• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1

Kerangka Strategi Pembiayaan

Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pemerintah Kabupaten Asahan terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman didaerah meningkat. Disamping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya didaerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk :

a) Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya;

b) Mengidentifikasi alternative sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya; c) Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1

Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain adalah:

(2)

V - 2

Daerah dan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayananan dasar ini, mencakup bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan rakyat, kawasan pemukiman, ketertiban umum dan masalah sosial. Daerah diwajibkan memprioritaskan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, dan urusan diatas berpedoman pada standar pelayananan minimal yang ditetapkan pemerintah pusat dalam bentuk peraturan pemerintah

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan mealui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis.

(3)

V - 3

kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. 5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan :

a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; dan

e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010) : Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari :

a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi : Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung c. Pembiayaan Daerah meliputi : Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

(4)

V - 4

8. Peraturan Pemerintah no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan :

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah

 Tingkat kerawanan air minum b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasin(air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis :

 Kerawanan sanitasi

 Cakupan pelayanan sanitasi

(5)

V - 5

dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional 3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala Kabupaten/Kota 4. Dana Swasta, meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah

dengan swasta (KPS), maupun skema Coorporate Social Responsibility (CSR)

5. Dana Masyarakat, melalui program pemberdayaan masyarakat

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

(6)

V - 6

5.2

Profile APBD Kabupaten Asahan

Profil APBD Kabupaten Asahan menggambarkan struktur APBD Kabupaten selama 5 tahun terakhir (2011-2015) dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No.13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Pendapatan Daerah dibagi menurut kelompok pendapatan yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. PAD terdiri dari Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sedangkan Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah mencakup Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya, Sumbangan Pihak Ketiga (PT. ASKES), Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, Dana Tunjangan Kependidikan (Tunjangan Profesi) dan Penerimaan dari Annual Fee PT. Inalum.

(7)

V - 7

5.2.1 Pendapatan Daerah

Perkembangan pendapatan daerah dilihat dalam 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel V-1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2011 - 2015

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten Asahan TA 2011–2015

Tahun Rencana Pendapatan Realisasi Pendapatan Pencapaian %

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

2011 31.407.485.016,60 31.844.327.602,21 101,39

2012 38.874.592.549,23 37.894.587.647,36 97,48

2013 60.298.446.296,41 53.691.705.753,00 89,04

2014 87.058.405.439,00 91.468.218.558,86 105,07

2015 95.287.879.761,00 98.094.316.824,18 102,95

DANA PERIMBANGAN

2011 618.155.193.973,18 629.142.075.235,00 101,78

2012 750.686.236.310,82 751.912.958.062,00 100,16

2013 873.663.955.189,68 878.627.984.468,00 100,57

2014 923.645.512.691,00 918.597.777.626,00 99,45

2015 1.026.154.971.088,00 1.014.808.382.584,00 98,89

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

2011 187.564.682.909,00 182.691.172.118,00 97,4

2012 278.911.128.526,16 249.926.589.853,00 89,61

2013 520.601.033.632,00 269.693.486.492,00 51,8

2014 489.649.940.383,47 476.931.914.877,00 97,4

2015 286.006.600.000,00 294.058.203.598,00 102,82

TOTAL PENDAPATAN DAERAH

2011 837.127.361.898,78 843.677.574.955,21 100,78

2012 1.068.471.957.386,21 1.039.734.135.562,36 97,31

2013 1.454.563.435.118,09 1.202.013.176.713,00 82,64

2014 1.500.353.858.513,47 1.486.997.911.061,86 99,11

(8)

V - 8

5.2.2 Pengeluaran Belanja Daerah

Belanja daerah digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat daerah serta untuk memenuhi kebutuhan anggaran sesuai dengan prioritas yang ditetapkan. Perkembangan pengeluaran belanja daerah pada tahun 2011 - 2015 sebagai berikut:

Tabel V-2

Pengeluaran Belanja Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2011-2015

TAHUN URAIAN ANGGARAN REALISASI %

2011

(9)

V - 9

Belanja Barang dan Jasa 116.411.650.650,79 104.233.500.637,45 89,54 Belanja Modal 272.744.005.068,13 259.227.355.626,00 95,04 BELANJA 1.086.048.162.408,76 1.037.633.546.450,61 95,54

2013

BELANJA TIDAK LANGSUNG 713.793.440.862,65 684.167.081.833,91 95,85 Belanja Pegawai 619.877.090.862,65 592.584.100.461,51 95,6 Belanja Subsidi 1.500.000.000,00 1.499.960.000,00 100 Belanja Hibah 29.795.550.000,00 28.949.864.985,40 97,16 Belanja Bantuan Sosial 11.253.000.000,00 10.990.750.000,00 97,67 Belanja Bagi Hasil Kepada Belanja Modal 536.583.700.894,39 271.753.134.393,07 50,65 BELANJA 1.459.726.781.278,39 1.143.614.491.115,23 78,34

2014

BELANJA TIDAK LANGSUNG 812.119.853.482,62 742.141.823.718,88 91,38 Belanja Pegawai 695.511.468.482,62 636.139.588.483,88 91,46 Belanja Subsidi 2.000.000.000,00 1.999.976.000,00 100 Belanja Hibah 34.574.835.000,00 29.972.250.000,00 86,69 Belanja Bantuan Sosial 15.657.750.000,00 12.246.500.000,00 78,21 Belanja Bagi Hasil Kepada Belanja Modal 481.791.942.164,91 424.188.251.104,00 88,04 BELANJA 1.561.447.373.523,11 1.388.135.949.419,68 88,9

2015

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.016.192.161.941,40 896.756.681.954,97 88,25 Belanja Pegawai 792.369.831.061,40 687.266.988.047,81 86,74 Belanja Subsidi 2.700.000.000,00 2.699.928.000,00 100 Belanja Hibah 83.456.069.540,00 81.578.774.196,00 97,75 Belanja Bantuan Sosial 18.209.441.933,00 13.750.712.000,00 75,51 Belanja Bagi Hasil Kepada

Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

(10)

V - 10

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

111.804.727.618,00 111.344.826.511,16 99,59

Belanja Tidak Terduga 7.652.091.789,00 115.453.200,00 1,51 BELANJA LANGSUNG 548.776.287.663,49 498.949.097.793,79 90,92 Belanja Pegawai 61.090.322.947,23 53.521.252.342,50 87,61 Belanja Barang dan Jasa 240.001.702.848,31 217.989.575.821,29 90,83 Belanja Modal 247.684.261.867,95 227.438.269.630,00 91,83 BELANJA 1.564.968.449.604,89 1.395.705.779.748,76 89,18

(11)

V - 11

Tabel V-3

Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Asahan Tahun 2011 - 2015

Tahun Uraian

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

PEMBIAYAAN

Target 86.878.052.525,59 - 86.878.052.525,59 5.150.000.000 10.000.000.000 15.150.000.000 71.728.052.525,59

Realisasi 86.623.100.525,59 - 86.623.100.525,59 5.150.000.000 10.000.000.000 15.150.000.000 71.473.100.525,59

2012

Target 22.576.205.022,55 - 22.576.205.022,55 - 5.000.000.000 5.000.000.000 17.576.205.022,55

Realisasi 22.281.757.048,55 - 22.281.757.048,55 - 5.000.000.000 5.000.000.000 17.281.757.048,55

2013

Target 19.382.346.160,30 3.281.000.000,00 22.663.346.160,30 - 17.500.000.000 17.500.000.000 5.163.346.160,30

Realisasi 19.382.346.160,30 3.312.483.251,57 22.694.829.411,87 - 17.500.000.000 17.500.000.000 5.194.829.411,87

2014

Target 63.593.515.009,64 - 63.593.515.009,64 2.500.000.000 - 2.500.000.000 61.093.515.009,64

Realisasi 63.593.515.009,64 63.522.104,07 63.657.037.113,71 2.500.000.000 - 2.500.000.000 61.157.037.113,71

2015

Target 160.018.998.755,89 - 160.018.998.755,89 2.500.000.000 - 2.500.000.000 157.518.998.755,89

Realisasi 160.018.998.755,89 15.243.116,39 160.034.241.872,28 - - - 160.034.241.872,28

(12)

V - 12

5.3

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

5.3.1 Investasi Pembangunan Cipta Karya dari dana APBD

Penganggaran dana APBD Pemerintah Kabupaten Asahan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015) untuk pembangunan bidang Cipta karya tetap dianggarkan dan terus meningkat seperti pada sektor Penyehatan Lingkungan, Pengembangan Air Minum dan sektor Pengembangan Pemukiman. Selain dana APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya, Pemerintah Kabupaten Asahan juga mengalokasikan Dana daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) selama 5 tahun terakhir (Tahun 2011 sampai dengan 2015),

(13)

V - 13

Tabel V-4

Perkembangan Alokasi APBD Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2011-2015

Uraian

2011 2012 2013 2014 2015

Alokasi (Rp) %

APBD Alokasi (Rp)

%

APBD Alokasi (Rp) %

APBD Alokasi (Rp)

%

APBD Alokasi (Rp) % APBD Pengembangan

Air Minum Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD, Bid. CK

(14)

V - 14

Tabel V-5

Perkembangan Dana APBN dan DDUB Kabupaten Asahan Tahun 2011 – 2015

Uraian

2011 2012 2013 2014 2015

Alokasi (Rp) %

APBD Alokasi (Rp)

%

APBD Alokasi (Rp) %

APBD Alokasi (Rp)

%

APBD Alokasi (Rp) % APBD Pengembangan

Air Minum Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD, Bid. CK

(15)

V - 15

5.3.2 Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (SocialOriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (Profit Oriented).Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, air limbah dan persampahan dan pasar.

Kabupaten Asahan Belum mempunyai badan pengelola air minum seperti PDAM, UPTD. Sebelumnya hingga tahun 2013 pengelolaan SPAM perpipaan kabupaten Asahan dikelola oleh Kabupaten Nias Induk, pembentukan UPTD air Minum Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan baru direncanakan pada tahun 2017. Namun melalui dokumen RISPAM telah diperkirakan kebutuhan investasi mendatang terhadap pengembangan SPAM higga tahun 2035 yaitu sebesar 118.471.600 (Sumber: Dokumen RISPAMKabupaten Asahan, Tahun 2015)

5.3.3 Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi Cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2014 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

(16)

V - 16 Tabel V-6

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya Kabupaten Asahan Tahun 2012 -2016

5.3.4 Investasi Pembangunan Cipta Karya dari Dana APBN

Dana APBN Cipta Karya yang dialokasikan ke Pemerintah Kabupaten Asahan dalam 5 tahun terakhir (tahun 2011-2015) melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNTV) sesuai Permen PU No. 14 tahun 2011. Perkembangan alokasi Dana APBN Bidang Cipta Karya terhadap Kabupaten Asahan selama 5 tahun terakhir seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel V-7

Perkembangan Alokasi APBN Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Asahan (2011-2015)

No Sektor Alokasi (dalam Juta Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Pengembangan Permukiman - - - - -

2 Bangunan dan Lingkungan - - - - -

3 Pengembangan PLP - - - - -

4 Pengembangan Air Minum - - - - -

(17)

V - 17

Disamping dana APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan airminum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

Perkembangan DAK untuk air minum dan sanitasi terhadap Kabupaten Asahan selama 5 tahun terakhir seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel V-8 Perkembangan Alokasi DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Asahan (2011-2015)

No Jenis DAK Alokasi (dalam Juta Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015

1 DAK Air Minum

2 DAK Sanitasi

Total

5.4

Potensi Pendanaan APBD

5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Kedepan

(18)

V - 18

diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Y₀ = Nilai tahun ini

Y-₁ = Nilai 1 tahun sebelumnya Y- = Nilai 2 tahun sebelumnya

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan. Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y₀ = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

(19)

V - 19

A. Proyeksi Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 23 Tahun 2014).

Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Asahan tahun 2016-2021 dilakukan dengan menggunakan metode expert judgement dengan mempertimbangkan rata-rata pertumbuhan realisasi masing-masing objek pendapatan daerah dalam kurun waktu 2011-2015 serta perkiraan pertumbuhan ekonomi regional dalam 5 tahun yang akan datang. Pendapatan daerah dalam kurun waktu 2016-2021, adalah; a. Pajak Daerah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4 persen

pertahun;

b. Retribusi Daerah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen pertahun

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7 persen pertahun;

d. Lain-lain PAD yang sah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen pertahun;

(20)

V - 20

sebesar 10 persen pertahun;

f. Dana Alokasi Umum diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 8 persen pertahun;

g. Dana Alokasi Khusus diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7 persen pertahun;

h. Lain-lain pendapatan daerah yang sah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4 persen pertahun.

(21)

V - 21

Tabel V-9 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Asahan 2016-2021

No URAIAN KONDISI AWAL 2015 TARGET PENDAPATAN DAERAH (Rp)

2016 2017 2018 2019 2020 2021

I PENDAPATAN ASLI DAERAH 98.094.316.824,18 104.816.667.737,44 105.619.402.606,03 111.143.852.446,42 117.014.775.462,01 123.255.581.880,72 129.892.911.529,31

1 Pajak Daerah 26.286.364.648,44 42.930.449.467,44 43.283.961.855,85 45.589.263.596,19 48.034.223.233,56 50.627.965.424,02 53.380.234.007,63 2 Retribusi Daerah 5.783.940.142,00 9.586.406.711,00 8.097.642.382,05 8.540.744.596,33 9.045.268.876,78 9.617.769.770,41 10.266.993.392,35

3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 7.300.764.760,00 4.399.811.559,00 4.707.798.368,13 5.037.344.253,90 5.389.958.351,67 5.767.255.436,29 6.170.963.316,83

4 Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah 58.723.247.273,74 47.900.000.000,00 49.530.000.000,00 51.976.500.000,00 54.545.325.000,00 57.242.591.250,00 60.074.720.812,50

II TRANSFER PEMERINTAH PUSAT 1.014.808.382.584,00 1.444.121.612.088,00 1.538.320.566.393,00 1.675.725.617.496,51 1.780.636.410.721,27 1.892.890.959.471,76 2.013.003.326.634,78

Dana Perimbangan

1 Dana Bagi Hasil Pajak 47.589.377.170,00 54.706.807.000,00 67.550.560.400,00 72.279.099.628,00 77.338.636.601,96 82.752.341.164,10 88.545.005.045,58

2 Dana Bagi Hasil Non Pajak dan

Sumber Daya Alam 2.013.530.414,00 1.161.149.088,00 3.680.200.800,00 3.937.814.856,00 4.213.461.895,92 4.508.404.228,63 4.823.992.524,64 3 Dana Alokasi Umum 817.746.952.000,00 891.149.644.000,00 915.402.815.393,00 979.481.012.470,51 1.048.044.683.343,45 1.121.407.811.177,49 1.199/906.357.959,91 4 Dana Alokasi Khusus 77.480.770.000,00 134.559.200.000,00 145.323.936.000,00 155.496.611.520,00 166.381.374.326,40 178.028.070.529,25 190.490.035.466,30

5 Dana Alokasi Khusus Non Fisik 20.326.160.000,00 251.140.780.000,00 268.720.634.600,00 287.531.079.022,00 307.658.254.553,54 329.194.332.372.,29 352.237.935.638,35

6 Dana Desa (APBN) 49.651.593.000,00 111.404.032.000,00 137.642.419.200,00 177.000.000.000,00 177.000.000.000,00 177.000.000.000,00 177.000.000.000,00

III TRANSFER ANTAR DAERAH 116.511.057.598,00 81.000.000.000.00 61.188.408.194,70 65.471.596.768,33 70.054.608.542,11 74.958.431.140.06 80.205.521.319,86

1

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

107.810.925.598,00 81.000.000.000,00 46.970.297.414,70 50.258.218.233,73 53.776.293.510.,09 57.540.634.055,80 61.568.478.439,70

2 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah

(22)

V - 22

Lainnya

IV LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH 0,00 40.503.674.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1 Dana Intensif Daerah (DID) 0,00 40.503.674.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

TOTAL PENDAPATAN

(23)

V - 23

Usaha untuk menggali sumber-sum ber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan kewenangan harus didukung oleh potensi ekonomi yang dimiliki daerah sebagai basis PAD. Hal ini disebabkan karena kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi kepada daerah sangat tergantung kepada aktifitas ekonomi yang mereka lakukan. Dari hasil proyeksi pendapatan daerah diatas mengalami peningkatan yang baik dimana pada tahun 2016 total pendapatan daerah Kabupaten Asahan sebesar Rp. 1.670.441.953.825,44, pada tahun 2021 total pendapatan daerah Kabupaten Asahan naik sebesar Rp. 2.223.101.759.483,95.

B. Proyeksi Belanja Daerah

(24)

V - 24

Tabel V-10 Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2016-2021

No. URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020 2021

2 BELANJA 1.667.941.953.825,44 1.702.628.377.193,73 1.849.841.066.711,26 1.965,205.794.725,39 2.088.604.972.492,54 2.220.601.759.483,95 2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.124.584.937.097,17 1.138.926.914.091,61 1.201.784.763.471,27 1.226,283.211.024,35 1.251.830.690.532,74 1.278.479.196.660,22 2.1.1 Belanja Pegawai 861.674.664.490,92 846.760.692.071,06 886.077.685.218,56 885.891.298.891,96 906.214.976.618,46 927.062.653.629,95 2.1.1.1 Gaji dan Tunjangan 777.966.721.572,44 760.892.070.659,26 779.914.372.425,75 799.412.231.736,40 819.397.537.529,81 839.882.475.968,06

2.1.1.2 Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta

KDH /WKDH 4.195.120.000,00 4.195.120.000,00 4.195.120.000,00 4.195.120.000,00 4.195.120.000,00 4.195.120.000,00 2.1.1.3 Tambahan Penghasilan PNS 75.003.940.000,00 76.857.690.000,00 76.857.690.000,00 76.857.690.000,00 76.857.690.000,00 76.857.690.000,00 2.1.1.4 Insentif Pemungutan Pajak Daerah 4.032.160.263,48 4.410.929.292,80 4.683.465.563,81 4.973.993.712,56 5.283.740.600,65 5.614.017.992,89 2.1.1.5 Insentif Pemungutan RetribusiDaerah 476.722.655,00 404.882.119,00 427.037.229,00 452.263.443,00 480.888.488,00

513.349.669,00 2.1.2 Belanja Subsidi 2.000.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00

2.1.2.1 Belanja Subsidi Kepada Perusahaan/ Lembaga 2.000.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00

2.1.3 Belanja Hibah 27.079.025.370,25 25.079.025.370,25 23.079.025.370,25 21.079.025.370,25 19.079.025.370,25 17.079.025.370,25 2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 14.516.750.000,00 13.516.750.000,00 12.516.750.000,00 11.516.750.000,00 10.516.750.000,00 9.516.750.000,00

2.1.5 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa dan

Pemerintah Desa 5.251.685.618,00 5.138.160.423,00 5.413.000.819,00 5.707.949.210,00 6.024.573.519,00 6.364.722.739,00

2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa

lainnya dan Partai Politik 212.062.811.618,00 243.934.286.227,30 290.198.302.063,46 297.588.187.552,14 305.495.365.025,03 313.956.044.921,02

2.1.6.1 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa

lainnya 210.881.477.000,00 242.752.951.609,30 289.016.967.445,46 296.406.852.934,14 304.314.030.407,03 312.774.710.303,02 2.1.6.2 Belanja Bantuan kepada Partai Politik 1.181.334.618,00 1.181.334.618,00 1.181.334.618,00 1.181.334.618,00 1.181.334.618,00 1.181.334.618,0 2.1.7 Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00

(25)

V - 25

C. Proyeksi Pembiayaan Daerah

(26)

V - 26

Tabel V-11 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Asahan Tahun Anggaran 2016-2021

No. URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 PENDAPATAN 1.670.441.953.825,44 1.705.128.377.193,73 1.852.341.066.711,26 1.967.705.794.725,39 2.091.104.972.492,54 2.223.101.759.483,95

2 BELANJA 1.667.941.953.825,44 1.702.628.377.193,73 1.849.841.066.711,26 1.965.205.794.725,39 2.088.604.972.492,54 2.220.601.759.483,95

SURPLUS / ( DEFISIT ) 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00

3 PEMBIAYAAN DAERAH

3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 171.343.968.344,70 68.205.135.087,75 54.564.108.070,20 43.651.286.456,16 34.921.029.164,93 27.936.823.331,95

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 171.343.968.344,70 66.205.135.087,75 54.564.108.070,20 43.651.286.456,16 34.921.029.164,93 27.936.623.331,95

3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00

3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00

3.3 PEMBIAYAAN NETTO 168.843.968.344,70 65.705.135.087,75 52.064.108.070,20 41.151.286.456,16 32.421.029.164,93 25.436.823.331,95

(27)

V - 27

5.4.2 Kerangka Pendanaan

(28)

V - 28

Secara teoritis, pendapatan daerah akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian daerah yang akan terjadi sampai dengan tahun 2021 atau dengan kata lain, bahwa suatu pendapatan daerah termasuk pendapatan asli daerah harus benar-benar mampu merespon perkembangan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi.

5.5

Potensi Pendanaan APBN

Untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, dilaksanakan melalui Dana Perimbangan yang merupakan jenis dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah. Selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, Dana Perimbangan juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Dana Perimbangan yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

A. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Pada dasarnya, selain dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan pendapatan daerah, DBH juga bertujuan untuk memberikan keadilan bagi daerah atas potensi yang dimilikinya. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak negara, meliputi:

a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

b)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan

c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

Sedangkan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam, meliputi: a) Sektor Kehutanan;

b)Sektor Pertambangan umum; c) Sektor Perikanan;

(29)

V - 29

e) Sektor Pertambangan gas bumi; dan f) Sektor Pertambangan panas bumi.

B. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah atau mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula tertentu. DAU suatu daerah ditentukan atas alokasi dasar dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah (belanja pegawai daerah) pada daerah yang bersangkutan. Sedangkan celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).

Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.

C. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.Pemerintah pusat menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik Daerah. Sedangkan kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian teknis pelaksana program/kegiatan.

(30)

V - 30

yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif, tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping tersebut.

5.6

Alternatif Sumber Pendanaan

Potensi alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, di luar APBN dan APBD, antara lain melalui KPS, CSR, dan sebagainya. Untuk kegiatan yang layak secara finansial dapat dibangun dengan skema KPS, sedangkan kegiatan yang tidak layak secara finansial dapat diusulkan kepada swasta sebagai CSR.

Identifikasi pendanaan KPS/CSR bidang pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Asahan serta trend sumber pendanaan kedepannya seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel V-12 Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Melalui KPS

No Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Kegiatan (Rp) Biaya Kelayakan Finansial Keterangan

1 2 3

5.7 Strategi Peningkatan PAD dan Investasi

5.7.1 Kebijakan Umum Pendapatan Daerah

Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, kebijakan umum pendapatan daerah Kabupaten Asahan diarahkan untuk mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. Sebagai mana telah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Asahan tahun 2016-2021, Kebijakan umum pendapatan daerah adalah sebagai berikut:

(31)

V - 31

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki sehingga diharapkan mampu memberikan dukungan yang optimal dalam menunjang kebutuhan dana yang diperlukan dengan mengupayakan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan pentingnya pelayanan dan kemampuan masyarakat;

c. Peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan, kepentingan umum dan kemampuan masyarakat serta efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dalam bidang pendapatan daerah yang ditujukankepada:

1) Pemanfaatan pendapatan asli daerah secara proporsional pada program prioritas dan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah; 2) Peningkatan upaya optimalisasi penerimaan daerah melalui pendekatan

pelayanan kepada wajib pajak dan peningkatan kerjasama dengan melibatkan organisasi masyarakat atau organisasi non pemerintah; Selanjutnya optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah sesuai potensi dan kewenangan yang didukung sumber daya aparat pengelolan pendapatan daerah serta kemampuan masyarakat dengan pendekatan kemitraan, koordinasi, pengawasan dan penegakan hukum;

3) Pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah yang potensial.

5.7.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

(32)

V - 32

2. Pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya visi dan misi Kabupaten Asahan.

3. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:

a) Kerjasama dan Sinkronisasi antara Pemerimtah Daerah dengan Pemerintah Propinsi dalam hal ini Bappeda Provinsi, Satker Randal dan Satker Sektoral terkait perencanaan dan pengendalian program secara menyeluruh, untuk menfasilitasi dan memberikan penilaian terhadap dokumen RPIJM maupun dokumen perencanaan terkait lainnya.

b) Komitmen Pemerintah Kabupaten Asahan terhadap sharing pendanaan kegiatan yang dibiayai melalui APBN

4. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:

a) Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

b) Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan Daerah.

c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat evaluasi penerimaan setiap tiga bulan.

d)Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional.

e) Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas di lapangan dan eksternal, yaitu para wajib pajak dan retribusi yang tidak mematuhi PERDA. f) Memperbaharui Perda-perda yang tidak sesuai dengan perkembangan. g) Meningkatkan kegiatan investasi.

5. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah (BUMD), meliputi: a) Reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD

b) Meningkatkan kinerja pengelolaan perusahaan daerah untuk meningkatkan pelayanan

c) Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat yang masih rendah d)Meningkatkan pengelolaan keuangan perusahaan daerah secara efektif dan

efisien sehingga memperoleh keuntungan

(33)

V - 33

a) Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).

b) Melibatkan masyarakat dan dunia usaha dalam proses perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

c) Sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha terhadap kegiatan bidang Cipta Karya.

d) Perlunya ada Lembaga atau Organisasi yang dapat mengorganisasi dana CSR maupun Dana Swadaya Masyarakat.

7. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada.

a) Membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai badan pengelola terhadap infrastruktur permukiman yang terbangun

b) Perlu adanya Regulasi atau PERDA yang mengatur tentang biaya Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pasca pembangunan infrastruktur.

8. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

a) Membangun kemitraan dengan Kab/Kota yang berdekatan

b)Menyiapkan Regulasi yang jelas melalui koordinasi antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kab/Kota

c) Menyiapkan dokumen perencanaan yang dibutuhkan terkait program pembangunan Infrastruktur yang akan dibangun bersama.

Gambar

Tabel V-1  Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Asahan
Tabel V-2  Pengeluaran Belanja Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2011-2015
Tabel V-3 Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Asahan Tahun 2011 - 2015
Tabel V-4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif untuk menolak perilaku

Materi ajar pantun dalam buku siswa Bahasa Indonesia ada 12 materi. Materi cerpen yang relevan dengan KI-1 sikap spiritual ada 12 materi karena materi ajar tersebut

Rencana program tersebut akan terus berlanjut dan diprioritaskan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang serta sesuai dengan

0angsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berasal dari  telur. 4uga obat klomid dan hormone gonadotropin yang

Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gardner (2001) di Ghana, yang menyatakan bahwa densitas energi memiliki hubungan

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah untuk membuktikan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan status gizi siswa

Dalam memberantas korupsi, Indonesia telah memiliki sejumlah payung hukum yang menjadi dasar legitimasi bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, diantaranya, Undang-undang