• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

YANG DIANGGAP PERLU OLEH SISWA KELAS XI SMA KRISTEN I SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2006/2007

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Sunarni NIM : 011114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

Learn for yesterday, life for today, hope for tomorrow. The important thing is not to

stop question.

(belajarlah dari hari kemarin, hiduplah untuk hari ini, berharaplah untuk hari esok.

Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti bertanya.)

(Albert Einstein)

Saya hanyalah satu,

Saya tidak bisa melakukan semuanya, tetapi saya masih bisa melakukan sesuatu.

Dan karena saya tidak bisa melakukan semuanya,

Saya tidak akan menolak untuk melakukan sesuatu yang bisa saya lakukan.

(Edward Everett Hale)

Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan impian-impian mereka.

(5)
(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilimiah.

Yogyakarta, 23 April 2009 Penulis

(7)

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN GURU PEMBIMBING YANG DIANGGAP PERLU OLEH SISWA KELAS XI

SMA KRISTEN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Sunarni 011114021

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana penelitian ini menggambarkan apa adanya pada saat peneltian itu dilaksanakan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 dengan jumlah sampel sebanyak 87 siswa dengan menggunakan Cluster Random Sampling.

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang diambil dari alat pengumpul data yang disusun oleh Florencia Grace dan ada penambahan serta modifikasi beberapa item. Alat ini disusun berdasarkan aspek-aspek dari Winkel ( 1997 ), Prayitno (1984 ), Ahmadi (1997), Gunawan ( 1992). Aspek-aspek tersebut antara lain: 1). Aspek pribadi, 2). Aspek social, 3). Aspek professional. Jumlah keseluruhan item untuk penelitian berjumlah 78 item yang terdiri dari 55 item positif dan 23 item negatif.

Teknik analisis datanya adalah menghitung frekuensi, persentase, dan penetapan susunan peringkat dengan mengacu pada rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Penggolongan tingkat frekuensi ada 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

Hasil dari penelitian mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 adalah: 1) Sangat perlu (46,74%) untuk indikator sifat kepribadian, 2) Perlu (40,99%) untuk indikator kepercayaan, 3) Perlu (39,08%) untuk indikator penampilan diri, 4) Perlu (45,83%) untuk indikator hubungan dengan orang lain, 5) Perlu (48,04%) untuk indikator tingkah laku, 6) Perlu (46,45%) untuk indikator pengontrolan diri, 7) Sangat perlu (47,70%) untuk indikator tanggung jawab pekerjaan, 8) Perlu (44,82%) untuk indikator wawasan luas, 9) Perlu (50%) untuk indikator kemampuan berempati, 10) Perlu (51,72%) untuk indikator kedewasaan, 11) Perlu (47,12%) untuk indikator intelegensi.

(8)

THE PERSONALITY CHARACTERISTICS OF THE COUNSELOR TEACHER IMPORTANT FOR THE XI GRADE STUDENTS OF SMA

KRISTEN I SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2006/2007

Sunarni 011114021

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The aim of this research was for knowing the description the personality characteristic of counselors teacher important of the Grade XI Students of SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 academic year.

This descriptive study described the real conditions on the time when the study was performed. The populations were the XI Grade students SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 academic year. The number of sample is 87 by using Cluster Random Sampling.

The instruments of the research was questionnaires that was obtained from gathering data method that arranged by Florencia Grace and then it developed and modified item by the researcher using the aspects of Winkel (1997), Prayitno (1984), Ahmadi (1997), and Gunawan (1992). These aspects included 1) personal aspect, 2) social aspect, and 3) professional aspect. Total 78 items consisted of 55 positive and 23 negative items.

The data analysis technique was calculating the frequency, percentage and rank which refers to the Assessment of Standard Reference of Type I. There were 5 levels of frequency grouping: very high, high, sufficient, low, and very low.

The results showed that concerning important for the XI Grade Students of SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 Academia Year about the personality characteristic of counselor teachers: (1) very significant (46,74%) for the indicator of personality; (2) significant (40,99%) for the indicator of trustworthiness; (3) significant (39,08%) for the indicator of self-appearance; (4) significant (45,83%) for the indicator of relationship with others; (5) significant (48,04%) for the indicator of conduct; (6) significant (46,45%) for the indicator self-control; (7) very significant ( 47,70%) for the indicator of job responsibility; (8) significant (44,82%) for the indicator of well-informed; (9) significant (50%) for the indicator of empathy; (10) significant (51,72%) for the indicator of maturity; (11) significant (41,12%) for the indicator of intelligence.

(9)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sunarni

Nomor Mahasiswa : 011114021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang Dianggap Perlu oleh Siswa Kelas XI SMA Kristen I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Mei 2009

Yang menyatakan

(10)

Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala bimbingan, dukungan dan perlindungan Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran 2006/2007”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis percaya bahwa semua itu tidak terlepas dari bimbingan, saran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M,Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membantu penulis dalam urusan pendidikan dan membantu penulis dalam administrasi dari proses pembuatan sampai selesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing pertama yang dengan penuh kesabaran dan pengertiannya yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, pikiran, waktu dan tenaga kepada penulis hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Almarhum Bapak Drs. A. Samana, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, saran, pikiran dan waktunya kepada penulis hingga tersusunnya skripsi ini.

4. Bapak Drs. RHDJ. Sinurat, MA, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

yang selama ini telah memberikan ilmunya kepada penulis. Satu harapan semoga ilmu-ilmu yang telah penulis dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk hidup dan masa depan.

7. Bapak Drs. Djoko Hari, selaku humas SMA KRISTEN I SURAKARTA yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

8. Para siswa kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA Tahun Ajaran 2006/2007, yang dengan ikhlas membantu dalam mengisi instrument pengumpulan data.

9. Bapak dan (almarhumah) ibu untuk segala cinta, kasih sayang, perhatian, semangat dan doa yang tiada henti-hentinya.

10.(almarhumah kakakhu Boni), Harni, Sulis, Jazzcool makasih untuk semua dukungan, perhatian dan kasih sayang kalian kepadaku.

11.Pak Ino dan mami terima kasih atas bantuan dan dukungannya yang selalu diberikan buat aku.

12.Ngatini dan Adek terima kasih buat dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan.

13.Jocis (Johan dan Siska) 2 keponakan yang selalu mengisi hari-hariku jadi penuh warna. Aku sayang kalian berdua.

14.Maya, Aik, Nur yang selalu ada buat aku, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini, dukungan, semangat dan saran-sarannya saat aku dalam masalah. Kalian bertiga lebih dari sahabat buat aku, jangan lupa persahabatan kita. Aku sayang kalian.

15.Andhy yang selalu menyemangati aku untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat kebersamaan kita. 16.Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga

(12)

Penulis

(13)

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat hasil Penelitian... 4

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Remaja ... 7

1. Tugas Perkembangan Remaja ... 7

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 11

B. Bimbingan dan Konseling... 12

C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 13

1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian ... 13

2. Pengertian Guru Pembimbin ... 14

(14)

1. Pengertian Persepsi ... 28

2. Persepsi Siswa SMA tentang Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian... 32

B. Populasi Penelitian ... 32

C. Sampel Penelitian... 33

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 43

1. Tahap Persiapan ... 43

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan... 53

BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN ... 59

A. Ringkasan... 59

B. Kesimpulan ... 61

C. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(15)

Halaman

Tabel 1. Data siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun

ajaran 2006/2007 ... 33 Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru pembimbing

yang diuji cobakan... 37 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Item40

Tabel 4. Daftar Korelasi Reliabilitas ... 42 Tabel 5. Distribusi Item Skala ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing

untuk penelitian ... 44 Tabel 6. Penggolongan Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang

dianggap perlu oleh Siswa Kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta

Tahun Ajaran 2006/2007... 47 Tabel 7. Persentase dan Frekuensi Setiap Kategori Jawaban dari

masing-masing Indikator Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang dianggap perlu oleh Siswa

kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 48

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Perolehan masing-masing Aspek Ciri-ciri Kepribadian

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing

yang dianggap perlu oleh siswa Kelas XI SMA KRISTEN I

Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 66 Lampiran 2. Skor Uji coba Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 75 Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Validitas Item Per Aspek Kuesioner

Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing... 79 Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 84 Lampiran 5. Tabulasi Skor Penelitian... 85 Lampiran 6. Hasil Perhitungan Untuk Melihat Prosentase

Aspek-aspek Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa Kelas XI SMA KRISTEN I

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Program Bimbingan dan Konseling dewasa ini sudah cukup

berkembang di sekolah-sekolah, setiap jenjang pendidikan dewasa ini telah

memiliki program bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat

menunjang dalam kegiatan pembelajaran terutama di jenjang pendidikan

SMA. Sekolah yang ingin mencapai perkembangan yang optimal kepada anak

didiknya, hendaknya memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan

bermutu serta sesuai dengan perkembangan zaman dewasa ini. Winkel (1997)

mengatakan bahwa yang termasuk pendidik adalah pengajar, pelatih,

administator, dan pembimbing. Dalam kegiatan pendidikan sekolah sendiri

terdapat 4 bidang utama, yaitu: bidang pengajaran, bidang pelatihan, bidang

administrasi, dan bidang bimbingan. Keempat bidang tersebut memiliki fungsi

yang khas dalam pencapaian tujuan pendidikan, bidang-bidang tersebut saling

melengkapi dan menunjang satu dengan yang lainnya. Seorang guru

pembimbing harus memiliki kemampuan yang baik yang dapat dalam

memberikan pelayanan.

Kebutuhan akan adanya tenaga Bimbingan dan Konseling di

(18)

dikarenakan banyaknya siswa SMA yang merasa bingung dengan peranannya

dalam pergaulan dengan orang lain, belajar dan penyesuaian diri terhadap diri

sendiri maupun dengan orang lain di sekitarnya. Seorang guru pembimbing

dapat dikatakan profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya apabila guru

pembimbing tersebut memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat

menunjang dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Selain itu

persyaratan lain yang harus dimiliki guru pembimbing adalah: idealnya guru

pembimbing tersebut seorang sarjana pendidikan jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan&Konseling atau seorang guru/tenaga pengajar

yang sudah mengikuti penataran mengenai Bimbingan dan Konseling dengan

memperoleh sertifikat khusus dibidang Bimbingan dan Konseling.

Program Bimbingan dan Konseling akan lebih efektif apabila ada

kesesuaian antara persepsi siswa mengenai pribadi seorang guru pembimbing

dan ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang ada dan diinginkan. Jika

persepsi siswa tentang guru pembimbing tidak sesuai dengan ciri-ciri

kepribadian guru pembimbing, maka pembimbingan tidak dapat berjalan

dengan efektif. Oleh karena itu SMA sebagai salah satu lembaga pendidikan

harus senantiasa berusaha untuk selalu meningkatkan kepribadian guru

pembimbing supaya pelayanan dalam bimbingan dapat berjalan dengan baik

dan sesuai dengan harapan.

Agar layanan Bimbingan dan Konseling tersebut efektif diperlukan

guru pembimbing sesuai dengan yang dianggap perlu oleh para siswa dan

sekolah. Pekerjaan guru pembimbing bukanlah suatu pekerjaan yang mudah

(19)

satu dengan yang lainnya memiliki latar belakang permasalahan yang

berbeda-beda.

Seorang guru pembimbing di dalam menjalankan tugasnya di SMA

haruslah memiliki kemampuan untuk selalu bisa berperan sebagai fasilitator

dalam membangkitkan semangat belajar, mampu bekerja sama dengan orang

lain dan mampu memberikan layanan konseling.

Keadaan ideal yang diharapkan adalah seorang guru pembimbing

memiliki ciri-ciri kepribadian yang sesuai dengan yang dianggap perlu oleh

siswa. Harapan-harapan yang dianggap perlu tersebut antara lain: guru

pembimbing hendaknya memiliki kepribadian yang menarik, kepercayaan,

penampilan diri yang menarik, mampu berhubungan dengan orang lain,

bertingkah laku yang sesuai, mampu mengontrol diri, memiliki wawasan luas,

kemampuan berempati, memiliki kedewasaan, intelegensi yang tinggi,

memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan.bisa memahami siswa. Dengan

demikian pelayanan dalam bimbingan yang diberikan baik itu secara klasikal

maupun individual diharapkan dapat tercapai. Dan diharapkan para siswa puas

atas pelayanan yang diberikan oleh guru pembimbing tersebut.

Bertolak dari tulisan di atas, peneliti sebagai calon guru pembimbing

tertarik untuk meneliti ciri-ciri kepribadian yang dianggap perlu oleh siswa.

Dengan harapan guru pembimbing bisa mengetahui kepribadian seperti apa

yang dianggap perlu oleh siswa dan berusaha untuk memiliki kepribadian

yang tersebut, sehingga kelak menjadi lebih siap dalam menjalankan tugas

sebagai seorang guru pembimbing yang profesional seperti yang diharapkan

(20)

adanya penelitian ini diharapkan siswa mempunyai pandangan baru mengenai

ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang nantinya dapat menunjang dalam

pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang bagaimanakah yang

dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran

2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri kepribadian

guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I

Surakarta tahun ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan demi

peningkatan mutu kepribadian guru pembimbing dalam memperbaiki

kualitas pelayanan bimbingan kepada para siswa.

2. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dipakai oleh kepala sekolah dalam menyeleksi

calon guru pembimbing di sekolahnya. Apabila kriteria penerimaan calon

(21)

pembimbing sekolah yang seharusnya dimiliki oleh guru pembimbing

sekolah, maka dapat diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah tersebut akan lebih efektif.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah informasi dan pemahaman baru bagi peneliti

mengenai ciri-ciri guru pembimbing baik yang perlu maupun yang tidak

diperlukan oleh siswa, sehingga peneliti lebih siap menghadapi

tugas-tugasnya kelak sebagai guru pembimbing di sekolah.

4. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam

penelitian yang serupa di sekolah ini.

E. Definisi Variabel

Berikut ini dirumuskan definisi operasional dan beberapa istilah yang

khusus dipakai dalam penelitian ini.

1. Ciri-ciri kepribadian :

Merupakan keadaan yang menggambarkan segala sifat dan tingkah laku

seseorang dalam kehidupan keseharia-harinya yang dapat membedakan

dirinya dengan orang lain.

2. Guru pembimbing adalah seorang pendidik professional yang secara

formal telah disiapkan dan dididik secara khusus untuk menguasai

seperangkat kompetensi yang diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan

(22)

3. Siswa adalah peserta dididik yang dijadikan subyek penelitian yang belajar

di SMA KRISTEN I kelas XI tahun ajaran 2006/2007.

4. Persepsi adalah proses menerima, memahami, dan mengorganisasikan,

serta menginterpretasikan adanya stimulus atau informasi yang diterima

oleh indera, sehingga individu dapat menyadari dan mengerti apa yang

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan

topik penelitian dan kiranya berguna untuk membantu memahami keseluruhan isi

penelitian yaitu:

A. Remaja

B. Bimbingan dan Konseling.

C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing

D. Persepsi Siswa SMA tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

A. Remaja

1. Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja dapat pula disebut sebagai masa peralihan dari masa

anak-anak menuju ke masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari

periode anak ke dewasa (Sarlinto Wirawan). Remaja terbagi dalam 2

periode yaitu periode masa remaja awal dan periode masa remaja akhir.

Pada masa remaja terjadi banyak perubahan-perubahan yang pesat.

Sulaiman (Grace, 2005:8) mengemukakan bahwa masa remaja disebut

sebagai masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam

berbagai segi remaja tersebut, yakni dalam segi fisik, intelektual, social,

mencapai kebebasan ekonomi, kematangan dalam beriman dan bertakwa,

(24)

Rentangan usia masa remaja akhir (untuk remaja Indonesia) adalah

antara 17 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 18 tahun samapai 22

tahun bagi pria. Dalam rentangan masa itu terjadi proses penyempurnaan

pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang telah

dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya adalah kesempurnaan

kematangan.

Hurlock (1992:206) mengatakan bahwa masa remaja terbagi dalam

beberapa usia yaitu remaja awal yang berusia 13-16/17 tahun, dan masa

remaja akhir berusia 16-17/18 tahun. Sedangkan siswa SMA termasuk

dalam masa remaja akhir dengan kisaran usia antara 16-17 /18 tahun.

Setiap fase perkembangan pada manusia, memiliki tugas-tugas

perkembangan yang harus diselesaikan dalam menjalani kehidupannya.

Begitu juga dengan remaja yang tentunya memiliki tugas-tugas

perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan pada masa

remaja akhir, antara lain: mengembangkan rasa tanggung jawab, sehingga

dapat melepaskan diri dari dari ikatan emosional yang kekanak-kanakan

dan membuktikan diri pantas diberi kebebasan yang sesuai bagi umurnya;

mempersiapkan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa;

memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita

(sexual roles) ; merencanakan masa depannya di bidang studi dan

pekerjaan, sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan

(25)

Nurihsan (2004) menyebutkan tugas perkembangan remaja akhir,

sebagai berikut:

1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta

kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita.

3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat.

4. Mengembangkan peguasaaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan

program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan

tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

5. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.

6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri

secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.

7. Mencapai kematangan gambaran kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta

apresiasi seni.

9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

Havighurst (Hurlock, 1992:9), mengatakan tugas perkembangan adalah:

“Tugas pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari keidupan individu, yang

jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kea rah keberhasilan

dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal,

menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas

(26)

Havighurst menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja,

yaitu:

1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman

sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis

kelamin lain.

2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing-masing.

3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya

seefektif-efektifnya dengan perasaan puas.

4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya.

5. Mencapai kebebasan ekonomi.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan lainnya.

7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga.

8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan bermasyarakat.

9. Memperlihatkan tingkah laku sosial yang dapat

dipertanggungjawabkan.

10.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakannya sebagai pandangan hidup.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja akhir antara lain; menerima keadaan

(27)

menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik

sesama jenis maupun lain jenis, memperoleh kepastian dalam hal

kebebasan pengaturan ekonomis, memperoleh kebebasan secara emosional

dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lainnya, memilih dan

mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja memiliki sejumlah ciri-ciri yang nampak dalam sikap

dan perilakunya. Terjadi perubahan-perubahan yang ekstrim dalam masa

remaja. Perubahan tersebut nampak dalam perubahan fisik, perubahan

psikologis dan perubahan intelegensinya. Setiap remaja tidak selalu sama

cirri-ciri pertumbuhannya. Pertumbuhan setiap remaja berbeda antara satu

dengan yang lain. Ada yang pertumbuhannya cepat namun ada pula yang

pertumbuhannya lambat. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena adanya

bebarapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

antara lain; adanya faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor kesehatan

dan faktor tekanan emosional remaja.

Hurlock (1992:207-209 dalam Grace, 2005), menyebutkan ciri-ciri pada

masa remaja yang membedakannya dengan periode sebelum dan

sesudahnya yang menjadi periode penting selama rentang kehidupan,

antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan.

(28)

5. Masa remaja sebagai masa mencari masalah.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

B. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan mengandung arti bantuan dari pembimbing kepada

orang-orang untyuk memahami dirinya dan lingkungannya, sehingga sanggup

mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar. Moegiadi (Winkel, 1997:66-67)

mengemukakan: Bimbingan dapat berati (1) suatu usaha untuk melengkapi

individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya

sendiri; (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu

untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala

kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis

pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan

menetapkan tujuan dengan tepat dan menyususn rencana yang realistis,

sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam

lingkungan di mana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau

pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri

sendiri,menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan

lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan

konsep dirinya sendiri dan tuntutan lingkungan.

Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua orang individu,

(29)

untuk mencapai pemahaman tentang diri konseli dalam kaitannya dengan

masalah yang tengah dihadapi.

Dari pengertian dapat disimpulkan bimbingan dan konseling adalah upaya

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,

supaya individu dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaaan

lingkungannya, keluarga, dan masyarakat serata kehidupan pada umumnya.

C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing 1. Pengertian Ciri-Ciri Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata dalam bahsa Inggris Personality

yang berasal dari kata Person (bahasa latin) yang berarti kedok atau

topeng. Kepribadian seseorang di dalamnya terdapat ciri-ciri yang khas

yang hanya dimiliki oleh seseorang, baik dalam arti kepribadian yang baik

ataupun yang kurang baik (Sujanto, 1984:10).

Menurut Kartono dan Gulo (1987:349), kepribadian merupakan

sifat tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain

;integritas karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat,

pendirian kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu

mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.

Kepribadian di sini mencakup segala sesuatu mengenai individu

dan sesuatu yang memberi tata tertib keharmonisan terhadap segala

macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu. Dengan

(30)

beraneka ragam namun khas yang dilakukan oleh individu

(Supratiknya,1993:27).

Winkel (1997:196) mengemukakan pandangan ciri-ciri kepribadian

dapat diartikan sebagai”segala sifat yang melekat pada pribadi seseorang

dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya”.

Dari pengertian-pengertian ciri-ciri kepribadian guru pembimbing

diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian guru pembimbing

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku, sifat, dan

perilaku individu yang dapat membedakannya dengan orang lain. Ciri-ciri

tersebut berbeda pada setiap individu sekalipun individu tersebut kembar

identik yang berasal dari satu induk telur. Hal ini dikarenakan

terbentuknya pola kepribadian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti faktor lingkungan dan faktor pengalaman awal dalam keluarga

yang membentuknya.

2. Pengertian Guru Pembimbing

Guru pembimbing dapat juga disebut sebagai seorang konselor

sekolah. Guru pembimbing merupakan petugas professional, dalam arti

formal ia mempunyai tugas, tanggung jawab, dan kewenangan dalam

memberikan konseling dan dididik secara khusus untuk mengusai segala

hal dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta

didik. Profesionalitas seorang guru pembimbing mengacu kepada sikap

para pembimbing terhadap profesinya dan derajat serta keahlian (seperti

ketrampilan, kepribadian, sikap, pengetahuan/wawasan bimbingan, dan

(31)

dalam melakukan tugas-tugas sebagai konselor. Oleh karena itu pekerjaan

bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang

karena dalam menjalankan tugas pembimbing/konselor dituntut memiliki

keahlian khusus.

Prayitno (1987), mengatakan bahwa guru pembimbing adalah

pejabat fungsional yang dituntut dapat menjalankan tugas-tugas

fungsionalnya, yaitu melaksanakan Bimbingan dan Konseling terhadap

peserta didiknya.

Sukardi (1985:19), menyatakan guru pembimbing adalah tenaga

professional, baik pria maupun wanita, yang mendapat pendidikan khusus

bimbingan dan konseling. Secara ideal berijazah sarjana dari FIP-IKIP

atau Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, atau jurusan program

studi yang sejenis.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru

pembimbing merupakan guru pembimbing yang ada di sekolah yang

ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, dan membantu

anak didiknya baik itu yang sedang bermasalah maupun yang tidak

bermasalah dan idealnya berijazah sarjana pendidikan bimbingan atau

seorang guru atau tenaga pengajar yang sudah mengikuti panataran

mengenai Bimbingan dan Konseling dengan memperoleh sertifikat khusus

dibidang Bimbingan dan Konseling.

3. Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Guru pembimbing di sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya

(32)

baik agar pelayanan bimbingan dapat berjalan dengan baik dan dari pihak

siswa tidak ada persepsi negatif yang dapat merugikan guru pembimbing

sekolah tersebut. Ciri-ciri kepribadian seorang guru yang baik nampak dari

cara kerja, dapat bertingkah laku sopan, bersikap ramah, jujur, dapat

menyimpan kerahasian klien, dan tidak bertopeng dalam kehidupan

sehari-harinya. Guru pembimbing harus mempunyai minat terhadap pekerjaannya

dan dalam menghadapi anak didiknya. Guru pembimbing harus memiliki

kemampuan untuk bertindak dan bersikap bijaksana terhadap anak

didiknya.

Menurut Prayitno (Sukardi, 1984:30-32) seorang guru pembimbing

hendaknya memperhatikan 10 hal yang berkaitan dengan kriteria ciri-ciri

kepribadian guru pembimbing, sebagai berikut:

1. Seorang guru pembimbing harus bertingkah laku yang wajar dan dapat

dicontoh.

2. Pembimbing harus memiliki emosi yang stabil, tenang, dan kalau

mungkin memberikan kesejukan batin terhadap suasana bimbingan

yang dicipatakan pembimbing.

3. Guru pembimbing dituntut untuk membantu binimbing agar mandiri.

4. Guru pembimbing hendaknya berbobot sebagai orang yang layak

dimintai bantuan.

5. Penampilan guru pembimbing hendaknya menampakan

integritas/keterpaduan kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan

(33)

6. Guru pembimbing hendaknya mampu mawas diri sendiri, mawas

terhadap lingkungan, dan mawas terhadap pribadi orang yang

dibimbingnya. Dengan demikian pembimbing akan menjadi orang

yang arif bijaksana.

7. Guru pembimbing juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki

dunia bimbingan dengan menampilkan pribadi-pribadinya tanpa

topeng tertentu; berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik dan

materi tertentu dengan segala resikonya.

8. Guru pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi.

9. Inteligensi guru pembimbing yang cukup tinggi ini akan

memungkinkan guru pembimbing untuk bernalar dengan baik dan

akan mampu memikirkan dan mengelola suasana yang dapat

mengubah tingkah laku binimbing.

10.Guru pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat

memunculkan gagasan yang bermanfaat.

Carkhuff (Gunawan, 1992:236-240) menyebutkan sifat

kepribadian dalam diri guru pembimbing/konselor yang dapat

menumbuhkan orang lain, yaitu:

1. Empati yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa

yang dirasakan dan dialami oleh binimbingnya dan

mengkomunikasikan persepsinya.

2. Respek yaitu menunjukkan secara tak langsung bahwa konselor

menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya

(34)

untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan dan kemauan sehingga

dapat membuat keputusannya sendiri.

3. Keaslian (Geuniness) yaitu kemampuan konselor menyatakan dirinya

secara bebas dan mendalam tanpa pura-pura, tidak bermain peran, dan

tidak mempertahankan diri.

4. Kekonkretan (Concreteness) yaitu pernyataan ekspresi yang khusus

mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Konselor akan selalu

memelihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan

mencegah konseli untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapinya.

5. Konfrontasi (Confrontation) dapat dilakukan jika terjadi kesenjangan

antara apa yang dikatakan saat itu dengan apa yang dikatakan

sebelumnya.

6. Kesanggupan (Potency) merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan

yang dinamis dan magnitis dari kualitas pribadi konselor sehingga

konselor mampu menguasai diri dan mampu menyalurkan

kompetensinya serta rasa aman pada konseli.

7. Kesiapan (Immediacy) sesuatu yang berhubungan dengan perasaan

diantara konseli dan konselor pada waktu kini dan disini. Tingkat

kesiapan yang tinggi terdapat pada diskusi dan analisis yang terbuka

mengenai hubungan antar pribadi yang terjadi antara konselor dan

konseli dalam situasi konseling.

8. Membuka diri (Self-Disclosure) yaitu penampilan perasaan, sikap,

(35)

konseli. Membuka diri hendaknya diterapkan dengan bijaksana dalam

waktu yang tepat dan pantas.

9. Aktualisasi diri (Self-Actualization) menunjukkan secara tak langsung

bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara

langsung karena ia mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk

mencapai tujuan hidup. Konselor yang mampu mengaktualisasikan

dirinya memiliki kemampuan mengadakan hubungan sosial yang

hangat, intim, dan secara umum mereka sangat efektif dalam hidupnya.

Seorang guru pembimbing/konselor sekolah yang professional

hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas yang dijelaskan

oleh Belkin (Winkel, 1997:198-199). Ciri-ciri kepribadian tersebut adalah:

1. Guru pembimbing/konselor mampu mengenal diri sendiri. Hal ini

ditandai dengan:

a. Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya

diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri

sendiri.

b. Percaya pada orang lain artinya mampu memberikan sesuatu dari

diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain.

c. Memiliki keteguhan hati artinya berani memberikan layanan

bimbingan dan berani mengambil resiko bahwa tidak selalu

mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa

(36)

2. Guru pembimbing/konselor sekolah mampu memahami orang lain. Hal

ini ditandai dengan keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir

yang kaku menurut keyakian/pandangan pribadi saja.

a. Terbuka hatinya berarti mampu mengikuti beraneka pandangan dan

perasaan klien. Terbuka juga berarti tidak mengambil sikap

mengadili orang lain meskipun dapat menilai tindakan dan

perbuatan orang menurut norma-norma moral yang obyektif.

Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan untuk menjadi peka

terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

b. Guru pembimbing/konselor sekolah hendaknya memiliki

kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan

menghayati perasaan orang lain seolah-seolah guru

pembimbing/konselor sekolah pada saat ini menjadi orang lain

tersebut, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan

kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini ditandai

dengan:

a. Guru pembimbing/konselor sekolah bertindak sejati dan berhati

tukus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau

sandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura.

b. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya

konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas

orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak

(37)

c. Mampu mendengarkan dengan baik artinya berusaha menangkap

apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali

makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.

d. Mampu menghargai orang lain, artinya guru pembimbing/konselor

sekolah mampu mendekati orang lain dan mau didekati orang lain,

dengan sikap positif dan kerelaan menerima orang lain seadanya.

Ciri-ciri kepribadian diatas didukung oleh pernyataan Sukardi

(Marcella, 2005:20) bahwa seorang guru pembimbing harus memiliki

kepribadian tertentu, diantaranya :

1. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik.

2. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara

baik dan lancar.

3. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.

4. Memiliki minat yang mendalam mengenai murid-murid dan

berkeinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada

mereka.

5. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial, dan fisik.

Belkin (dalam Marcella 2005:22-23) ada sembilan karakteristik

atau ciri kepribadian yang diharapkan dimiliki oleh konselor (dalam hal ini

ciri kepribadian yang diharapkan siswa dimiliki oleh guru pembimbing).

Kesembilan ciri tersebut adalah:

1. Konfrontasi, berarti menghadapkan persoalan pada klien, dengan

demikian klien akan mengerti secara jelas persoalan yang saat ini

(38)

2. Tulus, berarti konselor harus secara tulus dan ikhlas menolong klien

tanpa mengajukan persyaratan.

3. Jujur, berarti tidak berbohong, mengatakan hal yang sebenarnya.

4. Hangat, yaitu adanya resonansi psikologis yang dapat memberikan

kepuasaan pada kedua belah pihak.

5. Empati, berarti turut merasakan apa yang dihayati oleh klien,

memahami diri klien.

6. Jelas, maksudnya dalam konseling, konselor sebaiknya menggunakan

bahasa yang sederhana, mudah dimengerti oleh klien.

7. Polos, artinya tanpa prasangka atau memberikan”cap”pada klien.

8. Hormat, berarti memberikan penghargaan pada klien, memberikan

kebebasan pada klien untuk tumbuh berkembang mengembangkan

potensinya.

9. Positive regard, artinya penghargaan terhadap klien secara positif

konselor yakin bahwa klien mempunyai kemampuan untuk

menyelesaikan masalahnya sendiri.

Pada kenyataannya para siswa di sekolah memiliki pengalaman

yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal bimbingan. Hal ini

terjadi karena selain memiliki keinginan yang berbeda, juga karena

kuantitas dan kualitas pertemuan siswa dengan guru pembimbing yang

berbeda pula sehingga dapat mempengaruhi penilaian siswa terhadap

kepribadian guru pembimbing di sekolahnya. Oleh karena itu muncul

beberapa salah pengertian tentang bimbingan. Hal ini diungkapkan oleh

(39)

1. Bimbingan merupakan bantuan kepada murid yang salah suai.

Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan saja dan

mengabaikan sifat pencegahan dan pengembangan.

2. Bimbingan sama dengan pemberian nasihat. Pemberian nasehat berasal

dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi oleh pemberi nasehat

dan terdapat unsur pengarahan langsung yang cenderung bersifat

paksaan. Didalam bimbingan ada teknik pemberian nasehat tetapi

porsinya sangat kecil.

3. Pembimbingan bukanlah obat mujarab bagi segala masalah

pendidikan. Guru mengirim siswa kepada konselor karena sering

beranggapan bahwa pembimbingan dapat memecahkan semua

persoalan yang dialami oleh siswa.

4. Pembimbing di-cap sebagai hakim karena selalu memberikan sanksi

terhadap kesalahan siswa.

5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing diberi

beban untuk mendisiplinkan siswa. Hal ini jika dilakukan oleh guru

pembimbing maka akan mengurangi keakraban murid dengan guru

pembimbing dan mengaburkan peranan pembimbing di mata siswa.

6. Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing.

7. Pembimbing di-cap sebagai orang yang suka marah karena tidak jarang

dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah terhadap siswa.

(40)

Berikut ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diharapkan

dilihat dari segi pribadi, segi sosial, dan segi profesionalnya (Winkel,

1997; Prayitno, 1983; Ahmadi, 1997:48-49, Gunawan, 1992), antara lain:

1. Aspek personal/pribadi, merupakan sifat-sifat pribadi yang ada dalam

diri seorang guru pembimbing. Aspek personal terdiri dari:

a. Sifat-sifat kepribadian, antara lain : memiliki kesopanan, ramah,

sabar, baik hati, rendah hati, bijaksana, terbuka, penuh humoris,

jujur, supel, dan mampu mengenal dirinya sendiri.

b. Kepercayaan, antara lain : guru pembimbing tersebut memiliki rasa

percaya diri yang tinggi terhadap kelebihan dan kekurangan yang

ada pada dirinya sendiri. Adanya rasa percaya diri yang tionggi

akan mendukung guru pembimbing tersebut tidak mudah untuk

menyerah dalam menghadapi tantangan.

c. Penampilan diri, antara lain : cara berpakaian yang sopan, mampu

menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, serta berpenampilan

apa adanya.

2. Aspek sosial, yaitu yang berkenaan dengan interaksi antara guru

pembimbing dengan orang lain. Aspek ini terdiri dari:

a. Kemampuan berhubungan dengan orang lain

Kemampuan berhubungan dengan orang lain antaranya memiliki

kemampuan dalam berkomunikasi. Baik itu komunikasi terhadap

binimbing maupun terhadap orang lain. Kemampuan komunikasi

ini diharapkan konselor mampu mendengarkan dengan baik,

(41)

dengan siswanya, serta dalam berkomunikasi konselor harus dapat

menjawab pertanyaan konseli. Ketika berhubungan dengan orang

lain guru pembimbing juga dituntut untuk mampu bekerja sama

dengan siapa saja dan dapat berpegang pada kode etik jabatannya

pada status lembaga pendidikan tempat ia bekerja.

b. Tingkah Laku

Sebagai guru pembimbing hendaknya memiliki tingkah laku yang

tepat sesuai dengan situasi dan memiliki keluwesan dalam

berperilaku yang cakap dalam memilih strategi bimbingan. Oleh

karena itu seorang guru pembimbing hendaknya dalam

keseharian-hariannya dapat bertingkah laku sewajarnya tanpa dibuat-buat dan

memiliki sopan santun yang dapat mencerminkan kepribadiannya.

c. Pengontrolan Diri

Seorang guru pembimbing dalam kesehariannya tentunya akan

berjumpa dengan orang yang berbeda-beda, sehingga ia harus

dapat mengendalikan keadaannya terhadap berbagai situasi yang

ada pada lingkungannya. Diharapkan guru pembimbing ketika

berhubungan dengan orang lain dapat mengontrol situasi yang

tegang menjadi santai dan tidak mudah terbawa oleh suasana yang

memanas.

3. Aspek professional, artinya seorang guru pembimbing memerlukan

kepandaian khusus agar dapat menjalankan tugasnya. Aspek ini terdiri

(42)

a. Tanggung jawab dalam pekerjaan

Seorang guru pembimbing yang memiliki kecintaan terhadap

tugasnya dan anak didiknya akan membawa kepercayaan dari anak

didiknya. Sebab tanpa adanya kepercayaan dari anak didik,

tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas-tugasnya

dengan baik. Guru pembimbing yang bertanggung jawan pada

tugasnya tentunya ia mengerti dan mengakui batas-batas

kemampuan dan keahliannya ketika menghadapi masalah siswa.

Maka, aneka kasus yang jatuh di luar lingkup wewenang konselor

harus diserahkan kepada tenaga lain yang berwenang.

b. Wawasan luas

Berwawasan yang luas sangat dibutuhkan oleh seorang konselor

karena nantinya akan membantu siswa dalam pemberian berbagai

informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan dapat menggunakan

wawasannya untuk memberikan materi mengenai dunia bimbingan

dan konseling.

c. Empati

Empati yang dimiliki oleh konselor dapat membantu konselor

dalam proses konseling pada penyatuan hati agar mudah menagkap

dan mengerti pikiran dan perasaan yang dialami oleh binimbing.

Penyatuan ini dapat memberikan suatu pengalaman bagi konselor

dalam memahami perasaan seseorang yang unik dan berbeda satu

(43)

d. Kedewasaan

Seorang guru pembimbing diharapkan mampu bersikap dewasa,

artinya ada kemantapan atau kestabilan di dalam psikologinya dan

terutama dalam segi emosinya. Hal ini diharapkan karena nantinya

dapat menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah

dan mampu menempatkan diri di lingkungannya.

e. Inteligensi

Inteligensi yang cukup tinggi akan memungkinkan guru

pembimbing untuk bernalar, berpendapat, dapat memahami seluruh

tingkah laku manusia, dan mampu membantu siswa dalam

memberikan alternatif-alternatif pilihan dalam menyelesaikan

masalah.

Idealnya seorang guru pembimbing memiliki ketiga aspek

tersebut di atas. Seorang guru pembimbing yang efektif harus mau

menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya

sendiri pada situasi yang mengandung banyak resiko, baik resiko

pribadi, perasaan, baik yang menyangkut hubungannya dengan

orang lain maupun jabatan. Maka menjadi seorang guru

pembimbing harus menyiapkan diri untuk berfungsi sebagai

seorang pribadi yang utuh dan terbuka serta dalam melaksanakan

tugasnya sebagai seorang guru pembimbing tidak semata-mata

berdasarkan aturan yang telah dipersiapkan. Namun dapat juga

terjadi bahwa hal-hal yang ideal tersebut tidak dapat terwujud,

(44)

kepribadian dari seorang guru pembimbing yang diinginkan atau

diharapkan tidak terpenuhi, sehingga memungkinkan penilaian

yang keliru pada siswa mengenai pelayanan bimbingan.

D. Persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian guru pembimbing/konselor baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

1. Pengertian Persepsi

Dalam batas tertentu setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda

terhadap guru pembimbing/konselor sekolah dari layanan bimbingan yang

diselenggarakan oleh sekolah. Perbedaan persepsi siswa tersebut juga

dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain

yang dilihat ketika berhadapan langsung dengan orang lain.

Ursula Nuwa (Mulyono 1978;22) persepsi adalah pandangan,

pengamatan, atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah

laku manusia dan hal-hal yang ditemuinya dalam hidup sehari-hari.

Menurut Kartono dan Gulo (1987:343), mengungkapkan persepsi,

penglihatan, tanggapan merupakan proses dimana seseorang menjadi sadar

akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang

dimilikinya; pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi

data indera.

Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang sampai rangsang

sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi bukan sekedar

penginderaan, melainkan meliputi pada” penafsiran pengalaman yang

(45)

penghayatan langsung oleh seorang pribadi sebagai suatu persiapan ke

perilaku konkret. Persepsi bukan ditentukan oleh benda yang memberikan

rangsang, melainkan”oleh karakteristik orang yang memberikan tanggapan

pada rangsang itu” (Rahmat,1986:69).

Dari definisi-definisi persepsi diatas dapat diartikan persepsi

sebagai proses penginderaan individu untuk memahami apa yang

diterimanya dari stimulus-stimulus yang ada dan proses interpretasi yang

mengorganisasikan informasi serta mempunyai arti tersendiri. Tanggapan

individu dapat berupa pendapat, sikap dan tingkah laku. Persepsi diberikan

kepada obyek, baik orang, benda, kejadian, tingkah laku, atau hal-hal yang

ditemui setiap hari. Persepsi bersifat subyektif, karena adanya perbedaan

tanggapan terhadap obyek yang sama oleh indinidu yang satu dengan yang

lainnya, sesuai dengan karakteristik dalam dirinya.

2. Persepsi Siswa SMA Tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Setiap siswa memiliki pola dan cita rasa yang berbeda ketika ia

mengamati sesuatu hal yang ditangkap melalui inderanya. Sehingga setiap

individu yang satu dengan yang lain memiliki persepsi/anggapan yang

berbeda-beda, khususnya mengenai ciri-ciri kepribadian. Ciri-ciri

kepribadian guru pembimbing/konselor sekolah yang dianggap perlu dapat

berbeda-beda dalam persepsinya, tergantung dari sudut pandang setiap

siswanya terhadap guru pembimbing/konselor di sekolahnya.

Pengalaman dari masing-masing siswa di sekolah tentunya

(46)

dengan yang lain. Hal dapat terjadi karena masing-masing siswa memiliki

kemampuan yang berbeda dalam memahami bimbingan dan konseling.

Oleh karena itu memunculkan berbagai konsep mengenai ciri-ciri

kepribadian guru pembimbing yang positif maupun konsep ciri-ciri

kepribadian guru pembimbing yang negatif tergantung dari siswanya

dalam memberikan penilaian terhadap guru pembimbing.

Winkel (1997), mengemukakan tentang kenyataan persepsi negatif

terhadap guru pembimbing, antara lain:

1. Siswa tidak memahami hakekat pelayanan bimbingan.

2. Siswa memandang konselor sebagai satpam/polisi sekolah.

3. Siswa enggan menghadapi konselor karena mengira akan dimarahi,

lebih-lebih dipanggil.

4. Siswa takut berhadapan lansung dengan konselor karena kuatir akan

kena sindiran”anak bermasalah”.

5. Siswa kurang percaya terhadap konselor dalam menghapi masalah

yang bersifat pribadi dan siswa takut rahasianya dibocorkan ke orang

lain.

Ciri kepribadian guru pembimbing yang negatif merupakan suatu

yang tidak diharapkan, sedangkan ciri kepribadian yang baiklah yang

diharapkan oleh semua pihak. Untuk menjadi guru pembimbing/konselor

sekolah setidaknya memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat

mendukung tujuan efektifitas kerjanya sebagai guru pembimbing/konselor.

Setidaknya seorang guru pembimbing memiliki kepribadian seperti

(47)

menarik, memiliki kepercayaan dari siswa dan orang lain, berpenampilan

menarik, mampu menjalin hubungan yang baik, harmonis dengan orang

lain, bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku

dalam lingkungan di sekolah maupun lingkungan diluar sekolah, mampu

mengontrol diri dalam situasi apapun, memiliki wawasan yang luas,

memiliki kemampuan berempati hal tersebut sangat penting sebagai dasar

dalam memberikan layanan bimbingan pribadi, memiliki kedewasaan,

memiliki intelegensi yang tinggi dan memiliki tanggung jawab dalam

pekerjaan.

Perlu diingat pula bahwa kepribadian seseorang itu bukan bawaan

sejak lahir melainkan kepribadian setiap orang dapat dibentuk dimana ia

tinggal di lingkungan ia bersosialisasi dari bayi sampai dimana ia mampu

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas jenis penelitian, populasi penelitian,

sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas

XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007, oleh sebab itu

penelitian ini termasuk jenis penelitian deskripsif melalui survei. Penelitian

deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi mengenai gejala pada

saat penelitian dilakukan, sehingga penelitian deskriptif ini bertujuan untuk

melukiskan variabel atau kondisi apa adanya dalam suatu kondisi dan situasi

tertentu atau pada saat penelitian tersebut dilakukan. Menurut Furchan

(1982:415), penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan

keadaan gejala yang apa adanya.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA KRISTEN I

Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

(49)

(Arikunto,1997:108). Karena penelitian ini hanya menggunakan sebagian dari

populasi maka dapat disebut sebagai penelitian sampel. Adapun rincian

jumlah siswa kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA tahun ajaran

2006/2007, sebagai berikut:

Tabel 1

Data siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007

Kelas L P Jumlah Siswa

XI A1 13 15 28

XI A2 12 15 27

XI S1 10 26 36

XI S2 18 17 35

XI S3 17 18 35

Jumlah 70 91 161

C. Sampel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena hanya meneliti

sebagian saja dari seluruh responden yang ada. Sampel penelitian diambil dari

jumlah populasi penelitian yang ada di SMA KRISTEN I SURAKARTA.

Jumlah kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA secara keseluruhan terdiri

dari 5 kelas, 2 kelas IPA dan 3 kelas IPS dengan jumlah siswa sebanyak 161

orang siswa, namun peneliti hanya mengambil tiga kelas, sebagai sampel

penelitian Kelas XI A2: 27 siswa, kelas XI S2: 35 siswa, kelas XI S3:35

siswa, dengan total keseluruhan 97 siswa.

Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling

(50)

sampling adalah sampel yang terdiri sekelompok anggota yang terpilih lewat

acak , bukan sample yang dipilih secara individual (Mohamad Ali, 1985:67).

Cara pengambilan sampel menurut teknik cluster random sampling adalah

sebagai berikut: pertama-tama peneliti menyiapkan lintingan kertas yang

bertuliskan nama-nama kelas XI di kelas SMA KRISTEN I SURAKARTA.

Kedua, peneliti mengocok/mengundi lintingan kertas tersebut sehingga

mendapatkan tiga kertas lintingan kelas dari XI yang nantinya akan dipakai

sebagai sampel penelitian. Ketiga setelah mendapatkan nama-nama kelas XI

yang menjadi sampel penelitian kemudian peneliti menyebarkan kuesioner

penelitian kepada siswa kelas tersebut.

Dasar pertimbangan menggunakan penelitian cluster random

sampling karena: 1) seluruh jumlah siswa XI di SMA KRISTEN I Surakarta

terdiri dari 5 kelas pararel, 2 kelas IPA dan 3 kelas IPS. Yang menurut peneliti

jumlah tersebut cukup besar. Meskipun memungkinkan untuk diteliti

semuanya, namun peneliti hanya mengambil 3 kelas untuk sampel.

Diharapkan 3 kelas tersebut dapat mewakili gambaran umum mengenai

ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI

SMA KRISTEN I Surakarta. 2) Kelas XI dipilih sebagai sampel, karena siswa

kelas XI sudah mengenal layanan guru pembimbing. 3) SMA KRISTEN I

Surakarta memiliki guru pembimbing.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berbentuk kuesioner untuk mengungkap

(51)

disusun oleh Florensia Grace, 2000 dan dimodifikasi ada penambahan

beberapa item oleh peneliti. Kuesioner ini disusun berdasarkan aspek-aspek

ciri-ciri kepribadian guru pembimbing, yaitu:1) aspek personal/pribadi, 2)

aspek sosial, 3) aspek profesionalitas. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama memuat tujuan kuesioner, petunjuk cara mengisi kuesioner,

dan identitas subjek. Bagian kedua kuesioner memuat pernyataan-pernyataan

yang berisi mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing. Jenis kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner yang bersifat tertutup, artinya kuesioner

tersebut berisi tentang pernyataan-pernyataan yang alternatif jawabannya

sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai

dengan yang dianggap perlu. Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang

berkaitan dengan kuesioner:

1. Skala pengukuran ciri-ciri kepribadian guru pembimbing

Metode yang digunakan dalam skala ciri-ciri kepribadian guru

pembimbing adalah metode skoring yang dijumlahkan (Summated

Ratings), dengan skala Likert. Skala Likert mulai dengan serangkaian

pernyataan yang masing-masing mengungkapkan sikap yang jelas kurang

baik atau baik. Skala tersebut memuat lima kategori jawaban, yaitu:

kategori “Sangat Perlu”, “Perlu” “Ragu-ragu,”Tidak Perlu”, “Sangat

Tidak Perlu” skor untuk item pernyataan positif (favourable)

berturut-turut 5,4,3,2,1 dan kategori “Sangat Perlu”, Perlu”,”Ragu-ragu”, “Tidak

Perlu”, “Sangat Tidak Perlu” untuk pernyataan negatif (unfavourable)

(52)

2. Indikator ciri-ciri kepribadian guru pembimbing

Indikator yang digunakan untuk menyusun kuesioner ciri-ciri kepribadian

guru pembimbing terdiri dari tiga aspek. Ketiga aspek tersebut

berdasarkan ciri-ciri kepribadian guru pembimbing menurut Winkel

(1997), Prayitno (1984), Ahmadi (1997), Gunawan (1992), antara lain: 1)

Aspek Pribadi/personal dengan indikator-indikator sifat kepribadian,

kepercayaan, dan penampilan diri. 2) Aspek Sosial dengan

indikator-indikator komunikasi antar-pribadi, hubungan dengan orang lain, tingkah

laku, dan pengontrolan diri. 3) Aspek Profesional dengan

indikator-indikator tanggung jawab pekerjaan, berwawasan luas, kemampuan

berempati, kedewasaan, dan intelegensi. Kisi-kisi yang mengungkap aspek

ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diuji cobakan dapat dilihat

pada tabel 2.

3. Pelaksanaan uji coba kuesioner

Kuesioner ini diujicobakan terlebih dahulu di SMA KRISTEN I Surakarta.

Tes uji coba melibatkan para siswa di SMA KRISTEN I Surakarta, kelas

XI A1 dengan jumlah siswa 28 orang siswa dan kelas XI S1 dengan

jumlah siswa 36 orang siswa. Uji coba dilaksanakan pada hari Rabu

tanggal 3 Januari 2007 pada jam pulang sekolah. Dari 64 siswa yang

dilibatkan dalam uji coba penelitian, 10 siswa tidak mengikuti. Jadi jumlah

siswa yang dilibatkan dalam uji coba penelitian sebanyak 54 siswa.

Dengan rincian kelas XI S1 32 siswa; kelas XI A1 22 siswa. Item dalam

kuesioner berjumlah 80 butir item yang terdiri dari 57 item positif dan 23

(53)

mengenai butir-butir item yang valid dan reliabel, sehingga item-item yang

valid dan reliabel, dapat digunakan oleh peneliti untuk penelitian yang

sesungguhnya.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang Diuji Cobakan

Aspek ciri-ciri kepribadian

(54)

4. Validitas dan reliabilitas kuesioner ciri-ciri kepribadian guru

pembimbing

a. Validitas

Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakuka fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen (Arikunto,1997:144).

Sejalan dengan pendapat tersebut validitas berhubungan

dengan sejauhmana suatu alat mampu mengukur yang seharusnya

diukur (Masidjo, 1995). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa sebuah alat dapat dikatakan valid jika alat ukur tersebut

dapat mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Validitas terdiri dari : (1) validitas isi yaitu suatu validitas

yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur

mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan, (2) validitas

kontruksi atau konsep yaitu validitas yang menunjukkan sampai di

mana isi suatu tes alat pengukur sesuai dengan konsep yang

seharusnya menjadi isi tes atau kontruks teoritis yang mendasari

disusunnya alat pengukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu suatu

validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara alat

pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria

(55)

Validitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah

validitas konstruk. Alasan menggunakan validitas konstruk, karena

konstruksi kuesioner dalam penelitian ini mengikuti konstruk

utama/teoritik yang dikemukakan oleh Winkel (1997), Prayitno

(1984), Ahmadi(1997), Gunawan (1992), yakni: 1) Aspek

Pribadi/personal, 2) Aspek Sosial, dan 3) Aspek Profesional.

Proses pengujian dilakukan dengan cara menganalisa setiap item

dalam masing-masing aspek dari ciri-ciri kepribadian guru

pembimbing yang diinginkan para siswa dengan mengkorelasikan

skor-skor item (X) dengan total skor setiap aspeknya (Y).

Perhitungan validitas menggunakan teknik korelasi Product

MomentPearson (Masidjo, 1995:246) dengan rumus sebagai berikut:

rxy =

(

)( )

rxy = Koefisien Validitas Item X = Skor per Item

Y = Skor total item-item per Aspek dimana X berada

N = Banyaknya subjek

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi

skor pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data uji coba.

(56)

program SPSS (Statistical Programme for Sosial Science) for Windows

versi 11,0 agar lebih efektif dan efisien.

Hasil pengolahan uji validitas masing-masing item kuesioner

dibandingkan dengan mengkonsultasikannya dengan tabel r Product

Moment dari Pearson. Penentuan koefisien korelasi butir-butir item

menggunakan kriteria dari Azwar (2003) yang mengatakan bahwa untuk

skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimum

0,30. Dengan demikian item yang koefisien korelasinya < dari 0,30

dinyatakan tidak valid sehingga tidak dapat digunakan sebagai item/butir

alat pengumpul data. Koefisen korelasi yang > atau = 0,30 dinyatakan

valid atau dapat digunakan sebagai item/butir alat pengumpul data.

Berdasarkan hasil perhitungan 80 item kuesioner, maka diperoleh

78 item yang valid dengan mempertimbangkan 2 item yang diselamatkan

dengan memperbaiki bahasanya. Hasil rekapitulasi uji coba kuesioner

dapat dilihat dalam tabel 3. Hasil perhitungan taraf validitas dapat dilihat

dalam lampiran tabel 3.

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Item

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+5

Referensi

Dokumen terkait