SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Retno Ayu Wulandari NIM. 10416241004
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
iv
Nama : Retno Ayu Wulandari
NIM : 10416241004
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS
Fakultas : Ilmu Sosial
Judul : Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui
Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)
Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri.
Sepanjang pengetahuan peneliti tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan
karya ilmiah yang lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah
asli. Jika tidak asli saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode
berikutnya.
Yogyakarta, 9 Juni 2014 Yang menyatakan,
v
lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”
(Imam Syafii)
Man shobaru zhafira
Siapa yang bersabar akan beruntung
(Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna)
Jadikan hidup ini seindah mungkin, meskipun terkadang pahit menghampiri
kita
vi
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Suparno Mohas dan Ibu Sundari yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dan tak pernah berhenti untuk
mendoakan serta memberi dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
(TAS) yang berjudul “Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Kelas VII B SMP Negeri Yogyakarta” dapat terselesaikan.
Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin guna melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan perijinan dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Sudrajat, M.Pd sebagai narasumber yang telah berkenan memberikan masukan dan menguji skripsi ini.
5. Bapak Supardi, M.Pd sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Saliman, M.Pd sebagai Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
7. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiwa selama ini.
8. Bapak Drs. Sukirno, S.H, kepala Sekolah SMP Negeri 11 Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah.
viii
11.Adik-adikku tercinta Suryo Adi Pamungkas dan R. Ayu Dyah Kartikasari yang selalu mengurai rindu dan memberikan keceriaan dalam hidupku.
12.Sahabat-sahabatku Nofia, Dwi Pratiwi, Nia, Kinasih, Tiwi, Wiwit, Sagita, Risma, Rena, Agus, Amin dan teman-taman seperjuangan Pendidikan IPS 2010 kelas A atas persaudaraan yang erat selama 3,5 tahun bersama dalam suka dan duka. 13.Keluarga besar kost Ikawana 1 (Ibu Parni, Bapak Suwarto, Dek Fifi, Dek Izal,
Rizka, Meyta, Dea, dan Nike) terima kasih telah memberikan semangat dan kecerian di tempat perantauan.
14.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini, saya mengucapkan terimakasih.
Penulis berharap Tugas Akhir Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk penulisan yang lebih baik. Terima kasih.
Yogyakarta, 9 Juni 2014 Peneliti
ix
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Teori ... 8
1. Tinjauan Kreativitas Siswa ... 8
a. Kreativitas Siswa ... 8
b. Ciri-ciri Kreativitas ... 12
c. Meningkatkan Kreativitas Siswa ... 16
2. Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) ... 19
a. Pengertian Discussion Group (DG) ... 19
b. Pengertian Group Project (GP ... 21
c. Langkah-langkah Pembelajaran Metode DG-GP ... 25
3. Hakikat IPS ... 27
a. Pengertian IPS ... 27
b. Tujuan IPS ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Pikir ... 32
D. Hipotesis Tindakan ... 34
x
C. Desain Penelitian ... 37
D. Variabel dan Definisi Operasional ... 42
1. Kreativitas ... 42
2. Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Keabsahan Data... 52
H. Teknik Analisis Data ... 53
I. Kriteria Keberhasilan ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 56
1. Deskripsi SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 56
2. Kondisi Umum Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60
1. Siklus I ... 60
2. Siklus II... 77
C. Pembahasan ... 93
D. Hambatan dalam Menggunakan Metode DG-GP ... 101
E. Temuan Penelitian ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
A. Kesimpulan ... 100
B. Implikasi ... 104
C. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xi
2. Kisi-kisi Lembar Observasi Metode DG-GP ... 48
3. Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 49
4. Skor Skala Guttman ... 50
5. Skor Skala Likert ... 50
6. Kisi-kisi angket Kreativitas Siswa ... 51
7. Skor Skala Likert ... 52
8. Pedoman Penilaian Observasi dan Angket ... 55
9. Kondisi Sarana dan prasarana SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 57
10. Hasil Observasi pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus I ... 68
11. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 72
12. Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 74
13. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus II ... 85
14. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 88
15. Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 91
16. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I dan Siklus II ... 99
xii
2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart ... 38
3. Teknis Analisis Data Kualitatif ... 52
4. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 73
5. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 75
6. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 89
7. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 91
xiii
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 126
3. Soal Post Test ... 140
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus I ... 143
5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus II ... 147
6. Lembar Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta Siklus I ... 151
7. Lembar Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta Siklus II ... 155
8. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus I ... 159
9. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus II ... 161
10. Daftar Nilai Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 163
11. Catatan Lapangan Siklus I ... 164
12. Catatan Lapangan Siklus II... 168
13. Daftar Hadir Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 172
14. Triangulasi Teknik ... 173
15. Dokumentasi Penelitian ... 192
vii
Retno Ayu Wulandari NIM: 10416241004
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan menerapkan metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP), 2) mengetahui bagaimana peningkatan kreativitas dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan diterapkannya metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mencakup perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif model Milles dan Huberman yang mencakup reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata persentase keseluruhan indikator kreativitas siswa mencapai ≥ 76%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya untuk meningkatkan kreativitas antara lain: a) memilih topik masalah yang mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan, b) menggunakan katerampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dengan memberikan lembar diskusi kelompok dan proyek kelompok, c) mengikutsertakan siswa dalam menyusun kegiatan pembelajaran dengan melakukan diskusi atas permasalahan yang diberikan oleh guru dan membuat proyek kelompok, d) memberikan reward pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang kreatif. 2) peningkatan kreativitas siswa pada hasil siklus I menunjukkan 68,84% pada kategori cukup, sedangkan pada siklus II mencapai 83,57% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu ≥ 76%.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang
merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)
mengemukakan bahwa materi IPS terkait dengan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu kajian materi di dalam IPS juga dapat
berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dan nilai-nilai spiritual. Menurut Sapriya (2009: 201), salah satu
tujuan mata pelajaran IPS adalah memiliki kemampuan dasar untuk mampu
berfikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, mampu memecahkan masalah,
dan mempunyai keterampilan dalam kehidupan sosial. Tujuan tersebut merupakan
salah satu ciri-ciri dari kreativitas siswa. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangkan kreativitas siswa agar tujuan pendidikan IPS dapat tercapai.
Pembelajaran IPS membekali siswa untuk dapat menyelesaikan
masalah-masalah sosial yang terjadi. Melalui kreativitas yang dimiliki, siswa diharapkan
mampu berpikir lebih dalam bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Kreativitas merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk dapat bersaing dalam
pembelajaran demi menunjang hasil belajar yang optimal dan juga untuk meraih
kesuksesan ketika siswa telah memasuki dunia kerja. Kreativitas penting karena
era pembangunan seperti ini dibutuhkan sumbangan kreatif berupa ide-ide baru
serta penemuan-penemuan baru dari anggota masyarakat. Sikap dan perilaku
kreatif harus dipupuk sejak dini untuk mencapai hal tersebut, agar siswa tidak
hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mereka mampu menghasilkan
pengetahuan baru. Kebutuhan peningkatan kreativitas dirasakan dalam semua
bidang kegiatan manusia, karena manfaat dari peningkatan kreativitas tidak hanya
dirasakan oleh individu sendiri, namun juga dirasakan oleh lingkungannya.
Walaupun pengembangan kreativitas sangat dibutuhkan, namun pada
kenyataanya belum banyak yang dilakukan untuk merealisasikan pengembangan
kreativitas tersebut.
Dewasa ini masih banyak metode pembelajaran yang hanya berpusat
pada guru. Metode yang digunakan dalam mengajar juga masih bersifat
konvensional, sehingga kreativitas siswa kurang dapat ditingkatkan. Selain itu,
siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat materi tanpa ikut serta aktif
dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya siswa memiliki kecenderungan mudah
bosan dan jenuh. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru menyebabkan
rendahnya kesempatan siswa untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya
dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini juga terlihat pada proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dimana guru hanya menggunakan
metode caramah yang melemahkan siswa untuk menumbuhkan sikap kreatif,
sebagian besar siswa juga menganggap bahwa pelajaran IPS bersifat hafalan
guru harus mampu menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih
luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan sosial yang
bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Selain itu guru harus mampu
menjadikan pembelajaran IPS lebih menarik agar siswa bersemangat dalam
mempelajarinya. Penggunaan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk
dapat meningkatkan kreativitasnya sangatlah dibutuhkan, sehingga siswa dapat
belajar bersama dengan temannya serta mempunyai kesempatan untuk bertukar
pengetahuan dengan siswa yang lain.
SMP Negeri 11 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang memiliki
input dengan prestasi belajar yang beraneka ragam. Prestasi belajar yang beraneka
ragam tersebut menjadikan perbedaan pula terhadap peran siswa dalam proses
pembelajaran. Guru yang memiliki tanggung jawab terhadap proses pembelajaran
di sekolah harus mampu mengelola dan menyesuaikan pembelajaran berdasarkan
karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan. Pada pembelajaran IPS di
SMP Negeri 11 Yogyakarta kelas VII B, partisipasi siswa dalam belajar IPS
masih rendah. Hal ini dapat dilihat ketika diskusi berjalan, masih ada beberapa
siswa yang mengobrol sendiri di luar materi diskusi dan ketika kelompok lain
mempresentasikan hasil diskusi di depan, masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan. Selain itu, kreativitas siswa juga masih rendah, hal ini dapat
dilihat seperti masih rendahnya rasa ingin tahu siswa, masih sedikitnya siswa
yang dikemukakan masih terpengaruh oleh teman lainnya, dan kemampuan
mereka dalam mengembangkan gagasan masih rendah sehingga tidak bisa
menghasilkan suatu produk yang kreatif.
Guru mempunyai peran besar dalam membantu siswa untuk
meningkatkan kreativitasnya. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan
suatu metode pembelajaran yang menarik dan memudahkan siswa dalam
memahami materi sehingga siswa dapat mengembangkan gagasannya untuk dapat
menghasilkan suatu produk yang kreatif. Salah satu metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar IPS adalah dengan
menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP). Metode
discussion group (DG)-group project (GP) merupakan metode pembelajaran yang
mengajak siswa untuk mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara
berdiskusi dengan kelompoknya untuk dapat mengembangkan gagasan,
berinovasi serta dapat menciptakan suatu produk.
Metode discussion group (DG)-group project (GP) memiliki banyak
kelebihan diantaranya adalah dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif
khususnya dalam memberikan gagasan atau ide sehingga dapat memperluas
pemikiran siswa, dapat membantu siswa untuk menerapkan keterampilannya
dalam menghadapi suatu permasalahan serta dapat mengembangkan aktivitas,
kreativitas dan pengalaman siswa. Penggunaan metode discussion group
(DG)-group project (GP) dalam meningkatkan kreativitas siswa didukung dengan
adalah berupa flip chart. Melalui pembuatan flip chart siswa dapat menuangkan
materi yang dipahaminya kedalam sebuah karya yang isinya dapat berupa gambar
ataupun tempelan kliping. Kegiatan pembuatan flip chart dapat membantu guru
untuk melihat seberapa besar kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
Berdasarkan permasalahan proses belajar mengajar IPS pada siswa SMP
Negeri 11 Yogyakarta, maka peneliti berupaya untuk menerapkan metode
Discussion Group (DG)-Group Project (GP) sebagai salah satu metode
pembelajaran yang mampu meningkatkan kreativitas siswa. Adapun judul
penelitian ini yaitu “Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS
Melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Kelas
VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional.
2. Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti membatasi masalah pada rendahnya kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran IPS.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka
rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS
kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan metode discussion
group (DG)-group project (GP)?
2. Bagaimana peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII B
SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan diterapkannya metode discussion group
(DG)-group project (GP)?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui:
1. Upaya meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11
Yogyakarta melalui penerapan metode metode discussion group (DG)–group
project (GP).
2. Peningkatan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
meningkatkan kreativitas siswa melalui penerapan metode pembelajaran
discussion group (DG)–group project (GP) dalam pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, membantu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran
IPS dan dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Bagi guru, memperluas wawasan mengenai variasi metode pembelajaran
yang menarik dan bermakna, serta diharapkan mampu meningkatkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan peningkatan kreativitas siswa
dalam pembelajaran.
d. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat dijadikan
8
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Kreativitas siswa a. Kreativitas siswa
Kreativitas merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan.
Kreativitas dapat membantu seseorang dalam mengembangkan bakat yang
dimilikinya untuk meraih prestasi dalam hidupnya. Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori (2012: 42-43), memaparkan bahwa kreativitas adalah
ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang ditandai dengan adanya
kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari kombinasi karya-karya yang
telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya dan dilakukan melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif
pemecahannya dengan cara berpikir divergen.
Seseorang yang memiliki keativitas selalu berpikir luas dalam
mengembangkan gagasannya. Potensi kreativitas yang dimiliki seseorang
dapat membantu menciptakan hasil karya, baik dalam bentuk ide atau
gagasan yang bermakna dan berkualitas. Menurut Utami Munandar (1992:
47), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu
telah ada sebelumnya. Menciptakan sesuatu tidak perlu dimulai dari hal-hal
yang baru, tetapi dapat melakukan kombinasi dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya. Salah satu hal yang dapat menentukan seseorang itu kreatif
adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal
yang sudah ada. Menurut Hamzah & Nurdin ( 2011: 154), kreativitas sering
digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis, mempunyai banyak ide,
mampu menggabungkan sesuatu gagasan yang belum pernah tergabung
sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan ide untuk memecahkan
permasalahan.
Kreativitas tidak harus menciptakan sesuatu yang baru dan belum
pernah ada sebelumnya, melainkan siswa dapat menyalurkan ide dengan
membuat sesuatu yang menurutnya berbeda dari yang lain melalui kombinasi
dari data atau informasi yang tersedia sebelumnya, sehingga ada kebanggaan
sendiri dari siswa dalam menciptakan karyanya. Kreativitas sangat
dibutuhkan dalam menyiasati segala keterbatasan yang dimilki oleh
seseorang, sehingga seseorang yang telah menggunakan kreativitasnya
berarti telah melatih dirinya sendiri untuk mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dan juga berpeluang untuk menghasilkan sesuatu yang
baru untuk memudahkan dalam kehidupannya.
Menurut Beetlestone (2011: 2), kreativitas dapat membantu seseorang
dalam menjelaskan dan menggambarkan konsep-konsep abstrak dengan
eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme, yang semuanya merupakan
kualitas-kualitas yang sangat besar terdapat pada siswa. Berdasarkan
pendapat tersebut, kreativitas merupakan komponen penting dalam
pembelajaran, tanpa kreativitas siswa hanya akan belajar pada tingkat
kognitifnya saja, dan hal ini akan mempersempit pengetahuan siswa dalam
belajar mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas diperlukan untuk
mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang sulit untuk
dimengerti. Guru harus mampu menciptakan kondisi yang nyaman dalam
pembelajaran sehingga bakat-bakat kreativitas dalam siswa dapat keluar dan
menghasilkan pemahaman yang mudah dimengerti oleh siswa.
Kreativitas tidak hanya bersifat abstrak, namun juga bersifat konkrit.
Guru dapat menggunakan acuan taksonomi untuk mengetahui kreativitas
siswa. David R. Krathwohl (2002: 212), mengemukakan “The taxonomy of
educational objectivest is a framework for classifying statements of
what we expect or intend students to learn as a result of instruction”.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka
kerja untuk mengklasifikasikan apa yang diharapkan pada pembelajaran yang
tujuannya untuk menginstruksikan siswa dalam belajar.
Menurut Nana Sudjana (2006: 22), mengemukakan bahwa dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, 2) ranah afektif
berkenaan dengan sikap, 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga taksonomi tersebut
tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah satu dengan yang lain namun saling
berhubungan satu sama lain.
Taksonomi pada ranah kognitif meliputi enam jenjang, yaitu: 1)
mengingat (remembering) merupakan kemampuan menyebutkan kembali
informasi atau pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan; 2) memahami
(understanding) merupakan kemampuan memahami intruksi dan
menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik
dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram; 3) menerapkan
(applying) merupakan kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan
konsep dalam situasi tetentu; 4) analisis (analyzing) merupakan kemampuan
memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan mnghubungkan satu
sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh;
5) menilai (evaluating) merupakan kemampuan menetapkan derajat sesuatu
berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu; 6) mencipta (creating)
merupakan kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk
baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil (Atwi
Suparman, 2012: 140).
Kreativitas merupakan puncak dari taksonomi pada ranah kognitif.
harus melakukan tahapan antara lain: 1) mengingat materi pembelajaran
dengan cara menyebutkan, mengingat, menjelaskan, dan mengulang
pembelajaran; 2) memahami materi dengan cara menerangkan, menjelaskan,
menguraikan, mendiskusikan, dan mencontohkan; 3) menerapkan materi
yang dapat dilakukan dengan mendemonstrasikan, mempraktekkan,
mengemukakan, menggambar dan menyusun; 4) menganalisis materi
pembelajaran dengan cara menemukan, memecahkan, merinci, dan
menyimpulkan; 5) mengevaluasi materi pembelajaran dengan cara
mempertahankan, menggkritik, membuktikan, dan merangkum. Setelah
semua tahapan tersebut dilakukan, maka siswa dapat menciptakan sebuah
produk dari materi yang didapatkan dengan cara melakukan inovasi dan
mengahasilkan suatu karya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengkombinasikan data atau
informasi yang telah didapat sebelumnya untuk menciptakan suatu karya
baru yang berbeda dengan lainnya dan dapat membantu seseorang dalam
memecahkan suatu permasalahan.
b.Ciri-ciri Kreativitas
Kreativitas berhubungan dengan proses berpikir seseorang. Seseorang
yang memiliki kreativitas, kemampuan berpikirnya akan menyebar secara
yang kreatif. Menurut Munandar (Hamzah B. Uno dan nurdin Mohamad,
2011: 252), berpendapat bahwa indikator kreativitas sebagai berikut:
“1) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 2) sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; 4) mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; 5) mempunyai atau menghargai rasa keindahan; 6) mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki rasa humor yang tinggi; 8) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 9) mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal); 10) dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).”
Guru dapat menumbuhkan sikap kreatif pada siswanya, dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat beraktifitas melalui
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sifatnya bermain yang memungkinkan
munculnya ide-ide kreatif siswa. Berdasarkan ciri-ciri di atas menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki kreativitas akan selalu aktif dalam proses
pembelajaran, siswa tidak ingin diam diri atau pasif dan akan selalu mencari
tantangan agar bisa mendapatakan hal baru seperti apa yang ingin
didapatkannya. Menurut Sukmadinata (2005: 104-105), seseorang yang
kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian seperti: mandiri,
bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, mempunyai rasa
ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, dan kaya
akan pemikiran.
Salah satu penilaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pembelajaran. Jamaris (2006: 164), memaparkan bahwa secara umum
karakteristik dari suatu bentuk kreativitas tampak dalam proses berpikir saat
seseorang memecahkan masalah, yaitu:
“1) kelancaran dalam memberikan jawaban dan atau mengemukakan pendapat atau ide-ide; 2) kelenturan berupa kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah; 3) keaslian berupa kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri; 4) elaborasi berupa kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat oleh orang lain; dan 5) keuletan dan kesabaran dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menentu”.
Guru dalam pembelajaran IPS harus bisa membentuk siswa didik
untuk peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya dan
berupaya untuk mencari pemecahan terhadap permasalahan sosial tersebut.
Berdasarkan karakteristik di atas siswa yang kreatif menunjukkan bahwa
dalam memecahkan masalah, dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya
adalah kemampuan dalam mengemukakan berbagai alternatif untuk
memecahkan masalahnya. Siswa yang memiliki lebih dari satu alternatif
akan mempermudah dirinya untuk dapat memecahkan masalahnya karena
jika siswa tidak berhasil dalam memecahkan masalahnya, siswa masih
memiliki berbagai alternatif lain hingga mampu memecahkan masalahnya
sendiri. Hal ini akan melatih siswa untuk selalu bersamangat dan tidak
mudah menyerah dalam menghadapi berbagai masalah.
Oemar Hamalik (2003: 179-180), mengemukakan bahwa aspek khusus
fleksibilitas, yaitu menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan
terhadap sesuatu stimulasi; 2) Orisinalitas, yaitu menunjuk pada tingkat
keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap suatu masalah;
3) fluency, yaitu menunjuk pada kuantitas output, artinya lebih banyak
jawaban berarti lebih kreatif.
Kreativitas dalam penelitian ini merupakan fleksibilitas dalam berpikir
siswa yang bersifat abstrak dan kongkret untuk mewujudkan suatu gagasan
atau ide yang menimbulkan motivasi untuk mengembangkan diri dalam
prestasi belajar. Kreativitas siswa yang abstrak dapat diketahui dengan cara
dia mengemukakan pendapat, mampu mengelola ide atau pendapatnya ke
dalam sebuah produk, menanyakan sesuatu hal yang berkaitan dengan materi
yang belum ia mengerti, mampu menyelesaikan permasalahan dari berbagai
sudut pandang, dan selalu memberikan bukti atau alasan atas pendapatnya.
Sedangkan kreativitas siswa yang bersifat kongkret dapat diketahui dari rasa
keindahan yang dimiliki oleh siswa dengan dapat menghasilkan produk yang
rapi dan bersih dan mampu mendiskripsikan secara detail materi yang telah
disampaikan guru ke dalam sebuah produk. Menumbuhkan kreativitas,
gagasan atau ide sendiri pada diri siswa perlu dibina agar potensi yang ada
dalam diri siswa dapat terarah untuk mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya, sehingga terpilihlah indikator kreativitas yang berhubungan
dengan tujuan tersebut, tanpa mengabaikan esensi dari ciri-ciri kreativitas
Berdasarkan ciri-ciri kreativitas yang telah dipaparkan di atas, peneliti
menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Munandar (Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, 2011: 252), diantaranya adalah: 1) memiliki rasa
ingin tahu yang besar; 2) sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3)
memberikan banyak gagasan dan usul; 4) mampu menyatakan pendapat
spontan dan tidak malu-malu; 5) memiliki rasa keindahan; 6) mempunyai
pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki
rasa humor yang tinggi; 8) mempunyai daya imajinasi kuat; 9) mampu
mengajukan pemikiran dan gagasan yang berbeda dari orang lain (orisinal);
10) dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) dapat
mengembangkan suatu gagasan.
Pemikiran indikator kreativitas didasari oleh permasalahan yang
terjadi di sekolah. Permasalahan tersebut antara lain rendahnya rasa ingin
tahu siswa, kurangnya inisiatif dari siswa untuk mengemukakan pendapat,
masih rendahnya kemampuan siswa untuk mengembangkan suatu gagasan
sehingga dia tidak bisa menghasilkan suatu produk yang kreatif.
Permasalahan yang terjadi pada siswa di atas harus mendapatkan jalan keluar
untuk diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti memilih indikator yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut.
c. Meningkatkan Kreativitas Siswa
Guru mempunyai tanggung jawab terhadap pemahaman siswa dan
kemampuan-kemampuan siswa, selain itu guru juga harus melatih siswa
untuk dapat menumbuhkan kreativitas dalam diri siswa, karena hal tersebut
sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka untuk bersaing meraih prestasi di
sekolah dan tentunya untuk meraih kesuksesan ketika sudah memasuki dunia
kerja. Oleh karena itu diperlukan dorongan, pujian, dan teguran dari guru
untuk menumbuhkan itu semua.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 180-182), dalam mengembangkan
kreativitas siswa guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang
memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan
kuantitas dari kreativitas yang dimiliki oleh para siswa. Langkah-langkah
dalam mengembangkan kreativitas siswa yaitu: 1) mengklasifikasikan
jenis-jenis masalah yang akan disajikan kepada siswa; 2) mengembangkan dan
menggunakan katerampilan-keterampilan pemecahan masalah; dan 3)
memberikan ganjaran bagi prestasi belajar yang kreatif. Langkah-langkah
tersebut merupakan cara untuk mempermudah siswa agar mampu
mengembangkan kreativitasnya. Guru harus pandai dalam memilih masalah
yang harus diselesaikan oleh siswa, topik masalah yang diambil hendaknya
mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Selain itu, siswa yang kreatif perlu diberikan reward
untuk memotivasi siswa agar kemampuan kreativitasnya dapat terus
Utami Munandar (1992: 69), mengemukakan untuk meningkatkan
kreativitas siswa, terdapat saran-saran yang harus dilakukan oleh guru, antara
lain: 1) guru harus menghargai kreativitas anak; 2) bersikap terbuka terhadap
gagasan baru; 3) guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan
individual; 4) guru bersikap menerima dan menunjang anak; 5) guru
menyediakan pengalaman belajar yang berdiferensiasi; dan 6)
mengikutsertakan anak dalam mengambil bagian dalam merencanakan
pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok. Sedangkan teknik yang
digunakan untuk mengembangkan kreativitas menurut Slameto (2010:
156-159) yaitu: 1) melakukan pendekatan inquiri (pencaritahuan); 2)
menggunakan teknik-teknik sumbang saran; 3) memberikan penghargaan
bagi prestasi kreatif; 4) meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak
media.
Guru dalam upaya meningkatkan kreativitas harus mampu mengajak
siswa bersikap terbuka kepada guru dan mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan, sehingga dalam hal ini guru akan mudah mengenali
karakteristik siswa sehingga pembentukan keterampilan dan kreativitas
dalam diri siswa akan dapat dikembangkan. Dari beberapa pendapat diatas,
maka dapat disimpulkan hal-hal yang harus dilakukan oleh pendidik untuk
meningkatkan kreativitas siswa adalah:
1)Memilih topik masalah yang mampu mengajak siswa untuk kreatif dan
2)Menggunakan katerampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah.
3)Mengikutsertakan siswa dalam menyusun dan merencanakan
kegiatan-kegiatan belajar.
4)Memberikan reward teradap siswa yang kreatif.
2. Metode Discussion Group (DG)–Group Project (GP) a. Pengertian Discussion Group (DG)
Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki strategi agar
siswa dapat belajar secara efektif dan mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah harus menguasai
teknik-teknik dalam menyajikan pelajaran melalui penerapan metode yang
dapat mengajak anak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. salah satu
metode yang dapat digunakan adalah metode diskusi. Menurut Hasibuan dan
Moedjiono (2004: 20), diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di
mana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok
siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu masalah. Metode diskusi merupakan salah satu teknik yang
digunakan oleh guru untuk melatih siswa percaya diri dalam berpendapat.
Djamarah dan Zain (2006: 87), mengemukakan bahwa metode diskusi adalah
cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah
yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis yang perlu
Metode diskusi kelompok melibatkan antara dua atau lebih individu
saling berinteraksi, saling tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah dan menuntut siswa untuk aktif. Berdasarkan pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara untuk
membuat siswa aktif melalui kesempatan yang diberikan oleh guru kepada
siswa untuk saling berinteraksi, menambah dan memahami pengetahuan,
mengumpulkan pendapat, dan membuat suatu kesimpulan atas permasalahan
yang ada. Diskusi memungkinkan siswa untuk mengembangkan penalaran,
pemikiran kritis dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan
dan penilaian. Diskusi bertujuan agar permasalahan yang dihadapi dapat
terselesaikan dengan baik.
Metode diskusi kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan ketika
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Wina Sanjaya (2009:
156), kelebihan dan kelemahan metode diskusi antara lain:
1) Kelebihan Metode Diskusi
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide.
b)Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c) Metode diskusi dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan
pendapat atau gagasan secara verbal dan dapat melatih siswa untuk
2) Kelemahan Metode Diskusi
a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b)Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan kurang sesuai dengan topik diskusi.
c) Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang dan terkadang tidak
sesuai dengan apa yang direncanakan.
d)Dalam diskusi sering kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat yang
bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, ada pihak yang
merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu kelebihan dalam metode
diskusi adalah dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk mampu mengemukakan pendapat dan
bertukar pikiran dalam mencari jawaban atas permasalah yang dihadapi.
b. Pengertian Group Project (GP)
IPS menekankan kepada siswa untuk dapat memecahkan suatu
masalah yang terjadi di masyarakat. Pemecahan suatu masalah tidak mudah
jika hanya diselesaikan melalui aspek pemahaman saja, namun perlu
dilakukan sebuah tindakan proyek untuk memecahkan masalah yang bersifat
penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas
dari berbagai segi, sehingga pemecahan masalah secara keseluruhan dan
bermakna. Metode proyek dapat juga disebut dengan metode penugasan.
Menurut Mulyasa (2006: 113), metode proyek merupakan cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberikan seperangkat tugas yang harus
dikerjakan siswa baik secara individual maupun berkelompok.
Majid (2008: 208), mengemukakan bahwa dalam merencanakan
metode proyek terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:
kemampuan pengelolaan, relevansi dan keaslian. Kemampuan pengelolaan
dapat diartikan bahwasannya seorang guru harus benar-benar menjelaskan
tentang proyek yang akan dikerjakan oleh siswa, baik topik pembuatan
proyek maupun waktu pengerjaan yang diberikan. Relevansi yang ada berarti
seorang guru harus mempertimbangkan proyek yang ada dengan
pemahaman, keterampilan serta pengetahuan siswa. Keaslian adalah guru
perlu mempertimbangkan seberapa besar dukungan dan petunjuk yang telah
diberikan siswa. Menurut Nasution (2012: 83), metode proyek akan dapat
menghapuskan batas antara sekolah dan masyarakat, menuntut siswa
menerapkan hasil belajar kognitif dan afektif secara luas dan hasilnya dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka metode proyek adalah
metode pengajaran dengan memberikan penugasan kepada siswa yang dapat
suatu permasalahan secara keseluruhan dan bermakna. Penelitian ini
menggunakan metode group project, jadi tugas yang diberikan oleh guru
kepada siswa harus dikerjakan secara berkelompok. Penugasan secara
berkelompok berarti menuntut siswa untuk ikut berperan aktif dalam
mengerjakan tugas, sehingga dapat melatih siswa untuk saling bertukar
pikiran, dan mampu mengemukakan ide-ide yang kreatif.
Djamarah dan Zain (2006: 83-84) mengemukakan bahwa metode
proyek memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
1) Kelebihan Metode Proyek
a) Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam
menghadapai masalah kehidupan.
b) Dapat membina siswa dengan membiasakan menerapkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan kemampuan individual siswa dan kerjasama dalam
kelompok.
d) Dapat mengembangkan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa.
2) Kekurangan Metode Proyek
a) Sulit dalam memilih topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan
siswa, media dan sumber belajar yang diperlukan.
b) Bahan pelajaran dalam metode proyek sering menjadi luas sehingga
Berdasarkan pengertian dari diskusi kelompok dan proyek kelompok
diatas dapat disimpulkan bahwa metode discussion group (DG)-group
project (GP) adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa untuk
dapat memecahkan suatu permasalahan dengan saling berinteraksi kepada
dua orang atau lebih untuk dapat mengembangkan penalaran, pemikiran yang
kreatif dan dapat membuat suatu kesimpulan dan pemecahan dari suatu
permasalahan yang disajikan melalui sebuah penugasan yang dikerjakan
secara berkelompok.
Miftahul Huda (2012: 133), mengemukakan diskusi kelompok dan
proyek kelompok dirancang untuk mengerjakan tugas pembelajaran atau
proyek-proyek tertentu. Discussion group (DG)-group project (GP) lebih
terfokus dan terstruktur, biasanya berlaku untuk beberapa kali pertemuan.
Prinsip dasar proyek kelompok menurut Slavin (2009: 254), sama dengan
prinsip dasar dalam diskusi kelompok, yaitu setiap orang harus berpartisipasi
dalam tugas kelompok dan tidak boleh ada satu atau dua orang siswa dalam
kelompok memikul semua tanggung jawab. Penting dalam metode ini untuk
memilih seorang pemimpin dalam kelompok. Pemimpin harus membuat
setiap anggota pada kelompoknya berpartisipasi yaitu dengan memberikan
c. Langkah-langkah pembelajaran metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)
Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan
proyek kelompok merupakan upaya untuk membantu siswa dalam
memecahkan suatu permasalahan dengan melakukan interaksi dengan dua
orang atau lebih untuk bertukar pikiran, mengembangkan penalaran, dan
membuat kesimpulan yang disajikan dalam bentuk produk. Metode
discussion group (DG)-group project (GP) dapat mmebantu guru dalam
meningkatkan kreativitas siswa melalui kegiatan diskusi kelompok, dimana
dalam diskusi tersebut siswa dapat saling tukar pikiran terhadap
kelompoknya dan mampu berfikir secara luas dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Selain itu dalam metode ini guru memberikan suatu
penugasan kepada siswa berupa sebuah proyek yang harus diselesaikan
bersama dalam satu kelompok. Penelitian ini menggunakan flip chart sebagai
tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok.
Langkah-langkah metode diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono
(2004: 23-24), adalah:
1)Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. dapat pula
pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh
2)Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi dipandu oleh guru,
memilih pimpinan diskusi, mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan
sebagainya. kriteria yang harus dimiliki siswa sebagai pemimpin diskusi
yaitu: lebih memahami masalah yang akan didiskusikan, berwibawa dan
disenangi oleh teman-temannya, lancar berbicara, dapat bertindak tegas,
adil dan demokratis. sedangkan tugas pemimpin diskusi yaitu: pengatur
dan penengah diskusi, pengatur lalu lintas pembicaraan, penengah dan
penyimpul berbagai pendapat.
3)Siswa berdiskusi dalam kelompokya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, mejaga
katertiban, serta memeberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota
kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar. diskusi
harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka
mempunyai hak bicara yang sama.
4)Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
5)Siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari setiap kelompok.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka penerapan metode
discussion group (DG)-group project (GP) dapat dilakukan dengan
1) Guru menjelaskan inti materi dan menyampaikan masalah yang akan
didiskusikan serta memberikan pengarahan seperlunya mengenai
cara-cara pemecahannya.
2) Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok.
3) Setiap kelompok berkumpul dan menentukan ketua kelompok.
4) Setiap kelompok mendiskusikan masalah atau topik yang telah
dikemukakan oleh guru.
5) Guru mengkondisikan jalannya diskusi dengan berkeliling dari kelompok
satu ke kelompok yang lain.
6) Hasil dari diskusi kelompok dilaporkan dalam bentuk proyek berupa flip
chart.
7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya berupa flip chart di
depan dan kelompok lain menanggapi presentasi dengan memberikan
masukan atau pertanyaan.
8) Siswa mencatat hasil presentasi.
4. Hakikat IPS a. Pengertian IPS
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang
lain. Kebudayaan, tatanan hidup dan sistem kemasyaraatan terbentuk karena
adanya interaksi dan kepentingan antara manusia satu dengan manusia yang
lain. Interaksi yang timbul dalam kehidupan manusia sering menghadirkan
dalam kehiduan bermasyarakat. IPS merupakan mata pelajaran sosial yang
objeknya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu di dalam pengajaran
IPS siswa dibekali dengan sikap mental yang positif dan pengatahuan yang
berguna dalam kehidupan masyarakat agar mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada disekitarnya.
Numan Somantri (2001: 92), mengemukakan IPS adalah
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan
menurut Trianto (2010: 171), IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya. Pendidikan IPS menurut Supardi (2011: 182), menekankan pada
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri
sampai pada masalah yang kompleks. Materi IPS terkait dengan
masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global.
Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga
dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan integrasi dari berbagai ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik hukum dan budaya yang disederhanakan untuk
masyarakat. Jadi IPS merupakan mata pelajaran yang membahas mengenai
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan menekankan kepada
siswa untuk dapat memecahkan masalah dari segala aspek mengingat materi
IPS berkaitan dengan masalah sosial yang ada di masyarakat.
b.Tujuan IPS
Objek dalam mata pelajaran IPS adalah masyarakat, sehingga materi
yang dipelajari dalam pelajaran IPS selalu berhubungan dengan
masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Menurut Sapriya (2009: 201), tujuan
mata pelajaran IPS di SMP/MTs sama dengan mata pelajaran IPS di SD/MI,
diantaranya adalah:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkunganya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk mampu berpikir logis dan kritis,
mampu mencari jawaban sendiri (inkuiri), memiliki rasa ingin tahu,
mampu memecahkan masalah, dan mempunyai keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan utama dari pendidikan IPS menurut Trianto (2010: 176),
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun
menimpa masyarakat. Sedangkan menurut Etin dan Raharjo (2011: 15),
tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat diatas, pendidikan IPS bertujuan bukan hanya
memberikan konsep-konsep IPS yang banyak mengandung hafalannya saja,
namun pembelajan IPS juga bermaksud untuk melatih dan membentuk siswa
agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan konsep-konsep yang
telah didapatkan, dan peka terhadap lingkungan masyarakatnya. Selain itu,
IPS juga bertujuan untuk melatih siswa untuk mampu berpikir positif, kritis
dan logis agar dalam setiap masalah yang datang, siswa dapat memecahkan
permasalahan dengan keterampilan yang dimilkinya dengan baik.
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
yaitu:
1. Penelitian Abukhori yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS
Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010-2011”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya metode
diskusi kelompok pada pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah
Purwodiningratan 2 Yogyakarta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
belajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada setiap akhir
siklusnya. Siklus 1 pada umumnya berada dalam kategori rendah dengan
persentase sebesar 66,91%, dan siklus II berada dalam kategori tinggi dengan
persentase sebesar 82,79%. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada
metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode diskusi. Sedangkan
perbedaannya adalah pada variabel yang diukur.
2. Penelitian Sulasmi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Berbasis
Proyek dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X MAN Yogyakarta II”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penggunaan
metode berbasis projek dengan metode konvensional terhadap hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis
projek lebih baik daripada kelas yang menggunakan metode konvensional
dengan nilan F sebesar 0,265 dengan sig 0,608. Selain itu, hasil belajar siswa
pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis projek lebih baik daripada
kelas yang menggunakan metode konvensional dengan nilai F sebesar 1.365
pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran berbasis proyek.
Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel yang diukur.
C. Kerangka Pikir
IPS memiliki banyak masalah dalam proses pembelajarannya, salah
satunya adalah kreativitas yang dimiliki siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat
seperti masih rendahnya rasa ingin tahu siswa, siswa kurang mencoba hal-hal baru,
pendapat yang dikemukakan masih terpengaruh oleh teman lainnya, kemampuan
mereka dalam mengembangkan gagasan masih rendah sehingga tidak bisa
menghasilkan suatu karya yang kreatif, siswa juga enggan berpendapat secara
spontan, mereka hanya mau mengemukakan pendapatnya ketika harus ditunjuk
oleh guru atau jika dengan diberi reward. Permasalahan tersebut dibutuhkan suatu
metode pengajaran yang dapat meningkatkan kreativitasnya. Metode discussion
group (DG)–group project (GP) adalah salah satu metode pembelajaran yang
dapat mengatasi permasalahan tersebut, dan dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran.
Discussion group (DG)–group project (GP) merupakan sebuah metode
pembelajaran yang menghadapakan siswa untuk dapat memecahkan suatu
permasalahan dengan cara mendiskusikan ke dalam sebuah kelompok untuk dapat
mengembangkan penalaran, pemikiran kritis dan kreatif serta dapat membuat suatu
kesimpulan atas suatu permasalahan yang disajikan melalui sebuah produk.
membangun kerjasama dalam kelompok dan melaksanakan tanggung jawabnya
masing-masing, sehingga solidaritas dalam kelompok akan meningkat. Selain itu,
metode DG-GP juga akan meningkatkan kreativitas siswa melalui pembuatan
proyek kelompok. Berikut ini adalah kerangka pikir penerapan metode discussion
group(DG)–group project (GP).
Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)
Mengembangkan aktivitas dan
pengalaman siswa
Membiasakan siswa
untuk bertukar pikiran
dalam memecahkan
masalah
Mengembangkan
kemampuan
individual siswa dan kerjasama kelompok
Membina siswa
untuk menerapkan keterampilan dalam kehidupan
dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode discussion
group (DG)-group project (GP) dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3), Penilitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam
pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran discussion group (DG)-group
project (GP). Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara peneliti
dengan guru. Peneliti bertindak sebagai pelaksana dan guru dibantu oleh teman
sejawat bertindak sebagai observer.
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan pada semester II yaitu pada bulan April-Mei 2014
dengan materi menyesuaikan dengan materi yang tengah dicapai di kelas VII
B yaitu KD 6.2 Mendeskripsikan Kegiatan Pokok Ekonomi yang meliputi
Kegiatan Konsumsi, Produksi, dan Distribusi Barang/Jasa dan KD 6.3
Berlangsungnya Proses Produksi dalam Kaitannya dengan Pelaku Ekonomi.
Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada matriks di bawah ini:
Tabel 1. Matriks Pelaksanaan Penelitian
No. Bulan/Tanggal Kegiatan Tempat
1. Perencanaan Siklus 1
7 April 2014 a) menyusun RPP R. guru SMPN
11 YK
10 April 2014 b)menyiapkan instrumen penelitian FIS UNY
23 April 2014 c) koordinasi dengan observer R. Perpustakaan
SMPN 11 YK
2. Tindakan dan Observasi Siklus 1
23 April 2014 a) pelaksanaan metode DG-GP pertemuan 1 dengan materi konsumsi
Kelas VII B SMPN 11 YK
23 April 2014 b)observer melakukan pengamatan
terhadap siswa pada pertemuan 1
Kelas VII B SMPN 11 YK 23 April 2014 c) peneliti dan observer melakukan
evaluasi pertemuan ke-1
R. Perpustakaan SMPN 11 YK 26 April 2014 d)pelaksanaan metode DG-GP pertemuan
2 dengan materi produksi
Kelas VII B SMPN 11 YK
26 April 2014 e) observer melakukan pengamatan
terhadap siswa pada pertemuan 2
Kelas VII B SMPN 11 YK f) peneliti dan observer melakukan
evaluasi pertemuan ke-2
R. Perpustakaan SMPN 11 YK
3. Tindakan dan Observasi Siklus 2
30 April 2014 a) pelaksanaan metode DG-GP pertemuan 1 dengan materi distribusi
Kelas VII B SMPN 11 YK
30 April 2014 b)observer melakukan pengamatan
terhadap siswa pada pertemuan 1
Kelas VII B SMPN 11 YK 30 April 2014 c) peneliti dan observer melakukan
evaluasi pertemuan ke-1
R. Perpustakaan SMPN 11 YK
10 Mei 2014 d)pelaksanaan metode DG-GP pertemuan
2 dengan materi perusahaan
Kelas VII B SMPN 11 YK
10 Mei 2014 e) observer melakukan pengamatan
terhadap siswa pada pertemuan 2
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 11
Yogyakarta. Jumlah siswa kelas VII B adalah 34 siswa, yang terdiri dari 18
laki-laki dan 16 perempuan. Kelas ini dipilih karena kreativitasnya masih
rendah. Rendahnya kreativitas siswa pada kelas VII B dapat dibuktikan dengan
kurangnya rasa ingin tahu siswa yang dapat dilihat ketika proses pembelajaran
hanya sedikit dari mereka yang mau bertanya, pasif dalam berpendapat, dan
siswa kurang dalam menciptakan sebuah karya.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan sebagai strategi untuk memecahkan permasalahan dalam
pembelajaran. Penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), tindakan
(acting) dan observasi (observing), serta refleksi (reflecting). Prosedur dalam
penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui beberapa siklus yang tujuannya
adalah untuk melihat seberapa besar peningkatan kreativitas belajar IPS melalui
metode discussion group (DG)-group project (GP).
Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini
Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1992: 11)
Model penelitian Kemmis dan Taggart membagi prosedur penelitian
tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu:
perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi (Endang Mulyatiningsih,
2012:70). Penelitian tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus.
Berikut langkah-langkah dalam penelitian:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Peneliti harus melakukan persiapan dalam tahap perencanaan ini
sebelum melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Persiapan yang
dilakukan peneliti di antaranya adalah menentukan pokok bahasan atau
materi dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta media yang akan
1)Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan metode discussion
group (DG)–group project (GP).
2)Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:
a) Lembar observasi kreativitas siswa.
b)Lembar observasi kegiatan guru.
c) Angket kreativitas siswa.
3)Melakukan koordinasi dengan guru dan teman sejawat mahasiswa yang
bertindak sebagai observer.
b. Tindakan dan Observasi
Pada tahap tindakan, dilaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
langkah-langkah metode discussion group (DG)-group project (GP).
Berikut ini dijelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode discussion group (DG)-group project (GP).
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan
dengan memimpin doa dan melakukan presensi terhadap siswa.
b) Guru menyampaikan apersepsi yaitu dengan menyuruh siswa untuk
menuliskan barang kebutuhan sebagai seorang pelajar.
c) Guru memberikan motivasi pada siswa untuk selalu membeli barang
yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan inti materi tentang kegiatan ekonomi dan
konsumsi.
b) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP).
c) Guru mengemukakan masalah yang harus didiskusikan oleh setiap
kelompok yaitu tentang kegiatan ekonomi dan produksi.
d) Guru membentuk kelas menjadi 8 kelompok, dan masing-masing
kelompok terdiri dari 4 anggota.
e) Guru memberikan arahan pada setiap kelompok untuk berkumpul dan
menentukan pemimpin dalam masing-masing kelompoknya.
f) Guru memberikan handout dan lembar diskusi kelompok agar siswa
dapat lebih mendalami materi yang disampaikan oleh guru.
g) Setiap kelompok mendiskusikan masalah atau topik yang telah
dikemukakan oleh guru. Semua kelompok mendapatkan materi sama,
yaitu menjelaskan tentang kegiatan ekonomi dan kegiatan konsumsi.
h) Guru mengkondisikan jalannya diskusi dengan berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok yang lain.
i) Hasil dari diskusi kelompok dilaporkan dalam bentuk proyek berupa
j) Setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya berupa flip chart di depan dan kelompok lain menanggapi
presentasi dengan memberikan masukan atau pertanyaan.
k) Siswa mencatat hasil presentasi.
3) Penutup
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Siswa mengambil makna dari pembelajaran yang telah berlangsung.
c) Guru memberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya dan
mencari gambar sesuai dengan materi tersebut.
d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam
Pada tahap kedua ini, selain dilakukan pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan, juga dilakukan pengamatan atau observasi.
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat
dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Observasi
dilakukan oleh peneliti untuk mengamati proses pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) yang
berpedoman pada instrumen penelitian yang digunakan. Kegiatan ini
dilakukan melalui pengamatan terhadap peneliti sebagai pelaksana serta
kreativitas siswa dalam pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran.
c. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan evaluasi atas hasil yang diperoleh dari