2013 BNPB
Metode Kajian Risiko
Bencana
Jakarta, 14 Mei 2013
Ridwan Yunus
Pengantar
Konsepsi
Konsepsi
Metode
Metode
Output
Pengkajian
Output
Pengkajian
Penyajian
Penyajian
Pengkajian Risiko
Bencana sebagai induk
pembangunan sistem
penanggulangan
bencana.
Sebagai dasar sistem,
Pengkajian Risiko
Bencana harus memiliki
standar minimal kualitas
serta metodologi.
BNPB bertanggung jawab
untuk menyediakan
2013 BNPB
Konsepsi
RISIKO BENCANA ADALAH :
Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat. (UU 24/2007)
Mengkaji Risiko
R = RISIKO BENCANA
H = HAZARD/POTENSI BENCANA
V = VULNERABILITY/
KERENTANAN
C = KAPASITAS
R
≈
H
V
Kedudukan Pengkajian Risiko
Bencana
Kajian Risiko Bencana
Kajian Risiko Bencana
Rencana Penanggulang
an Bencana
Rencana Penanggulang
an Bencana
Rencana Mitigasi Bencana
Rencana Mitigasi Bencana
Rencana Kontinjensi
Bencana
Rencana Kontinjensi
Bencana
Rencana Operasi Darurat Bencana
Rencana Operasi Darurat Bencana
Rencana Pemulihan
Bencana
Rencana Pemulihan
Bencana
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Terpadu, Terstruktur, Terarah dan Terukur
Prinsip Dasar
Prinsip Pengkajian
• Menggunakan data dan segala
bentuk rekaman kejadian yang ada;
• Mengintegrasikan analisis
probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan kearifan lokal masyarakat;
• Mampu untuk menghitung
potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan;
• Dapat diterjemahkan menjadi
kebijakan pengurangan risiko bencana
Bentuk Hasil
Pengkajian
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
DOKUMEN KAJIAN RISIKO
BENCANA
DOKUMEN KAJIAN RISIKO
BENCANA
PETA RISIKO BENCANA
Kerangka Dasar Pengkajian
PENGGUNAAN HASIL
PENGKAJIAN PENGGUNAAN
HASIL PENGKAJIAN PROSES
PENYUSUNAN 1. Tingkat Kedetailan
Analisis
Nasional – Kabupaten/ Kota
Provinsi – Kecamatan Kabupaten/Kota – Desa/Kel
2. Skala Minimal : Nasional 1:250.000 Provinsi
1:250.000
Kab/Kota 1:50.000 3. Jumlah Jiwa
Terpapar
4. Kerugian Harta Benda
5. Kerugian Lingkungan
6. Menggunakan GIS PROSES PENYUSUNAN 1. Tingkat Kedetailan
Analisis
Nasional – Kabupaten/ Kota
Provinsi – Kecamatan Kabupaten/Kota – Desa/Kel
2. Skala Minimal : Nasional 1:250.000 Provinsi
1:250.000
Kab/Kota 1:50.000 3. Jumlah Jiwa
Terpapar
4. Kerugian Harta Benda
5. Kerugian Lingkungan
6. Menggunakan GIS PENYUSUN :
BEBAS – AKADEMISI, PIHAK KETIGA, dll (tetapi harus dalam
tanggung jawab Pemerintah dan kualitas minimal
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
BNPB)
PENYUSUN : BEBAS – AKADEMISI,
PIHAK KETIGA, dll (tetapi harus dalam
tanggung jawab Pemerintah dan kualitas minimal
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
BNPB)
PENANGGUNG JAWAB: PEMERINTAH
DAERAH PENANGGUNG
JAWAB: PEMERINTAH
DAERAH
REKOMENDASI METODOLOGI REKOMENDASI
METODOLOGI
KEBIJAKAN PB
KEBIJAKAN PB
SINKRONISASI KEBIJAKAN
NAS-PROV-KAB/KOTA
SINKRONISASI KEBIJAKAN
NAS-PROV-KAB/KOTA
RENCANA AKSI PRAKTIS KOMUNITAS
RENCANA AKSI PRAKTIS KOMUNITAS
MASA BERLAKU KAJIAN: 5 TAHUN; DI KAJI SETIAP 2 TAHUN
PEDOMAN PENYUSUN INFORMASI PENGGUNAAN Basic (provinsi)
Skala 1 : 250.000 Unit : kecamatan
PERKA 2/2012
BEBAS – AKADEMISI, PIHAK
KETIGA, dll
(tetapi harus dalam tanggung jawab Pemerintah
dan kualitas minimal sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh BNPB)
PENANGGUNGJAWAB: BPBD
UU 24/2007 Pasal 21 (c)
Zonasi bahaya skala
1 : 250.000
Jumlah penduduk di zonasi
bahaya
Potensi kerugian di zonasi
bahaya (Rp)
Kapasitas tingkat kecamatan
KEBIJAKAN PB
Rencana Penanggulangan
Bencana Provinsi
Revisi RTRW berbasis
penanggulangan bencana
Intermediate (kabupaten/kota)
Skala 1 : 50.000 Unit : desa
Zonasi bahaya skala 1
: 50.000
Jumlah penduduk di zonasi
bahaya (deskripsi s/d kelompok rentan)
Potensi kerugian di zonasi
bahaya (Rp)
Kapasitas tingkat desa
KEBIJAKAN PB
Rencana Penanggulangan
Bencana Kabupaten/Kota
Desa Tangguh
PERENCANAAN
Rencana kontijensi
(Gempabumi, Tsunami, Abrasi, Kekeringan dll)
Advance (komunitas)
Skala 1 : 10.000 Unit : rumah
Zonasi bahaya skala
1 : 10.000
Jumlah penduduk di zonasi
bahaya (deskripsi s/d kelompok rentan)
Potensi kerugian di zonasi
bahaya (Rp)
Kapasitas rumah tangga
KEBIJAKAN PB
Rencana Penanggulangan
Bencana Desa
Masyarakat Tangguh
PERENCANAAN
Rencana kontijensi
(banjir, tanah longsor, dll)
2013 BNPB
Metode Pengkajian
1. Gempabumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Tanah Longsor
5. Letusan Gunung Api
6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
7. Cuaca Ekstrim
8. Kekeringan
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
10. Epidemi dan Wabah Penyakit
11. Gagal Teknologi
12. Konflik Sosial
Metode Umum
Metode Pengkajian
INDEKS KERUGIAN
KOMPONEN EKONOMI, FISIK &
LINGKUNGAN
INDEKS PENDUDUK
TERPAPAR
KOMPONEN SOSIAL BUDAYA
INDEKS ANCAMAN
KEMUNGKINAN KEJADIAN & BESARAN
DAMPAK
INDEKS KAPASITAS PEMERINTAH
KOMPONEN KELEMBAGAAN, PERINGATAN DINI, PENDIDIKAN, MITIGASI
& KESIAPSIAGAAN
TINGKAT ANCAMAN
TINGKAT KERUGIAN
TINGKAT KAPASITAS
INDEKS KESIAPSIAGAAN
MASYARAKAT
2013 BNPB
Output Pengkajian
Output Pengkajian Risiko Bencana
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
DOKUMEN KAJIAN RISIKO
BENCANA
DOKUMEN KAJIAN RISIKO
BENCANA
PETA RISIKO BENCANA
PETA RISIKO BENCANA
KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS PER BENCANA
KEBIJAKAN TEKNIS PER BENCANA
1. ATURAN DAN KELEMBAGAAN
2. PENGKAJIAN RISIKO DAN SISTEM
PERINGATAN DINI 3. PELATIHAN,
PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN 4. PENGURANGAN
FAKTOR RISIKO DASAR 5. SISTEM
KESIAPSIAGAAN UMUM
1. ATURAN DAN KELEMBAGAAN
2. PENGKAJIAN RISIKO DAN SISTEM
PERINGATAN DINI 3. PELATIHAN,
PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN 4. PENGURANGAN
FAKTOR RISIKO DASAR 5. SISTEM
KESIAPSIAGAAN UMUM
1. PENCEGAHAN DAN MITIGASI
2. KESIAPSIAGAAN 3. TANGGAP DARURAT 4. PEMULIHAN
1. PENCEGAHAN DAN MITIGASI
2. KESIAPSIAGAAN 3. TANGGAP DARURAT 4. PEMULIHAN
KEBIJAKAN PRIORITAS PB
(BAB IV RPB)
KEBIJAKAN PRIORITAS PB
2013 BNPB
Penyajian Pengkajian
• Ringkasan Eksekutif
– Tidak lebih dari 2 halaman dan berisi hasil pengkajian risiko bencana dalam bentuk
tabel serta kebijakan prioritas.
• Bab 1 : Pendahuluan
– Latar Belakang; Tujuan; Ruang Lingkup; Landasan; Pengertian dan Sistematika
Penulisan Pengkajian;
• Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
–Umum; Sejarah Kebencanaa; dan Potensi Bencana
• Bab 3 : Kajian Risiko Bencana
– Indeks Pengkajian Risiko Bencana; Peta Risiko Bencana; Kajian Risiko Bencana Daerah
• Bab 4 : Dasar Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana – Kebijakan Administratif; Kebijakan Teknis
• Bab 5 : Kesimpulan dan Penutup
• Lampiran
– Perhitungan Indeks Pengkajian; Peta-peta ancaman; petat-peta kerentanan; peta
kapasitas; Hasil Perhitungan Kapasitas Daerah.
Peta Risiko Bencana & Suplemen Peta
NO.
KABUPATEN/ KECAMATAN/ KELURAHAN
JENIS ANCAMA
N
TINGKAT
RISIKO ANCAMAN
KERENTANAN
Diisi dengan nama kabupaten
atau kecamatan
atau kelurahan tergantung
tingkat kedalaman
kajian
Diisi dengan
jenis ancaman yang ada dengan
tingkat risiko untuk (tinggi, sedang
atau rendah)
Diisi dengan persenta se luas kawasan terancam
untuk setiap tingkatan
ancaman .
Diisi dengan
jumlah jiwa komponen
sosial budaya
untuk setiap
Jenis Ancaman
Diisi dengan
nilai kerugian
(dalam rupiah) yang mungkin
timbul untuk rumah, fasilitas publik dan
fasilitas kritis berdasarka
n perhitunga
n komponen
fisik dan ekonomi
untuk setiap Jenis
Ancaman
Diisi dengan
luas kawasan lingkunga n (dalam Hektar)
yang terpapar ancaman berdasark setiap
jenis ancaman
Diisi dengan
kebijak wilayah
kajian
Peta Risiko Bencana & Suplemen Peta
Indeks Ancaman
SUMBER DATA METODE INDEKS OUTPUT
Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI)
1. Metode Analisis dilaksanakan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
atau Analisis GRID.
2. Pembobotan dilaksanakan berdasarkan
parameter indeks seperti yang
terdapat pada Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;
(umumnya
berdasarkan pada Kemungkinan
Kejadian dan
Besaran Dampak yang mungkin terjadi).
Peta Ancaman untuk tiap bencana dengan kedalaman analisis dan 3 kelas indeks.
•Kedalaman analisis :
• Kajian di Tingkat Nasional,
kedalaman hingga
kabupaten/kota
• Kajian di Tingkat Provinsi,
kedalaman hingga
kecamatan.
• Kajian di Tingkat Kabupaten/Kota, kedalaman
hingga kelurahan
•Kelas Indeks :
•
rendah-sedang-tinggi Peta SNI
Data dan Rujukan dari institusi lain seperti yang tertera pada Pedoman
N
O BENCANA KOMPONEN/INDIKATOR
KELAS INDEKS
BOBO
1. Gempa bumi
1. Peta Bahaya Gempa Bumi
Rendah (pga value < 0.2501)
Sedang merujuk pada panduan yang diterbitkan oleh Badan Geologi Nasional
2. Peta Zonasi Gempa Bumi 2010 (divalidasi dengan data kejadian)
2. Tsunami
Peta Estimasi Ketinggian
Genangan Tsunami/ Peta Bahaya
Tsunami Rendah (< 1 m)
Sedang (1-3 m)
Tinggi
(> 3 m) 100%
Panduan dari Badan Geologi Nasional-ESDM dan BMKG
3. Banjir Peta Zonasi Daerah rawan banjir (divalidasi dengan data kejadian) Rendah(< 1 m) Sedang(1-3 m) (> 3 m)Tinggi 100%
Panduan dari Kementerian PU, BMKG dan Bakosurtanal
Peta Bahaya Bencana
•
Peta yang menunjukkan tingkat/kelas bahaya
bencana di suatu wilayah / Kawasan.
•
Tingkat Bahaya Bencana dibagi menjadi 3 Kelas
:
1. Rendah (Indeks Bahaya < 0.333)
2. Sedang (Indeks Bahaya: 0.333 – 0.666)
3. Tinggi (Indeks Bahaya > 0.666)
Indeks Penduduk Terpapar
SUMBER DATA METODE INDEKS OUTPUT
1. PODES 2. SENSUS 3. Landuse 4. PPLS 5. dll.
1. Metode Analisis
dilaksanakan dengan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) atau Analisis GRID.
2. Pembobotan dilaksanakan berdasarkan
Komponen Sosial Budaya dengan
indikator Kepadatan Penduduk dan
Kelompok Rentan
seperti yang terdapat pada Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana..
1. Peta Kerentanan Sosial Budaya untuk tiap
bencana dengan kedalaman
analisis dan 3 kelas indeks.
2. Tingkat Ancaman Bencana; bila
Indeks Kerugian
SUMBER DATA METODE INDEKS OUTPUT
1. PODES 2. Landuse 3. Kabupaten/
Kecamatan Dalam Angka
4. Laporan Sektor
1. Metode Analisis dilaksanakan dengan metode Analytic
Hierarchy
Process (AHP) atau Analisis GRID.
2. Pembobotan dilaksanakan berdasarkan
Komponen Fisik, Ekonomi dan Lingkungan
dengan indikator seperti yang
terdapat pada Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana..
1. Peta Kerentanan Fisik, Ekonomi dan Lingkungan untuk tiap
bencana dengan kedalaman
analisis dan 3 kelas indeks. 2. Tingkat
Kerentanan Bencana.
3. Peta Kerentanan; bila digabung dengan Indeks Penduduk
b. Indeks Kerugian (Komponen Ekonomi, Fisik, dan Lingkungan)
KOMPONEN/ INDIKATOR
KELAS INDEKS
BOBOT
TOTAL SUMBER DATA
RENDAH SEDANG TINGGI
Sosial Budaya (40%)
1 Kepadatan Penduduk < 500 jiwa/km2 500-1000 jiwa/km2 jiwa/km2> 1000 60% Podes, Susenas, dan Land use 2 Kelompok Rentan < 20 % 20-40 % > 40 % 40% Podes, Susenas, PPLS Ekonomi (dalam Rp) (25 %)
1 Luas lahan produktif < Rp 50 juta Rp 50jt-200 jt 200 jt > Rp 60% Landuse, Kabupaten/Keca-matan dalam Angka
2 Kontribusi PDRB per sektor < Rp 100 juta Rp 100jt-300 jt 300 jt > Rp 40%
Laporan Sektor, Kabupaten dalam Angka
Fisik (dalam Rp) (25 %)
1 Rumah < Rp 400 juta Rp 400jt-800 jt 800jt > Rp 40%
Podes BPS 2008 2 Fas. Umum < Rp 500 juta Rp 500jt- 1 M > Rp 1 M 30%
3 Fas. Kritis < Rp 500 juta Rp 500jt- 1 M > Rp 1 M 30% Lingkungan (dalam luasan) (10 %)
1 Hutan lindung < 20 Ha 20-50 Ha > 50 Ha 10 %
Land Use dan TGHK
2 Hutan alam < 25 Ha 25-75 Ha > 75 Ha 30 %
3 Hutan Bakau (mangrove) < 10 Ha 10-30 Ha > 30 Ha 40 % 4 Rawa < 5 Ha 5-20 Ha > 20 Ha 10 %
b1. Penghitungan Komponen Kerentanan Ekonomi
Indeks Kapasitas
SUMBER DATA METODE INDEKS OUTPUT
1. Hasil Diskusi Kelompok
Terfokus (Focuss Group
Disscussion/FGD) dengan materi pengkajian
kapasitas daerah berdasarkan
Kerangka Aksi Hyogo
1. Metode Analisis berdasarkan
pembobotan dan pemeringkatan. 2. Pembobotan
dilaksanakan berdasarkan Komponen Aturan dan Kelembagaan; Peringatan Dini dan Pengkajian Risiko;
Pendidikan dan Riset
Kebencanaan; Pengurangan Faktor Risiko Dasar; dan Pembangunan Kesiapsiagaan Bencana
1. Peta Kapasitas dengan
kedalaman analisis dan 3 kelas indeks. 2. Kebijakan
Prioritas
Penanggulangan Bencana Daerah – sebagai dasar kebijakan
penyusunan Rencana
PENGANTAR
Hyogo Framework for Actions
•
HFA merupakan kesepakatan lebih dari 160 negara
untuk mengarusutamakan pengurangan risiko
bencana dalam pembangunan
•
Indonesia meratifikasi HFA sebagai dasar
pengembangan sistem nasional penanggulangan
bencana, setiap tahunnya Indonesia melaporkan
pencapaian nasional HFA kepada UN-ISDR
•
HFA terdiri dari 5 prioritas aksi yang dibagi dalam
22 indikator pencapaian
•
Dari pencapaian 22 indikator tersebut, diperoleh
nilai ketahanan daerah.
•
Rentang nilai ketahanan 1-5; nilai 1 paling rendah,
Metodologi Kajian Kapasitas
Diskusi Group Terfokus (FGD)
Diskusi Group
Terfokus (FGD) Nilai Ketahanan Daerah Nilai Ketahanan
Daerah
Tingkat Kapasitas
Daerah
Tingkat Kapasitas
Daerah
Tingkat Ancaman
Daerah
Tingkat Ancaman
Daerah
Rekomendasi Kebijakan Minimum Daerah
(untuk RPB)
Rekomendasi Kebijakan Minimum Daerah
FGD Kab/Kota
FGD Kab/Kota Nilai Ketahanan Daerah Tiap
Kab/Kota
Nilai Ketahanan Daerah Tiap
Kab/Kota
Tingkat Kapasitas Daerah Tiap Kab/kota
Tingkat Kapasitas Daerah Tiap Kab/kota
Tingkat Ancaman Daerah
Tingkat Ancaman Daerah
Rekomendasi Kebijakan Minimum Daerah (untuk RPB)
Rekomendasi Kebijakan Minimum Daerah (untuk RPB)
Rekomendasi Kebijakan PB Provinsi Dalam Perspektif
Kabupaten/Kota
Rekomendasi Kebijakan PB Provinsi Dalam Perspektif
Kabupaten/Kota
FGD Provinsi
FGD Provinsi Tingkat Kapasitas
Provinsi
Tingkat Kapasitas Provinsi
Rekomendasi Kebijakan PB
Provinsi
Rekomendasi Kebijakan PB
Provinsi
Tingkat Ancaman Daerah
Tingkat Ancaman Daerah
Peta Kapasitas Kabupaten/Kota
Peta Kapasitas Kabupaten/Kota
Peta Kapasitas Provinsi
Peta Kapasitas Provinsi
Kompilasi & perata-rataan
Nilai Ketahanan Daerah Provinsi
Arti Nilai Ketahanan
• Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya
pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.
• Level 2 Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan risiko
bencana dengan pencapaian-pencapaian yang masih bersifat sporadis yang
disebabkan belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
• Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait pengurangan risiko
bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi dampak negatif dari bencana.
• Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam
pengurangan risiko bencana disuatu daerah telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui ada masih keterbatasan dalam komitmen,
sumberdaya finansial ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
• Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas
Struktur pertanyaan vs penilaian
NO
. PERTANYAANSTRUKTUR FUNGSI PERTANYAAN STRUKTUR PENILAIAN
1. Pertanyaan
Pertama Identifikasi inisiatif-inisiatif untuk mencapai hasil minimal setiap
indikator
Bila jawabannya adalah 'YA' maka daerah
tersebut minimal telah berada pada LEVEL 2 2. Pertanyaan
Kedua
identifikasi capaian
minimal telah diperoleh atau belum
Bila jawabannya adalah 'YA' maka daerah
tersebut minimal telah berada pada LEVEL 3 3. Pertanyaan
Ketiga identifikasi fungsi minimum dari capaian tersebut telah dicapai atau belum
Bila jawabannya adalah 'YA' maka daerah
tersebut minimal telah berada pada LEVEL 4 4. Pertanyaan
Keempat Identifikasi perubahan sistemik dari fungsi yang telah terbangun berdasarkan capaian yang ada
Bila jawabannya adalah 'YA' maka daerah
Contoh struktur pertanyaan
Pertanyaan Kunci Respon
YA TIDAK
1. Apakah telah ada kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang melaksanakan praktik
pengurangan risiko bencana secara terstruktur dan terencana di daerah Anda?
(BILA 'TIDAK' LANJUTKAN KE PERTANYAAN NO.5, BILA 'YA' LANJUTKAN KE
PERTANYAAN SELANJUTNYA)
1 0
2. Apakah telah ada aturan tertulis (baik dalam bentuk peraturan daerah, Keputusan kepala
daerah) tentang pengurangan risiko bencana atau penanggulangan bencana?
(BILA 'TIDAK' LANJUTKAN KE PERTANYAAN NO.5, BILA 'YA' LANJUTKAN KE
PERTANYAAN SELANJUTNYA)
1 0
3. Apakah aturan tertulis tersebut telah diterapkan dalam institusi Anda dalam pengurangan risiko bencana secara terencana?
(BILA 'TIDAK' LANJUTKAN KE PERTANYAAN NO.5, BILA 'YA' LANJUTKAN KE
PERTANYAAN SELANJUTNYA)
1 0
4. Apakah aturan daerah tersebut telah
diadaptasikan dalam aturan daerah lainnya
(seperti Perda Tata Guna Lahan, IMB, SOTK dll)?
(LANJUTKAN KE PERTANYAAN NO. 5)
Metode pengkajian
• Pengkajian dilaksanakan dalam 2 pertemuan focussed group discussion (FGD) • FGD 1 dilaksanakan untuk tingkat kabupaten
– FGD Kabupaten dilaksanakan dengan mengundang wakil seluruh kabupaten/
kota pada suatu provinsi
– Minimal wakil kabupaten/kota yang diundang adalah :
1. BPBD Kabupaten/kota – Kesbangpolinmas bila belum ada BPBD 2. Bappeda kabupaten/kota
3. Dinas Sosial 4. Dinas Kesehatan 5. Dinas UKM-koperasi
• FGD 2 dilaksanakan untuk tingkat provinsi – FGD provinsi dihadiri minimal oleh :
1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 4. Dinas Sosial
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
8. Perusahaan Swasta
Kajian kapasitas Kabupaten/kota
• Kajian dilaksanakan dengan bantuan file PENDUKUNG 3. Software
Penghitung Tingkat Ketahanan Daerah. (dapat diubah menjadi powerpoint bila dibutuhkan)
• Peserta duduk berkelompok sesuai dengan kabupaten/kota
masing-masing
• Setiap kelompok diberikan 1 form lembar jawaban
• Dibutuhkan 1 orang fasilitator untuk memandu seluruh kelompok
secara berbarengan mengisi lembar jawaban berdasarkan pertanyaan yang telah ada
• Setiap anggota kelompok harus setuju terlebih dahulu terhadap
jawaban yang akan mereka isi kan dalam lembar jawaban
• Fasilitator memastikan bahwa setiap indikator diisi secara tepat oleh
setiap kelompok sebelum pindah ke indikator sebelumnya
• Fasiltator dapat dibantu oleh beberapa orang co-fasilitator untuk
Penghitungan tingkat kapasitas
Kabupaten/kota
• Setelah dimasukkan seluruh jawaban peserta dalam file PENDUKUNG 3.
Software Penghitung Tingkat Ketahanan Daerah, (file tersebut digandakan (save as) sebanyak lembar jawaban kabupaten/kota yang masuk)
• Secara otomatis akan terlihat tingkat ketahanan setiap kabupaten/kota
dalam menghadapi bencana
• Sandingkan hasil Tingkat Ketahanan setiap kabupaten/kota dengan Tingkat
Ancaman kabupaten/kota yang telah diperoleh sebelumnya, dengan menggunakan matriks berikut.
Tingkat Ketahanan Tinggi : Level 4-5
Tingkat Ketahanan Sedang ; Level 3
Rekomendasi kebijakan prioritas
Perspektif Kabupaten/kota
•
Setelah dilaksanakan kompilasi dan perata-rataan
terhadap seluruh form jawaban peserta dalam file
PENDUKUNG 4. Software Penghitung Tingkat Ketahanan
Daerah Kab-Kota untuk Provinsi,
•
Secara otomatis dapat dilihat rekomendasi kebijakan yang
perlu diambil oleh provinsi dari sudut pandang daerah
•
Rekomendasi kebijakan langsung dapat dilihat pada file
tersebut di sheet “kebijakan prioritas”
•
Hasil ini menjadi “
rekomendasi kebijakan
Kajian kapasitas Provinsi
• Kajian dilaksanakan dengan bantuan file PENDUKUNG 3.
Software Penghitung Tingkat Ketahanan Daerah. (dapat diubah menjadi powerpoint bila dibutuhkan)
• Dibutuhkan 1 orang fasilitator untuk memandu seluruh kelompok
secara berbarengan mengisi lembar jawaban berdasarkan pertanyaan yang telah ada
• Fasiltator memaparkan terlebih dahulu hasil kajian kapasitas
tingkat kabupaten/kota sebelumnya yang telah dianalisis dan
“rekomendasi kebijakan penanggulangan bencana provinsi
dalam perspektif kabupaten/kota”
• Fasilitator memandu peserta diskusi untuk menghasilkan
kesepakatan tingkat indikator. Dibutuhkan 1 orang co-fasilitator untuk membantu fasilitator untuk mengisi form jawaban
Penghitungan tingkat kapasitas
Provinsi
• Setelah dimasukkan seluruh jawaban dalam file PENDUKUNG 3.
Software Penghitung Tingkat Ketahanan Daerah
• Secara otomatis akan terlihat tingkat ketahanan provinsi dalam
menghadapi bencana
• Sandingkan hasil Tingkat Ketahanan provinsi dengan Tingkat
Ancaman provinsi yang telah diperoleh sebelumnya, dengan menggunakan matriks berikut.
Tingkat Ketahanan Tinggi : Level 4-5
Tingkat Ketahanan Sedang ; Level 3
Rekomendasi kebijakan prioritas
Provinsi
• Setelah dilaksanakan kompilasi terhadap seluruh form jawaban
peserta dalam file PENDUKUNG 3. Software Penghitung Tingkat Ketahanan Daerah, otomatis dapat dilihat rekomendasi kebijakan berdasarkan tingkat ketahanan provinsi
• Rekomendasi kebijakan langsung dapat dilihat pada file tersebut di
sheet “kebijakan prioritas”.
• Sandingkan hasil kebijakan prioritas provinsi dengan “rekomendasi
kebijakan penanggulangan bencana provinsi dalam perspektif kabupaten/kota”
• Rekomendasi kebijakan yang sama antara provinsi dengan
kabupaten/kota merupakan kebijakan prioritas yang harus
dilaksanakan oleh provinsi ke kabupaten/kota dalam pola intervensi teknis
• Rekomendasi kebijakan provinsi yang tidak sama dengan kabupaten/
Tujuan
•
Tujuan Umum
Menilai tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana.
•
Tujuan Khusus
:
•
Sebabagai salah satu komponen yang digunakan
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat.
•
Sebagai acuan dalam menurunkan kerentanan
masyarakat.
•
Sebagai acuan bagi masyarakat, sekolah dan
Parameter
1. Pengetahuan Tentang Bencana (PB);
Pemahaman Tentang Bencana Alam, Pemahaman Tentang Kerentanan
Lingkungan, Dan Pemahaman Tentang Kerentanan Bangunan Fisik Dan Fasilitas-fasilitas Penting Untuk Keadaan Darurat Bencana.
2. Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB);
Pengelola Bencana, Rencana Aksi Untuk Tanggap Darurat, Pendidikan, Panduan-panduan Yang Relevan, Serta Peraturan-peraturan Yang Relevan, Seperti: Perdes Dan SK
3. Rencana Tanggap Darurat (RTD);
Organisasi Pengelola, Rencana Evakuasi, Rencana Pertolongan Korban, Rencana Kebutuhan Dasar, Latihan/Simulasi
4. Peringatan Dini Bencana (PDB);
Sistem Peringatan Dini Yang Ada, Tanda Peringatan Alam, Tanda Peringatan Bencana Berbasis Teknologi
5. Mobilisasi Sumberdaya (MS);
•
Metode
; Kuesioner
•
Responden
•
Rumah Tangga (RT); 300 Responden
•
Komunitas Sekolah (KS): 200
Responden
a. Sekolah sebagai institusi (S1) sebanyak 5
Sekolah
Metode Perhitungan Indeks
Kesiapsiagaan Masyarakat
•
Komunitas Rumah Tangga
:
Indeks per parameter pada Rumah Tangga (RT), Sekolah (S1),
Guru (S2) dan Siswa (S3) mengunakan angka indeks gabungan
tidak ditimbang, artinya semua pertanyaan dalam parameter
tersebut memiliki bobot yang sama.
Penentuan nilai indeks untuk setiap parameter adalah:
Indeks paraeter komunitas RT adalah total indeks
RT/jumlah sampel
Bobot masing-masing parameter untuk komunitas
RT
Parameter Bobot
Pengetahuan Bencana (PB) 35
Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB) 10
Rencana Tanggap Darurat (RTD) 15
Peringatan Dini Bencana (PDB) 25
Mobilisasi Sumberdaya (MS) 15
•
Komunitas Sekolah
Bobot Masing-masing parameter untuk komunitas sekolah:
Parameter Stakeholder
Pengetahuan Bencana (PB)
Kebijakan Kesiapsiagaa
n Bencana (KKB)
Rencana Tanggap Darurat
(RTD)
Peringatan Dini Bencana
(PDB)
Mobilisasi Sumberdaya
(MS)
Jumlah
Sekolah (S1) 10 14 4 6 34
Guru (S2) 30 7 1 3 42
Murid (S3) 20 2 2 1 24
•
Indeks Gabungan
Indeks Gabungan/indeks Kesiapsiagaan adalah indeks
gabungan antara indeks kesiapsiagaan RT dan sekolah
Bobot masing-masing stakeholder:
Stakeholder Bobot Keterangan
Individu/Rumah Tangga 60 Nilai Bobot ini dengan asumsi bahwa RT memiliki semua parameter
Nilai Indeks Kesiapsiagaan
Nilai Indeks
Kategori
80 - 100
Kesiapsiagaan Tinggi
60 – 79
Kesiapsiagaan Sedang
< 60
Kesiapsiagaan Rendah
Indeks Kesiapsiagaan Kabupaten adalah Nilai
NILAI INDEKS KESIAPSIAGAAN
RUMAH TANGGA DAN KOMUNITAS SEKOLAH
KABUPATEN PONTIANAK
KESIAP-SIAGAAN TOTAL
RESP INDEX PB
INDEX KKB
INDEX RTD
INDEX
PDB INDEX MS Index_RT
RUMAH TANGGA 300 17.39 1.87 2.39 4.31 2.94 28.89 KOMUNITAS
INDEKS KESIAPSIAGAAN
KABUPATEN PONTIANAK
Rekomendasi
1. Peningkatan Pengetahuan tentang Bencana (PB);
1. Sosialisasi
2. Kukirukulum Kebencanaan
2. Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB);
1. Perda Kebencanaan (Kab/Kota) 2. Peraturan di Sekolah
3. Rencana Tanggap Darurat (RTD);
1. Simulasi Evakuasi Bencana
4. Peringatan Dini Bencana (PDB);
1. Membangun Sistem Peringatan Dini Bencana
5. Mobilisasi SUmberdaya (MS);
PETA RISIKO BENCANA
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah dipersiapkan berdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta Kerentanan dan peta Kapasitas, berdasarkan rumus: . Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatas agar bisa dipergunakan:
Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada
pembagian dengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam kasus ekstrim nilai C rendah atau kesalahan dalam hal nilai-nilai kosong C;
Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan
pangkat 1/n, untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 * 0.25 * 0.25 = 0.015625, dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25).
Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:
Tingkat Ancaman
TINGKAT ANCAMAN TINGGI TINGKAT ANCAMAN SEDANG TINGKAT ANCAMAN RENDAH
TINGKAT ANCAMAN
INDEKS PENDUDUK TERPAPAR
RENDAH SEDANG TINGGI
IN
D
E
K
S
A
N
C
A
M
A
N RENDAH
SEDANG
Tingkat Kerugian
TINGKAT KERUGIAN TINGGI TINGKAT KERUGIAN SEDANG TINGKAT KERUGIAN RENDAH
TINGKAT KERUGIAN
INDEKS KERUGIAN
RENDAH SEDANG TINGGI
T
IN
G
K
A
T
A
N
C
A
M
A
N RENDAH
SEDANG
Tingkat Kapasitas
TINGKAT KAPASITAS RENDAH TINGKAT KAPASITAS SEDANG TINGKAT KAPASITAS TINGGI
TINGKAT KAPASITAS
INDEKS KAPASITAS
TINGGI SEDANG RENDAH
T
IN
G
K
A
T
A
N
C
A
M
A
N RENDAH
SEDANG
Tingkat Risiko Bencana
TINGKAT RISIKO BENCANA TINGGI TINGKAT RISIKO BENCANA SEDANG TINGKAT RISIKO BENCANA RENDAH
TINGKAT RISIKO BENCANA
TINGKAT KAPASITAS
TINGGI SEDANG RENDAH
T
IN
G
K
A
T
K
E
R
U
G
IA
N RENDAH
SEDANG
2013 BNPB