kecil, misalnya memiliki penampilan produk yang prima, baik dari segi kemasan maupun kualitas produknya. Kemasan produk impor yang dihasilkan dari Manajemen Usaha, salah satunya mempunyai desain yang menarik dan terbuat dari bahan yang baik. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa semua produk impor dari luar negeri yang dihasilkan oleh usaha kecil tersebut mempunyai Manajemen Usaha, yaitu dengan merk yang sangat variatif yang telah didaftarkan di kantor Hak kekayaan intelektual dari negaranya masing-masing serta terjaminnya kebersihan atau kesehatan dari produk tersebut dengan adanya label sehat dari departemen kesehatan dari negaranya masing-masing. Selain itu, walaupun produk tersebut produk impor

(2)

yang dibuat oleh usaha kecil, namun mereka selalu melirik pangsa pasar kaum muslim, di mana mereka juga mencantumkan produk tersebut dengan label halal, secara langsung mempengaruhi atau menarik konsumen untuk membelinya. Hal-hal inilah yang masuk kedalam lingkup Manajemen Usaha.

Kata Kunci:Manajemen Usaha

PENDAHULUAN

Pada dasarnya peranan Pemerintah dalam perekonomian yang Islami, memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Pemerintah adalah pemegang amanah Allah SWT. untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (Al-Adl wal ihsan) serta tata kehidupan yang baik (Hayyah thayyibah) bagi seluruh umat. Jadi Pemerintah adalah agen dari Tuhan atau Khalifatullah, untuk merealisasikan falah. Sebagai pemegang amanah Tuhan, eksistenti dan peran Pemerintah ini memiliki landasan yang kokoh dalam Al-Qur'an dan Sunnah, baik secara eksplisit maupun implisit. Kehidupan Rasulullah dan Khulafa'urrasyidin merupakan teladan yang amat baik bagi eksistensi Pemerintah. Dasar dalam menjalankan amanah tersebut Pemerintah akan menjunjung tinggi prinsip musyawarah (syura) sebagai salah satu mekanisme pengambilan keputusan yang penting dalam Islam.

kebijakan ekonomi Pemerintah yang pro ekonomi kerakyatan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari beberapa fakta yang ada pada data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang memiliki peran dominan terhadap perekonomian, sehingga dapat menaikkan taraf hidup sebagian besar rakyat Indonesia, di mana dampaknya terjadi dalam stabilitas kehidupan sosial lainnya. Di sisi lain, sektor UMKM juga harus terus mengevaluasi diri dalam menciptakan daya saing produksinya, sehingga produk-produknya dapat diterima oleh masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri.2

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam kitab-Nya;



(3)



Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami

terhadap kaum yang kafir."3(Q.S. Al-Baqarah: 286)

Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sekitar 90% dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil. Peran usaha kecil yang sangat besar pada masa resesi ekonomi tahun 1998 dan selama proses pemulihan ekonomi semakin mengukuhkan posisi usaha kecil sebagai pelaku ekonomi yang sangat penting. Namun demikian, walaupun usaha kecil mempunyai tempat yang sangat strategis bagi perekonomian suatu bangsa, tetap saja usaha kecil khususnya di Indonesia sering mengalami kendala yang sangat klasik, seperti : i). Kekurangan modal; ii). Teknologi dan ke iii) pemasaran produk. Sehingga muncul pertanyaan mendasar yaitu bagaimana sektor usaha kecil di Indonesia dapat didorong menjadi usaha berskala besar, sehingga mampu meningkatkan Perekonomian Nasional.

Di Indonesia, persoalan tersebut di atas, sebenarnya telah ditempuh berbagai upaya diantaranya yaitu dengan mengeluarkan deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Namun demikian, upaya tersebut ternyata tidak membawa keuntungan bagi usaha kecil. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah terhadap deregulasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia ternyata hanya membawa keuntungan bagi pengusaha besar.4

Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah Kabupaten/Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegiatan usaha kecil selalu dilanda fenomena sulit berkembang. Hal ini terlihat dengan

3 Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka, 2006)

(4)

membanjirnya produk pangan dari luar negeri yang banyak ragamnya, mulai dari yang bemitra dengan perusahaan di Indonesia (toll

manufacturing), produk impor legal dan produk impor illegal. Jika

dicermati dengan baik, ternyata produk tersebut banyak dihasilkan oleh Manajemen Usaha yang handal walaupun usahanya kecil, misalnya memiliki penampilan produk yang prima, baik dari segi kemasan maupun kualitas produknya. Kemasan produk impor yang dihasilkan dari Manajemen Usaha, salah satunya mempunyai desain yang menarik dan terbuat dari bahan yang baik.5 Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa semua produk impor dari luar negeri yang dihasilkan oleh usaha kecil tersebut mempunyai Manajemen Usaha, yaitu dengan merk yang sangat variatif yang telah didaftarkan di kantor Hak kekayaan intelektual dari negaranya masing-masing serta terjaminnya kebersihan atau kesehatan dari produk tersebut dengan adanya label sehat dari departemen kesehatan dari negaranya masing-masing. Selain itu, walaupun produk tersebut produk impor yang dibuat oleh usaha kecil, namun mereka selalu melirik pangsa pasar kaum muslim, di mana mereka juga mencantumkan produk tersebut dengan label halal, secara langsung mempengaruhi atau menarik konsumen untuk membelinya. Hal-hal inilah yang masuk kedalam lingkup Manajemen Usaha.

Kondisi berbeda terjadi pada usaha kecil di Indonesia, sebagian besar usaha kecil di Indonesia justru tidak mengemas produksi dengan kemasan yang prima. Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang Manajemen Usaha rendah, sehingga sikap dan prilaku mereka yang menganggap bahwa faktor kemasan bukanlah faktor utama dan pertama dalam pemasaran produk. Mereka hanya beroriantasi pada cita dan rasa dari produk tersebut, sehingga produk dari usaha kecil di Indonesia selalu tidak memperhatikan Manajemen Usahanya, contoh kecil segi kemasannya. Padahal kemasan dari suatu produk merupakan jantungnya pemasaran, karena kemasan produk itu merupakan jendela informasi yang sangat berguna bagi konsumen. Melalui kemasan produk, konsumen dapat melihat secara rinci hal-hal yang terkait produk, misalnya apakah produk tersebut sudah lulus uji kesehatan atau belum, halal atau tidak, siapa pemilik dari produk tersebut, dan lain sebagainya, dikemasan produk, konsumen atau masyarakat juga bisa secepatnya mencari produk tersebut dengan mengenali tanda atau merknya. Itulah perlunya masyarakat diberikan Pembinaan Manajemen Usaha.

(5)

Merk yang terdapat pada suatu kemasan produk, menurut Abdulkadir Muhammad mempunyai fungsi yaitu untuk membedakan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis.6

Selain fungsi di atas, fungsi merk dapat dilihat juga dari sudut pandang produsen, pedagang dan konsumen. Dari pihak produsen, merk digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas kemudian pemakaiannya. Dari pihak pedagang, merk digunakan untuk promosi barang-barang dagang/jasanya guna mencari dan meluaskan pasaran. Dari pihak konsumen, merk digunakan untuk mengadakan pilihan barang/jasa yang akan dibelinya atau digunakannya.7

Dengan demikian, tidaklah dapat dibayangkan, apabila suatu produk tidak memiliki merk, tentu produk yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh konsumen.8 Oleh karena itu terlepas dari adanya faktor keterpaksaan daripada kebutuhan, sangatlah tepat bila bangsa Indonesia melakukan pengaturan merk melalui peraturan perundang-undangan sebagai upaya memberikan perlindungan terhadap merk, mengingat begitu pentingnya merk dalam lalu lintas perdagangan barang maupun jasa. Selain itu, pengaturan merk dengan UU No. 15 Tahun 2011 tentang merk juga dimaksudkan untuk memberikan landasan perlindungan hukum yang efektif guna mencegah berbagai bentuk pelanggaran berupa penjiplakan, pembajakan atau peniruan atas sebuah merk. Dengan demikian, prinsip pengaturannya adalah adanya pengakuan kepemilikan hak atas merk.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pasal 3 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merk menyatakan bahwa hak atas merk adalah hak ekslusif yang diberikan negara kepada pemilik merk yang terdaftar dalam Daftar Umum Merk untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merk tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dari bunyi ketentuan pasal 3 di atas, terlihat bahwa negara, melalui UU Merek, hanya dapat memberikan perlindungan hukum terhadap merkyang telah terdaftar.9

Tidak kalah pentingnya dengan merk dalam pemasaran produk adalah labelisasi halal. Mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim,

6 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Keayaan Intelektual, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2001), hal. 120-121.

7 Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan Undang-Undang Merek dan Dampaknya Bagi

Dunia Bisnis, Dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 2, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 1997), 56.

8Insan Budi Maulana,Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1997), hal. 53.

(6)

maka labelisasi adalah menjadi sangat urgen yang harus ada pada satu kemasan produk. Agar masyarakat yang menjadi konsumen itu percaya bahwa suatu produk itu halal, maka produk yang dikemas oleh usaha kecil tidak hanya cukup mencantumkan kata halal saja, namun kata halal yang dicantumkan dalam kemasan produk harus mendapatkan ijin dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berkompeten mengeluarkan label halal tersebut. Oleh karena itu, pemberian labelisasi halal pada satu kemasan produk yang dibuat oleh usaha kecil harus diuji terlebih dahulu oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap kebenaran halal atau tidaknya suatu produk.

Oleh karena itu, usaha (Pertanian) yang ada di Sekotong Timur, perlu diberikan PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT, sehingga Masyarakat umumnya dan pengusaha kecil khususnya yang ada di Sekotong Timur mampu bersaing dengan produk-produk dari luar, maka terjawablah semboyan daerah kitaNTB BERSAING.

Sektor usaha mikro kecil menengah merupakan usaha yang cukup menjanjikan baik bagi masyarakat dan bagi pemerintah, dimana dengan adanya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan dengan menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga, sedangkan bagi pemerintah UMKM dapat mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan konstribusi pendapatan asli daerah (PAD) bagi daerah.

Berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) diantaranya memberikan bantuan modal, bantuan peralatan dan berbagai bantuan lainnya, akan tetapi belum ada bentuk bantuan dalam pengembangan softskill seperti kegiatan manajemen modern bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

ALASAN MEMILIH PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA

(7)

melakukan pemberdayaan bagi usaha kecil. Pemberdayaan tersebut sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 14 UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, yang menyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi pengembangan usaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta pengenalan teknologi baru yang efisien guna terciptanya usaha kecil yang maju dan mandiri.

Beberapa hal yang masih menjadi penghambat dalam pengembangan UKM adalah:

1. Tidak tersedianya data yang akurat (data base) tentang keberadaan berikut profil UKM sejak program pemberdayaan UKM dimulai hampir 20 tahun yang lalu, yang memberikan informasi antara lain sejak tahun berapa berdiri, produk apa yang dihasilkan, siapa pasar sasarannya, bagaimana omset dari tahun ke tahun, berapa jumlah tenaga kerja, masih adakah peluang pasar kedepan, jenis bantuan dan pembinaan apa saja yang telah diperoleh, bagaimana perkembangan setelah ada bantuan dan pembinaan dan lain-lain. Tidak tersedianya data terkini dari UKM memiliki kecenderungan program pembinaan dan pengembangan UKM tidak tersebar secara merata, tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan kebutuhan.

2. Belum terkoordinasinya peran "intermediasi" secara terpadu antar lembaga/instansi yang menjalankan fungsi untuk mengembangkan dan membina UKM. Hal ini berpeluang terjadinya tumpang tindih program-program dan ketidakefisienan dana. Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi yang memiliki fungsi yang sama berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, Dinas-dinas KUKM provinsi/kota dan Kabupaten, LSM, perusahaan swasta. Semua melakukan hal yang sama sejak seleksi hingga pendampingan. Tentunya ini merupakan pemborosan dan ineffisien. Sehingga dibutuhkan format yang berbeda agar UKM menjadi penopang roda perekonomian menjadi kenyataan.

3. Belum dimilikinya tolak ukur keberhasilan pembinaan yang dilakukan hanya berjangka waktu pendek dan bukan merupakan suatu kesatuan yang saling mendukung dan berkelanjutan untuk jangka panjang. 4. Terdapatnya perbedaan istilah dan kriteria yang berbeda diantara

lembaga/instansi. Saat ini berkembang istilah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dari yang sebelumnya UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Kementerian KUKM tidak mengenal istilah demikian pula dinas perindutrian yang hanya mengenal istilah IKM (Industri Kecil dan Menengah).10

(8)

Dalam menghadapi hambatan yang ada George S. Odiorne dari Eckerd Collage mengatakan bahwa manajemen berdasarkan sasaran itu berfungsi dengan efektif, manajemen tersebut memerlukan tig alangkah esensial dalam manajemen berdasarkan antisipasi. Ketiga langkah terseebut menjamin pemilihan sasaran strategis yang masuk akal. Tanpa pernyataan sasaran strategis lebih dahulu, sasaran operasional yang terukur mungkin tidak sah. Dalam merumuskan sasaran strategis, hal-hal tersebut hendaknya dipertimbangkan:11

1. sasaran strategis hendaknya dinyatakan mendahului keputusan-keputusan anggaran

2. sasaran strategis hendaknya mendifinisikan kekuatan, kelemahan, masalah, ancaman, resiko dan kesempatan.

3. sasaran strategis hendaknya memperhatikan tren dan misi dan mendefinisikan pilihan strategis yang mencakup akibat-akibat setiap pilihan.

Pembinaan dan Pendampingan terhadap manajemen Usaha (Dari segi penguatan produk/Kemasan dan Pemasaran), hal ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian masyarakat tahun sebelumnya, mengingat ini suatu hal yang sangat urgen, Manajemen Usaha (Dari segi penguatan produk/Kemasan dan Pemasaran) merupakan satu keharusan yang ada pada setiap UMKM. Jika hal kecil seperti : merk dan labelisasi tersebut tidak tercantum atau belum ada dalam satu kemasan produk maka pemasaran produk yang dihasilkan usaha kecil tersebut menjadi terhambat mengingat adanya keraguan dari masyarakat sebagai calon konsumen untuk membeli produk tersebut.

KONDISILOKASISAATINI

Desa Sekotong Timur, merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Lembar. Desa Sekotong jumlah penduduk 3.415 Jiwa, mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor Pertanian (Petani), Peternakan, wiraswasta (Tukang). Secara umum kondisi Desanya relatif subur dengan keadaan tofografi persawahan, masyarakatnya masih banyak mengandalkan kebutuhan hidupnya dari hasil pemberian alam, tanpa masyarakatnya berusaha sedemikian rupa dengan jalan merubah kehidupannya dengan berwirausaha (hanya bergantung pada sektor pertanian), misal dengan hasil dari pertaniannya berupa: ubi, nah bagaimana ubi ini tidak hanya dijual dalam bentuk mentah berupa ubinya saja, tapi bagaimana ubi itu bisa dikembangkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, bisa diolah menjadi kripik, berikut dengan sedikit sentuhan manajemen usaha bisa menjadi produk

(9)

yang bernilai ekonomi yang lebih tinggi. Hal-hal seperti ini yang belum kelihatan nyata di lokasi pengabdian tim.

Desa Sekotong timur, masyarakatnya masih terkonsentrasi pada sektor-sektor yang masih kita katakan instan, artinya apa yang ada di alam, seperti lahan pertanian, masyarakat sekitar hanya memberdayakan dirinya sekedar mengelola lahan pertanian, mengolah, menanam apa yang bisa ditanam berikutnya memanen hasil dari apa yang ditanam, kemudian menjual hasil tersebut dalam bentuk mentahnya, yang tidak seberapa hasil yang diperoleh dengan tenaga yang sudah dikeluarkannya, sehingga dengan kondisi seperti ini, maka kami tim mengadakan pendampingan kepada masyarakat desa tersebut dengan memperkenalkan tentang wirausaha (manajemen usahanya).

Kaitan dengan ini, masyarakat berupa pemudanya kebanyakan keluar dari desa mencari pekerjaan sebagai seorang Tenaga kerja di luar negeri ; ke Malaysia, Taiwan, Arab Saudi dan ke Jepang. Hal ini janggal penglihatan kami, kenapa daerah dengan kondisi yang sangat subur ditinggalkan begitu saja dengan menjadi seorang TKI di negara orang yang dengan kondisi spekulasi tinggi pulang dari negeri orang dapat membawa modal besar, bahkan sepulangnya bingung memanfaat kekuatan modal yang dimiliki untuk apa? , tidak ada yang mengarahkan untuk pengembangan kearah berwirausaha, ada yang punya pemikiran kearah wirausaha cuman belum mempunyai pemahaman tentang dunia usaha (manajemen usaha).

IDENTIFIKASIMASALAH.

1. Masyarakatnya masih bergantung pada pemberian alam, tanpa berpikir lebih jauh bagaimana mengembangkan usaha (Pertanian) yang mempunyai manajemen Usaha

2. Masyarakatnya banyak pelarian menjadi TKI

PERUMUSANMASALAH

1. Masyarakatnya diberikan pembinaan dan pedampingan manajemen usaha (Pertanian)..

2. Manajemen usaha yang diterapkan kedepannya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

TUJUANKEGIATAN

Adapun tujuan diadakannya Pembinaan dan Pendampingan terhadap manajemen Usaha dalam pengembangan perekonomian masyarakat desa sekotong timur ini adalah sebagai berikut :

(10)

2. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya suatu produk yang kemasan menarik dan higienis.

3. Membantu petani memiliki usaha dalam rumah tangga masing-masing untuk bisa menambah penghasilan rumah tangganya masing-masing, dengan meningkatkan nilai tambah produknya agar lebih berharga.

MANFAATKEGIATAN

Adapun manfaat pembinaan dan pendampingan ini adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat (Petani) diharapkan mampu menerapkan manajemen usaha pada poduknya.

2. Masyarakat (Petani) memiliki produk rumahtangga yang baik dan bernilai ekonomi lebih tinggi

3. Masyarakat (Petani) dapat memasarkan produk tidak dalam mentahnya lagi tapi bisa menjual dalam bentuk nilai ekonomi yang lebih tinggi.

STRATEGI DANMETODOLOGI

Strategi atau Model kegiatan yang digunakan dalam pemberdayaan di sini menggunakan tiga metode yaitu :

1. Metode Partisipatory action research.

Digunakan dalam proses awal kegiatan, di mana tim fasilitator (dosen) mencoba untuk berdialog dengan masyarakat (petani). Dialog ini dilakukan secara intensif guna menggali lebih jauh dan mengenali masalah-masalah yang menjadi hambatan pada masyarakat (petani). Serta menggali informasi alasan-alasan mereka menjual hasil pertanian dalam bentuk mentah, tanpa mengolah lebih lanjut menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi jauh lebih tinggi. Dari hasil PAR ini diharapkan menjadi bahan rujukan dalam pembuatan Modul dalam Manajemen Usaha.

2. Metode Pembinaan.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan orientasi dengan tujuan memberikan wawasan , pengetahuan dan pembinaan melalui pola Pendekatan dengan sistem PAR bagi Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat, sehingga mempunyai produk yang layak jual agar konsumen tertarik membeli produknya, memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara atau prosedur manajemen usaha Pertanian). Pembinaan juga dilakukan terkait dengan cara atau proses pengemasan produk yang baik, bermutu dan menarik bagi calon konsumen.

3. Metode pendampingan.

(11)

Metode pendampingan ini dilakukan oleh TIM agar Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat, Sehingga produknya dapat diminati oleh calon konsumen.

Agar strategi ini berhasil, maka TIM juga akan melakukan evaluasi. Evaluasi dalam kegiatan Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dilakukan. Materi evaluasi terkait dengan pelaksanaan kegiatan mengikuti siklus sebagaimana skema di bawah ini12:

Identifikasi => Perencanaan =>Pelaksanaan =>Evaluasi Identifikasi.

Tahap awal evaluasi adalah dengan melakukan identifikasi program yang belum dapat dijalankan. Peluang, kelemahan dan kekuatan yang ada dalam program yang direncanakan. Setelah identifikasi, menyusun kembali program agar dapat diaplikasikan sesuai dengan periode yang telah ditentukan. Selanjutnya adalah pelaksanan program yang telah dievaluasi. Dalam proses evaluasi ini akan selalu melibatkanstake holder.

PIHAK-PIHAK YANGTERLIBAT DANBENTUKKETERLIBATANNYA

Dalam kegiatan desa binaan ini, TIM akan melibatkan stake holder guna mendukung keberhasilan kegiatan.

Adapun stake holder yang terlibat dan atau dilibatkan, diantaranya yaitu :

1. Kepala Desa Sekotong Timur

Bentuk Keterlibatannya adalah berasama-sama TIM akan melakukan binaan terhadap Para pemuda Desa untuk bisa mendobrak potensi desa melalui Badan Usaha milik Desa dalam mengembangkan minat berwirausaha dalam peningkatan dan penguatan ekonomi masyarakat dengan cara pembuatan kemasan produk serta pemasaran produk. Dalam hal ini mereka di minta untuk memberikan kemudahan-kemudahan pada pengusaha olahan makanan untuk mengikuti even-even pengenalan produk. Misalnya pendirian stand-stand yang memperkenalkan produk olahan makanan dari Petani di desa Sekotong Timur. Selain itu, dari mereka sekiranya juga ada pembinaan terkait dengan peningkatan mutu olahan makanan yang dibuat oleh pengusaha jajanan, cemilan dan aneka kerupuk di Desa Sekotong Timur

(12)

2. Tokoh Masyarakat.

Bentuk keterlibatannya adalah memberikan motivasi kepada para pemuda untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan, dalam hal ini TIM Desa Binaan sebagai berupa narasumber dalam pelatihan. Tim memberikan pelatihan terkait dengan prosedur dan syarat-syarat pemberian labelisasi halal pada produk olahan makanan yang dibuat oleh pengusaha kecil tersebut.

PENUTUP

TIM akan melakukan Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha bagi pemuda dalam pengembangan ekonomi Masyarakat. Pembinaan dan pendampingan diharapkan menghasil output sebagai berikut.

1. Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan budaya (kompetisi dan memiliki daya saing tinggi) dari Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat tersebut.

2. Terjadi Perubahan pengetahuan, sikap dan budaya di sini maksudnya adalah Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat.

3. Di samping itu, kegiatan Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat sebagai momentum peningkatan perekonomian masyarakat di desa Sekotong Timur.

4. Produk-produk yang dihasilkan dapat dipasarkan ke pasar Swalayan atau supermarket yang ada.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan kajian mendapati hampir semua remaja perempuan mentakrifkan hubungan romantik dari segi hubungan intim yang dikaitkan dengan hubungan seksual sementara

Sistem ini berfungsi sebagai jemuran pakaian yang bekerja secara otomatis sesuai dengan output dari sensor cahaya (LDR) dan sensor hujan dimana output dari sensor

Sehingga dalam pelaksanaannya pegawai pengawas membuat suatu sistem skala prioritas untuk setiap perusahaan yang melapor kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

pengumpulan data utama ( primary data collection) yang mana ia merupakan satu kaedah yang asli digunakan oleh para pengkaji dengan menggunakan soal selidik. Kelebihan

Hasil yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah UNODC telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi peredaran narkoba di kawasan The Golden Triangle

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan isolat bakteri dan isolat aktinomisetes terbaik untuk di aplikasikan sebagai agen biokompos dengan menganalisa kemampuan