i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Nama: Tri Handayani
iv
Penulis persembahkan kepada:
$ Allah SWT yang selalu membimbingku
$ Ayahku Sutarman dan Ibuku Suprihatin
$ Kakakku Dewi Ratih dan Drg. Sugiyanto
$ Bulek Surti dan seluruh keluargaku
$ Sahabatku Paradhe 2010
v
$
viii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode terhadap 1) kemampuan dan 2) kemampuan
pada mata pelajaran IPA Kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.Pada penelitian ini menguji apakah metode pembelajaran inovatif berpengaruh terhadap kemampuan dan di SD N Sokowaten Baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain
tipe Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Sokowaten Baru yang terdiri dari kelas VA sebanyak 27 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebanyak 25 siswa sebagai kelompok eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA sebanyak 27 siswa, VB sebanyak 25 siswa, dan VC sebanyak 25 siswa. Populasi keseluruhan pada penelitian ini berjumlah 59 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penggunaan metode
berpengaruh terhadap kemampuan , hal ini ditunjukkan dengan hasil M= 1,23 SE= 0,100 SD= 0,504 diperoleh harga sebesar 0,00 (p < 0,05) pada kelompok eksperimen dengan nilai t (12,18) df= 24 yang berarti penggunaan berpengaruh terhadap kemampuan dan mempunyai efek besar dengan persentase peningkatan sebesar 74,09%. 2) penggunaan metode berpengaruh terhadap kemampuan ,hal ini ditunjukkan dengan hasil M= 1,00 SE= 0,154 SD= 0,770 diperoleh harga
x
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmad, dan hidayah$Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Metode terhadap Kemampuan 7 dan <
& pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan
Bantul Yogyakarta”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan
tidak langsung memberikan bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini.
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen Pembimbing I yang
selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D.selaku Sekretaris PGSD Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada
penulis.
5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd.selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan demi hasil skripsi yang lebih baik.
6. Segenap dosen dan staf PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan pengetahuan dan dukungan dalam menyelesaikan
studi Strata 1.
7. Kastinah, S.Pd.SD. selaku Kepala SDN Sokowaten Baru yang
memberikan ijin penelitian dan dukungan kepada penulis.
8. Ashari,S.Pd.selaku guru mata pelajaran IPA SDN Sokowaten Baru yang
membantu dan memberikan waktu sebagai guru mitra penelitian
xi
9. Peserta didik kelas VA dan VB SD N Sokowaten Baru, sebagai subjek
penelitian.
10. Orang tuaku yang selalu memberikan semangat dan harapan baru ketika
mulai putus asa.
11. Teman$teman penelitian kolaboratif IPA yang selalu dapat diajak
kerjasama dan memberikan masukan kepada penulis.
12. Teman$teman PPL SD NSokowaten Baru atas kerjasamanya di sekolah.
13. Sahabatku paradhe dan teman angkatan 2010
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.Oleh
karena itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
xii 0
-HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii
ABSTRAK... viii
1.5 Definisi Operasional ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1Teori$Teori yang Mendukung ... 7
2.2.1.1. Teori Perkembangan Anak ... 7
2.2.1.2. Metode Pembelajaran ... 9
2.2.1.3. Metode ... 10
2.2.1.4. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 13
2.2.1.5. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) ... 16
2.1.2 Hasil Penelitian Terhadulu yang Relevan ... 20
2.2.1.1. Penelitian Sebelumnya tentang Metode ... 20
2.2.1.2. Penelitian Sebelumnya tentang Metode Berpikir Kritis ... 22
2.2.1.3. = ... 25
2.2 Kerangka Berpikir ... 26
2.3 Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 36
3.7.1 Uji coba Instrumen ... 36
3.7.2 Uji Validitas Instrumen ... 36
3.7.3 Reliabilitas Instrumen ... 38
3.8 Teknik Analisis Data ... 39
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 39
xiii
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 40
3.8.2.2 Uji Selisih Pretestdan > I ... 41
3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 42
3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor > ke > ... 42
3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan 7! % ? ... 43
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 44
3.8.3.4 Dampak Perlakuan ... 46
3.8.3.5 Konsikuensi Lebih lanjut ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Implementasi Pembelajaran ... 49
4.1.1Kelompok Eksperimen ... 49
4.1.2 Kelompok Kontrol ... 52
4.2 Hasil Penelitian ... 54
4.2.1 Pengaruh Penerapan terhadap Kemampuan 7 ... 54
4.2.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 54
4.2.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 55
4.2.1.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 56
4.2.2Analisis Lebih Lanjut ... 57
4.2.2.1Uji Peningkatan Skor > ke > I ... 57
4.2.2.2Uji Besar Efek Perlakuan ... 60
4.2.2.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 60
4.2.3 Pengaruh Penerapan terhadap Kemampuan < & ... 62
4.2.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 62
4.2.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63
4.2.3.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 64
4.2.4 Analisis Lebih Lanjut ... 65
4.2.4.3 Uji Kenaikan Skor > ke > 5 ... 65
4.2.4.4 Uji Besar Efek Perlakuan ... 67
4.2.4.5 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 68
4.3 Pembahasan ... 69
4.3.1 Pengaruh Penggunaan Terhadap Kemampuan 7 ... 70
4.3.2 Pengaruh Penggunaan terhadap Kemampuan < & ... 71
4.3.3 Dampak Perlakuan Pada Siswa ... 72
4.3.4 Konsekuensi Lebih lanjut ... 76
BAB V PENUTUP ... 77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Keterbatasan Penelitian... 78
5.3 Saran ... 78
DAFTAR REFERENSI ... 80
xiv 0
-Tabel 3.1 Kegiatan Pengambilan Data ... 30
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen Penelitian ... 35
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ... 35
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 38
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas di SD K Sorowajan ... 39
Tabel 3.6 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru ... 47
Tabel 3.7 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Siswa ... 47
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan 7 ... 55
Tabel 4.2 Perbedaan Kemampuan Awal 7 ... 55
Tabel 4.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 56
Tabel 4.4 Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan 7 ... 58
Tabel 4.5 Persentase Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan7 ... 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan 7 ... 60
Tabel 4.7 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 61
Tabel 4.8 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan < & ... 63
Tabel 4.10 Perbedaan Kemampuan Awal < & ... 63
Tabel 4.11 Uji Selisih Skor > dan > ... 64
Tabel 4.12 Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan < & .. 66
Tabel 4.13 Persentase Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan < & ... 66
Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan < & 68 Tabel 4.15 Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan < & ... 69
Tabel 4.16 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru ... 75
xv 0
-Gambar 2.1 Contoh ... 12
Gambar 2.2 Linggis ... 17
Gambar 2.3 Jungkat$Jungkit ... 18
Gambar 2.4 Gerobak Dorong ... 18
Gambar 2.5 Sekop ... 19
Gambar 2.6 Bidang Miring ... 19
Gambar 2.7 Roda Sepeda ... 20
Gambar 2.8 Literature Map dari Penelitian Terdahulu ... 25
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 33
Gambar 3.3 Peningkatan Skor> ke> ... 43
Gambar 3.4 Pengaruh Perlakuan Data Normal ... 44
Gambar 3.5 Pengaruh Perlakuan Data Tidak Normal ... 44
Gambar 3.6 Peningkatan Skor> 5ke> 55... 45
Gambar 4.1 Perbandingan Uji Selisih Skor > dan > Kemampuan 7 ... 57
Gambar 4.2 Perbandingan Skor > dan > 5 Kemampuan 7 .. 59
Gambar 4.3 Peningkatan Skor> 5ke> 55... 61
xvi 0
-Lampiran 3.1 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 6 Kemampuan ... 83
Lampiran 3.2 Hasil Analisis SPSS Uji ValiditasKemampuan 7 dan < & ... 84
Lampiran 3.3 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas 6 Kemampuan ... 85
Lampiran 4.1 Silabus Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 86
Lampiran 4.2 RPP Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 113
Lampiran 4.3 Soal 7 Penelitian ... 144
Lampiran 4.4 Rubrik Penilaian ... 146
Lampiran 4.5:Tabulasi Nilai > , > 5, dan > 55 ... 150
Lampiran 4.6 Uji Normalitas Kemampuan 7 ... 156
Lampiran 4.7 Kemampuan Awal 7 ... 157
Lampiran 4.8 Uji Kenaikan Skor > > Kemampuan 7 158 Lampiran 4.9 Uji Normalitas Selisih 7 ... 159
Lampiran 4.10 Uji Selisih Skor > dan PosttestKemampuan 7 ... 160
Lampiran 4.11 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan 7 ... 161
Lampiran 4.12 Hasil Uji Normalitas < & ... 162
Lampiran 4.13 Kemampuan Awal < & ... 163
Lampiran 4.14 Uji Kenaikan Skor > > Kemampuan < & 164 Lampiran 4.15 Uji Normalitas Selisih < & ... 165
Lampiran 4.16 Uji Selisih Skor > dan > Kemampuan < & ... ... 166
Lampran 4.17 Uji Retensi Pengaruh < & ... 167
Lampiran 4.18 Uji Besar Pengaruh 7!! % ? Kemampuan 7 ... 168
Lampiran 4.19 Uji Besar Pengaruh 7!! % ? Kemampuan < & ... 169
Lampiran 4.20 Wawancara Siswa ... 170
Lampiran 4.21 Wawancara Guru ... 175
Lampiran 4.22 Gambar Anak ... 177
Lampiran 4.23 Foto Penelitian Kelas Kontrol ... 179
Lampiran 4.24 Foto Penelitian Kelas Eksperimen ... 181
Lampiran 4.25 Surat Ijin Uji Validitas ... 183
Lampiran 4.26 Surat Ijin Penelitian ... 184
Lampiran 4.27 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 185
Lampiran 4.28 Hasil Uji Validitas Konstruk ... 186
Lampiran 4.29 Rentang Skor ... 186
1
Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
# + " .0 & * ( 0 1
Guru melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar seperti pengembangan metode pembelajaran, pengadaan bahan ajar,
pembenahan perangkat media pembelajaran, dan lain$lain. Pramudia (2006: 32)
mengungkapkan mengajar $ merupakan kata yang sangat
mempengaruhikeberhasilan sebuah proses pendidikan. Pembelajaran yang
dilakukan guru ini diharapkan membantu proses pembelajaran agar berlangsung
dengan baik, efektif, dan efisien. Metode pembelajaran yang digunakan guru
sangat berperan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Metode
pembelajaran yang dilakukan guru harus menekankan pada keaktifan siswa. Guru
dalam kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas berpikir siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran inti di
Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang
menyenangkan apabila diajarkan dengan kreatif oleh guru. Iskandar (2001: 1)
mengungkapkan IPA untuk anak SD harus dimodifikasi agar anak$anak dapat
mempelajarinya. Ide$ide dan konsep$konsep harus disederhanakan dengan
kemampuan anak untuk memahaminya. Oleh karena itu sejak usia Sekolah Dasar
siswa telah dikenalkan IPA. IPA dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah sehari$hari serta mengambil
keputusan. Guru harus memperhatikan, memikirkan, dan sekaligus merencanakan
penggunaan metode yang tepat pada pembelajaran. Metode yang tepat dapat
membuat siswa tertarik, siswa semangat dalam belajar, dan mau terlibat dalam
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut menjadi efektif.
Namun pada kenyataannya, hasil PISA > ! 5
2
peringkat ke 64 dari 65 negara yang ikut. Hanya satu peringkat di atas Peru
sebagai juru kunci dengan skor membaca 396, matematika sebesar 375 dan
sebesar 382. Ini karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
metode ceramah. Guru belum memusatkan pembelajaran pada siswa hal ini
menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, siswa menjadi
cepat bosan. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang
mengembangkan kreativitas siswa. Guru belum membebaskan siswa untuk
menuangkan kemampuan berpikir kritisnya lewat gambar dan tulisan yang penuh
warna sehingga siswa masih menghafal teori bukan mengembangkan sebuah teori.
Pemilihan metode pembelajaran oleh guru masih belum menyesuaikan
kemampuan dan kebutuhan siswa. Kenyataan seperti ini diistilahkan Paulo Freire
sebagaipendidikan gaya bank ( ), yakni pendidikan modeldeposito.
Guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuanserta berbagai
pengalamannya kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima, mencatat, dan
menyimpan semua informasi yangdisampaikan guru.
Pemerintah sudah mengusahakan peningkatan mutu pembelajaran
dengan memberikan sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru. Kebijakan
yang diambil pemerintah yang memberikan sertifikasi pada guru ternyata tidak
efektif dalam menjawab inti permasalahan pendidikan. Chang,dkk(2014: 5)
berdasarkan penelitian PBB mengungkapkan dalam satu minggu guru harus
mengajar 18 jam untuk mendapatkan dan mempertahankan sertifikasi. Kebijakan
tersebut tidak lantas meningkatkan mutu pendidikan guru menjadi sibuk
mengurusi sertifikasi dan tunjangan lainnya. Chang menambahkan tunjangan
daerah yang akan dibayarkan kepada para guru di daerah yang sudah ditentukan
seperti lokasi terpencil, daerah perbatasan, dan sebagainya. Besarnya tunjangan
tidak membuat guru memperbaiki mutu pembelajaran. Masalah inti pendidikan
yaitu bagaimana guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dengan
menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran yang disampaikan. Melalui
metode yang tepat siswa dapat menerima pelajaran dengan senang. Guru bukan
memberikan materi tetapi membangun materi yang akan disampaikan. Melalui
metode yang tepat siswa dapat menerima pelajaran dengan senang. Guru bukan
3
Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu adanya suatu metode
pembelajaran inovatif agar pembelajaran IPA lebih menarik, bermakna,
menyenangkan, dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran
membutuhkan inovasi baru yang perlu diujicobakan untuk mengetahui bahwa
metode pembelajaran benar$benar efektif meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab langsung permasalahan pembelajaran di
kelas. Peneliti melihat masalah inti dalam pembelajaran adalah kurang tepatnya
metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Penelitian ini dilakukan melalui
pengujian secara metodis dan sistematis. Salah satu metode yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu metode .
Buzan (2005: 4) mengemukakan bahwa merupakan sebuah
metode pembelajaran yang dapat mengembangkan pola dengan cabang$cabang
yang memancar dari pusat. Cabang tersebut dibuat menggunakan garis lengkung,
simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian sederhana, mendasar,
alami dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan daftar informasi yang
panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna$warni, sangat teratur, dan mudah
diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan
berbagai hal. Peran guru tidak dominan lagi, metode pembelajaran ini
membebaskan siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa dan
mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memahami pembelajaran
Metode sangat tepat digunakan untuk pembelajaran IPA karena siswa
terlibat aktif, mengembangkan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran.
Facione (1990) menjelaskan bahwa merupakan kemampuan
seseorang dalammenyatakan masalah, menjelaskan dan memberikan alasan$
alasan dari hasil penalaran sendiri ataupun orang lain tentang suatu bukti, konsep,
metode, kriteria, dan konteks yang digunakan dalam menarik kesimpulan.
Menggunakan siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang
ada dengan penalaran yang lebih dalam. Facione (1990) menjelaskan bahwa
merupakan kemampuan untuk meneliti dan mengoreksi kegiatan
berpikirnya sendiri. Siswa dapat meneliti dengan baik kegiatan berpikirnya
dengan menggunakan Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA
4
sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, yang
diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh metode terhadap
kemampuan dan . Untuk itu peneliti mengambil judul
“Pengaruh Penggunaan Metode terhadap Kemampuan 7 dan
< & Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul
Yogyakarta”.
# /-/( ( 0 1
# # Apakah penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana berpengaruh terhadap kemampuan kelas V
SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun
ajaran 2013/2014?
# # Apakah penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana berpengaruh terhadap kemampuan kelas V
SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun
ajaran 2013/2014?
#3 /4/ . .0 +
#3# Mengetahui pengaruh penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan siswa
kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
#3# Mengetahui pengaruh penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan siswa
kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
# 5 + . .0 +
# # * . .0 +
Memberi wawasan tentang penerapan salah satu pembelajaran inovatif,
terutama metode pada mata pelajaran IPA yang dapat
5 # # * .&)0 1
Meningkatnya kualitas sekolah dan mampu menjadi acuan untuk selalu
mengadakan inovasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.
# #3 * . &
Penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan dan memperkaya
perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang metode pada mata
pelajaran IPA.
# # * (6
Dapat memberikan pengalaman baru dalam mempelajari materi pesawat
sederhana menggunakan .
#7 .5 ( '." ( ) 0
#7# Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
#7# adalah catatan yang memudahkan siswa dalam mengingat kembali informasi yang diterima dan mengembangkan catatan dengan
warna dan gambar sesuai dengan imajinasi.
#7#3 adalah cara yang digunakan siswa untuk membuat catatan lebih mudah dipahami.
#7# Berpikir adalah kemampuan berpikir secara mendalam, sistematis berdasarkan bukti menggunakan penalaran yang logis yang terdiri dari
enam elemen yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
dan
#7#7 Kemampuan adalah kemampuan untuk menjelaskan dan memberikan alasan dari bukti, konsep, metode untuk menarik kesimpulan,
dan mampu mengemukakan argumen.
#7#8 Kemampuan adalah kemampuan untuk memonitor aktivitas mentalnya sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan
mengevaluasi penilaiannya sendiri.
#7#9 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji
6 #7#: Materi pesawat sederhana adalah materi kelas V yang membahas
mengenai alat yang memudahkan pekerjaan manusia.
7
Pada bab ini akan dibahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Tinjauan pustaka membahas teori$teori yang relevan dan beberapa hasil penelitian
terdahulu. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi
dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.
# 4 /(+ &
# # .)" < .)" * . /&/ *
Dalam teori$teori yang mendukung dibahas metode pembelajaran,
, kemampuan berpikir kritis siswa, dan mata pelajaran IPA di sekolah dasar.
# # # # .)" ."&.-= * &
Tahap$tahap perkembangan menurut Piaget (dalam Iskandar, 2001: 26$
29) menjelaskan bahwa perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan
struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahap tersebut secara hierarki,
artinya anak tidak dapat melompati suatu tahap tanpa melaluinya. Piaget
mengidentifikasikan empat tahap perkembangan kognitif anak$anak seperti
berikut: tahap pertama yaitu sensorimotor dimulai pada usia 0 $ 2 tahun. Anak
mengadaptasi dunia luar melalui perbuatan. Pada awalnya belum mengenal
bahasa atau cara lain untuk memberi label pada objek atau perbuatan. Anak belum
mempunyai cara$cara untuk memberi arti terhadap sesuatu dan tidak berpikir
tentang dunia luar. Di akhir tahap ini setelah sampai pada pembentukan struktur
kognitif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya
terhadap benda, waktu, ruang, dan kausalitas. Siswa mulai mempunyai atau
mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan.
Tahap kedua yaitu pra operasional yaitu dimulai pada usia 2 $ 7 tahun.
Siswa mulai meningkatkan kosa kata yang dimiliki. Siswa membuat penilaian
berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual. Siswa mulai
mengelompokkan benda$benda berdasarkan sifat$sifat. Siswa mulai memiliki
pengetahuan fisik mengenai sifat$sifat benda dan mulai memahami tingkah laku
dan organisme di dalam lingkungannya. Siswa sudah tidak berpikir balik (secara
8
serentak. Siswa mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik. Bagian akhir dari
tahap pra operasional adalah tahap intuitif yaitu anak usia 4 $ 6 atau 4 $ 7 tahun.
Anak$anak dalam tahap intuitif mempergunakan intuisinya dalam menentukan
sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca inderanya.
Tahap ketiga yaitu tahap operasi konkret dimulai pada usia 6 $ 11 atau 6
$ 12 tahun. Siswa mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur$unsur kesatuan
secara serempak. Siswa mulai berpikir secara operasional, misalnya kelompok
elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat melihat hubungan elemen
dengan kesatuan/keseluruhan secara bolak$balik. Siswa mempergunakan cara
berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda$benda. Siswa mulai
membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan$aturan, prinsip ilmiah
sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
Tahap keempat yaitu tahap operasi formal dimulai pda usia 11 $ 14
tahun dan seterusnya. Siswa mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi
yang terbentuk pada tahap sebelumnya. Siswa mulai membentuk hipotesis,
melakukan penyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti
dengan teori. Siswa sudah dapat bekerja dengan rasio, proporsi dan probabilitas.
Membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif
dari logika.
Dari keempat tahap tersebut penelitian ini akan difokuskan pada tahap
operasional konkret. Pada tahap ini siswa melihat keterhubungan antar satu
elemen dengan elemen yang lain. Siswa dapat menghubungkan elemen$elemen
yang ada. Peneliti memilih kelas V Sekolah Dasar karena siswa dapat berpikir
dengan logis pada tahap operasional konkret. Slameto (2010: 116) berpendapat
pada tahap operasional konkret pikiran siswa sudah mulai stabil dalam arti
aktivitas batiniah dan skema pengamatan mulai diorganisasikan
menjadi sistem pengerjaan yang logis Anak mulai
dapat berpikir lebih dulu akibat$akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang
akan dilakukannya, tidak lagi bertindak coba$coba salah Piaget
(dalam Trianto, 2009: 29) menuliskan operasional konkret meliputi perbaikan
9
termasuk penggunaan operasi$operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi
tetapi , dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh
. Pendapat ini dikuatkan oleh Suparno (2007: 69) dengan operasi
itu, anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan
dalam memecahkan persoalan$persoalan konkret yang dihadapi. Pemikiran anak
juga tidak daripada tahap sebelumnya, yaitu dapat menganalisis
masalah dari berbagai segi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap anak akan
mengalami proses kognitif secara bertahap. Piaget dipilih karena paling sesuai
dengan perkembangan siswa. Siswa kelas V berada pada tahap operational
konkret, pada tahap ini siswa sudah bisa mengembangkan sistem pemikiran
logisnya serta dapat memecahkan masalah konkret yang dihadapi. Siswa dapat
mengembangkan pemikirannya guru hanya mengarahkan siswa pada materi yang
akan disampaikan selebihnya siswa berkreasi sendiri. Siswa kelas V sudah siap
dalam menerima materi dengan beberapa metode pebelajaran seperti ceramah,
tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, di bawah ini akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan siswa kelas V.
# # # # .+) . .-=.0 4 "
Yamin (2007: 152) menjelaskan metode pembelajaran merupakan cara
melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan
isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Roestiyah(2001: 1) metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar
pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dandigunakan oleh siswa dengan
baik. Wena (2011: 2) menambahkan strategi atau metode pembelajaran berarti
cara atau seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya
pembelajaran siswa. Hamdani (2011: 81), menyimpulkan bahwa proses belajar
mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang menciptakan
suasana belajar dan siswa yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut.
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh metode antara lain:
10
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Menurut Sumantri (2001: 119) kelemahan teori ini adalah dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa, materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru,
merugikan siswa yang lemah dalam keterampilan mendengarkan, tidak
merangsang kreativitas. Metode lainnya yaitu tanya jawab menurut Sumantri
(2001: 120) metode tanya jawab adalah penyajian pelajaran dalam proses belajar
mengajar melalui interaksi dua arah atau A !! Bdari guru ke peserta
didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi
malalui jawaban lisan guru atau peserta didik. Kelemahan metode ini adalah pada
kelas besar pertanyaan tidak bisa disebarkan kepada seluruh peserta didik, peserta
didik yang tidak aktif tidak ikut terlibat, menimbulkan rasa gugup pada peserta
didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya. Metode kerja
kelompok menurut Moedijono (dalam Sumantri, 2001: 127) adalah format belajar
mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antar anggota yang lain dalam
satu kelompok guna menyelesaikan tugas$tugas belajar secara bersama$sama.
Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan pada siswa yang aktif untuk
berperan sedangkan siswa yang terbelakang tidak berbuat apa$apa.
Dari berbagai metode pembelajaran yang sudah dikemukakan di atas
penelitian ini menggunakan metode dalam pembelajarannya. Metode
dipilih karena pada kenyataannya guru masih banyak menggunakan
metode ceramah. Guru belum mengembangkan metode$metode pembelajaran
yang menarik bagi siswa. dirasa akan membawa perubahan dalam
situasi pembelajaran dikelas. akan membuat siswa lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran. Maka di bawah ini akan dijelaskan mengenai
lebih lanjut, mengapa peneliti memilih menggunakan bagaimana
langkah$langkah pembuatan dan sebagainya.
# # #3# .+) . # . *."+ .+) .
Menurut Trianto (2009: 158) metode dan peta konsep adalah
metode pembelajaran yang berbeda, namun keduanya mempunyai kesamaan yaitu
untuk memetakan atau menjelaskan suatu konsep. Peta konsep adalah ilustrasi
11
dihubungkan ke konsep$konsep lain pada kategori yang sama. Dahar (2011: 106)
mengemukakan bahwa peta konsep dimaksudkan untuk menggali struktur kognitif
pelajar dan untuk mengetahui baik pelajar maupun guru melihat apa yang telah
diketahui pelajar. Peta konsep disusun secara hierarki konsep yang lebih insklusif
diletakan pada puncak peta, semakin kebawah konsep$konsep diurutkan menjadi
konsep kurang insklusif.
(Buzan, 2004: 68) merupakan metode untuk menyimpan suatu
informasi yang diterima oleh seseorang dan mengingat kembali informasi yang
diterima tesebut. juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. membantu siswa
mengembangkan daya imajinasinya dalam membuat catatan dan memahami suatu
materi yang disampaikan guru dengan lebih cepat. Saat siswa membuka catatan
siswa akan dengan mudah mengingat garis besar materi. membantu
siswa mempermudah dalam mengingat materi yang sulit dihafalkan,
mempermudah untuk menyerap informasi ke dalam otak seseorang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sangat membantu
siswa dalam mengingat kembali catatan yang sudah dibuatnya. Siswa membuat
catatan dengan lebih menarik, penuh warna dan gambar sesuai dengan
imajinasi siswa. yang tidak hanya garis lurus tetapi
menggunakan garis lengkung yang memungkinkan siswa membuat garis tersebut
menjadi sebuah gambar. Kata kunci yang digunakan siswa akan memudahkan
siswa pada saat membuka catatannya. Peta konsep membuat sebuah konsep
dengan mengurutkan konsep tersebut tidak saling mengaitkan. Hanya turunan dari
konsep pusat, garis dibuat lurus kebawah. Peta konsep tidak membuat kumpulan
konsep yang sudah dibuat menjadi gambar yang menarik tetapi hanya seperti
bagan dengan garis lurus karena itu berbeda dengan peta konsep. Pada
penelitian ini peneliti memilih dalam pembelajaran.
# *& 1 .-=/ +
Buzan (2010: 15$16) mengemukakan ada tujuh langkah untuk membuat
yaitu sebagai berikut: Pertama, yaitu dimulai dari bagian tengah kertas
12
arah dan mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. Kedua, gunakan
gambar atau foto untuk ide sentral karena sebuah gambar memiliki maknadan
membantumenggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik,
membuat siswa tetap terfokus, membantuberkonsentrasi dan mengaktifkan otak.
Ketiga, gunakan warna karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat lebih hidup, menambah energi kepada pemikir kreatif
dan menyenangkan. Keempat, hubungkan cabang$cabang utama ke gambar pusat
dan hubungkan cabang$cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Otak kita bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau
tiga, atau empat) hal sekaligus. Kelima, buat garis hubung yang melengkung
karena garis lurus akan membosankan otak. Buat cabang$cabang yang
melengkung dan organis, seperti cabang$cabang pohon akan jauh lebih menarik
bagi mata. Keenam, gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci
tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada . Ketujuh,
gunakan gambar. Berikut ini adalah contoh
Gambar 2.1 Contoh
( ? 2007: 56
Gambar di atas adalah contoh yang menjelaskan mengenai
persekongkolan bubuk mesiu. Persekongkolan menjadi cabang utama pada
13
mesiu berusaha meledakan gedung parlemen di tahun 1605. Ratu Elisabeth I
meninggal, kerabat paling dekat yang masih hidup adalah Raja James VI dari
Skotlandia. Jadi ia menjadi Raja James I dan juga kepala Gereja Inggris. James
tidak disukai oleh orang katolik dan sekelompok kecil katolik yang dipimpin oleh
Catesby dan yang termasuk Guido (Guy) Fawkes memutuskan untuk membunuh
Raja James dan seluruh parlemen.Salah satu kelompok mengirim peringatan ke
Lord Monteagle. Gudang bawah tanah rumah sewaan itu digeledah dan Guy
Fawkes tertangkap dan dibawa ke Menara London dan disiksa agar ia mau
mengungkap anggota kelompok lainnya. Tetapi Guy tidak mau, Guy dan
kelompoknya (8 orang) dihukum mati.Sejak saat itu inggris menyalakan api
unggun setiap tanggal 5 November untuk mengenang selamatnya gedung
parlemen.
Dari beberapa metode yang telah disebutkan dan gambar yang sudah
dijelaskan, peneliti memilih salah satu metode yang sesuai dengan tahap berpikir
siswa kelas V SD yaitu metode pembelajaran dengan menggunakan metode
. Metode dipilih karena lebih memudahkan siswa dalma menghafal
materi. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dan kemampuan
. Siswa dapat lebih kritis dalam menerima materi sehingga dalam
pembelajaran tidak hanya guru yang aktif. Metode membuat
pembelajaran menjadi dua arah antara siswa dan guru.
# # # # .- -'/ ."' & " " + ( (6
Dari uraian di atas skripsi ini memilih sebagai metode yang
digunakan dalam penyampaian materi. Michalko (dalam Buzan, 2005: 6)
mengungkapkan metode akan mengaktifkan seluruh otak, memberikan
gambaran yang jelas, dan mengelompokkan konsep. dipilih karena
dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Siswa dapat lebih mengkritisi
materi yang disampaikan guru sesuai dengan perkembangan kemampuannya.
Siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga dapat memahami, menjelaskan,
mengelompokkan konsep, dan menarik kesimpulan dari materi tersebut.
Facione (1990) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif.
14
penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, , dan . Dalam disposisi afektif masih dibagi lagi
dua bagian, yaitu sikap umum dan sikap khusus. Peneliti akan membahas lebih
lengkap mengenai dimensi kognitif mengenai dan
# . *."+ .- -'/ ."' & " " + (
Berpikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan. Seperti yang dikemukakan
sebelumnya menurut Browned dan Keeley (2012: 4) kemampuan berpikir kritis
meliputi pengetahuan untuk membuat serangkaian pertanyaan kritis yang saling
berkaitan serta kemampuan dan kemauan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan$pertanyaan tersebut pada saat yang tepat. Pernyataan tersebut
dikuatkan oleh Purwanto (2010: 43) bahwa berpikir adalah keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada satu tujuan. Dari
pertanyaan tersebut bisa dikatakan setiap manusia pasti melakukan proses
berpikir. Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir yang berbeda$beda dan
tujuan yang berbeda sesuai dengan umur.
Glasher (dalam Fiher, 2002: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai: a)
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah$masalah dan hal$hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; b) pengetahuan tentang metode$
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan c) semacam suatu
keterampilan yang menerapkan metode$metode tersebut. Berpikir kritis menuntut
upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan$kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya. Robert Ennis (dalam Fiher, 2002: 3) mendefinisikan berpikir
kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa berpikir kritis yaitu suatu pemikiran
yang mendalam dengan kerja keras berdasarkan bukti$bukti yang ada dan
menggunakan penalaran yang logis. Guru perlu membantu siswa untuk
mengarahkan siswanya untuk berpikir kritis, terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan guru dan kritis terhadap masalah yang muncul di lingkungan sekitar
15
lingkungannya. Masalah yang muncul bisa didapat dari lingkungan sekolah,
rumah, maupun tempat bermain. Siswa dibiasakan berpikir dengan sistematis,
menghidupkan imajinasi yang dimiliki sehingga mampu berpendapat secara
terorganisasi. Siswa dapat membiasakan diri berpikir secara kritis dalam
menerima pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat memahami
penjelasan guru dengan lebih cepat.
# ."' & " " + ( )* + 5
Facione (1990) mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan usia anak
tersebut. Facione menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. Dimensi kognitif
dipandang sebagai pusat kemampuan mental yang paling penting yang terdiri dari
6 kecakapan, yaitu (1) Interpretasi merupakan kecakapan untuk memahami dan
mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian,
penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. (2) Analisis
merupakan kecakapan untuk mengidentifikasi hubungan$hubungan logis dari
pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain. (3)
Evaluasi merupakan kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau
ungkapan yang lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian,
kepercayaan, atau opini seseorang. (4) Inferensi merupakan kecakapan untuk
mengidentifikasi dan memastikan elemen$elemen yang diperlukan untuk menarik
alasan yang masuk akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis. (5) 7
merupakan kecakapan untuk menjelaskan dan memberikan alasan$alasan dari
bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang digunakan untuk menarik
kesimpulan; dan untuk mengemukakan argumen$argumen logis yang kuat. (6)
< merupakan kecakapan untuk memonitor aktivitas kognitifnya sendiri
secara sadar, unsur$unsur yang ikut memainkan peran dalam aktivitas tersebut.
3# .- -'/
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada kemampuan
dan Facione (1990)berpendapat bahwa
merupakan kecakapan untuk menjelaskan dan memberikan alasan$alasan dari
16
kesimpulan; dan untuk mengemukakan argument$argumen logis yang kuat.
Kecakapan ini masih dibagi lagi dalam 3 sub$kecakapan, yaitu kecakapan untuk
mengemukakan hasil$hasil penalaran, menjustifikasi prosedur yang digunakan,
dan memberikan alasan$alasan yang kuat.
Menurut Facione (1990) merupakan kecakapan untuk memonitor
aktivitas kognitifnya sendiri secara sadar, unsur$unsur yang ikut memainkan peran
dalam aktivitas tersebut; dan kecakapan untuk memonitor aktivitas mentalnya
sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan mengevaluasi
penilaiannya sendiri dengan mempertanyakan, mengonfirmasi, mevalidasi, atau
mengoreksi penalarannya sendiri. Kecakapan ini masih dibagi dalam 2 sub$
kecakapan, yaitu kecakapan untuk eksaminasi diri dan koreksi diri.
# # #7# 0-/ . *.+ 1/ 0 - $ %
# . *."+
IPA adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan
terjemahan dari kata$kata Bahasa Inggris A' B. Natural artinya
alamiah, berhubungan dengan alam. % artinya ilmu tentang alam (Iskandar,
2001: 2). Jadi Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam
atau ilmu yang mempelajari peristiwa$peristiwa yang terjadi di alam. IPA
(Iskandar, 2001: 14) yaitu ilmu pengetahuan tentang kejadian$kejadian bersifat
kebendaan dan pada umumnya didasarkan hasil observasi, eksperimen, dan
induksi. Pengertian ini memperkuat peneliti untuk memilih mata pelajaran IPA.
IPA dipilih karena siswa bisa menggali pengetahuannya dengan luas,
bereksperimen sendiri, dan memahami apa yang terjadi. Siswa berperan aktif
dalam pembelajaran, sehingga meningkatkan cara berpikir siswa. Siswa dituntut
untuk berpikir kritis ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan. Pemikiran
kritis tersebut dituangkan dalam yang dibuat siswa dan membantu
siswa dalam mengingat materi yang sulit.
# &.& +
Hakekat IPA ada tiga (Iskandar, 2001: 1) yaitu: (1) dimensi produk meliputi
konsep$konsep, prinsip$prinsip, hukum$hukum, dan teori$teori di dalam IPA yang
17
dalamnya yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan;
(2)dimensi proses menekankan pada metode yang digunakan dalam memperoleh
pengetahuan yang sering disebut sebagai metode ilmiah; (3) dimensi sikap
merupakan berbagai keyakinan, opini dan nilai$nilai yang harus dipertahankan
oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Sikap yang membantu proses pemecahan masalah yaitu
kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, kemauan
untuk mempertimbangkan pandangan lain, kemauan melakukan eksperimen atau
kegiatan pengujian lainnya secara berhati$hati dan menyadari adanya keterbatasan
dalam penemuan keilmuan.
3# +." .-=.0 4 " .0 ( .( 6 + . ."1
Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia
disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat
tersebut disebut pesawat sederhana. Sulistyanto (2008: 110) membagi jenis$jenis
pesawat sederhana menjadi empat jenis, yaitu :
a) Tuas
Alat yang dapat membantu untuk menggeser batu yang besar adalah linggis.
Linggis merupakan salah satu jenis tuas. Tuas lebih dikenal dengan nama
pengungkit. Pada umumnya, tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau
kayu yang digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang
menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban (B), titik
tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu
merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut
kuasa. Tuas/linggis dapat digambarkan secara sederhana.
Gambar 2.2Linggis
18
Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas
digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan
tuas golongan ketiga.
1) Tuas golongan pertama
Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban
dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis,
jungkat$jungkit, dan alat pencabut paku. Di bawah ini adalah contoh tuas
golongan pertama.
Gambar 2.3 Jungkat$Jungkit
(Sumber: Sulistyanto, 2008: 111)
2) Tuas golongankedua
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu
dan kuasa. Contoh tuas golongan kedua ini di antaranya adalah gerobak beroda
satu, alat pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol. Di
bawah ini adalah contoh tuas golongan kedua.
Gambar 2.4 Gerobak Dorong
19
3) Tuas golongan ketiga
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu
dan beban. Contoh tuas golongan ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan
untuk memindahkan pasir. Di bawah ini adalah contoh tuas golongan ketiga.
Gambar 2.5 Sekop
(Sumber: Sulistyanto, 2008: 112)
b) Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat
yang berbeda ketinggiannya. Dengan dibuat berkelok$kelok pengendara
kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Orang yang
memindahkan karung ke dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai
bidang miringnya. Dengan demikian, karung berat yang besar ukurannya lebih
mudah dipindahkan ke atas truk. Bidang miring memiliki keuntungan, yaitu dapat
memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil.
Gambar 2.6 Bidang Miring
20
c) Katrol
Katrol merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan
beban. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu: Katrol tetap, katrol bebas, dan
kartrol majemuk. Katrol tetap posisinya tidak berpindah pada saat digunakan.
Katrol bebas posisi katrol berubahdan tidak dipasang pada tempat tertentu.Pada
katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan
pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban
akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.
d) Roda Berporos
Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah
porosyang dapat berputar bersama$sama. Roda berporos merupakan salah satu
jenispesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat$alat seperti setir
mobil,setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.
Gambar 2.7 Roda Sepeda
(Sumber: Sulistyanto, 2008: 119)
# # ( 0 . .0 + ." 1/0/ * .0.2
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang dan berpikir
kritis kategori kognitif.
# # # # . .0 + .=.0/- +. + * .+) .
Kusmintayu (2012: 8) meneliti penerapan metode untuk
meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa. Subjek penelitian yaitu siswa
21
menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan ini dapat
dilihat pada peningkatan kualitas proses yang ditandai dengan adanya peningkatan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran berbicara, peningkatan keaktifan
siswa saat membuat , dan minat dan motivasi siswa saat bercerita
tokoh idola, dan siswa yang memperoleh nilai minimal 70 (≥ 70) dalam
pembelajaran berbicara meningkat. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi peneliti
karena peneliti memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang
digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Penelitiam ini sudah baik
karena dalam penelitian ini peneliti dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa menggunakan tetapi masih terbatas pada kemampuan
berbicara tidak mengembangkan kemampuan kognitif siswa.
Putriyana (2012: 46) meneliti pengaruh penggunaan terhadap
kemampuan menerapkan dan menciptakan pada mata pelajaran IPA. Sampel dan
populasi penelitian ini yaitu siswa kelas V di SDK Sengkan Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan metode
terhadap kemampuan menerapkan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,622 (atau > 0,05). Ada pengaruh penerapan metode terhadap
kemampuan mencipta yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
(atau < 0,05). Skripsi ini memberikan gambaran mengenai yang sudah
diterapkan di Sekolah Dasar. Skripsi ini sudah baik dapat meningkatkan
kemampuan mencipta dan menerapkan menggunakan tetapi belum
meneliti tingkatan kognitif menurut Facione mengenai
.
Silaban dan Napitupulu (2012: 17) meneliti pengaruh media
terhadap kreativitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA
menggunakan ? . Subjek penelitian yaitu siswa kelas X. Pada
kelompok eksperimen menggunakan media , kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran ? . Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada pengaruh media terhadap kreativitas dan hasil belajar
kimia siswa pada pembelajaran ? dengan menunjukkan
hubungan sebesar 0,363. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi peneliti karena
22
digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Pada penelitian ini sudah
bagus karena penelitian ini bisa meningkatkan terhadap kreativitas dan hasil
belajar kimia siswa pada pembelajaran ? tetapi dalam penelitian
ini peneliti belum menerapkan pada siswa SD.
Sutarni (2010: 10) meneliti penerapan metode dalam
meningkatkankemampuan mengerjakan soal cerita bilangan pecahan. Subjek pada
siswa kelas 5 SDK 3 BPK PENABUR Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca
bacaan dengan teliti dan menyenangi membaca yang saat ini siswa kurang
berminat dalam membaca sehingga siswa memahami dan mengerjakan soal
dengan penuh semangat dan dengan hasil yang baik diimbangi alat peraga yang
memadai dan menarik pada siklus ke 2. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi
peneliti karena penelitian ini memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan
topik yang digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Jurnal ini
sudah bagus karena penelian ini dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan
soal cerita bilangan pecahan dalam mata pelajaran matematika menggunakan
tetapi pada penelitian ini peneliti baru meneliti pelajaran
matematika belum pada mata pelajaran IPA.
# # # # . .0 + .=.0/- +. + * .+) . ."' & " " + (
Lestari (2012: 44) meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap
prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA.
Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta
yang berjumlah 27 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan
prestasi belajar ditunjukkan dengan harga Sig. lebih dari 0,05 atau
(p=0,000 < 0,05). Aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek analisis
sedangkan aspek yang terendah adalah . Skripsi penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti karena peneliti memberi contoh penerapan berpikir kritis
dan sudah melakukan penelitian di Sekolah Dasar. Penelitian ini sudah baik
karena sudah meneliti berpikir kritis dengan menggunakan metode penelitan
inkuiri. Pada penelitian ini aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek
23
peneliti ajukan akan meneliti berpikir kritis menggunakan metode
Peneliti akan meneliti bagaimana pengaruh terhadap kemampuan
berpikir siswa.
Listyawati, Suarjana, dan Sudana (2013: 12) meneliti pengaruh model
pembelajaran kuantum berbantuan peta pikiran terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa kelas V. Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa SD Negeri Desa
Singakerta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan peta pikiran
berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Jurnal penelitian
ini bermanfaat bagi peneliti karena peneliti memberi gambaran mengenai berpikir
kritis. Penelitian ini sudah baik meneliti berpikir kritis metode penelitan yang
digunakan yaitu kuantum dengan menggunakan bantuan peta pikiran tetapi aspek
dalam penelitian ini masih kurang jelas. Pada skripsi yang peneliti ajukan akan
meneliti berpikir kritis kemampuan dan menggunakan
Reta (2012: 32) meneliti pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap keterampilan berpikir kritis ditinjau dari gaya kognitif siswa.
Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa kelas X SMAN 1 Gianyar tahun
pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan
model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan kelompok yang menggunakan
metode konvensional (ceramah). Signifikan keterampilan berpikir kritis antara
kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif ! dan kelompok
siswa yang memiliki gaya kognitif ! sangat jauh berbeda. Interaksi
antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap keterampilan berpikir kritis
sangat berbeda. Perbedaan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa
yang belajar melalui model PBL dengan kelompok siswa yang belajar melalui
model ceramah menunjukkan perbedaan perbedaan. Jurnal penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti karena memberi contoh penerapan berpikir kritis pada
siswa. Penelitian ini sudah baik karena peneliti dapat membandingkan dua metode
24
kesimpulan sehingga masih membingungkan pembaca. Peneliti belum
mencantumkan signifikansi kenaikan kemampuan berpikir kritis siswa.
Wiradana (2012: 11) meneliti pengaruh strategi konflik kognitif dan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar IPA. Sampel dan populasi penelitian ini
yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nusa Penida. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang mengikuti strategi
konflik kognitif dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
dengan nilai F= 20,882 dengan taraf signifikan 0,001 (p < 0,05), tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi dengan yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dengan nilai
F= 1,437 dengan angka signifikansi 0,234 (p > 0,05), terdapat pengaruh interaktif
antara strategi pembelajaran konflik kognitif dengan pembelajaran konvensional
dan kemampuan berpikir kritis tehadap prestasi belajar fisika dengan nilai F=
19,631 dengan taraf signifikansi 0,001 (p < 0,05). Jurnal penelitian ini bermanfaat
karena peneliti karena memberi contoh penerapan berpikir kritis. Jurnal ini sudah
baik dalam penelitiannya penulis sudah menuliskan signifikansi peningkatan
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan jelas sehingga tidak
membingungkan pembaca. Pada penelitian ini peneliti belum menuliskan aspek
25 # # #3#
Gambar 2.8= dari Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu tentang Kusmintayu membahas
mengenai untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Putriyana
membahas mind map pada kemampuan menerapkan dan mencipta. Silaban dan
napitulu membahas terhadap kreativitas siswa, sedangkan Sutarni
menjelaskan mengenai metode pada kemampuan mengerjakan soal
cerita. Pada penelitian terdahulu tentang berpikir kritis Lestari membahas metode
inkuiri terhadap prestasi belajar dan berfikir kritis kategori kognitif . Listyawati,
" $ % Strategi konflik kognitif dan berpikir kritis$prestasi belajar
Metode inkuiri$ prestasi belajar dan berfikir kritis kategori kognitif
26
Suarjana, danSudana (2013) menjelaskan kuantum pada kemampuan berpikir
kritis. Reta (2012) menjelaskan mengenai model pembelajaran berbasis masalah
terhadap kemampuan berpikir kritis sedangkan Wiradana (2012) menjelaskan
strategi konflik kognitif dan berfikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. Pada
penelitianterdahulu belum ada penelitian yang peneliti mengenai pengaruh
penggunaan metode terhadap kemampuan dan kemampuan
# ." *& ."' & "
Pembelajaran di kelas merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat
melibatkan peran kedua belah pihak, baik guru maupun siswa. Pada kenyataannya
guru sering hanya menjadikan siswa sebagai objek saat kegiatan pembelajaran.
Guru masih sering menyampaikan materi menggunakan metode ceramah sehingga
siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menjadi salah satu
sebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Perlu adanya penggunaan
metode yang dapat melibatkan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Metode
pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu .
mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi sehingga siswa yang berperan
dalam proses pembelajaran. Siswa membuat catatan dengan lebih
menarik, penuh warna, dan gambar. yang dibuat tidak hanya garis lurus
tetapi menggunakan garis lengkung yang memungkinkan siswa membuat garis
tersebut menjadi sebuah gambar.
Siswa kelas V SD N Sokowaten Baru masih menggunakan metode ceramah
cara mengajar guru tidak meminta siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran masih
didominasi oleh guru sehingga siswa hanya dibiasakan mencatat dan
mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa SD N Sokowaten
Baru rendah. Siswa tidak mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, tidak
mempelajari masalah mendalam. Guru memberikan pengetahuan bukan
membangun cara berpikir siswa untuk mengkritisi masalah. Guru harus
membiasakan siswa berpikir kritis, sistematis, dan logis sehingga dapat
27
kritis dalam menerima pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat
memahami penjelasan guru dengan lebih cepat.
Dari permasalahan yang telah dijabarkan, dirasa perlu untuk mencari
solusi$solusi yang tepat untuk menciptakan proses pembelajaran IPA yang
melibatkan peran aktif siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan siswa
diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori
kemampuan dan . akan sangat membantu siswa
dalam memahami materi dan mampu kritis terhadap masalah yang dihadapinya.
lebih mengembangkan imajinasi siswa dalam memecahkan masalah
yang muncul. Jadi, jika metode diterapkan pada pembelajaran IPA
kelas V, akan berpengaruh terhadap kemampuan dan kemampuan
#3 ')+.( (
#3# Penggunaan metode pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas V SD N Sokowaten Baru
Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
2013/2014.
#3# Penggunaan metode pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas V SD N Sokowaten Baru
Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
28
Pada bab III ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang
digunakan, penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, teknik pengujian instrumen penelitian, uji
validitas, uji reliabilitas instrumen, teknik analisis data, dan dampak pengaruh
perlakuan.
3# . ( . .0 +
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tipe Menurut Sanjaya
(2013: 87) penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja
dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu. Jenis penelitian ini menggunakan
Menurut
Sugiyono (2012: 114)penelitian ini disebut karena kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak.
Desainnya menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Creswell (2010:238)
menjelaskan bahwa ada beberapa jenis rancangan penelitian yang dapat digunakan
dalam suatu penelitian antara lain : > 7 & # 7
& C 7 & dan rancangan subjek tunggal ( "
).
Penelitian ini termasuk dalam bentuk kuasi eksperimental dan mempunyai
tiga bentuk desain seperti ,
yaitu sebuah desain penelitian dimana peneliti melakukan pengukuran pada satu
kelompok, baik sebelum maupun sesudah adanya
yaitu rancangan penelitian hasil dari modifikasi
sebelumnya. Rancangan ini lebih menekankan bahwa dalam
penelitian dua kelompok partisipan diobservasi sepanjang waktu meskipun hanya
salah satu yang memperoleh
29
tidak secara acak. Kedua partisipan memperoleh dan meskipun
hanya kelompok eksperimen yang memperoleh
Campbell dan Stanley (Cohen, 2007:276) hasil penelitian menggunakan
dan atau pengaruh kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga
langkah : (1) kurangi skor dari nilai untuk kelompok eksperimen
untuk menghasilkan skor 1; (2) kurangi skor dari nilai untuk
kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 2 dari skor 1.
Berdasarkan Campbell dan terminologi Stanley, efek dari intervensi eksperimental
akan menghasilkan rumus : (O2– O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek
kausal negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka
kausalnya positif atau ada pengaruh. Jadi berdasarkan penjelasan di atas,
rancangan penelitian dengan tipe dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
(Cresswell, 2010: 242)
Keterangan:
x = Perlakuan(
O1 = Rerata skor kelompok eksperimen
O2 = Rerata skor kelompok eksperimen
O3 = Rerata skor kelompok kontrol
O4 = Rerata skor kelompok kontrol
3# . .0 +
3# # )& ( . .0 +
SD N Sokowaten Baru terletak di Jl. Arimbi No. 27 Sokowaten,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. SD N Sokowaten Baru dikelilingi rumah
warga. Depan sekolah hanya terdapat jalan kecil dan cukup jauh dengan jalan raya
30
sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. SD N Sokowaten Baru
memiliki kelas paralel tiga kelas (A, B, dan C). Sekolah memiliki pohon di tengah
lapang di depan kelas, sehingga terasa teduh. Lapangan biasa digunakan oleh
siswa untuk bermain sepak bola dan basket pada jam istirahat.
3# # &+/ . * -= 0 +
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Februari sampai 28 Maret 2014.
Berikut ini adalah jadwal pengambilan data 5 dan 55 pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 3.1 Kegiatan Pengambilan Data
" ! ** 0 ."+.-/ &('." -. ) +")0 dan roda berporos jam ke 3$4)
Pesawat sederhana jenis bidang miring, katrol, dan roda berporos. (jam ke 5$6)
Selasa, 3 Maret 2014 4 Materi keseluruhan (jam
ke 3$4) Materi keseluruhan (jam ke 5$6)
Jumat, 7 Maret 2014 > 1 (jam ke 3$4) > 1
Selasa, 28 Maret 2014 > 2 jam ke 3$4) > 2 (jam ke 6$7)
3# #3 -= " (6 < (6 )&)6 +. "/
Siswa$siswi SD N Sokowaten Baru memiliki banyak karakter dan latar
belakang yang berbeda. Karakter dan latar belakang yang berbeda tersebut tidak
membuat siswa$siswa memilih teman. Siswa$siswi SD N Sokowaten Baru dapat
berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Latar belakang satu sama lain tidak
menjadi masalah terlihat dari siswa$siswi SD N Sokowaten Baru masih banyak
yang berangkat sekolah menggunakan sepeda, jalan kaki dan beberapa masih
diantar orang tuanya. Secara keseluruhan dapat dilihat SD N Sokowaten Baru
meliputi siswa$siswi dari latar belakang menengah ke bawah.
SD N Sokowaten Baru setiap hari kamis siswa secara suka rela mengisi
kotak infak yang dikumpulkan pada guru kelas. Mengikuti lomba$lomba olahraga,
menggambar, futsal, tari, dan gamelan. Siswa kelas 3A mendapat juara satu lomba