• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode Mind Map terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan Bantul Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode Mind Map terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan Bantul Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama: Tri Handayani

(2)
(3)
(4)

iv

Penulis persembahkan kepada:

$ Allah SWT yang selalu membimbingku

$ Ayahku Sutarman dan Ibuku Suprihatin

$ Kakakku Dewi Ratih dan Drg. Sugiyanto

$ Bulek Surti dan seluruh keluargaku

$ Sahabatku Paradhe 2010

(5)

v

$

(6)
(7)
(8)

viii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode terhadap 1) kemampuan dan 2) kemampuan

pada mata pelajaran IPA Kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.Pada penelitian ini menguji apakah metode pembelajaran inovatif berpengaruh terhadap kemampuan dan di SD N Sokowaten Baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain

tipe Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Sokowaten Baru yang terdiri dari kelas VA sebanyak 27 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebanyak 25 siswa sebagai kelompok eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA sebanyak 27 siswa, VB sebanyak 25 siswa, dan VC sebanyak 25 siswa. Populasi keseluruhan pada penelitian ini berjumlah 59 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penggunaan metode

berpengaruh terhadap kemampuan , hal ini ditunjukkan dengan hasil M= 1,23 SE= 0,100 SD= 0,504 diperoleh harga sebesar 0,00 (p < 0,05) pada kelompok eksperimen dengan nilai t (12,18) df= 24 yang berarti penggunaan berpengaruh terhadap kemampuan dan mempunyai efek besar dengan persentase peningkatan sebesar 74,09%. 2) penggunaan metode berpengaruh terhadap kemampuan ,hal ini ditunjukkan dengan hasil M= 1,00 SE= 0,154 SD= 0,770 diperoleh harga

(9)
(10)

x

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmad, dan hidayah$Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Metode terhadap Kemampuan 7 dan <

& pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD N Sokowaten Baru Banguntapan

Bantul Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan

tidak langsung memberikan bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini.

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen Pembimbing I yang

selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D.selaku Sekretaris PGSD Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada

penulis.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd.selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan demi hasil skripsi yang lebih baik.

6. Segenap dosen dan staf PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan pengetahuan dan dukungan dalam menyelesaikan

studi Strata 1.

7. Kastinah, S.Pd.SD. selaku Kepala SDN Sokowaten Baru yang

memberikan ijin penelitian dan dukungan kepada penulis.

8. Ashari,S.Pd.selaku guru mata pelajaran IPA SDN Sokowaten Baru yang

membantu dan memberikan waktu sebagai guru mitra penelitian

(11)

xi

9. Peserta didik kelas VA dan VB SD N Sokowaten Baru, sebagai subjek

penelitian.

10. Orang tuaku yang selalu memberikan semangat dan harapan baru ketika

mulai putus asa.

11. Teman$teman penelitian kolaboratif IPA yang selalu dapat diajak

kerjasama dan memberikan masukan kepada penulis.

12. Teman$teman PPL SD NSokowaten Baru atas kerjasamanya di sekolah.

13. Sahabatku paradhe dan teman angkatan 2010

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.Oleh

karena itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(12)

xii 0

-HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii

ABSTRAK... viii

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1Teori$Teori yang Mendukung ... 7

2.2.1.1. Teori Perkembangan Anak ... 7

2.2.1.2. Metode Pembelajaran ... 9

2.2.1.3. Metode ... 10

2.2.1.4. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 13

2.2.1.5. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) ... 16

2.1.2 Hasil Penelitian Terhadulu yang Relevan ... 20

2.2.1.1. Penelitian Sebelumnya tentang Metode ... 20

2.2.1.2. Penelitian Sebelumnya tentang Metode Berpikir Kritis ... 22

2.2.1.3. = ... 25

2.2 Kerangka Berpikir ... 26

2.3 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 36

3.7.1 Uji coba Instrumen ... 36

3.7.2 Uji Validitas Instrumen ... 36

3.7.3 Reliabilitas Instrumen ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 39

(13)

xiii

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 40

3.8.2.2 Uji Selisih Pretestdan > I ... 41

3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 42

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor > ke > ... 42

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan 7! % ? ... 43

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 44

3.8.3.4 Dampak Perlakuan ... 46

3.8.3.5 Konsikuensi Lebih lanjut ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Implementasi Pembelajaran ... 49

4.1.1Kelompok Eksperimen ... 49

4.1.2 Kelompok Kontrol ... 52

4.2 Hasil Penelitian ... 54

4.2.1 Pengaruh Penerapan terhadap Kemampuan 7 ... 54

4.2.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 54

4.2.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 55

4.2.1.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 56

4.2.2Analisis Lebih Lanjut ... 57

4.2.2.1Uji Peningkatan Skor > ke > I ... 57

4.2.2.2Uji Besar Efek Perlakuan ... 60

4.2.2.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 60

4.2.3 Pengaruh Penerapan terhadap Kemampuan < & ... 62

4.2.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 62

4.2.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63

4.2.3.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 64

4.2.4 Analisis Lebih Lanjut ... 65

4.2.4.3 Uji Kenaikan Skor > ke > 5 ... 65

4.2.4.4 Uji Besar Efek Perlakuan ... 67

4.2.4.5 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 68

4.3 Pembahasan ... 69

4.3.1 Pengaruh Penggunaan Terhadap Kemampuan 7 ... 70

4.3.2 Pengaruh Penggunaan terhadap Kemampuan < & ... 71

4.3.3 Dampak Perlakuan Pada Siswa ... 72

4.3.4 Konsekuensi Lebih lanjut ... 76

BAB V PENUTUP ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Keterbatasan Penelitian... 78

5.3 Saran ... 78

DAFTAR REFERENSI ... 80

(14)

xiv 0

-Tabel 3.1 Kegiatan Pengambilan Data ... 30

Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ... 35

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 38

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas di SD K Sorowajan ... 39

Tabel 3.6 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru ... 47

Tabel 3.7 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Siswa ... 47

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan 7 ... 55

Tabel 4.2 Perbedaan Kemampuan Awal 7 ... 55

Tabel 4.3 Uji Selisih Skor > dan > ... 56

Tabel 4.4 Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan 7 ... 58

Tabel 4.5 Persentase Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan7 ... 59

Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan 7 ... 60

Tabel 4.7 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 61

Tabel 4.8 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 61

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan < & ... 63

Tabel 4.10 Perbedaan Kemampuan Awal < & ... 63

Tabel 4.11 Uji Selisih Skor > dan > ... 64

Tabel 4.12 Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan < & .. 66

Tabel 4.13 Persentase Uji Kenaikan Skor > dan > Kemampuan < & ... 66

Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan < & 68 Tabel 4.15 Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan < & ... 69

Tabel 4.16 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru ... 75

(15)

xv 0

-Gambar 2.1 Contoh ... 12

Gambar 2.2 Linggis ... 17

Gambar 2.3 Jungkat$Jungkit ... 18

Gambar 2.4 Gerobak Dorong ... 18

Gambar 2.5 Sekop ... 19

Gambar 2.6 Bidang Miring ... 19

Gambar 2.7 Roda Sepeda ... 20

Gambar 2.8 Literature Map dari Penelitian Terdahulu ... 25

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 33

Gambar 3.3 Peningkatan Skor> ke> ... 43

Gambar 3.4 Pengaruh Perlakuan Data Normal ... 44

Gambar 3.5 Pengaruh Perlakuan Data Tidak Normal ... 44

Gambar 3.6 Peningkatan Skor> 5ke> 55... 45

Gambar 4.1 Perbandingan Uji Selisih Skor > dan > Kemampuan 7 ... 57

Gambar 4.2 Perbandingan Skor > dan > 5 Kemampuan 7 .. 59

Gambar 4.3 Peningkatan Skor> 5ke> 55... 61

(16)

xvi 0

-Lampiran 3.1 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 6 Kemampuan ... 83

Lampiran 3.2 Hasil Analisis SPSS Uji ValiditasKemampuan 7 dan < & ... 84

Lampiran 3.3 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas 6 Kemampuan ... 85

Lampiran 4.1 Silabus Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 86

Lampiran 4.2 RPP Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 113

Lampiran 4.3 Soal 7 Penelitian ... 144

Lampiran 4.4 Rubrik Penilaian ... 146

Lampiran 4.5:Tabulasi Nilai > , > 5, dan > 55 ... 150

Lampiran 4.6 Uji Normalitas Kemampuan 7 ... 156

Lampiran 4.7 Kemampuan Awal 7 ... 157

Lampiran 4.8 Uji Kenaikan Skor > > Kemampuan 7 158 Lampiran 4.9 Uji Normalitas Selisih 7 ... 159

Lampiran 4.10 Uji Selisih Skor > dan PosttestKemampuan 7 ... 160

Lampiran 4.11 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan 7 ... 161

Lampiran 4.12 Hasil Uji Normalitas < & ... 162

Lampiran 4.13 Kemampuan Awal < & ... 163

Lampiran 4.14 Uji Kenaikan Skor > > Kemampuan < & 164 Lampiran 4.15 Uji Normalitas Selisih < & ... 165

Lampiran 4.16 Uji Selisih Skor > dan > Kemampuan < & ... ... 166

Lampran 4.17 Uji Retensi Pengaruh < & ... 167

Lampiran 4.18 Uji Besar Pengaruh 7!! % ? Kemampuan 7 ... 168

Lampiran 4.19 Uji Besar Pengaruh 7!! % ? Kemampuan < & ... 169

Lampiran 4.20 Wawancara Siswa ... 170

Lampiran 4.21 Wawancara Guru ... 175

Lampiran 4.22 Gambar Anak ... 177

Lampiran 4.23 Foto Penelitian Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 4.24 Foto Penelitian Kelas Eksperimen ... 181

Lampiran 4.25 Surat Ijin Uji Validitas ... 183

Lampiran 4.26 Surat Ijin Penelitian ... 184

Lampiran 4.27 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 185

Lampiran 4.28 Hasil Uji Validitas Konstruk ... 186

Lampiran 4.29 Rentang Skor ... 186

(17)

1

Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

# + " .0 & * ( 0 1

Guru melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas belajar

mengajar seperti pengembangan metode pembelajaran, pengadaan bahan ajar,

pembenahan perangkat media pembelajaran, dan lain$lain. Pramudia (2006: 32)

mengungkapkan mengajar $ merupakan kata yang sangat

mempengaruhikeberhasilan sebuah proses pendidikan. Pembelajaran yang

dilakukan guru ini diharapkan membantu proses pembelajaran agar berlangsung

dengan baik, efektif, dan efisien. Metode pembelajaran yang digunakan guru

sangat berperan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Metode

pembelajaran yang dilakukan guru harus menekankan pada keaktifan siswa. Guru

dalam kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan

kualitas berpikir siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam pelajaran IPA

(Ilmu Pengetahuan Alam).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran inti di

Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang

menyenangkan apabila diajarkan dengan kreatif oleh guru. Iskandar (2001: 1)

mengungkapkan IPA untuk anak SD harus dimodifikasi agar anak$anak dapat

mempelajarinya. Ide$ide dan konsep$konsep harus disederhanakan dengan

kemampuan anak untuk memahaminya. Oleh karena itu sejak usia Sekolah Dasar

siswa telah dikenalkan IPA. IPA dapat membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah sehari$hari serta mengambil

keputusan. Guru harus memperhatikan, memikirkan, dan sekaligus merencanakan

penggunaan metode yang tepat pada pembelajaran. Metode yang tepat dapat

membuat siswa tertarik, siswa semangat dalam belajar, dan mau terlibat dalam

proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut menjadi efektif.

Namun pada kenyataannya, hasil PISA > ! 5

(18)

2

peringkat ke 64 dari 65 negara yang ikut. Hanya satu peringkat di atas Peru

sebagai juru kunci dengan skor membaca 396, matematika sebesar 375 dan

sebesar 382. Ini karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

metode ceramah. Guru belum memusatkan pembelajaran pada siswa hal ini

menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, siswa menjadi

cepat bosan. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang

mengembangkan kreativitas siswa. Guru belum membebaskan siswa untuk

menuangkan kemampuan berpikir kritisnya lewat gambar dan tulisan yang penuh

warna sehingga siswa masih menghafal teori bukan mengembangkan sebuah teori.

Pemilihan metode pembelajaran oleh guru masih belum menyesuaikan

kemampuan dan kebutuhan siswa. Kenyataan seperti ini diistilahkan Paulo Freire

sebagaipendidikan gaya bank ( ), yakni pendidikan modeldeposito.

Guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuanserta berbagai

pengalamannya kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima, mencatat, dan

menyimpan semua informasi yangdisampaikan guru.

Pemerintah sudah mengusahakan peningkatan mutu pembelajaran

dengan memberikan sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru. Kebijakan

yang diambil pemerintah yang memberikan sertifikasi pada guru ternyata tidak

efektif dalam menjawab inti permasalahan pendidikan. Chang,dkk(2014: 5)

berdasarkan penelitian PBB mengungkapkan dalam satu minggu guru harus

mengajar 18 jam untuk mendapatkan dan mempertahankan sertifikasi. Kebijakan

tersebut tidak lantas meningkatkan mutu pendidikan guru menjadi sibuk

mengurusi sertifikasi dan tunjangan lainnya. Chang menambahkan tunjangan

daerah yang akan dibayarkan kepada para guru di daerah yang sudah ditentukan

seperti lokasi terpencil, daerah perbatasan, dan sebagainya. Besarnya tunjangan

tidak membuat guru memperbaiki mutu pembelajaran. Masalah inti pendidikan

yaitu bagaimana guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dengan

menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran yang disampaikan. Melalui

metode yang tepat siswa dapat menerima pelajaran dengan senang. Guru bukan

memberikan materi tetapi membangun materi yang akan disampaikan. Melalui

metode yang tepat siswa dapat menerima pelajaran dengan senang. Guru bukan

(19)

3

Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu adanya suatu metode

pembelajaran inovatif agar pembelajaran IPA lebih menarik, bermakna,

menyenangkan, dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran

membutuhkan inovasi baru yang perlu diujicobakan untuk mengetahui bahwa

metode pembelajaran benar$benar efektif meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab langsung permasalahan pembelajaran di

kelas. Peneliti melihat masalah inti dalam pembelajaran adalah kurang tepatnya

metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Penelitian ini dilakukan melalui

pengujian secara metodis dan sistematis. Salah satu metode yang dapat diterapkan

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu metode .

Buzan (2005: 4) mengemukakan bahwa merupakan sebuah

metode pembelajaran yang dapat mengembangkan pola dengan cabang$cabang

yang memancar dari pusat. Cabang tersebut dibuat menggunakan garis lengkung,

simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian sederhana, mendasar,

alami dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan daftar informasi yang

panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna$warni, sangat teratur, dan mudah

diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan

berbagai hal. Peran guru tidak dominan lagi, metode pembelajaran ini

membebaskan siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa dan

mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memahami pembelajaran

Metode sangat tepat digunakan untuk pembelajaran IPA karena siswa

terlibat aktif, mengembangkan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran.

Facione (1990) menjelaskan bahwa merupakan kemampuan

seseorang dalammenyatakan masalah, menjelaskan dan memberikan alasan$

alasan dari hasil penalaran sendiri ataupun orang lain tentang suatu bukti, konsep,

metode, kriteria, dan konteks yang digunakan dalam menarik kesimpulan.

Menggunakan siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang

ada dengan penalaran yang lebih dalam. Facione (1990) menjelaskan bahwa

merupakan kemampuan untuk meneliti dan mengoreksi kegiatan

berpikirnya sendiri. Siswa dapat meneliti dengan baik kegiatan berpikirnya

dengan menggunakan Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA

(20)

4

sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, yang

diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh metode terhadap

kemampuan dan . Untuk itu peneliti mengambil judul

“Pengaruh Penggunaan Metode terhadap Kemampuan 7 dan

< & Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul

Yogyakarta”.

# /-/( ( 0 1

# # Apakah penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana berpengaruh terhadap kemampuan kelas V

SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun

ajaran 2013/2014?

# # Apakah penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana berpengaruh terhadap kemampuan kelas V

SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun

ajaran 2013/2014?

#3 /4/ . .0 +

#3# Mengetahui pengaruh penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan siswa

kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap

tahun ajaran 2013/2014.

#3# Mengetahui pengaruh penggunaan metode pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan siswa

kelas V SD N Sokowaten Baru Bantul Yogyakarta pada semester genap

tahun ajaran 2013/2014.

# 5 + . .0 +

# # * . .0 +

Memberi wawasan tentang penerapan salah satu pembelajaran inovatif,

terutama metode pada mata pelajaran IPA yang dapat

(21)

5 # # * .&)0 1

Meningkatnya kualitas sekolah dan mampu menjadi acuan untuk selalu

mengadakan inovasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.

# #3 * . &

Penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan dan memperkaya

perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang metode pada mata

pelajaran IPA.

# # * (6

Dapat memberikan pengalaman baru dalam mempelajari materi pesawat

sederhana menggunakan .

#7 .5 ( '." ( ) 0

#7# Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

#7# adalah catatan yang memudahkan siswa dalam mengingat kembali informasi yang diterima dan mengembangkan catatan dengan

warna dan gambar sesuai dengan imajinasi.

#7#3 adalah cara yang digunakan siswa untuk membuat catatan lebih mudah dipahami.

#7# Berpikir adalah kemampuan berpikir secara mendalam, sistematis berdasarkan bukti menggunakan penalaran yang logis yang terdiri dari

enam elemen yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,

dan

#7#7 Kemampuan adalah kemampuan untuk menjelaskan dan memberikan alasan dari bukti, konsep, metode untuk menarik kesimpulan,

dan mampu mengemukakan argumen.

#7#8 Kemampuan adalah kemampuan untuk memonitor aktivitas mentalnya sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan

mengevaluasi penilaiannya sendiri.

#7#9 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji

(22)

6 #7#: Materi pesawat sederhana adalah materi kelas V yang membahas

mengenai alat yang memudahkan pekerjaan manusia.

(23)

7

Pada bab ini akan dibahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Tinjauan pustaka membahas teori$teori yang relevan dan beberapa hasil penelitian

terdahulu. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi

dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

# 4 /(+ &

# # .)" < .)" * . /&/ *

Dalam teori$teori yang mendukung dibahas metode pembelajaran,

, kemampuan berpikir kritis siswa, dan mata pelajaran IPA di sekolah dasar.

# # # # .)" ."&.-= * &

Tahap$tahap perkembangan menurut Piaget (dalam Iskandar, 2001: 26$

29) menjelaskan bahwa perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan

struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahap tersebut secara hierarki,

artinya anak tidak dapat melompati suatu tahap tanpa melaluinya. Piaget

mengidentifikasikan empat tahap perkembangan kognitif anak$anak seperti

berikut: tahap pertama yaitu sensorimotor dimulai pada usia 0 $ 2 tahun. Anak

mengadaptasi dunia luar melalui perbuatan. Pada awalnya belum mengenal

bahasa atau cara lain untuk memberi label pada objek atau perbuatan. Anak belum

mempunyai cara$cara untuk memberi arti terhadap sesuatu dan tidak berpikir

tentang dunia luar. Di akhir tahap ini setelah sampai pada pembentukan struktur

kognitif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya

terhadap benda, waktu, ruang, dan kausalitas. Siswa mulai mempunyai atau

mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan.

Tahap kedua yaitu pra operasional yaitu dimulai pada usia 2 $ 7 tahun.

Siswa mulai meningkatkan kosa kata yang dimiliki. Siswa membuat penilaian

berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual. Siswa mulai

mengelompokkan benda$benda berdasarkan sifat$sifat. Siswa mulai memiliki

pengetahuan fisik mengenai sifat$sifat benda dan mulai memahami tingkah laku

dan organisme di dalam lingkungannya. Siswa sudah tidak berpikir balik (secara

(24)

8

serentak. Siswa mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik. Bagian akhir dari

tahap pra operasional adalah tahap intuitif yaitu anak usia 4 $ 6 atau 4 $ 7 tahun.

Anak$anak dalam tahap intuitif mempergunakan intuisinya dalam menentukan

sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca inderanya.

Tahap ketiga yaitu tahap operasi konkret dimulai pada usia 6 $ 11 atau 6

$ 12 tahun. Siswa mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu

aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur$unsur kesatuan

secara serempak. Siswa mulai berpikir secara operasional, misalnya kelompok

elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat melihat hubungan elemen

dengan kesatuan/keseluruhan secara bolak$balik. Siswa mempergunakan cara

berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda$benda. Siswa mulai

membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan$aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.

Tahap keempat yaitu tahap operasi formal dimulai pda usia 11 $ 14

tahun dan seterusnya. Siswa mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi

yang terbentuk pada tahap sebelumnya. Siswa mulai membentuk hipotesis,

melakukan penyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti

dengan teori. Siswa sudah dapat bekerja dengan rasio, proporsi dan probabilitas.

Membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif

dari logika.

Dari keempat tahap tersebut penelitian ini akan difokuskan pada tahap

operasional konkret. Pada tahap ini siswa melihat keterhubungan antar satu

elemen dengan elemen yang lain. Siswa dapat menghubungkan elemen$elemen

yang ada. Peneliti memilih kelas V Sekolah Dasar karena siswa dapat berpikir

dengan logis pada tahap operasional konkret. Slameto (2010: 116) berpendapat

pada tahap operasional konkret pikiran siswa sudah mulai stabil dalam arti

aktivitas batiniah dan skema pengamatan mulai diorganisasikan

menjadi sistem pengerjaan yang logis Anak mulai

dapat berpikir lebih dulu akibat$akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang

akan dilakukannya, tidak lagi bertindak coba$coba salah Piaget

(dalam Trianto, 2009: 29) menuliskan operasional konkret meliputi perbaikan

(25)

9

termasuk penggunaan operasi$operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi

tetapi , dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh

. Pendapat ini dikuatkan oleh Suparno (2007: 69) dengan operasi

itu, anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan

dalam memecahkan persoalan$persoalan konkret yang dihadapi. Pemikiran anak

juga tidak daripada tahap sebelumnya, yaitu dapat menganalisis

masalah dari berbagai segi.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap anak akan

mengalami proses kognitif secara bertahap. Piaget dipilih karena paling sesuai

dengan perkembangan siswa. Siswa kelas V berada pada tahap operational

konkret, pada tahap ini siswa sudah bisa mengembangkan sistem pemikiran

logisnya serta dapat memecahkan masalah konkret yang dihadapi. Siswa dapat

mengembangkan pemikirannya guru hanya mengarahkan siswa pada materi yang

akan disampaikan selebihnya siswa berkreasi sendiri. Siswa kelas V sudah siap

dalam menerima materi dengan beberapa metode pebelajaran seperti ceramah,

tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, di bawah ini akan dijelaskan

lebih lanjut mengenai beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan siswa kelas V.

# # # # .+) . .-=.0 4 "

Yamin (2007: 152) menjelaskan metode pembelajaran merupakan cara

melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan

isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Roestiyah(2001: 1) metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk

mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar

pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dandigunakan oleh siswa dengan

baik. Wena (2011: 2) menambahkan strategi atau metode pembelajaran berarti

cara atau seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya

pembelajaran siswa. Hamdani (2011: 81), menyimpulkan bahwa proses belajar

mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang menciptakan

suasana belajar dan siswa yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut.

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh metode antara lain:

(26)

10

penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Menurut Sumantri (2001: 119) kelemahan teori ini adalah dapat menimbulkan

kejenuhan pada siswa, materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru,

merugikan siswa yang lemah dalam keterampilan mendengarkan, tidak

merangsang kreativitas. Metode lainnya yaitu tanya jawab menurut Sumantri

(2001: 120) metode tanya jawab adalah penyajian pelajaran dalam proses belajar

mengajar melalui interaksi dua arah atau A !! Bdari guru ke peserta

didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi

malalui jawaban lisan guru atau peserta didik. Kelemahan metode ini adalah pada

kelas besar pertanyaan tidak bisa disebarkan kepada seluruh peserta didik, peserta

didik yang tidak aktif tidak ikut terlibat, menimbulkan rasa gugup pada peserta

didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya. Metode kerja

kelompok menurut Moedijono (dalam Sumantri, 2001: 127) adalah format belajar

mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antar anggota yang lain dalam

satu kelompok guna menyelesaikan tugas$tugas belajar secara bersama$sama.

Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan pada siswa yang aktif untuk

berperan sedangkan siswa yang terbelakang tidak berbuat apa$apa.

Dari berbagai metode pembelajaran yang sudah dikemukakan di atas

penelitian ini menggunakan metode dalam pembelajarannya. Metode

dipilih karena pada kenyataannya guru masih banyak menggunakan

metode ceramah. Guru belum mengembangkan metode$metode pembelajaran

yang menarik bagi siswa. dirasa akan membawa perubahan dalam

situasi pembelajaran dikelas. akan membuat siswa lebih tertarik dalam

mengikuti pembelajaran. Maka di bawah ini akan dijelaskan mengenai

lebih lanjut, mengapa peneliti memilih menggunakan bagaimana

langkah$langkah pembuatan dan sebagainya.

# # #3# .+) . # . *."+ .+) .

Menurut Trianto (2009: 158) metode dan peta konsep adalah

metode pembelajaran yang berbeda, namun keduanya mempunyai kesamaan yaitu

untuk memetakan atau menjelaskan suatu konsep. Peta konsep adalah ilustrasi

(27)

11

dihubungkan ke konsep$konsep lain pada kategori yang sama. Dahar (2011: 106)

mengemukakan bahwa peta konsep dimaksudkan untuk menggali struktur kognitif

pelajar dan untuk mengetahui baik pelajar maupun guru melihat apa yang telah

diketahui pelajar. Peta konsep disusun secara hierarki konsep yang lebih insklusif

diletakan pada puncak peta, semakin kebawah konsep$konsep diurutkan menjadi

konsep kurang insklusif.

(Buzan, 2004: 68) merupakan metode untuk menyimpan suatu

informasi yang diterima oleh seseorang dan mengingat kembali informasi yang

diterima tesebut. juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan

dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau

teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. membantu siswa

mengembangkan daya imajinasinya dalam membuat catatan dan memahami suatu

materi yang disampaikan guru dengan lebih cepat. Saat siswa membuka catatan

siswa akan dengan mudah mengingat garis besar materi. membantu

siswa mempermudah dalam mengingat materi yang sulit dihafalkan,

mempermudah untuk menyerap informasi ke dalam otak seseorang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sangat membantu

siswa dalam mengingat kembali catatan yang sudah dibuatnya. Siswa membuat

catatan dengan lebih menarik, penuh warna dan gambar sesuai dengan

imajinasi siswa. yang tidak hanya garis lurus tetapi

menggunakan garis lengkung yang memungkinkan siswa membuat garis tersebut

menjadi sebuah gambar. Kata kunci yang digunakan siswa akan memudahkan

siswa pada saat membuka catatannya. Peta konsep membuat sebuah konsep

dengan mengurutkan konsep tersebut tidak saling mengaitkan. Hanya turunan dari

konsep pusat, garis dibuat lurus kebawah. Peta konsep tidak membuat kumpulan

konsep yang sudah dibuat menjadi gambar yang menarik tetapi hanya seperti

bagan dengan garis lurus karena itu berbeda dengan peta konsep. Pada

penelitian ini peneliti memilih dalam pembelajaran.

# *& 1 .-=/ +

Buzan (2010: 15$16) mengemukakan ada tujuh langkah untuk membuat

yaitu sebagai berikut: Pertama, yaitu dimulai dari bagian tengah kertas

(28)

12

arah dan mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. Kedua, gunakan

gambar atau foto untuk ide sentral karena sebuah gambar memiliki maknadan

membantumenggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik,

membuat siswa tetap terfokus, membantuberkonsentrasi dan mengaktifkan otak.

Ketiga, gunakan warna karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar.

Warna membuat lebih hidup, menambah energi kepada pemikir kreatif

dan menyenangkan. Keempat, hubungkan cabang$cabang utama ke gambar pusat

dan hubungkan cabang$cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan

seterusnya. Otak kita bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau

tiga, atau empat) hal sekaligus. Kelima, buat garis hubung yang melengkung

karena garis lurus akan membosankan otak. Buat cabang$cabang yang

melengkung dan organis, seperti cabang$cabang pohon akan jauh lebih menarik

bagi mata. Keenam, gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci

tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada . Ketujuh,

gunakan gambar. Berikut ini adalah contoh

Gambar 2.1 Contoh

( ? 2007: 56

Gambar di atas adalah contoh yang menjelaskan mengenai

persekongkolan bubuk mesiu. Persekongkolan menjadi cabang utama pada

(29)

13

mesiu berusaha meledakan gedung parlemen di tahun 1605. Ratu Elisabeth I

meninggal, kerabat paling dekat yang masih hidup adalah Raja James VI dari

Skotlandia. Jadi ia menjadi Raja James I dan juga kepala Gereja Inggris. James

tidak disukai oleh orang katolik dan sekelompok kecil katolik yang dipimpin oleh

Catesby dan yang termasuk Guido (Guy) Fawkes memutuskan untuk membunuh

Raja James dan seluruh parlemen.Salah satu kelompok mengirim peringatan ke

Lord Monteagle. Gudang bawah tanah rumah sewaan itu digeledah dan Guy

Fawkes tertangkap dan dibawa ke Menara London dan disiksa agar ia mau

mengungkap anggota kelompok lainnya. Tetapi Guy tidak mau, Guy dan

kelompoknya (8 orang) dihukum mati.Sejak saat itu inggris menyalakan api

unggun setiap tanggal 5 November untuk mengenang selamatnya gedung

parlemen.

Dari beberapa metode yang telah disebutkan dan gambar yang sudah

dijelaskan, peneliti memilih salah satu metode yang sesuai dengan tahap berpikir

siswa kelas V SD yaitu metode pembelajaran dengan menggunakan metode

. Metode dipilih karena lebih memudahkan siswa dalma menghafal

materi. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dan kemampuan

. Siswa dapat lebih kritis dalam menerima materi sehingga dalam

pembelajaran tidak hanya guru yang aktif. Metode membuat

pembelajaran menjadi dua arah antara siswa dan guru.

# # # # .- -'/ ."' & " " + ( (6

Dari uraian di atas skripsi ini memilih sebagai metode yang

digunakan dalam penyampaian materi. Michalko (dalam Buzan, 2005: 6)

mengungkapkan metode akan mengaktifkan seluruh otak, memberikan

gambaran yang jelas, dan mengelompokkan konsep. dipilih karena

dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Siswa dapat lebih mengkritisi

materi yang disampaikan guru sesuai dengan perkembangan kemampuannya.

Siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga dapat memahami, menjelaskan,

mengelompokkan konsep, dan menarik kesimpulan dari materi tersebut.

Facione (1990) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis

memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif.

(30)

14

penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,

inferensi, , dan . Dalam disposisi afektif masih dibagi lagi

dua bagian, yaitu sikap umum dan sikap khusus. Peneliti akan membahas lebih

lengkap mengenai dimensi kognitif mengenai dan

# . *."+ .- -'/ ."' & " " + (

Berpikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan

pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan. Seperti yang dikemukakan

sebelumnya menurut Browned dan Keeley (2012: 4) kemampuan berpikir kritis

meliputi pengetahuan untuk membuat serangkaian pertanyaan kritis yang saling

berkaitan serta kemampuan dan kemauan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan$pertanyaan tersebut pada saat yang tepat. Pernyataan tersebut

dikuatkan oleh Purwanto (2010: 43) bahwa berpikir adalah keaktifan pribadi

manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada satu tujuan. Dari

pertanyaan tersebut bisa dikatakan setiap manusia pasti melakukan proses

berpikir. Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir yang berbeda$beda dan

tujuan yang berbeda sesuai dengan umur.

Glasher (dalam Fiher, 2002: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai: a)

sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah$masalah dan hal$hal yang

berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; b) pengetahuan tentang metode$

metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan c) semacam suatu

keterampilan yang menerapkan metode$metode tersebut. Berpikir kritis menuntut

upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif

berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan$kesimpulan lanjutan yang

diakibatkannya. Robert Ennis (dalam Fiher, 2002: 3) mendefinisikan berpikir

kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk

memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa berpikir kritis yaitu suatu pemikiran

yang mendalam dengan kerja keras berdasarkan bukti$bukti yang ada dan

menggunakan penalaran yang logis. Guru perlu membantu siswa untuk

mengarahkan siswanya untuk berpikir kritis, terhadap materi pembelajaran yang

disampaikan guru dan kritis terhadap masalah yang muncul di lingkungan sekitar

(31)

15

lingkungannya. Masalah yang muncul bisa didapat dari lingkungan sekolah,

rumah, maupun tempat bermain. Siswa dibiasakan berpikir dengan sistematis,

menghidupkan imajinasi yang dimiliki sehingga mampu berpendapat secara

terorganisasi. Siswa dapat membiasakan diri berpikir secara kritis dalam

menerima pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat memahami

penjelasan guru dengan lebih cepat.

# ."' & " " + ( )* + 5

Facione (1990) mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan usia anak

tersebut. Facione menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki dua

dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. Dimensi kognitif

dipandang sebagai pusat kemampuan mental yang paling penting yang terdiri dari

6 kecakapan, yaitu (1) Interpretasi merupakan kecakapan untuk memahami dan

mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian,

penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. (2) Analisis

merupakan kecakapan untuk mengidentifikasi hubungan$hubungan logis dari

pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain. (3)

Evaluasi merupakan kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau

ungkapan yang lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian,

kepercayaan, atau opini seseorang. (4) Inferensi merupakan kecakapan untuk

mengidentifikasi dan memastikan elemen$elemen yang diperlukan untuk menarik

alasan yang masuk akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis. (5) 7

merupakan kecakapan untuk menjelaskan dan memberikan alasan$alasan dari

bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang digunakan untuk menarik

kesimpulan; dan untuk mengemukakan argumen$argumen logis yang kuat. (6)

< merupakan kecakapan untuk memonitor aktivitas kognitifnya sendiri

secara sadar, unsur$unsur yang ikut memainkan peran dalam aktivitas tersebut.

3# .- -'/

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada kemampuan

dan Facione (1990)berpendapat bahwa

merupakan kecakapan untuk menjelaskan dan memberikan alasan$alasan dari

(32)

16

kesimpulan; dan untuk mengemukakan argument$argumen logis yang kuat.

Kecakapan ini masih dibagi lagi dalam 3 sub$kecakapan, yaitu kecakapan untuk

mengemukakan hasil$hasil penalaran, menjustifikasi prosedur yang digunakan,

dan memberikan alasan$alasan yang kuat.

Menurut Facione (1990) merupakan kecakapan untuk memonitor

aktivitas kognitifnya sendiri secara sadar, unsur$unsur yang ikut memainkan peran

dalam aktivitas tersebut; dan kecakapan untuk memonitor aktivitas mentalnya

sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan mengevaluasi

penilaiannya sendiri dengan mempertanyakan, mengonfirmasi, mevalidasi, atau

mengoreksi penalarannya sendiri. Kecakapan ini masih dibagi dalam 2 sub$

kecakapan, yaitu kecakapan untuk eksaminasi diri dan koreksi diri.

# # #7# 0-/ . *.+ 1/ 0 - $ %

# . *."+

IPA adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan

terjemahan dari kata$kata Bahasa Inggris A' B. Natural artinya

alamiah, berhubungan dengan alam. % artinya ilmu tentang alam (Iskandar,

2001: 2). Jadi Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam

atau ilmu yang mempelajari peristiwa$peristiwa yang terjadi di alam. IPA

(Iskandar, 2001: 14) yaitu ilmu pengetahuan tentang kejadian$kejadian bersifat

kebendaan dan pada umumnya didasarkan hasil observasi, eksperimen, dan

induksi. Pengertian ini memperkuat peneliti untuk memilih mata pelajaran IPA.

IPA dipilih karena siswa bisa menggali pengetahuannya dengan luas,

bereksperimen sendiri, dan memahami apa yang terjadi. Siswa berperan aktif

dalam pembelajaran, sehingga meningkatkan cara berpikir siswa. Siswa dituntut

untuk berpikir kritis ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan. Pemikiran

kritis tersebut dituangkan dalam yang dibuat siswa dan membantu

siswa dalam mengingat materi yang sulit.

# &.& +

Hakekat IPA ada tiga (Iskandar, 2001: 1) yaitu: (1) dimensi produk meliputi

konsep$konsep, prinsip$prinsip, hukum$hukum, dan teori$teori di dalam IPA yang

(33)

17

dalamnya yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan;

(2)dimensi proses menekankan pada metode yang digunakan dalam memperoleh

pengetahuan yang sering disebut sebagai metode ilmiah; (3) dimensi sikap

merupakan berbagai keyakinan, opini dan nilai$nilai yang harus dipertahankan

oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan

pengetahuan baru. Sikap yang membantu proses pemecahan masalah yaitu

kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, kemauan

untuk mempertimbangkan pandangan lain, kemauan melakukan eksperimen atau

kegiatan pengujian lainnya secara berhati$hati dan menyadari adanya keterbatasan

dalam penemuan keilmuan.

3# +." .-=.0 4 " .0 ( .( 6 + . ."1

Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia

disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat

tersebut disebut pesawat sederhana. Sulistyanto (2008: 110) membagi jenis$jenis

pesawat sederhana menjadi empat jenis, yaitu :

a) Tuas

Alat yang dapat membantu untuk menggeser batu yang besar adalah linggis.

Linggis merupakan salah satu jenis tuas. Tuas lebih dikenal dengan nama

pengungkit. Pada umumnya, tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau

kayu yang digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang

menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban (B), titik

tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu

merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut

kuasa. Tuas/linggis dapat digambarkan secara sederhana.

Gambar 2.2Linggis

(34)

18

Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas

digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan

tuas golongan ketiga.

1) Tuas golongan pertama

Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban

dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis,

jungkat$jungkit, dan alat pencabut paku. Di bawah ini adalah contoh tuas

golongan pertama.

Gambar 2.3 Jungkat$Jungkit

(Sumber: Sulistyanto, 2008: 111)

2) Tuas golongankedua

Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu

dan kuasa. Contoh tuas golongan kedua ini di antaranya adalah gerobak beroda

satu, alat pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol. Di

bawah ini adalah contoh tuas golongan kedua.

Gambar 2.4 Gerobak Dorong

(35)

19

3) Tuas golongan ketiga

Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu

dan beban. Contoh tuas golongan ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan

untuk memindahkan pasir. Di bawah ini adalah contoh tuas golongan ketiga.

Gambar 2.5 Sekop

(Sumber: Sulistyanto, 2008: 112)

b) Bidang Miring

Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat

yang berbeda ketinggiannya. Dengan dibuat berkelok$kelok pengendara

kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Orang yang

memindahkan karung ke dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai

bidang miringnya. Dengan demikian, karung berat yang besar ukurannya lebih

mudah dipindahkan ke atas truk. Bidang miring memiliki keuntungan, yaitu dapat

memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil.

Gambar 2.6 Bidang Miring

(36)

20

c) Katrol

Katrol merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan

beban. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu: Katrol tetap, katrol bebas, dan

kartrol majemuk. Katrol tetap posisinya tidak berpindah pada saat digunakan.

Katrol bebas posisi katrol berubahdan tidak dipasang pada tempat tertentu.Pada

katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan

pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban

akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.

d) Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah

porosyang dapat berputar bersama$sama. Roda berporos merupakan salah satu

jenispesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat$alat seperti setir

mobil,setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.

Gambar 2.7 Roda Sepeda

(Sumber: Sulistyanto, 2008: 119)

# # ( 0 . .0 + ." 1/0/ * .0.2

Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang dan berpikir

kritis kategori kognitif.

# # # # . .0 + .=.0/- +. + * .+) .

Kusmintayu (2012: 8) meneliti penerapan metode untuk

meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa. Subjek penelitian yaitu siswa

(37)

21

menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan ini dapat

dilihat pada peningkatan kualitas proses yang ditandai dengan adanya peningkatan

keaktifan siswa selama proses pembelajaran berbicara, peningkatan keaktifan

siswa saat membuat , dan minat dan motivasi siswa saat bercerita

tokoh idola, dan siswa yang memperoleh nilai minimal 70 (≥ 70) dalam

pembelajaran berbicara meningkat. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi peneliti

karena peneliti memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang

digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Penelitiam ini sudah baik

karena dalam penelitian ini peneliti dapat meningkatkan kemampuan berbicara

siswa menggunakan tetapi masih terbatas pada kemampuan

berbicara tidak mengembangkan kemampuan kognitif siswa.

Putriyana (2012: 46) meneliti pengaruh penggunaan terhadap

kemampuan menerapkan dan menciptakan pada mata pelajaran IPA. Sampel dan

populasi penelitian ini yaitu siswa kelas V di SDK Sengkan Yogyakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan metode

terhadap kemampuan menerapkan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi

sebesar 0,622 (atau > 0,05). Ada pengaruh penerapan metode terhadap

kemampuan mencipta yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

(atau < 0,05). Skripsi ini memberikan gambaran mengenai yang sudah

diterapkan di Sekolah Dasar. Skripsi ini sudah baik dapat meningkatkan

kemampuan mencipta dan menerapkan menggunakan tetapi belum

meneliti tingkatan kognitif menurut Facione mengenai

.

Silaban dan Napitupulu (2012: 17) meneliti pengaruh media

terhadap kreativitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA

menggunakan ? . Subjek penelitian yaitu siswa kelas X. Pada

kelompok eksperimen menggunakan media , kelompok kontrol

menggunakan pembelajaran ? . Hasil penelitian menunjukan

bahwa ada pengaruh media terhadap kreativitas dan hasil belajar

kimia siswa pada pembelajaran ? dengan menunjukkan

hubungan sebesar 0,363. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi peneliti karena

(38)

22

digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Pada penelitian ini sudah

bagus karena penelitian ini bisa meningkatkan terhadap kreativitas dan hasil

belajar kimia siswa pada pembelajaran ? tetapi dalam penelitian

ini peneliti belum menerapkan pada siswa SD.

Sutarni (2010: 10) meneliti penerapan metode dalam

meningkatkankemampuan mengerjakan soal cerita bilangan pecahan. Subjek pada

siswa kelas 5 SDK 3 BPK PENABUR Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa melalui dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca

bacaan dengan teliti dan menyenangi membaca yang saat ini siswa kurang

berminat dalam membaca sehingga siswa memahami dan mengerjakan soal

dengan penuh semangat dan dengan hasil yang baik diimbangi alat peraga yang

memadai dan menarik pada siklus ke 2. Jurnal penelitian ini bermanfaat bagi

peneliti karena penelitian ini memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan

topik yang digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Jurnal ini

sudah bagus karena penelian ini dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan

soal cerita bilangan pecahan dalam mata pelajaran matematika menggunakan

tetapi pada penelitian ini peneliti baru meneliti pelajaran

matematika belum pada mata pelajaran IPA.

# # # # . .0 + .=.0/- +. + * .+) . ."' & " " + (

Lestari (2012: 44) meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap

prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA.

Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta

yang berjumlah 27 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan

prestasi belajar ditunjukkan dengan harga Sig. lebih dari 0,05 atau

(p=0,000 < 0,05). Aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek analisis

sedangkan aspek yang terendah adalah . Skripsi penelitian ini

bermanfaat bagi peneliti karena peneliti memberi contoh penerapan berpikir kritis

dan sudah melakukan penelitian di Sekolah Dasar. Penelitian ini sudah baik

karena sudah meneliti berpikir kritis dengan menggunakan metode penelitan

inkuiri. Pada penelitian ini aspek yang mengalami kenaikan tertinggi adalah aspek

(39)

23

peneliti ajukan akan meneliti berpikir kritis menggunakan metode

Peneliti akan meneliti bagaimana pengaruh terhadap kemampuan

berpikir siswa.

Listyawati, Suarjana, dan Sudana (2013: 12) meneliti pengaruh model

pembelajaran kuantum berbantuan peta pikiran terhadap kemampuan berpikir

kritis siswa kelas V. Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa SD Negeri Desa

Singakerta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya perbedaan yang

signifikan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan peta pikiran

berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Jurnal penelitian

ini bermanfaat bagi peneliti karena peneliti memberi gambaran mengenai berpikir

kritis. Penelitian ini sudah baik meneliti berpikir kritis metode penelitan yang

digunakan yaitu kuantum dengan menggunakan bantuan peta pikiran tetapi aspek

dalam penelitian ini masih kurang jelas. Pada skripsi yang peneliti ajukan akan

meneliti berpikir kritis kemampuan dan menggunakan

Reta (2012: 32) meneliti pengaruh model pembelajaran berbasis

masalah terhadap keterampilan berpikir kritis ditinjau dari gaya kognitif siswa.

Sampel dan populasi penelitian yaitu siswa kelas X SMAN 1 Gianyar tahun

pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan

model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan kelompok yang menggunakan

metode konvensional (ceramah). Signifikan keterampilan berpikir kritis antara

kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif ! dan kelompok

siswa yang memiliki gaya kognitif ! sangat jauh berbeda. Interaksi

antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap keterampilan berpikir kritis

sangat berbeda. Perbedaan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa

yang belajar melalui model PBL dengan kelompok siswa yang belajar melalui

model ceramah menunjukkan perbedaan perbedaan. Jurnal penelitian ini

bermanfaat bagi peneliti karena memberi contoh penerapan berpikir kritis pada

siswa. Penelitian ini sudah baik karena peneliti dapat membandingkan dua metode

(40)

24

kesimpulan sehingga masih membingungkan pembaca. Peneliti belum

mencantumkan signifikansi kenaikan kemampuan berpikir kritis siswa.

Wiradana (2012: 11) meneliti pengaruh strategi konflik kognitif dan

berpikir kritis terhadap prestasi belajar IPA. Sampel dan populasi penelitian ini

yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nusa Penida. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang mengikuti strategi

konflik kognitif dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional

dengan nilai F= 20,882 dengan taraf signifikan 0,001 (p < 0,05), tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tinggi dengan yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dengan nilai

F= 1,437 dengan angka signifikansi 0,234 (p > 0,05), terdapat pengaruh interaktif

antara strategi pembelajaran konflik kognitif dengan pembelajaran konvensional

dan kemampuan berpikir kritis tehadap prestasi belajar fisika dengan nilai F=

19,631 dengan taraf signifikansi 0,001 (p < 0,05). Jurnal penelitian ini bermanfaat

karena peneliti karena memberi contoh penerapan berpikir kritis. Jurnal ini sudah

baik dalam penelitiannya penulis sudah menuliskan signifikansi peningkatan

belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan jelas sehingga tidak

membingungkan pembaca. Pada penelitian ini peneliti belum menuliskan aspek

(41)

25 # # #3#

Gambar 2.8= dari Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu tentang Kusmintayu membahas

mengenai untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Putriyana

membahas mind map pada kemampuan menerapkan dan mencipta. Silaban dan

napitulu membahas terhadap kreativitas siswa, sedangkan Sutarni

menjelaskan mengenai metode pada kemampuan mengerjakan soal

cerita. Pada penelitian terdahulu tentang berpikir kritis Lestari membahas metode

inkuiri terhadap prestasi belajar dan berfikir kritis kategori kognitif . Listyawati,

" $ % Strategi konflik kognitif dan berpikir kritis$prestasi belajar

Metode inkuiri$ prestasi belajar dan berfikir kritis kategori kognitif

(42)

26

Suarjana, danSudana (2013) menjelaskan kuantum pada kemampuan berpikir

kritis. Reta (2012) menjelaskan mengenai model pembelajaran berbasis masalah

terhadap kemampuan berpikir kritis sedangkan Wiradana (2012) menjelaskan

strategi konflik kognitif dan berfikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. Pada

penelitianterdahulu belum ada penelitian yang peneliti mengenai pengaruh

penggunaan metode terhadap kemampuan dan kemampuan

# ." *& ."' & "

Pembelajaran di kelas merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat

melibatkan peran kedua belah pihak, baik guru maupun siswa. Pada kenyataannya

guru sering hanya menjadikan siswa sebagai objek saat kegiatan pembelajaran.

Guru masih sering menyampaikan materi menggunakan metode ceramah sehingga

siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menjadi salah satu

sebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Perlu adanya penggunaan

metode yang dapat melibatkan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Metode

pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu .

mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi sehingga siswa yang berperan

dalam proses pembelajaran. Siswa membuat catatan dengan lebih

menarik, penuh warna, dan gambar. yang dibuat tidak hanya garis lurus

tetapi menggunakan garis lengkung yang memungkinkan siswa membuat garis

tersebut menjadi sebuah gambar.

Siswa kelas V SD N Sokowaten Baru masih menggunakan metode ceramah

cara mengajar guru tidak meminta siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran masih

didominasi oleh guru sehingga siswa hanya dibiasakan mencatat dan

mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa SD N Sokowaten

Baru rendah. Siswa tidak mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, tidak

mempelajari masalah mendalam. Guru memberikan pengetahuan bukan

membangun cara berpikir siswa untuk mengkritisi masalah. Guru harus

membiasakan siswa berpikir kritis, sistematis, dan logis sehingga dapat

(43)

27

kritis dalam menerima pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat

memahami penjelasan guru dengan lebih cepat.

Dari permasalahan yang telah dijabarkan, dirasa perlu untuk mencari

solusi$solusi yang tepat untuk menciptakan proses pembelajaran IPA yang

melibatkan peran aktif siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan siswa

diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori

kemampuan dan . akan sangat membantu siswa

dalam memahami materi dan mampu kritis terhadap masalah yang dihadapinya.

lebih mengembangkan imajinasi siswa dalam memecahkan masalah

yang muncul. Jadi, jika metode diterapkan pada pembelajaran IPA

kelas V, akan berpengaruh terhadap kemampuan dan kemampuan

#3 ')+.( (

#3# Penggunaan metode pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas V SD N Sokowaten Baru

Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

2013/2014.

#3# Penggunaan metode pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas V SD N Sokowaten Baru

Banguntapan Bantul Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

(44)

28

Pada bab III ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang

digunakan, penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik

pengumpulan data, variabel penelitian, teknik pengujian instrumen penelitian, uji

validitas, uji reliabilitas instrumen, teknik analisis data, dan dampak pengaruh

perlakuan.

3# . ( . .0 +

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tipe Menurut Sanjaya

(2013: 87) penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja

dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu. Jenis penelitian ini menggunakan

Menurut

Sugiyono (2012: 114)penelitian ini disebut karena kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak.

Desainnya menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang

menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Creswell (2010:238)

menjelaskan bahwa ada beberapa jenis rancangan penelitian yang dapat digunakan

dalam suatu penelitian antara lain : > 7 & # 7

& C 7 & dan rancangan subjek tunggal ( "

).

Penelitian ini termasuk dalam bentuk kuasi eksperimental dan mempunyai

tiga bentuk desain seperti ,

yaitu sebuah desain penelitian dimana peneliti melakukan pengukuran pada satu

kelompok, baik sebelum maupun sesudah adanya

yaitu rancangan penelitian hasil dari modifikasi

sebelumnya. Rancangan ini lebih menekankan bahwa dalam

penelitian dua kelompok partisipan diobservasi sepanjang waktu meskipun hanya

salah satu yang memperoleh

(45)

29

tidak secara acak. Kedua partisipan memperoleh dan meskipun

hanya kelompok eksperimen yang memperoleh

Campbell dan Stanley (Cohen, 2007:276) hasil penelitian menggunakan

dan atau pengaruh kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga

langkah : (1) kurangi skor dari nilai untuk kelompok eksperimen

untuk menghasilkan skor 1; (2) kurangi skor dari nilai untuk

kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 2 dari skor 1.

Berdasarkan Campbell dan terminologi Stanley, efek dari intervensi eksperimental

akan menghasilkan rumus : (O2– O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek

kausal negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka

kausalnya positif atau ada pengaruh. Jadi berdasarkan penjelasan di atas,

rancangan penelitian dengan tipe dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(Cresswell, 2010: 242)

Keterangan:

x = Perlakuan(

O1 = Rerata skor kelompok eksperimen

O2 = Rerata skor kelompok eksperimen

O3 = Rerata skor kelompok kontrol

O4 = Rerata skor kelompok kontrol

3# . .0 +

3# # )& ( . .0 +

SD N Sokowaten Baru terletak di Jl. Arimbi No. 27 Sokowaten,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. SD N Sokowaten Baru dikelilingi rumah

warga. Depan sekolah hanya terdapat jalan kecil dan cukup jauh dengan jalan raya

(46)

30

sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. SD N Sokowaten Baru

memiliki kelas paralel tiga kelas (A, B, dan C). Sekolah memiliki pohon di tengah

lapang di depan kelas, sehingga terasa teduh. Lapangan biasa digunakan oleh

siswa untuk bermain sepak bola dan basket pada jam istirahat.

3# # &+/ . * -= 0 +

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Februari sampai 28 Maret 2014.

Berikut ini adalah jadwal pengambilan data 5 dan 55 pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 3.1 Kegiatan Pengambilan Data

" ! ** 0 ."+.-/ &('." -. ) +")0 dan roda berporos jam ke 3$4)

Pesawat sederhana jenis bidang miring, katrol, dan roda berporos. (jam ke 5$6)

Selasa, 3 Maret 2014 4 Materi keseluruhan (jam

ke 3$4) Materi keseluruhan (jam ke 5$6)

Jumat, 7 Maret 2014 > 1 (jam ke 3$4) > 1

Selasa, 28 Maret 2014 > 2 jam ke 3$4) > 2 (jam ke 6$7)

3# #3 -= " (6 < (6 )&)6 +. "/

Siswa$siswi SD N Sokowaten Baru memiliki banyak karakter dan latar

belakang yang berbeda. Karakter dan latar belakang yang berbeda tersebut tidak

membuat siswa$siswa memilih teman. Siswa$siswi SD N Sokowaten Baru dapat

berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Latar belakang satu sama lain tidak

menjadi masalah terlihat dari siswa$siswi SD N Sokowaten Baru masih banyak

yang berangkat sekolah menggunakan sepeda, jalan kaki dan beberapa masih

diantar orang tuanya. Secara keseluruhan dapat dilihat SD N Sokowaten Baru

meliputi siswa$siswi dari latar belakang menengah ke bawah.

SD N Sokowaten Baru setiap hari kamis siswa secara suka rela mengisi

kotak infak yang dikumpulkan pada guru kelas. Mengikuti lomba$lomba olahraga,

menggambar, futsal, tari, dan gamelan. Siswa kelas 3A mendapat juara satu lomba

Gambar

Gambar 2.1 Contoh ���������
Gambar 2.2Linggis
Gambar 2.3 Jungkat$Jungkit
Gambar 2.5 Sekop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

[r]

Pergantian Parkir ( turn over) , adalah tingkat penggunaan ruag parkir diperoleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir. untuk suatu periode

Hasil produksi sub sektor perikanan yang mencakup pada sub sektor perikanan tangkap (perikanan laut dan perikanan umum), perikanan budidaya (budidaya laut, kolam,

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Sekretariat DPRD Kabupaten Blora Tahun Anggaran 2013 untuk

Untuk mencapai maksud tersebut akan dikaji secara mendasar (tinjauan instruksional khusus: TIK) tiga pokok bahasan (PB) yang menyangkut : pertama manajemen Iingkungan

Dimuat dalam prosiding seminar internasional Editorial board adalah para ahli dibidangnya yang berasal dari berbagai negara; penulis berasal minimal dari lima negara;

Pada TWR, Traffic management akan lebih berguna untuk penataan traffic yang lebih rapi, terutama jika tidak terdapat DEL dan GND, maka akan dibutuhkan pemikiran dua kali lipat