YANG DIANGGAP PERLU OLEH SISWA KELAS XI SMA KRISTEN I SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2006/2007
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Sunarni NIM : 011114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Learn for yesterday, life for today, hope for tomorrow. The important thing is not to
stop question.
(belajarlah dari hari kemarin, hiduplah untuk hari ini, berharaplah untuk hari esok.
Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti bertanya.)
(Albert Einstein)
Saya hanyalah satu,
Saya tidak bisa melakukan semuanya, tetapi saya masih bisa melakukan sesuatu.
Dan karena saya tidak bisa melakukan semuanya,
Saya tidak akan menolak untuk melakukan sesuatu yang bisa saya lakukan.
(Edward Everett Hale)
Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan impian-impian mereka.
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilimiah.
Yogyakarta, 23 April 2009 Penulis
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN GURU PEMBIMBING YANG DIANGGAP PERLU OLEH SISWA KELAS XI
SMA KRISTEN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Sunarni 011114021
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2009
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana penelitian ini menggambarkan apa adanya pada saat peneltian itu dilaksanakan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 dengan jumlah sampel sebanyak 87 siswa dengan menggunakan Cluster Random Sampling.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang diambil dari alat pengumpul data yang disusun oleh Florencia Grace dan ada penambahan serta modifikasi beberapa item. Alat ini disusun berdasarkan aspek-aspek dari Winkel ( 1997 ), Prayitno (1984 ), Ahmadi (1997), Gunawan ( 1992). Aspek-aspek tersebut antara lain: 1). Aspek pribadi, 2). Aspek social, 3). Aspek professional. Jumlah keseluruhan item untuk penelitian berjumlah 78 item yang terdiri dari 55 item positif dan 23 item negatif.
Teknik analisis datanya adalah menghitung frekuensi, persentase, dan penetapan susunan peringkat dengan mengacu pada rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Penggolongan tingkat frekuensi ada 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.
Hasil dari penelitian mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 adalah: 1) Sangat perlu (46,74%) untuk indikator sifat kepribadian, 2) Perlu (40,99%) untuk indikator kepercayaan, 3) Perlu (39,08%) untuk indikator penampilan diri, 4) Perlu (45,83%) untuk indikator hubungan dengan orang lain, 5) Perlu (48,04%) untuk indikator tingkah laku, 6) Perlu (46,45%) untuk indikator pengontrolan diri, 7) Sangat perlu (47,70%) untuk indikator tanggung jawab pekerjaan, 8) Perlu (44,82%) untuk indikator wawasan luas, 9) Perlu (50%) untuk indikator kemampuan berempati, 10) Perlu (51,72%) untuk indikator kedewasaan, 11) Perlu (47,12%) untuk indikator intelegensi.
THE PERSONALITY CHARACTERISTICS OF THE COUNSELOR TEACHER IMPORTANT FOR THE XI GRADE STUDENTS OF SMA
KRISTEN I SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2006/2007
Sunarni 011114021
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The aim of this research was for knowing the description the personality characteristic of counselors teacher important of the Grade XI Students of SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 academic year.
This descriptive study described the real conditions on the time when the study was performed. The populations were the XI Grade students SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 academic year. The number of sample is 87 by using Cluster Random Sampling.
The instruments of the research was questionnaires that was obtained from gathering data method that arranged by Florencia Grace and then it developed and modified item by the researcher using the aspects of Winkel (1997), Prayitno (1984), Ahmadi (1997), and Gunawan (1992). These aspects included 1) personal aspect, 2) social aspect, and 3) professional aspect. Total 78 items consisted of 55 positive and 23 negative items.
The data analysis technique was calculating the frequency, percentage and rank which refers to the Assessment of Standard Reference of Type I. There were 5 levels of frequency grouping: very high, high, sufficient, low, and very low.
The results showed that concerning important for the XI Grade Students of SMA Kristen I Surakarta of the 2006/2007 Academia Year about the personality characteristic of counselor teachers: (1) very significant (46,74%) for the indicator of personality; (2) significant (40,99%) for the indicator of trustworthiness; (3) significant (39,08%) for the indicator of self-appearance; (4) significant (45,83%) for the indicator of relationship with others; (5) significant (48,04%) for the indicator of conduct; (6) significant (46,45%) for the indicator self-control; (7) very significant ( 47,70%) for the indicator of job responsibility; (8) significant (44,82%) for the indicator of well-informed; (9) significant (50%) for the indicator of empathy; (10) significant (51,72%) for the indicator of maturity; (11) significant (41,12%) for the indicator of intelligence.
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sunarni
Nomor Mahasiswa : 011114021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang Dianggap Perlu oleh Siswa Kelas XI SMA Kristen I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Mei 2009
Yang menyatakan
Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala bimbingan, dukungan dan perlindungan Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran 2006/2007”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis percaya bahwa semua itu tidak terlepas dari bimbingan, saran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M,Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membantu penulis dalam urusan pendidikan dan membantu penulis dalam administrasi dari proses pembuatan sampai selesainya skripsi ini.
2. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing pertama yang dengan penuh kesabaran dan pengertiannya yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, pikiran, waktu dan tenaga kepada penulis hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Almarhum Bapak Drs. A. Samana, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, saran, pikiran dan waktunya kepada penulis hingga tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak Drs. RHDJ. Sinurat, MA, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
yang selama ini telah memberikan ilmunya kepada penulis. Satu harapan semoga ilmu-ilmu yang telah penulis dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk hidup dan masa depan.
7. Bapak Drs. Djoko Hari, selaku humas SMA KRISTEN I SURAKARTA yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.
8. Para siswa kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA Tahun Ajaran 2006/2007, yang dengan ikhlas membantu dalam mengisi instrument pengumpulan data.
9. Bapak dan (almarhumah) ibu untuk segala cinta, kasih sayang, perhatian, semangat dan doa yang tiada henti-hentinya.
10.(almarhumah kakakhu Boni), Harni, Sulis, Jazzcool makasih untuk semua dukungan, perhatian dan kasih sayang kalian kepadaku.
11.Pak Ino dan mami terima kasih atas bantuan dan dukungannya yang selalu diberikan buat aku.
12.Ngatini dan Adek terima kasih buat dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan.
13.Jocis (Johan dan Siska) 2 keponakan yang selalu mengisi hari-hariku jadi penuh warna. Aku sayang kalian berdua.
14.Maya, Aik, Nur yang selalu ada buat aku, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini, dukungan, semangat dan saran-sarannya saat aku dalam masalah. Kalian bertiga lebih dari sahabat buat aku, jangan lupa persahabatan kita. Aku sayang kalian.
15.Andhy yang selalu menyemangati aku untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat kebersamaan kita. 16.Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat hasil Penelitian... 4
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Remaja ... 7
1. Tugas Perkembangan Remaja ... 7
2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 11
B. Bimbingan dan Konseling... 12
C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 13
1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian ... 13
2. Pengertian Guru Pembimbin ... 14
1. Pengertian Persepsi ... 28
2. Persepsi Siswa SMA tentang Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32
A. Jenis Penelitian... 32
B. Populasi Penelitian ... 32
C. Sampel Penelitian... 33
D. Instrumen Penelitian ... 34
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 43
1. Tahap Persiapan ... 43
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Analisis Data... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Hasil Penelitian ... 48
B. Pembahasan... 53
BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN ... 59
A. Ringkasan... 59
B. Kesimpulan ... 61
C. Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
Halaman
Tabel 1. Data siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun
ajaran 2006/2007 ... 33 Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru pembimbing
yang diuji cobakan... 37 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Item40
Tabel 4. Daftar Korelasi Reliabilitas ... 42 Tabel 5. Distribusi Item Skala ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing
untuk penelitian ... 44 Tabel 6. Penggolongan Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang
dianggap perlu oleh Siswa Kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta
Tahun Ajaran 2006/2007... 47 Tabel 7. Persentase dan Frekuensi Setiap Kategori Jawaban dari
masing-masing Indikator Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang dianggap perlu oleh Siswa
kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 48
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hasil Perolehan masing-masing Aspek Ciri-ciri Kepribadian
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing
yang dianggap perlu oleh siswa Kelas XI SMA KRISTEN I
Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 66 Lampiran 2. Skor Uji coba Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing ... 75 Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Validitas Item Per Aspek Kuesioner
Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing... 79 Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 84 Lampiran 5. Tabulasi Skor Penelitian... 85 Lampiran 6. Hasil Perhitungan Untuk Melihat Prosentase
Aspek-aspek Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa Kelas XI SMA KRISTEN I
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Program Bimbingan dan Konseling dewasa ini sudah cukup
berkembang di sekolah-sekolah, setiap jenjang pendidikan dewasa ini telah
memiliki program bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat
menunjang dalam kegiatan pembelajaran terutama di jenjang pendidikan
SMA. Sekolah yang ingin mencapai perkembangan yang optimal kepada anak
didiknya, hendaknya memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan
bermutu serta sesuai dengan perkembangan zaman dewasa ini. Winkel (1997)
mengatakan bahwa yang termasuk pendidik adalah pengajar, pelatih,
administator, dan pembimbing. Dalam kegiatan pendidikan sekolah sendiri
terdapat 4 bidang utama, yaitu: bidang pengajaran, bidang pelatihan, bidang
administrasi, dan bidang bimbingan. Keempat bidang tersebut memiliki fungsi
yang khas dalam pencapaian tujuan pendidikan, bidang-bidang tersebut saling
melengkapi dan menunjang satu dengan yang lainnya. Seorang guru
pembimbing harus memiliki kemampuan yang baik yang dapat dalam
memberikan pelayanan.
Kebutuhan akan adanya tenaga Bimbingan dan Konseling di
dikarenakan banyaknya siswa SMA yang merasa bingung dengan peranannya
dalam pergaulan dengan orang lain, belajar dan penyesuaian diri terhadap diri
sendiri maupun dengan orang lain di sekitarnya. Seorang guru pembimbing
dapat dikatakan profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya apabila guru
pembimbing tersebut memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat
menunjang dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Selain itu
persyaratan lain yang harus dimiliki guru pembimbing adalah: idealnya guru
pembimbing tersebut seorang sarjana pendidikan jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan&Konseling atau seorang guru/tenaga pengajar
yang sudah mengikuti penataran mengenai Bimbingan dan Konseling dengan
memperoleh sertifikat khusus dibidang Bimbingan dan Konseling.
Program Bimbingan dan Konseling akan lebih efektif apabila ada
kesesuaian antara persepsi siswa mengenai pribadi seorang guru pembimbing
dan ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang ada dan diinginkan. Jika
persepsi siswa tentang guru pembimbing tidak sesuai dengan ciri-ciri
kepribadian guru pembimbing, maka pembimbingan tidak dapat berjalan
dengan efektif. Oleh karena itu SMA sebagai salah satu lembaga pendidikan
harus senantiasa berusaha untuk selalu meningkatkan kepribadian guru
pembimbing supaya pelayanan dalam bimbingan dapat berjalan dengan baik
dan sesuai dengan harapan.
Agar layanan Bimbingan dan Konseling tersebut efektif diperlukan
guru pembimbing sesuai dengan yang dianggap perlu oleh para siswa dan
sekolah. Pekerjaan guru pembimbing bukanlah suatu pekerjaan yang mudah
satu dengan yang lainnya memiliki latar belakang permasalahan yang
berbeda-beda.
Seorang guru pembimbing di dalam menjalankan tugasnya di SMA
haruslah memiliki kemampuan untuk selalu bisa berperan sebagai fasilitator
dalam membangkitkan semangat belajar, mampu bekerja sama dengan orang
lain dan mampu memberikan layanan konseling.
Keadaan ideal yang diharapkan adalah seorang guru pembimbing
memiliki ciri-ciri kepribadian yang sesuai dengan yang dianggap perlu oleh
siswa. Harapan-harapan yang dianggap perlu tersebut antara lain: guru
pembimbing hendaknya memiliki kepribadian yang menarik, kepercayaan,
penampilan diri yang menarik, mampu berhubungan dengan orang lain,
bertingkah laku yang sesuai, mampu mengontrol diri, memiliki wawasan luas,
kemampuan berempati, memiliki kedewasaan, intelegensi yang tinggi,
memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan.bisa memahami siswa. Dengan
demikian pelayanan dalam bimbingan yang diberikan baik itu secara klasikal
maupun individual diharapkan dapat tercapai. Dan diharapkan para siswa puas
atas pelayanan yang diberikan oleh guru pembimbing tersebut.
Bertolak dari tulisan di atas, peneliti sebagai calon guru pembimbing
tertarik untuk meneliti ciri-ciri kepribadian yang dianggap perlu oleh siswa.
Dengan harapan guru pembimbing bisa mengetahui kepribadian seperti apa
yang dianggap perlu oleh siswa dan berusaha untuk memiliki kepribadian
yang tersebut, sehingga kelak menjadi lebih siap dalam menjalankan tugas
sebagai seorang guru pembimbing yang profesional seperti yang diharapkan
adanya penelitian ini diharapkan siswa mempunyai pandangan baru mengenai
ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang nantinya dapat menunjang dalam
pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang bagaimanakah yang
dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran
2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri kepribadian
guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I
Surakarta tahun ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan demi
peningkatan mutu kepribadian guru pembimbing dalam memperbaiki
kualitas pelayanan bimbingan kepada para siswa.
2. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dipakai oleh kepala sekolah dalam menyeleksi
calon guru pembimbing di sekolahnya. Apabila kriteria penerimaan calon
pembimbing sekolah yang seharusnya dimiliki oleh guru pembimbing
sekolah, maka dapat diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah tersebut akan lebih efektif.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah informasi dan pemahaman baru bagi peneliti
mengenai ciri-ciri guru pembimbing baik yang perlu maupun yang tidak
diperlukan oleh siswa, sehingga peneliti lebih siap menghadapi
tugas-tugasnya kelak sebagai guru pembimbing di sekolah.
4. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam
penelitian yang serupa di sekolah ini.
E. Definisi Variabel
Berikut ini dirumuskan definisi operasional dan beberapa istilah yang
khusus dipakai dalam penelitian ini.
1. Ciri-ciri kepribadian :
Merupakan keadaan yang menggambarkan segala sifat dan tingkah laku
seseorang dalam kehidupan keseharia-harinya yang dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
2. Guru pembimbing adalah seorang pendidik professional yang secara
formal telah disiapkan dan dididik secara khusus untuk menguasai
seperangkat kompetensi yang diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan
3. Siswa adalah peserta dididik yang dijadikan subyek penelitian yang belajar
di SMA KRISTEN I kelas XI tahun ajaran 2006/2007.
4. Persepsi adalah proses menerima, memahami, dan mengorganisasikan,
serta menginterpretasikan adanya stimulus atau informasi yang diterima
oleh indera, sehingga individu dapat menyadari dan mengerti apa yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan
topik penelitian dan kiranya berguna untuk membantu memahami keseluruhan isi
penelitian yaitu:
A. Remaja
B. Bimbingan dan Konseling.
C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing
D. Persepsi Siswa SMA tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing
A. Remaja
1. Tugas Perkembangan Remaja
Masa remaja dapat pula disebut sebagai masa peralihan dari masa
anak-anak menuju ke masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari
periode anak ke dewasa (Sarlinto Wirawan). Remaja terbagi dalam 2
periode yaitu periode masa remaja awal dan periode masa remaja akhir.
Pada masa remaja terjadi banyak perubahan-perubahan yang pesat.
Sulaiman (Grace, 2005:8) mengemukakan bahwa masa remaja disebut
sebagai masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam
berbagai segi remaja tersebut, yakni dalam segi fisik, intelektual, social,
mencapai kebebasan ekonomi, kematangan dalam beriman dan bertakwa,
Rentangan usia masa remaja akhir (untuk remaja Indonesia) adalah
antara 17 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 18 tahun samapai 22
tahun bagi pria. Dalam rentangan masa itu terjadi proses penyempurnaan
pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang telah
dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya adalah kesempurnaan
kematangan.
Hurlock (1992:206) mengatakan bahwa masa remaja terbagi dalam
beberapa usia yaitu remaja awal yang berusia 13-16/17 tahun, dan masa
remaja akhir berusia 16-17/18 tahun. Sedangkan siswa SMA termasuk
dalam masa remaja akhir dengan kisaran usia antara 16-17 /18 tahun.
Setiap fase perkembangan pada manusia, memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dalam menjalani kehidupannya.
Begitu juga dengan remaja yang tentunya memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan pada masa
remaja akhir, antara lain: mengembangkan rasa tanggung jawab, sehingga
dapat melepaskan diri dari dari ikatan emosional yang kekanak-kanakan
dan membuktikan diri pantas diberi kebebasan yang sesuai bagi umurnya;
mempersiapkan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa;
memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita
(sexual roles) ; merencanakan masa depannya di bidang studi dan
pekerjaan, sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan
Nurihsan (2004) menyebutkan tugas perkembangan remaja akhir,
sebagai berikut:
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta
kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita.
3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat.
4. Mengembangkan peguasaaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan
program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan
tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
5. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
7. Mencapai kematangan gambaran kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta
apresiasi seni.
9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Havighurst (Hurlock, 1992:9), mengatakan tugas perkembangan adalah:
“Tugas pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari keidupan individu, yang
jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kea rah keberhasilan
dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal,
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
Havighurst menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja,
yaitu:
1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman
sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis
kelamin lain.
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya
seefektif-efektifnya dengan perasaan puas.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya.
5. Mencapai kebebasan ekonomi.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan lainnya.
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga.
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan bermasyarakat.
9. Memperlihatkan tingkah laku sosial yang dapat
dipertanggungjawabkan.
10.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam
tindakan-tindakannya sebagai pandangan hidup.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja akhir antara lain; menerima keadaan
menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik
sesama jenis maupun lain jenis, memperoleh kepastian dalam hal
kebebasan pengaturan ekonomis, memperoleh kebebasan secara emosional
dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lainnya, memilih dan
mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja memiliki sejumlah ciri-ciri yang nampak dalam sikap
dan perilakunya. Terjadi perubahan-perubahan yang ekstrim dalam masa
remaja. Perubahan tersebut nampak dalam perubahan fisik, perubahan
psikologis dan perubahan intelegensinya. Setiap remaja tidak selalu sama
cirri-ciri pertumbuhannya. Pertumbuhan setiap remaja berbeda antara satu
dengan yang lain. Ada yang pertumbuhannya cepat namun ada pula yang
pertumbuhannya lambat. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena adanya
bebarapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain; adanya faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor kesehatan
dan faktor tekanan emosional remaja.
Hurlock (1992:207-209 dalam Grace, 2005), menyebutkan ciri-ciri pada
masa remaja yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya yang menjadi periode penting selama rentang kehidupan,
antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan.
5. Masa remaja sebagai masa mencari masalah.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
B. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan mengandung arti bantuan dari pembimbing kepada
orang-orang untyuk memahami dirinya dan lingkungannya, sehingga sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar. Moegiadi (Winkel, 1997:66-67)
mengemukakan: Bimbingan dapat berati (1) suatu usaha untuk melengkapi
individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya
sendiri; (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu
untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala
kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis
pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan
menetapkan tujuan dengan tepat dan menyususn rencana yang realistis,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam
lingkungan di mana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau
pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri
sendiri,menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan
lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya sendiri dan tuntutan lingkungan.
Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua orang individu,
untuk mencapai pemahaman tentang diri konseli dalam kaitannya dengan
masalah yang tengah dihadapi.
Dari pengertian dapat disimpulkan bimbingan dan konseling adalah upaya
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaaan
lingkungannya, keluarga, dan masyarakat serata kehidupan pada umumnya.
C. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing 1. Pengertian Ciri-Ciri Kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata dalam bahsa Inggris Personality
yang berasal dari kata Person (bahasa latin) yang berarti kedok atau
topeng. Kepribadian seseorang di dalamnya terdapat ciri-ciri yang khas
yang hanya dimiliki oleh seseorang, baik dalam arti kepribadian yang baik
ataupun yang kurang baik (Sujanto, 1984:10).
Menurut Kartono dan Gulo (1987:349), kepribadian merupakan
sifat tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain
;integritas karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat,
pendirian kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu
mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Kepribadian di sini mencakup segala sesuatu mengenai individu
dan sesuatu yang memberi tata tertib keharmonisan terhadap segala
macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu. Dengan
beraneka ragam namun khas yang dilakukan oleh individu
(Supratiknya,1993:27).
Winkel (1997:196) mengemukakan pandangan ciri-ciri kepribadian
dapat diartikan sebagai”segala sifat yang melekat pada pribadi seseorang
dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya”.
Dari pengertian-pengertian ciri-ciri kepribadian guru pembimbing
diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian guru pembimbing
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku, sifat, dan
perilaku individu yang dapat membedakannya dengan orang lain. Ciri-ciri
tersebut berbeda pada setiap individu sekalipun individu tersebut kembar
identik yang berasal dari satu induk telur. Hal ini dikarenakan
terbentuknya pola kepribadian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor lingkungan dan faktor pengalaman awal dalam keluarga
yang membentuknya.
2. Pengertian Guru Pembimbing
Guru pembimbing dapat juga disebut sebagai seorang konselor
sekolah. Guru pembimbing merupakan petugas professional, dalam arti
formal ia mempunyai tugas, tanggung jawab, dan kewenangan dalam
memberikan konseling dan dididik secara khusus untuk mengusai segala
hal dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta
didik. Profesionalitas seorang guru pembimbing mengacu kepada sikap
para pembimbing terhadap profesinya dan derajat serta keahlian (seperti
ketrampilan, kepribadian, sikap, pengetahuan/wawasan bimbingan, dan
dalam melakukan tugas-tugas sebagai konselor. Oleh karena itu pekerjaan
bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
karena dalam menjalankan tugas pembimbing/konselor dituntut memiliki
keahlian khusus.
Prayitno (1987), mengatakan bahwa guru pembimbing adalah
pejabat fungsional yang dituntut dapat menjalankan tugas-tugas
fungsionalnya, yaitu melaksanakan Bimbingan dan Konseling terhadap
peserta didiknya.
Sukardi (1985:19), menyatakan guru pembimbing adalah tenaga
professional, baik pria maupun wanita, yang mendapat pendidikan khusus
bimbingan dan konseling. Secara ideal berijazah sarjana dari FIP-IKIP
atau Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, atau jurusan program
studi yang sejenis.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru
pembimbing merupakan guru pembimbing yang ada di sekolah yang
ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, dan membantu
anak didiknya baik itu yang sedang bermasalah maupun yang tidak
bermasalah dan idealnya berijazah sarjana pendidikan bimbingan atau
seorang guru atau tenaga pengajar yang sudah mengikuti panataran
mengenai Bimbingan dan Konseling dengan memperoleh sertifikat khusus
dibidang Bimbingan dan Konseling.
3. Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing
Guru pembimbing di sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya
baik agar pelayanan bimbingan dapat berjalan dengan baik dan dari pihak
siswa tidak ada persepsi negatif yang dapat merugikan guru pembimbing
sekolah tersebut. Ciri-ciri kepribadian seorang guru yang baik nampak dari
cara kerja, dapat bertingkah laku sopan, bersikap ramah, jujur, dapat
menyimpan kerahasian klien, dan tidak bertopeng dalam kehidupan
sehari-harinya. Guru pembimbing harus mempunyai minat terhadap pekerjaannya
dan dalam menghadapi anak didiknya. Guru pembimbing harus memiliki
kemampuan untuk bertindak dan bersikap bijaksana terhadap anak
didiknya.
Menurut Prayitno (Sukardi, 1984:30-32) seorang guru pembimbing
hendaknya memperhatikan 10 hal yang berkaitan dengan kriteria ciri-ciri
kepribadian guru pembimbing, sebagai berikut:
1. Seorang guru pembimbing harus bertingkah laku yang wajar dan dapat
dicontoh.
2. Pembimbing harus memiliki emosi yang stabil, tenang, dan kalau
mungkin memberikan kesejukan batin terhadap suasana bimbingan
yang dicipatakan pembimbing.
3. Guru pembimbing dituntut untuk membantu binimbing agar mandiri.
4. Guru pembimbing hendaknya berbobot sebagai orang yang layak
dimintai bantuan.
5. Penampilan guru pembimbing hendaknya menampakan
integritas/keterpaduan kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan
6. Guru pembimbing hendaknya mampu mawas diri sendiri, mawas
terhadap lingkungan, dan mawas terhadap pribadi orang yang
dibimbingnya. Dengan demikian pembimbing akan menjadi orang
yang arif bijaksana.
7. Guru pembimbing juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki
dunia bimbingan dengan menampilkan pribadi-pribadinya tanpa
topeng tertentu; berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik dan
materi tertentu dengan segala resikonya.
8. Guru pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi.
9. Inteligensi guru pembimbing yang cukup tinggi ini akan
memungkinkan guru pembimbing untuk bernalar dengan baik dan
akan mampu memikirkan dan mengelola suasana yang dapat
mengubah tingkah laku binimbing.
10.Guru pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat
memunculkan gagasan yang bermanfaat.
Carkhuff (Gunawan, 1992:236-240) menyebutkan sifat
kepribadian dalam diri guru pembimbing/konselor yang dapat
menumbuhkan orang lain, yaitu:
1. Empati yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa
yang dirasakan dan dialami oleh binimbingnya dan
mengkomunikasikan persepsinya.
2. Respek yaitu menunjukkan secara tak langsung bahwa konselor
menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya
untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan dan kemauan sehingga
dapat membuat keputusannya sendiri.
3. Keaslian (Geuniness) yaitu kemampuan konselor menyatakan dirinya
secara bebas dan mendalam tanpa pura-pura, tidak bermain peran, dan
tidak mempertahankan diri.
4. Kekonkretan (Concreteness) yaitu pernyataan ekspresi yang khusus
mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Konselor akan selalu
memelihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan
mencegah konseli untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapinya.
5. Konfrontasi (Confrontation) dapat dilakukan jika terjadi kesenjangan
antara apa yang dikatakan saat itu dengan apa yang dikatakan
sebelumnya.
6. Kesanggupan (Potency) merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan
yang dinamis dan magnitis dari kualitas pribadi konselor sehingga
konselor mampu menguasai diri dan mampu menyalurkan
kompetensinya serta rasa aman pada konseli.
7. Kesiapan (Immediacy) sesuatu yang berhubungan dengan perasaan
diantara konseli dan konselor pada waktu kini dan disini. Tingkat
kesiapan yang tinggi terdapat pada diskusi dan analisis yang terbuka
mengenai hubungan antar pribadi yang terjadi antara konselor dan
konseli dalam situasi konseling.
8. Membuka diri (Self-Disclosure) yaitu penampilan perasaan, sikap,
konseli. Membuka diri hendaknya diterapkan dengan bijaksana dalam
waktu yang tepat dan pantas.
9. Aktualisasi diri (Self-Actualization) menunjukkan secara tak langsung
bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara
langsung karena ia mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk
mencapai tujuan hidup. Konselor yang mampu mengaktualisasikan
dirinya memiliki kemampuan mengadakan hubungan sosial yang
hangat, intim, dan secara umum mereka sangat efektif dalam hidupnya.
Seorang guru pembimbing/konselor sekolah yang professional
hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas yang dijelaskan
oleh Belkin (Winkel, 1997:198-199). Ciri-ciri kepribadian tersebut adalah:
1. Guru pembimbing/konselor mampu mengenal diri sendiri. Hal ini
ditandai dengan:
a. Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya
diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri
sendiri.
b. Percaya pada orang lain artinya mampu memberikan sesuatu dari
diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain.
c. Memiliki keteguhan hati artinya berani memberikan layanan
bimbingan dan berani mengambil resiko bahwa tidak selalu
mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa
2. Guru pembimbing/konselor sekolah mampu memahami orang lain. Hal
ini ditandai dengan keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir
yang kaku menurut keyakian/pandangan pribadi saja.
a. Terbuka hatinya berarti mampu mengikuti beraneka pandangan dan
perasaan klien. Terbuka juga berarti tidak mengambil sikap
mengadili orang lain meskipun dapat menilai tindakan dan
perbuatan orang menurut norma-norma moral yang obyektif.
Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan untuk menjadi peka
terhadap pikiran dan perasaan orang lain.
b. Guru pembimbing/konselor sekolah hendaknya memiliki
kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan
menghayati perasaan orang lain seolah-seolah guru
pembimbing/konselor sekolah pada saat ini menjadi orang lain
tersebut, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan
kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini ditandai
dengan:
a. Guru pembimbing/konselor sekolah bertindak sejati dan berhati
tukus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau
sandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura.
b. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya
konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas
orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak
c. Mampu mendengarkan dengan baik artinya berusaha menangkap
apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali
makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.
d. Mampu menghargai orang lain, artinya guru pembimbing/konselor
sekolah mampu mendekati orang lain dan mau didekati orang lain,
dengan sikap positif dan kerelaan menerima orang lain seadanya.
Ciri-ciri kepribadian diatas didukung oleh pernyataan Sukardi
(Marcella, 2005:20) bahwa seorang guru pembimbing harus memiliki
kepribadian tertentu, diantaranya :
1. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik.
2. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara
baik dan lancar.
3. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
4. Memiliki minat yang mendalam mengenai murid-murid dan
berkeinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada
mereka.
5. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial, dan fisik.
Belkin (dalam Marcella 2005:22-23) ada sembilan karakteristik
atau ciri kepribadian yang diharapkan dimiliki oleh konselor (dalam hal ini
ciri kepribadian yang diharapkan siswa dimiliki oleh guru pembimbing).
Kesembilan ciri tersebut adalah:
1. Konfrontasi, berarti menghadapkan persoalan pada klien, dengan
demikian klien akan mengerti secara jelas persoalan yang saat ini
2. Tulus, berarti konselor harus secara tulus dan ikhlas menolong klien
tanpa mengajukan persyaratan.
3. Jujur, berarti tidak berbohong, mengatakan hal yang sebenarnya.
4. Hangat, yaitu adanya resonansi psikologis yang dapat memberikan
kepuasaan pada kedua belah pihak.
5. Empati, berarti turut merasakan apa yang dihayati oleh klien,
memahami diri klien.
6. Jelas, maksudnya dalam konseling, konselor sebaiknya menggunakan
bahasa yang sederhana, mudah dimengerti oleh klien.
7. Polos, artinya tanpa prasangka atau memberikan”cap”pada klien.
8. Hormat, berarti memberikan penghargaan pada klien, memberikan
kebebasan pada klien untuk tumbuh berkembang mengembangkan
potensinya.
9. Positive regard, artinya penghargaan terhadap klien secara positif
konselor yakin bahwa klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pada kenyataannya para siswa di sekolah memiliki pengalaman
yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal bimbingan. Hal ini
terjadi karena selain memiliki keinginan yang berbeda, juga karena
kuantitas dan kualitas pertemuan siswa dengan guru pembimbing yang
berbeda pula sehingga dapat mempengaruhi penilaian siswa terhadap
kepribadian guru pembimbing di sekolahnya. Oleh karena itu muncul
beberapa salah pengertian tentang bimbingan. Hal ini diungkapkan oleh
1. Bimbingan merupakan bantuan kepada murid yang salah suai.
Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan saja dan
mengabaikan sifat pencegahan dan pengembangan.
2. Bimbingan sama dengan pemberian nasihat. Pemberian nasehat berasal
dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi oleh pemberi nasehat
dan terdapat unsur pengarahan langsung yang cenderung bersifat
paksaan. Didalam bimbingan ada teknik pemberian nasehat tetapi
porsinya sangat kecil.
3. Pembimbingan bukanlah obat mujarab bagi segala masalah
pendidikan. Guru mengirim siswa kepada konselor karena sering
beranggapan bahwa pembimbingan dapat memecahkan semua
persoalan yang dialami oleh siswa.
4. Pembimbing di-cap sebagai hakim karena selalu memberikan sanksi
terhadap kesalahan siswa.
5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing diberi
beban untuk mendisiplinkan siswa. Hal ini jika dilakukan oleh guru
pembimbing maka akan mengurangi keakraban murid dengan guru
pembimbing dan mengaburkan peranan pembimbing di mata siswa.
6. Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing.
7. Pembimbing di-cap sebagai orang yang suka marah karena tidak jarang
dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah terhadap siswa.
Berikut ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diharapkan
dilihat dari segi pribadi, segi sosial, dan segi profesionalnya (Winkel,
1997; Prayitno, 1983; Ahmadi, 1997:48-49, Gunawan, 1992), antara lain:
1. Aspek personal/pribadi, merupakan sifat-sifat pribadi yang ada dalam
diri seorang guru pembimbing. Aspek personal terdiri dari:
a. Sifat-sifat kepribadian, antara lain : memiliki kesopanan, ramah,
sabar, baik hati, rendah hati, bijaksana, terbuka, penuh humoris,
jujur, supel, dan mampu mengenal dirinya sendiri.
b. Kepercayaan, antara lain : guru pembimbing tersebut memiliki rasa
percaya diri yang tinggi terhadap kelebihan dan kekurangan yang
ada pada dirinya sendiri. Adanya rasa percaya diri yang tionggi
akan mendukung guru pembimbing tersebut tidak mudah untuk
menyerah dalam menghadapi tantangan.
c. Penampilan diri, antara lain : cara berpakaian yang sopan, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, serta berpenampilan
apa adanya.
2. Aspek sosial, yaitu yang berkenaan dengan interaksi antara guru
pembimbing dengan orang lain. Aspek ini terdiri dari:
a. Kemampuan berhubungan dengan orang lain
Kemampuan berhubungan dengan orang lain antaranya memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi. Baik itu komunikasi terhadap
binimbing maupun terhadap orang lain. Kemampuan komunikasi
ini diharapkan konselor mampu mendengarkan dengan baik,
dengan siswanya, serta dalam berkomunikasi konselor harus dapat
menjawab pertanyaan konseli. Ketika berhubungan dengan orang
lain guru pembimbing juga dituntut untuk mampu bekerja sama
dengan siapa saja dan dapat berpegang pada kode etik jabatannya
pada status lembaga pendidikan tempat ia bekerja.
b. Tingkah Laku
Sebagai guru pembimbing hendaknya memiliki tingkah laku yang
tepat sesuai dengan situasi dan memiliki keluwesan dalam
berperilaku yang cakap dalam memilih strategi bimbingan. Oleh
karena itu seorang guru pembimbing hendaknya dalam
keseharian-hariannya dapat bertingkah laku sewajarnya tanpa dibuat-buat dan
memiliki sopan santun yang dapat mencerminkan kepribadiannya.
c. Pengontrolan Diri
Seorang guru pembimbing dalam kesehariannya tentunya akan
berjumpa dengan orang yang berbeda-beda, sehingga ia harus
dapat mengendalikan keadaannya terhadap berbagai situasi yang
ada pada lingkungannya. Diharapkan guru pembimbing ketika
berhubungan dengan orang lain dapat mengontrol situasi yang
tegang menjadi santai dan tidak mudah terbawa oleh suasana yang
memanas.
3. Aspek professional, artinya seorang guru pembimbing memerlukan
kepandaian khusus agar dapat menjalankan tugasnya. Aspek ini terdiri
a. Tanggung jawab dalam pekerjaan
Seorang guru pembimbing yang memiliki kecintaan terhadap
tugasnya dan anak didiknya akan membawa kepercayaan dari anak
didiknya. Sebab tanpa adanya kepercayaan dari anak didik,
tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik. Guru pembimbing yang bertanggung jawan pada
tugasnya tentunya ia mengerti dan mengakui batas-batas
kemampuan dan keahliannya ketika menghadapi masalah siswa.
Maka, aneka kasus yang jatuh di luar lingkup wewenang konselor
harus diserahkan kepada tenaga lain yang berwenang.
b. Wawasan luas
Berwawasan yang luas sangat dibutuhkan oleh seorang konselor
karena nantinya akan membantu siswa dalam pemberian berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan dapat menggunakan
wawasannya untuk memberikan materi mengenai dunia bimbingan
dan konseling.
c. Empati
Empati yang dimiliki oleh konselor dapat membantu konselor
dalam proses konseling pada penyatuan hati agar mudah menagkap
dan mengerti pikiran dan perasaan yang dialami oleh binimbing.
Penyatuan ini dapat memberikan suatu pengalaman bagi konselor
dalam memahami perasaan seseorang yang unik dan berbeda satu
d. Kedewasaan
Seorang guru pembimbing diharapkan mampu bersikap dewasa,
artinya ada kemantapan atau kestabilan di dalam psikologinya dan
terutama dalam segi emosinya. Hal ini diharapkan karena nantinya
dapat menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
dan mampu menempatkan diri di lingkungannya.
e. Inteligensi
Inteligensi yang cukup tinggi akan memungkinkan guru
pembimbing untuk bernalar, berpendapat, dapat memahami seluruh
tingkah laku manusia, dan mampu membantu siswa dalam
memberikan alternatif-alternatif pilihan dalam menyelesaikan
masalah.
Idealnya seorang guru pembimbing memiliki ketiga aspek
tersebut di atas. Seorang guru pembimbing yang efektif harus mau
menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya
sendiri pada situasi yang mengandung banyak resiko, baik resiko
pribadi, perasaan, baik yang menyangkut hubungannya dengan
orang lain maupun jabatan. Maka menjadi seorang guru
pembimbing harus menyiapkan diri untuk berfungsi sebagai
seorang pribadi yang utuh dan terbuka serta dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang guru pembimbing tidak semata-mata
berdasarkan aturan yang telah dipersiapkan. Namun dapat juga
terjadi bahwa hal-hal yang ideal tersebut tidak dapat terwujud,
kepribadian dari seorang guru pembimbing yang diinginkan atau
diharapkan tidak terpenuhi, sehingga memungkinkan penilaian
yang keliru pada siswa mengenai pelayanan bimbingan.
D. Persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian guru pembimbing/konselor baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
1. Pengertian Persepsi
Dalam batas tertentu setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda
terhadap guru pembimbing/konselor sekolah dari layanan bimbingan yang
diselenggarakan oleh sekolah. Perbedaan persepsi siswa tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain
yang dilihat ketika berhadapan langsung dengan orang lain.
Ursula Nuwa (Mulyono 1978;22) persepsi adalah pandangan,
pengamatan, atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah
laku manusia dan hal-hal yang ditemuinya dalam hidup sehari-hari.
Menurut Kartono dan Gulo (1987:343), mengungkapkan persepsi,
penglihatan, tanggapan merupakan proses dimana seseorang menjadi sadar
akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang
dimilikinya; pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi
data indera.
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang sampai rangsang
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi bukan sekedar
penginderaan, melainkan meliputi pada” penafsiran pengalaman yang
penghayatan langsung oleh seorang pribadi sebagai suatu persiapan ke
perilaku konkret. Persepsi bukan ditentukan oleh benda yang memberikan
rangsang, melainkan”oleh karakteristik orang yang memberikan tanggapan
pada rangsang itu” (Rahmat,1986:69).
Dari definisi-definisi persepsi diatas dapat diartikan persepsi
sebagai proses penginderaan individu untuk memahami apa yang
diterimanya dari stimulus-stimulus yang ada dan proses interpretasi yang
mengorganisasikan informasi serta mempunyai arti tersendiri. Tanggapan
individu dapat berupa pendapat, sikap dan tingkah laku. Persepsi diberikan
kepada obyek, baik orang, benda, kejadian, tingkah laku, atau hal-hal yang
ditemui setiap hari. Persepsi bersifat subyektif, karena adanya perbedaan
tanggapan terhadap obyek yang sama oleh indinidu yang satu dengan yang
lainnya, sesuai dengan karakteristik dalam dirinya.
2. Persepsi Siswa SMA Tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing
Setiap siswa memiliki pola dan cita rasa yang berbeda ketika ia
mengamati sesuatu hal yang ditangkap melalui inderanya. Sehingga setiap
individu yang satu dengan yang lain memiliki persepsi/anggapan yang
berbeda-beda, khususnya mengenai ciri-ciri kepribadian. Ciri-ciri
kepribadian guru pembimbing/konselor sekolah yang dianggap perlu dapat
berbeda-beda dalam persepsinya, tergantung dari sudut pandang setiap
siswanya terhadap guru pembimbing/konselor di sekolahnya.
Pengalaman dari masing-masing siswa di sekolah tentunya
dengan yang lain. Hal dapat terjadi karena masing-masing siswa memiliki
kemampuan yang berbeda dalam memahami bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu memunculkan berbagai konsep mengenai ciri-ciri
kepribadian guru pembimbing yang positif maupun konsep ciri-ciri
kepribadian guru pembimbing yang negatif tergantung dari siswanya
dalam memberikan penilaian terhadap guru pembimbing.
Winkel (1997), mengemukakan tentang kenyataan persepsi negatif
terhadap guru pembimbing, antara lain:
1. Siswa tidak memahami hakekat pelayanan bimbingan.
2. Siswa memandang konselor sebagai satpam/polisi sekolah.
3. Siswa enggan menghadapi konselor karena mengira akan dimarahi,
lebih-lebih dipanggil.
4. Siswa takut berhadapan lansung dengan konselor karena kuatir akan
kena sindiran”anak bermasalah”.
5. Siswa kurang percaya terhadap konselor dalam menghapi masalah
yang bersifat pribadi dan siswa takut rahasianya dibocorkan ke orang
lain.
Ciri kepribadian guru pembimbing yang negatif merupakan suatu
yang tidak diharapkan, sedangkan ciri kepribadian yang baiklah yang
diharapkan oleh semua pihak. Untuk menjadi guru pembimbing/konselor
sekolah setidaknya memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat
mendukung tujuan efektifitas kerjanya sebagai guru pembimbing/konselor.
Setidaknya seorang guru pembimbing memiliki kepribadian seperti
menarik, memiliki kepercayaan dari siswa dan orang lain, berpenampilan
menarik, mampu menjalin hubungan yang baik, harmonis dengan orang
lain, bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
dalam lingkungan di sekolah maupun lingkungan diluar sekolah, mampu
mengontrol diri dalam situasi apapun, memiliki wawasan yang luas,
memiliki kemampuan berempati hal tersebut sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan layanan bimbingan pribadi, memiliki kedewasaan,
memiliki intelegensi yang tinggi dan memiliki tanggung jawab dalam
pekerjaan.
Perlu diingat pula bahwa kepribadian seseorang itu bukan bawaan
sejak lahir melainkan kepribadian setiap orang dapat dibentuk dimana ia
tinggal di lingkungan ia bersosialisasi dari bayi sampai dimana ia mampu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas jenis penelitian, populasi penelitian,
sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai
ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas
XI SMA KRISTEN I Surakarta tahun ajaran 2006/2007, oleh sebab itu
penelitian ini termasuk jenis penelitian deskripsif melalui survei. Penelitian
deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi mengenai gejala pada
saat penelitian dilakukan, sehingga penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
melukiskan variabel atau kondisi apa adanya dalam suatu kondisi dan situasi
tertentu atau pada saat penelitian tersebut dilakukan. Menurut Furchan
(1982:415), penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan
keadaan gejala yang apa adanya.
B. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA KRISTEN I
Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
(Arikunto,1997:108). Karena penelitian ini hanya menggunakan sebagian dari
populasi maka dapat disebut sebagai penelitian sampel. Adapun rincian
jumlah siswa kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA tahun ajaran
2006/2007, sebagai berikut:
Tabel 1
Data siswa kelas XI SMA KRISTEN I Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007
Kelas L P Jumlah Siswa
XI A1 13 15 28
XI A2 12 15 27
XI S1 10 26 36
XI S2 18 17 35
XI S3 17 18 35
Jumlah 70 91 161
C. Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena hanya meneliti
sebagian saja dari seluruh responden yang ada. Sampel penelitian diambil dari
jumlah populasi penelitian yang ada di SMA KRISTEN I SURAKARTA.
Jumlah kelas XI SMA KRISTEN I SURAKARTA secara keseluruhan terdiri
dari 5 kelas, 2 kelas IPA dan 3 kelas IPS dengan jumlah siswa sebanyak 161
orang siswa, namun peneliti hanya mengambil tiga kelas, sebagai sampel
penelitian Kelas XI A2: 27 siswa, kelas XI S2: 35 siswa, kelas XI S3:35
siswa, dengan total keseluruhan 97 siswa.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling
sampling adalah sampel yang terdiri sekelompok anggota yang terpilih lewat
acak , bukan sample yang dipilih secara individual (Mohamad Ali, 1985:67).
Cara pengambilan sampel menurut teknik cluster random sampling adalah
sebagai berikut: pertama-tama peneliti menyiapkan lintingan kertas yang
bertuliskan nama-nama kelas XI di kelas SMA KRISTEN I SURAKARTA.
Kedua, peneliti mengocok/mengundi lintingan kertas tersebut sehingga
mendapatkan tiga kertas lintingan kelas dari XI yang nantinya akan dipakai
sebagai sampel penelitian. Ketiga setelah mendapatkan nama-nama kelas XI
yang menjadi sampel penelitian kemudian peneliti menyebarkan kuesioner
penelitian kepada siswa kelas tersebut.
Dasar pertimbangan menggunakan penelitian cluster random
sampling karena: 1) seluruh jumlah siswa XI di SMA KRISTEN I Surakarta
terdiri dari 5 kelas pararel, 2 kelas IPA dan 3 kelas IPS. Yang menurut peneliti
jumlah tersebut cukup besar. Meskipun memungkinkan untuk diteliti
semuanya, namun peneliti hanya mengambil 3 kelas untuk sampel.
Diharapkan 3 kelas tersebut dapat mewakili gambaran umum mengenai
ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI
SMA KRISTEN I Surakarta. 2) Kelas XI dipilih sebagai sampel, karena siswa
kelas XI sudah mengenal layanan guru pembimbing. 3) SMA KRISTEN I
Surakarta memiliki guru pembimbing.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berbentuk kuesioner untuk mengungkap
disusun oleh Florensia Grace, 2000 dan dimodifikasi ada penambahan
beberapa item oleh peneliti. Kuesioner ini disusun berdasarkan aspek-aspek
ciri-ciri kepribadian guru pembimbing, yaitu:1) aspek personal/pribadi, 2)
aspek sosial, 3) aspek profesionalitas. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama memuat tujuan kuesioner, petunjuk cara mengisi kuesioner,
dan identitas subjek. Bagian kedua kuesioner memuat pernyataan-pernyataan
yang berisi mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing. Jenis kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner yang bersifat tertutup, artinya kuesioner
tersebut berisi tentang pernyataan-pernyataan yang alternatif jawabannya
sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai
dengan yang dianggap perlu. Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan kuesioner:
1. Skala pengukuran ciri-ciri kepribadian guru pembimbing
Metode yang digunakan dalam skala ciri-ciri kepribadian guru
pembimbing adalah metode skoring yang dijumlahkan (Summated
Ratings), dengan skala Likert. Skala Likert mulai dengan serangkaian
pernyataan yang masing-masing mengungkapkan sikap yang jelas kurang
baik atau baik. Skala tersebut memuat lima kategori jawaban, yaitu:
kategori “Sangat Perlu”, “Perlu” “Ragu-ragu,”Tidak Perlu”, “Sangat
Tidak Perlu” skor untuk item pernyataan positif (favourable)
berturut-turut 5,4,3,2,1 dan kategori “Sangat Perlu”, Perlu”,”Ragu-ragu”, “Tidak
Perlu”, “Sangat Tidak Perlu” untuk pernyataan negatif (unfavourable)
2. Indikator ciri-ciri kepribadian guru pembimbing
Indikator yang digunakan untuk menyusun kuesioner ciri-ciri kepribadian
guru pembimbing terdiri dari tiga aspek. Ketiga aspek tersebut
berdasarkan ciri-ciri kepribadian guru pembimbing menurut Winkel
(1997), Prayitno (1984), Ahmadi (1997), Gunawan (1992), antara lain: 1)
Aspek Pribadi/personal dengan indikator-indikator sifat kepribadian,
kepercayaan, dan penampilan diri. 2) Aspek Sosial dengan
indikator-indikator komunikasi antar-pribadi, hubungan dengan orang lain, tingkah
laku, dan pengontrolan diri. 3) Aspek Profesional dengan
indikator-indikator tanggung jawab pekerjaan, berwawasan luas, kemampuan
berempati, kedewasaan, dan intelegensi. Kisi-kisi yang mengungkap aspek
ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diuji cobakan dapat dilihat
pada tabel 2.
3. Pelaksanaan uji coba kuesioner
Kuesioner ini diujicobakan terlebih dahulu di SMA KRISTEN I Surakarta.
Tes uji coba melibatkan para siswa di SMA KRISTEN I Surakarta, kelas
XI A1 dengan jumlah siswa 28 orang siswa dan kelas XI S1 dengan
jumlah siswa 36 orang siswa. Uji coba dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 3 Januari 2007 pada jam pulang sekolah. Dari 64 siswa yang
dilibatkan dalam uji coba penelitian, 10 siswa tidak mengikuti. Jadi jumlah
siswa yang dilibatkan dalam uji coba penelitian sebanyak 54 siswa.
Dengan rincian kelas XI S1 32 siswa; kelas XI A1 22 siswa. Item dalam
kuesioner berjumlah 80 butir item yang terdiri dari 57 item positif dan 23
mengenai butir-butir item yang valid dan reliabel, sehingga item-item yang
valid dan reliabel, dapat digunakan oleh peneliti untuk penelitian yang
sesungguhnya.
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang Diuji Cobakan
Aspek ciri-ciri kepribadian
4. Validitas dan reliabilitas kuesioner ciri-ciri kepribadian guru
pembimbing
a. Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakuka fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto,1997:144).
Sejalan dengan pendapat tersebut validitas berhubungan
dengan sejauhmana suatu alat mampu mengukur yang seharusnya
diukur (Masidjo, 1995). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa sebuah alat dapat dikatakan valid jika alat ukur tersebut
dapat mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Validitas terdiri dari : (1) validitas isi yaitu suatu validitas
yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur
mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan, (2) validitas
kontruksi atau konsep yaitu validitas yang menunjukkan sampai di
mana isi suatu tes alat pengukur sesuai dengan konsep yang
seharusnya menjadi isi tes atau kontruks teoritis yang mendasari
disusunnya alat pengukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu suatu
validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara alat
pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria
Validitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah
validitas konstruk. Alasan menggunakan validitas konstruk, karena
konstruksi kuesioner dalam penelitian ini mengikuti konstruk
utama/teoritik yang dikemukakan oleh Winkel (1997), Prayitno
(1984), Ahmadi(1997), Gunawan (1992), yakni: 1) Aspek
Pribadi/personal, 2) Aspek Sosial, dan 3) Aspek Profesional.
Proses pengujian dilakukan dengan cara menganalisa setiap item
dalam masing-masing aspek dari ciri-ciri kepribadian guru
pembimbing yang diinginkan para siswa dengan mengkorelasikan
skor-skor item (X) dengan total skor setiap aspeknya (Y).
Perhitungan validitas menggunakan teknik korelasi Product
MomentPearson (Masidjo, 1995:246) dengan rumus sebagai berikut:
rxy =
(
)( )
rxy = Koefisien Validitas Item X = Skor per Item
Y = Skor total item-item per Aspek dimana X berada
N = Banyaknya subjek
Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi
skor pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data uji coba.
program SPSS (Statistical Programme for Sosial Science) for Windows
versi 11,0 agar lebih efektif dan efisien.
Hasil pengolahan uji validitas masing-masing item kuesioner
dibandingkan dengan mengkonsultasikannya dengan tabel r Product
Moment dari Pearson. Penentuan koefisien korelasi butir-butir item
menggunakan kriteria dari Azwar (2003) yang mengatakan bahwa untuk
skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimum
0,30. Dengan demikian item yang koefisien korelasinya < dari 0,30
dinyatakan tidak valid sehingga tidak dapat digunakan sebagai item/butir
alat pengumpul data. Koefisen korelasi yang > atau = 0,30 dinyatakan
valid atau dapat digunakan sebagai item/butir alat pengumpul data.
Berdasarkan hasil perhitungan 80 item kuesioner, maka diperoleh
78 item yang valid dengan mempertimbangkan 2 item yang diselamatkan
dengan memperbaiki bahasanya. Hasil rekapitulasi uji coba kuesioner
dapat dilihat dalam tabel 3. Hasil perhitungan taraf validitas dapat dilihat
dalam lampiran tabel 3.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Item