SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Elisabeth Yuditha Putriansari
049114015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Elisabeth Yuditha Putriansari
049114015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv yang terbaik untukku
Bapak Ignatius Winardi & Ibu Theresia Muji Rahayu
yang selalumendoakanku dan mendukung setiap langkahku
Maria Mediatrik Indira Putria
yang mejadi inspirasiku My Love,
Antonius Eko Widayantyo
yang selalu memberi nasihat danmemberi semangat setiap saat.
Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku dan memberikan masukan
v
Bermimpilah tentang apa yang kamu impikan,
pergilah kemana kamu ingin pergi,
jadilah seperti yang kamu kehendaki,
karena kamu hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukan
vii
Elisabeth Yuditha Putriansari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self regulated learning dengan prestasi akademis mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara self regulated learning dengan prestasi akademis mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah 85 mahasiswa/mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah menempuh minimal 6 semester, sedang aktif berkuliah, dan tidak pernah cuti. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning dan metode dokumentasi yang berupa IPK. Reliabilitas skala self regulated learning diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,925 dari 83 aitem. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,725 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara self regulated learning dengan prestasi akademis mahasiswa diterima.
viii
Elisabeth Yuditha Putriansari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This study aimed to determine the relation between self-regulated learning and student’s academic achievement. The hypothesis proposed in this research was that there was a positive relation between self-regulated learning and student’s academic achievement. The subject of this research were 85 students of psychology faculty, Sanata Dharma university, Yogyakarta which have passed a minimum of 6 semesters, is on active lecture, and never leave before. Collection of data used in this research was self-regulated learning scales and documentation methods in IPK. Reliability of self-regulated learning scales tested using reliability coefficient alpha cronbach and obtained results for 0,925 of 83 items. The research data were analyzed using Spearman correlation techniques. The results showed the value of the correlation coefficient (r) of 0,725 and 0,000 level of significance (p <0,01). According to these results, the hypothesis that there was a positive relation between self-regulated learning and academic achievement of students is accepted.
x
membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga menyadari
bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis didukung oleh berbagai pihak
yang dengan tulus dan senang hati membantu penulis. Oleh karena itu, penulis
dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sangat
berperan dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi kesehatan, kekuatan,
dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan
berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.
3. Bapak Y. Titik Kristiyani., S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang dengan sabar memberikan arahan, masukan dan waktu untuk
memperbaiki skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M. Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberi arahan, semangat dan dukungan baik dalam kegiatan
akademik maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
5. Semua Bapak / Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajari banyak
hal tentang psikologi dan semua karyawan Fakultas Psikologi yang selalu
xi
8. Kekasihku tersayang terimakasih atas perhatian dan dukungan serta
semangatnya.
9. Sahabatku-sahabatku yang selalu mengingatkan, membantu dan memberi
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi, terima kasih buat
semuanya.
10. Teman-teman Psikologi 2005 & 2006 yang menjadi subjek dalam
penelitian penulis, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.
11. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis
yang tidak bisa penulis ungkap satu per satu, terima kasih semuanya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi semua
pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.
Yogyakarta, 3 Desember 2009
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
HALAMAN MOTTO...v
HALAMAN KEASLIAN KARYA...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xvii
BAB I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...7
D. Manfaat Penelitian...7
BAB II. LANDASAN TEORI...8
xiii
B. Self Regulated Learning...17
1. DefinisiSelf Regulated Learning...17
2. AspekSelf Regulated Learning...17
3. Faktor-faktor yang MempengaruhiSelf Regulated Learning...21
4. KarakteristikSelf Regulated Learning...26
5. Strategi dalamSelf Regulated Learning...28
C. Hubungan Antara Self Regulated Learning Dengan Prestasi Akademis...29
D. Hipotesis...32
BAB III. METODE PENELITIAN...33
A. Jenis Penelitian...33
B. Identifikasi Variabel Penelitian...33
C. Definisi Operasional...33
D. Subjek Penelitian...35
E. Teknik Pengumpulan Data...36
F. Uji Coba Alat Ukur...41
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...42
H. Teknik Analisis Data...46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...48
A. PelaksanaanPenelitian...48
xiv
D. Analisis Data Penelitian...53
1. Uji Asumsi...53
a. Uji Normalitas...54
b. Uji Linearitas...54
2. Uji Hipotesis...55
E. Pembahasan...58
BAB V. PENUTUP...64
A. Kesimpulan...64
B. Saran...65
DAFTAR PUSTAKA...67
xv
Tabel 2. Blue PrintSkalaSelf Regulated LearningSebelum Uji Coba...39
Tabel 3. Skor Jawaban untuk SkalaSelf Regulated Learning...40
Tabel 4. Distribusi aitem sahih dan gugur SkalaSelf Regulated Learning...44
Tabel 5. Blue PrintSkalaSelf Regulated LearningSetelah Uji Coba...45
Tabel 6. Data Subjek Penelitian...49
Tabel 7. Data Empirik dan Data Teoritik SRL Total dan Aspek SRL...51
Tabel 8. Data IPK...53
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Sebaran...54
Tabel 10.Hasil Uji Linearitas Hubungan...54
Tabel 11. Hasil Uji Korelasi SRL dengan Prestasi Akademis...55
xvii 1. Skala SRL
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran B (Penelitian)
1. Skala SRL
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
3. Uji Asumsi Normalitas dan Linearitas
4. Uji Korelasi SRL dengan Prestasi Akademis Mahasiswa
5. Uji Korelasi Aspek SRL dengan Prestasi Akademis Mahasiswa
1
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah orang muda yang berumur 18-28 tahun yang sedang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi dimana dalam usia tersebut
mahasiswa mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.
Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwan
yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan
rasional (Susantoro dalam Rahmawati, 2006). Dalam tugas perkembangannya,
mahasiswa diharapkan dapat membangun pribadi yang mandiri, mampu
mengarahkan diri sendiri, mau bertanggung jawab, dan mampu mengambil
keputusan (Pannen, Paulina, & Ida dalam Supratiknya, 2006). Masa
mahasiswa ini merupakan masa yang penuh tantangan, kesukaran, menuntut
mahasiswa menentukan sikap dan pilihan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan diri di perguruan tinggi (Ajisuksmo, 1996). Menurut
Supratiknya (2006) perguruan tinggi berbeda dengan SMU, terutama proses
pembelajarannya yang menuntut keterlibatan mahasiswa untuk memahami isi
dan proses belajar secara aktif dan mandiri. Dengan demikian, aneka bentuk
pembelajaran yang dapat dilakukan, meliputi pembacaan, ceramah, diskusi,
studi kasus, role playing (permainan peran), dan experiential learning
Di perguruan tinggi mahasiswa diharapkan bukan saja mampu menerima
materi kuliah melainkan mampu mengembangkan apa yang diterima secara
kreatif. Mahasiswa juga diharapkan memiliki rasa optimis yang besar dan
motif sukses yang tinggi sehingga diharapkan dapat sukses menjalani
kehidupan di perguruan tinggi dan mempunyai prestasi belajar yang optimal
(Suryabrata, 1983). Kenyataan yang dihadapi mahasiswa tidak seperti yang
diharapkan. Hasil survei pada mahasiswa semester 6 dan 8 di Fakultas
Psikologi sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta, pada tanggal 16 Mei 2009,
menunjukkan bahwa banyak masalah yang dihadapi mahasiswa diantaranya
adalah mahasiswa yang mengalami kesulitan membagi waktu dalam
mengerjakan tugas-tugas kuliah baik individu atau kelompok sebanyak 6
orang (30%), mahasiswa yang mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam
menyerap mata kuliah karena jumlah mahasiswa yang banyak untuk kelas
tertentu sebanyak 4 orang (20%), dan mahasiswa yang mengalami kurangnya
persiapan belajar untuk ujian karena harus mengerjakan tugas-tugas akhir
sebanyak 10 orang (50%). Kondisi tersebut menyebabkan mahasiswa tertekan,
kehilangan motivasi dan menunjukkan bahwa mahasiswa belum mampu
mengelola belajarnya sehingga tidak dapat mencapai prestasi akademis yang
diharapkan.
Prestasi akademis yang dimaksudkan disini adalah ukuran yang dapat
menilai seberapa baik seseorang dalam bidang yang ditekuninya. Di
Indonesia, ukuran keberhasilan dalam pendidikan tinggi lebih ditekankan pada
prestasi kumulatif (IPK). IPK juga digunakan sebagai dasar penentuan
predikat kelulusan yang apabila mencapai angka 2,00 - 2,75 berarti
memuaskan; 2,76 - 3,50 berarti sangat memuaskan; IPK 3,51 - 4,00 berarti
dengan pujian. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan
memperhatikan masa studi maksimum yaitu n tahun (masa studi minimum)
ditambah 1 tahun (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, 18 Mei 2009).
Menurut Syah (2008) prestasi akademis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu a) faktor internal siswa, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis yang
meliputi inteligensi, bakat, minat, sikap, dan motivasi berprestasi; b) faktor
eksternal siswa, yakni lingkungan sosial yang meliputi keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan nonsosial, misalnya gedung sekolah, tempat
tinggal siswa, dan waktu belajar; c) faktor pendekatan belajar, yakni
pendekatan surface (permukaan), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa, seperti
yang dikemukakan oleh Purwanto (2007) bahwa banyak anak-anak yang tidak
dapat belajar dengan hasil yang baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya,
akibat kurangnya waktu belajar yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan
setiap hari.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademis yaitu
Rosidah, 2003) seseorang akan berusaha kuat apabila dia memiliki motivasi
yang besar untuk mencapai tujuan belajar. Motif inilah yang mendorong
seseorang untuk mencapai prestasi dengan suatu standar tertentu. Dengan
adanya standar ini seseorang dapat diklasifikasikan sebagai orang yang
memiliki prestasi akademis tinggi atau rendah. Ketika seorang mahasiswa
mendapat penilaian terhadap hasil belajarnya, maka ia akan terdorong untuk
selalu meningkatkannya.
Biggs (1984) mengatakan bahwa individu yang memiliki dorongan,
inisiatif, dan mengarahkan usahanya untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan adalah individu yang memiliki self regulated learning (SRL). Menurut Corno dan Mandinach (1983) SRL adalah usaha individu dalam
melaksanakan kegiatan belajar dan melibatkan proses-proses metakognisi
beserta afeksi yang dimilikinya. Ciri-ciri individu yang memiliki SRL yaitu
berorientasi pada tujuan belajar, memiliki strategi dan tekun belajar, mampu
mengatur waktu dan aktivitas belajar secara efisien sehingga aktivitas belajar
yang mereka lakukan optimal, mampu memotivasi diri agar tetap terfokus
pada tugas ketika menghadapi rintangan akademis, dan mampu melakukan
pemonitoran serta pengevaluasian dalam proses belajarnya. Ini menjadikan
mahasiswa lebih mandiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya
(Purdie, Hottie & Douglas, 1996).
Upaya untuk menjadikan mahasiswa mandiri dan bertanggung jawab atas
kegiatan belajarnya dapat dilakukan dengan menerapkan cara belajar yang
akademik menjadi lebih baik. Cara belajar adalah kombinasi dari bagaimana
individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi (Purwanto, 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang aktif mengelola dirinya
dalam belajar cenderung memiliki prestasi belajar di bidang akademik yang
lebih baik dan cenderung meningkat (Ames, 1984; Borkowski & Kurtz, 1987;
Corno, 1986,1989; Covington, 1986; Dweck, 1986; Paris & Oka, 1986; Wang
& Peverly, 1986; Weiner, 1986; Zimmerman, 1989 dalam Ablard dan
Lipschultz, 1998).
Di dalam menghadapi tugas-tugas akademik, individu yang mengelola
perilaku belajarnya (self regulated learner) memulai dengan menganalisis tugas yang diberikan dan menafsirkan persyaratan-persyaratan tugas sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinannya. Lalu ia menetapkan tujuan-tujuan
yang spesifik dengan tugas yang akan digunakannya sebagai dasar untuk
menyeleksi, mengadaptasi, atau bahkan menciptakan strategi-strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Setelah menerapkan strategi
tersebut, ia memantau kemajuan yang telah dicapainya ke arah tujuan,
sehingga menghasilkan umpan balik internal tentang keberhasilan usahanya,
lalu menyesuaikan pendekatan belajarnya atas dasar persepsi terhadap
kemajuan yang sedang berlangsung. Ia juga menggunakan motivasi dan
strategi kontrol kemauan secara adaptif agar tetap fokus pada tugas manakala
menghadapi suatu hambatan (Butler, 1998).
Sejumlah penelitian telah mengeksplorasi SRL dengan berbagai variabel
dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (1988) menemukan bahwa
siswa-siswa yang memiliki pretasi belajar yang tinggi melaporkan penggunaan
13 dari 14 strategi SRL yang disusunnya. Dalam penelitian Ablard dan
Lipschultz (1998), terdapat 222 siswa yang dijadikan subjek penelitian, 156
siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam tes prestasi belajar menggunakan
upaya SRL yang mencakup regulasi diri (personal), fungsi perilaku, dan
lingkungan terdekat. Pada dasarnya penelitian ini mengacu pada penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Zimmerman dan Schunk (dalam Ablard dan
Lipschultz, 1998) dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa siswa yang
melakukan SRL cenderung lebih baik perfomansi akademiknya, dibandingkan
siswa yang tidak melakukannya. Penelitian tersebut dilakukan di negara
Amerika dengan subjek penelitian dari pelajar beberapa sekolah menengah
atas. Dalam penelitian tersebut disarankan untuk memperhatikan
determinan-determinan situasional. Misalnya, dengan meneliti variabel karakteristik
pembelajaran. Penelitian berikutnya dapat melakukan studi perbandingan.
Misalnya, membandingkan perilaku SRL menurut jenis kelamin. Berdasarkan
uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ulang
tentang hubungan antara self regulated learning dengan prestasi akademis di Indonesia dengan subjek penelitian yang berbeda tingkatan pendidikannya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti
merumuskan sebuah masalah yaitu “apakah ada hubungan antara self regulated learningdengan prestasi akademis mahasiswa”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara
self regulated learningdengan prestasi akademis mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan menambah atau menguatkan hasil-hasil
penelitian sebelumnya dan memberikan pengetahuan di bidang psikologi,
khususnya psikologi pendidikan mengenai hubungan antara self regulated learningdengan prestasi akademis mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Pada penelitian ini apabila dapat dibuktikan adanya hubungan antara
8
A. Prestasi Akademis
1. Definisi Prestasi Akademis
Prestasi akademis didefinisikan sebagai nilai yang diperoleh dari
kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan ditentukan melalui
penilaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif dapat
dilakukan dengan cara tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan (Syah,
2008). Setelah didapatkan nilai dari evaluasi prestasi, seorang pengajar
akan menetapkan batas minimum keberhasilan siswa. Mahmud (1990)
menambahkan bahwa prestasi akademis biasanya diukur dari nilai-nilai
sehari-hari hasil tes dan hasil belajar.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
akademis adalah nilai sehari-hari yang diukur dari hasil tes, hasil belajar,
dan kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif serta dilakukan dengan
cara tes tertulis atau tes lisan, dan perbuatan.
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademis
Menurut Syah (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), adalah keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa
meliputi dua aspek, yaitu :
1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandai organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat
menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya
kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ indera juga sangat
berpengaruh dalam proses timbal balik informasi, sehingga
semakin baik kondisi jasmani seorang siswa maka semakin besar
peluang siswa untuk mencapai prestasi akademis yang diharapkan.
2) Aspek psikologis
a) Inteligensi siswa
Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Syah, 2008).
Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses atau meraih
b) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Chaplin dalam Syah, 2008). Dengan demikian, sebetulnya
setiap orang memiliki bakat untuk mencapai prestasi sampai
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Semakin siswa tersebut memiliki kemampuan potensial yang
tinggi maka semakin besar peluangnya untuk mencapai prestasi
sesuai dengan bakatnya.
c) Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu (Reber dalam Syah,
2008). Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Semakin
seorang siswa memusatkan perhatian yang intensif terhadap
materi maka semakin besar kemungkinannya bagi siswa untuk
belajar giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
d) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, secara positif
maupun negatif. Sikap positif terhadap mata pelajaran dan
belajar siswa tersebut sehingga prestasi siswa akan
memuaskan. Sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran dan
pengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut
sehingga prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
e) Motivasi berprestasi
Motivasi muncul ketika adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi,
demikian juga motivasi untuk berprestasi muncul karena ada
suatu kebutuhan berprestasi yang ingin dipenuhi. Menurut
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) kebutuhan untuk
berprestasi didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
menyelesaikan sesuatu yang sulit, menguasai, mengatur
benda-benda fisik, manusia atau ide-ide, melakukan hal-hal tersebut
diatas secepatnya dan semandiri mungkin, mengatasi
rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi,
mengunggulkan diri dan mengungguli orang lain,
meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara
berhasil. Murray juga menambahkan bahwa keinginan ini
diikuti oleh beberapa tindakan seperti menjadi bersemangat,
memperpanjang usaha atau berusaha kembali untuk
menyelesaikan sesuatu yang dirasa sulit, berjuang sendiri untuk
mencapai tujuan atau cita-cita yang tinggi, tekad untuk
menang, mencoba untuk melakukan segala sesuatunya dengan
menjadi yang paling unggul dari yang lainnya, menikmati
adanya kompetisi, menggunakan kemauan yang kuat untuk
mengatasi rasa bosan dan kepenatan.
b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), adalah kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yaitu :
1) Lingkungan Sosial
a) Keluarga
Suasana, keadaan keluarga, sifat-sifat orang tua dan status sosio
ekonomi orang tua semuanya dapat memberi dampak yang baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
siswa. Contoh: Semakin tinggi status sosio ekonomi orang tua
seorang siswa maka semakin tinggi kemungkinannya untuk
mendapatkan fasilitas yang mendukung proses belajar sehingga
siswa dapat mengoptimalkan prestasi akademisnya.
b) Sekolah
Lingkungan sosial sekolah seperti guru/dosen, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Para guru/dosen yang selalu
memperlihatkan sikap dan perilaku simpatik serta
menunjukkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya
nantinya siswa juga terdorong untuk meningkatkan prestasi
akademisnya.
c) Masyarakat
Lingkungan sosial masyarakat seperti tetangga dan
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan banyak
pengangguran memungkinkan siswa tersebut akan menemukan
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi. Hal
ini akan mempengaruhi aktivitas belajarnya sehingga prestasi
yang dicapai siswa akan kurang optimal.
2) Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Contoh: sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar seperti fasilitas
laboratorium dan perpustakaan, semua itu akan mempermudah dan
mempercepat belajar siswa sehingga siswa dapat mengoptimalkan
prestasi akademisnya.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu (Lawson
dalam Syah, 2008). Menurut Biggs (dalam Syah, 2008) pendekatan
belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk dasar, yaitu :
1) Pendekatansurface(permukaan/bersifat lahiriah)
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar, gaya belajarnya santai, asal
hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
Dalam pendekatan ini siswa berpeluang kecil untuk mencapai
prestasi yang diharapkan.
2) Pendekatandeep(mendalam)
Siswa yang menggunakan pendekatan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya.
Gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara
mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Melalui
pendekatan ini, siswa dimungkinkan untuk mencapai prestasi yang
memuaskan.
3) Pendekatanachieving(pencapaian prestasi tinggi)
Siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan
prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi
setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada
siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademis, faktor
motivasi berprestasi seorang siswa untuk mencapai prestasi akademis yang
diharapkan, juga merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam SRL
dan terdapat dalam karakteristik orang yang memiliki SRL.
3. Pengukuran dan Penilaian Prestasi Akademis
Pengukuran prestasi akademis yakni suatu deskripsi kuantitatif tentang
keadaan suatu hal sebagaimana adanya, atau tentang perilaku yang
nampak pada seseorang, atau tentang prestasi yang diberikan oleh seorang
siswa (Winkel, 2004). Derajat prestasi kuantitatif seorang siswa dapat
diukur dengan mengambil ukuran berupa skor. Namun hasil pengukuran
itu masih perlu ditafsirkan atau ditentukan dengan penilaian.
Penilaian sendiri memiliki arti yaitu penetuan taraf mutu prestasi siswa
berdasarkan norma, patokan atau kriterium tertentu (Winkel, 2004).
Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan melalui ujian-ujian dan
tugas-tugas yang relevan. Jenis ujian dibedakan menjadi dua, yaitu ujian
matakuliah dan ujian skripsi, ujian matakuliah dibedakan atas ujian sisipan
dan ujian akhir semester. Bentuk ujian dapat tertulis, lisan, dan praktikum.
Menurut Suryabrata (2006), penilaian dinyatakan dalam suatu
pendapat yang perumusannya bermacam-macam. Ada yang
menggolong-golongkan dengan menggunakan lambang A, B, C, D, E, F, dan ada yang
yang mempergunakan skala sampai 11 tingkat yaitu mulai dari 0 sampai
10, dan ada yang memakai penilaian dari 0 sampai 100. Selanjutnya pada
semester), pihak universitas mengeluarkan IPK yang merupakan
perumusan terakhir yang diberikan oleh dosen mengenai hasil belajar
mahasiswa selama masa tertentu.
Nilai keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dalam bentuk huruf
seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
Huruf Arti Nilai Mutu
A Amat baik 4
B Baik 3
C Cukup 2
D Kurang 1
E Jelek 0
F Kosong
-Indeks prestasi kumulatif (IPK) adalah jumlah total dari hasil perkalian
nilai dengan jumlah kredit tiap mata kuliah yang telah ditempuh, hasil
perkalian tersebut kemudian dibagi dengan total kredit yang telah
ditempuh, tingkat keberhasilan mahasiswa yang dinyatakan dalam
bilangan dan dihitung dengan rumus :
Keterangan :
K = besar kredit
N = nilai
B. Self Regulated Learning
1. DefinisiSelf Regulated Learning
Zimmerman (dalam Howard-Rose dan Winne, 1993) menyatakan
bahwa dalam SRL siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam aktivitas
belajarnya, memiliki tujuan belajar serta upaya yang terstruktur didasarkan
tujuan yang dimilikinya. Zimmerman dan Schunk (dalam Ablard dan
Lipschultz, 1998), menegaskan bahwa SRL adalah upaya mengatur diri
dalam belajar, dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi,
motivasi dan perilaku aktif dalam belajar. Zimmerman dan Schunk juga
menambahkan bahwa SRL bukan merupakan kemampuan mental seperti
inteligensi atau keterampilan akademik misalnya keterampilan membaca,
melainkan merupakan proses pengarahan atau penginstruksian diri dimana
individu mengubah kemampuan mental yang dimilikinya menjadi
keterampilan dalam belajar.
Berdasarkan beberapa definisi SRL yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa SRL adalah upaya aktif individu untuk meraih tujuan
dan mengatur diri dalam aktivitas belajar dengan menggunakan strategi
yang melibatkan kemampuan metakognisi, motivasi dan perilaku aktif.
2. AspekSelf Regulated Learning
Zimmerman (1989) menyatakan bahwa SRL mencakup tiga aspek
yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku. Indikator dari masing-masing
aspek diambil dari skala yang disusun oleh Wolters, Pintrich, dan
a. Metakognisi
Metakognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan,
mengorganisasi atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan
melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
Indikator metakognisi, yaitu :
1) Rehearsal strategiesadalah strategi untuk menghafal materi kuliah agar lebih mudah dipahami.
2) Elaboration strategies adalah strategi untuk merinci kembali materi kuliah agar lebih mudah dipahami.
3) Organization strategies adalah strategi untuk mengorganisasi kembali materi kuliah agar lebih mudah dipahami.
4) Metacognitive self-regulation adalah pengaturan kognisi seperti pemeriksaan, perencanaan, pemantauan, revisi, dan evaluasi.
b. Motivasi
Motivasi dalam SRL ini merupakan pendorong yang ada pada diri
individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi dan
otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.
Indikator motivasi, yaitu :
2) Relevance enhancement adalah usaha yang dilakukan untuk menghubungkan materi kuliah dengan segala sesuatu yang
berkaitan dengan dirinya.
3) Situational interest enhancement adalah usaha yang dilakukan untuk membuat situasi belajar menjadi suatu hal yang menarik.
4) Perfomance/relative ability self-talk adalah mengatakan pada diri sendiri suatu kata-kata untuk meningkatkan perfomansi belajar
dengan cara membandingkan apa yang sudah dilakukan diri sendiri
dengan apa yang sudah dilakukan mahasiswa lain.
5) Perfomance/extrinsic self-talkadalah mengatakan pada diri sendiri suatu kata-kata supaya mendapatkan umpan balik yang positif guna
meningkatkan perfomansi belajar.
6) Self-consequating adalah memikirkan imbalan-imbalan atau hukuman-hukuman bagi kesuksesan atau kegagalan yang dicapai.
7) Enviromental structuring adalah memilih atau mengatur lingkungan fisik agar lebih mudah untuk belajar.
c. Perilaku
Perilaku merupakan kegiatan individu untuk mengatur diri, menyeleksi
dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitas belajarnya.
Indikator perilaku, yaitu :
2) Regulating time and study environment adalah pengaturan waktu dan lingkungan belajar.
3) General intention to seek needed help adalah keinginan untuk mencari bantuan sendiri.
4) General intention to avoid needed help adalah keinginan berusaha keras terlebih dahulu dibandingkan mencari bantuan.
5) Perceived costs of help-seeking (threat) adalah mempersepsi bahwa mendapat bantuan sebagai sebuah ancaman.
6) Perceived benefits of help-seeking adalah mempersepsi bahwa mendapat bantuan sebagai sebuah keuntungan.
7) Instrumental (autonomous) help-seeking goal adalah meminta bantuan sebagai sarana untuk memahami materi kuliah dan
mengerjakan tugas kuliah dengan bekerja sendiri.
8) Expedient (executive) help-seeking goal adalah meminta bantuan sebagai sarana untuk memahami materi kuliah dan mengerjakan
tugas kuliah tanpa bekerja sendiri.
9) Seeking help from formal sourced (teachers) adalah mencari bantuan dari sumber resmi (dosen).
10)Seeking help from informal source (other student) adalah mencari bantuan dari sumber tidak resmi (mahasiswa lain).
Kemampuan adaptasi SRL yang mencakup metakognisi, motivasi, dan
perilaku diperlukan hingga tercapainya hasil belajar optimal. Adaptasi
secara kognitif dalam merencanakan, memprogram dan mengatur kegiatan
belajar beserta strategi yang akan dilakukannya, dan memanajemen
motivasi dan perilaku yang diperlukannya untuk melakukan kegiatan
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat aktivitas
belajar berlangsung.
3. Faktor – faktor yang MempengaruhiSelf Regulated Learning
Menurut teori sosial-kognitif dari Zimmerman (1989) ada tiga hal yang
mempengaruhi SRL yaitu :
a. Individu (diri)
Faktor individu ini meliputi :
1) Pengetahuan yang dimiliki individu. Semakin banyak dan beragam
pengetahuan yang dimiliki individu akan semakin membantu
individu dalam melakukan SRL.
2) Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki. Semakin tinggi
tingkat metakognisi (kemampuan individu dalam merencanakan,
mengorganisasikan, menginstruksikan diri, memantau, dan
mengevaluasi dalam kegiatan belajar) yang dimiliki individu akan
membantu pelaksanaan SRL dalam diri individu.
3) Tujuan yang ingin dicapai. Semakin banyak dan kompleks tujuan
yang ingin diraih dalam aktivitas belajar, semakin besar
b. Perilaku
Perilaku disini mengacu kepada kegiatan individu menggunakan
kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang
dikerahkan individu dalam mengatur dan mengorganisasi proses
belajar akan meningkatkan SRL pada individu. Bandura (dalam
Zimmerman, 1989) menyatakan dalam perilaku ini, ada tiga tahap
yang berkaitan dengan SRL yaitu :
1) Self observation
Self observation merupakan tahap dimana individu melihat ke dalam dirinya dan perilaku yang terkait dengan kemajuan yang
telah dicapai ke arah belajar.
2) Self judgement
Self judgement merupakan tahap dimana individu memperbandingkan perfomansi belajar yang telah dilakukannya
dengan standar atau tujuan yang sudah dibuat dan ditetapkan
individu. Melalui upaya memperbandingkan perfomansi belajarnya
dengan standar atau tujuan yang telah dibuat atau ditetapkan,
individu dapat melakukan evaluasi atas perfomansi belajar yang
telah dilakukannya dan mengetahui letak kelemahan perfomansi
belajarnya.
3) Self reaction
mencapai tujuan atau standar yang telah dibuat dan ditetapkan.Self reaction ini, dikaitkan dengan SRL dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Behavioral self-reactions, dimana siswa berusaha mengoptimalkan usahanya dalam belajar, 2) Personal self-reactions, yaitu siswa berusaha untuk peningkatan proses yang ada dalam dirinya pada saat belajar seoptimal mungkin, 3)
Enviromental self-reactions, yaitu siswa berupaya mengubah dan menyesuaikan lingkungan tempat ia belajar sesuai dengan
kebutuhannya.
c. Lingkungan
Menurut Bandura (dalam Zimmerman,1989) lingkungan memiliki
peran terhadap pengelolaan diri dalam belajar, yaitu sebagai tempat
individu melakukan aktivitas belajar dan memberikan fasilitas kepada
aktivitas belajar yang dilakukan, apakah fasilitas tersebut cenderung
mendukung atau menghambat aktivitas belajar khususnya SRL.
Contoh lingkungan yang mendukung antara lain kemudahan mencari
bahan referensi, mempunyai tempat bertanya terhadap masalah yang
dihadapi dalam belajar, dan tempat belajar yang nyaman. Sedangkan
contoh yang bisa diambil untuk lingkungan yang kurang mendukung
adalah suasana atau tempat belajar yang ramai dan bising sehingga
mengganggu konsentrasi, sulitnya mencari acuan baik pustaka maupun
narasumber dalam memperoleh informasi ataupun pengetahuan
Bandura menjelaskan mengenai hubungan ketiga hal yang
mempengaruhi SRL seperti ditunjukkan dalam Gambar 1:
Gambar 1. A Triadic Analysis of Self Regulated Learning
Dari Zimmerman, B.J. (1989).A social cognitive view of self regulated academic learning. Journal of Educational Psychology, 3, h.330. Proses regulasi diri, sebagaimana tampak dalam Gambar 1, merupakan
proses internal yang tidak tampak (covert) yang terjadi dalam diri (person
atau self). Hasil dari proses regulasi diri selanjutnya diwujudkan dalam bentuk strategi untuk mengarahkan perilaku (behavioral self-regulation). Behavioral self-regulation merupakan proses dimana siswa proaktif menggunakan strategi mengevaluasi diri sehingga siswa akan memperoleh
info tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya, perilaku
dimunculkan dalam setting lingkungan yang paling memungkinkan
(enviromental self-regulation).Enviromental self-regulationsendiri adalah proses dimana siswa proaktif menggunakan strategi memanipulasi
lingkungan. Misalnya seperti mengatur supaya lingkungan nyaman
sebagai tempat belajar. Sedangkan, covert self-regulation merupakan keadaan dimana proses yang ada di dalam diri siswa saling mempengaruhi
satu sama lain. Disamping mengembangkan strategi, individu juga
menerima balikan (feedback) baik dari perilaku yang dimunculkan maupun dari lingkungan tempat perilaku itu diwujudkan.
Siswa melakukan strategi belajar selain mendasarkan pada
pengetahuan yang telah mereka miliki, juga mendasarkan pada
kemampuan metakognisi yang dimilikinya. Perencanaan strategi tersebut
akan membimbing usaha siswa untuk mengontrol belajarnya, dan
pelaksanaan strategi ini akan dipengaruhi secara timbal balik olehenactive feedback(balikan berupa aksi) melalui hasil kegiatan belajar tersebut.
Menurut teori sosial kognitif, self regulated learning tidak hanya ditentukan oleh individual tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan
perilaku. Ketiganya berinteraksi secara timbal balik. SRL terjadi dimana
siswa dapat menggunakan dirinya untuk mengatur perilaku dan
lingkungan belajar sekitar.
Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989) menyatakan SRL
bukanlah merupakan suatu fungsi keadaan yang tetap, melainkan memiliki
variasi tingkatan yang tergantung pada konteks lingkungan sosial dan
individu menggunakan strategi yang menggabungkan pengaruh ketiga
komponen (triadic), dalam mencapai tujuan akademik. Siswa dikatakan
sebagai individu yang melakukan regulasi diri, apabila ia dapat
menggunakan kontrol strategi terhadap ketiga komponen pengaruh
tersebut.
4. KarakteristikSelf Regulated Learners
Siswa yang melakukan SRL disebut sebagai self regulated learners.
Menurut Purdie, Hottie dan Douglas (1996) karakteristik self regulated learners, yakni :
a. Berorientasi pada tujuan belajar
b. Memiliki strategi dan tekun belajar
c. Mampu mengatur waktu dan aktivitas belajar secara efisien sehingga
aktivitas belajar yang mereka lakukan optimal
d. Mampu memotivasi diri agar tetap terfokus pada tugas ketika
menghadapi rintangan akademis
e. Mampu melakukan pemonitoran serta pengevaluasian dalam proses
belajarnya.
Schunk dan Zimmerman (dalam Wolters, 1998) menambahkan bahwa
karakteristikself regulated learnersyaitu :
a. Memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepada mereka dan membuat perencanaan untuk mengatur penggunaan
waktu serta sumber-sumber yang dimiliki baik sumber di dalam
b. Memilikineed for challenge(kebutuhan akan tantangan). Karakteristik yang dimaksudkan disini siswa memiliki kecenderungan untuk
menyesuaikan kesulitan yang dihadapinya pada saat mengerjakan
tugas dan mengubahnya menjadi sebuah tantangan dan suatu hasil
yang menyenangkan atau menarik.
c. Mengetahui bagaimana cara menggunakan sumber-sumber yang ada,
baik sumber dari dalam dirinya maupun dari luar serta melakukan
pengontrolan terhadap proses belajarnya. Disamping itu, mereka juga
melakukan pengevaluasian terhadap perfomansinya dalam belajar.
d. Memiliki kegigihan dalam bekerja dan mempunyai strategi tertentu
yang membantunya dalam belajar.
e. Siswa yang melakukan SRL pada saat melakukan aktivitas membaca,
menulis maupun berdiskusi dengan orang lain, mempunyai
kecenderungan untuk membuat suatu pengertian atau makna dari apa
yang dibaca, ditulis maupun didiskusikannya.
f. Menyadari bahwa kemampuan yang mereka miliki bukan satu-satunya
karakter yang mendukung kesuksesan dalam meraih prestasi dalam
belajar melainkan juga dibutuhkan strategi dan upaya yang gigih dalam
Dari beberapa pendapat di atas, karakteristik self regulated learners
dapat digabung menjadi sebagai berikut :
a. Berorientasi pada tujuan belajar
b. Memiliki kemandirian dalam membuat perencanaan untuk mengatur
dirinya
c. Memilikineed for challange(kebutuhan akan tantangan) d. Memiliki strategi dan tekun belajar
e. Melakukan pengontrolan dan evaluasi belajar
5. Strategi dalamSelf Regulated Learning
Strategi dalam self regulated learning menurut Zimmerman & Martinez-Ponz (dalam Chang, 2004) mencakup kemampuan-kemampuan
siswa untuk :
a. Self-evaluation, yaitu inisiatif siswa untuk mengevaluasi mutu atau kemajuan tentang apa yang dikerjakan mereka.
b. Organizing and transforming, yaitu inisiatif siswa untuk mengorganisasi kembali materi pelajaran agar lebih mudah dan jelas
memahaminya untuk meningkatkan belajar mereka.
c. Goal-setting and planning, yaitu siswa telah menentukan sasaran, perencanaan yang bertahap, pemilihan waktu, menyusun semua
kegiatan yang berhubungan dengan sasaran pendidikan mereka.
d. Seeking information, yaitu usaha awal siswa untuk berusaha sungguh-sungguh mendapatkan semua informasi yang berkaitan dengan tugas
e. Keeping records and monitoring, yaitu usaha awal siswa untuk mengingat beberapa peristiwa atau hasil dari pekerjaan mereka.
f. Environmental structuring, yaitu usaha awal siswa untuk memilih atau menyusun tempat yang membuat belajar lebih mudah.
g. Self-consequences, yaitu memikirkan imbalan-imbalan atau hukuman-hukuman bagi kesuksesan atau kegagalan yang dicapai.
h. Rehearsing and memorizing, yaitu inisiatif siswa untuk menghafal materi pelajaran melalui praktek secara jelas.
i-j. Seeking social assistance, yaitu usaha awal siswa untuk meminta bantuan kepada (i) teman-teman, (j) para guru, dan (k) orang yang
lebih tua.
l-n. Reviewing records, yaitu usaha awal siswa untuk membaca kembali soal, (l) soal ujian, (m) catatan, atau (n) buku teks dalam menghadapi
ulangan atau ujian kenaikan kelas.
o. Perilaku belajar atas inisiatif orang lain seperti guru atau orang tua, dan
semua respon-respon verbal yang tidak jelas.
C. Hubungan antara Self Regulated Learning dengan Prestasi Akademis
SRL yang dilakukan mahasiswa akan melibatkan proses dalam diri
mahasiswa untuk pengaktifan proses metakognisi, secara konsisten menjaga
kestabilan motivasinya dalam belajar, dan mengoptimalkan perilaku dalam
belajar sehingga nantinya membuat perfomansi akademis yaitu prestasi
Groot (1990) yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang mencolok antara
siswa yang berprestasi dan tidak berprestasi dalam hal pengelolaan diri dalam
belajar. Perbedaanya yaitu pada siswa yang sukses dalam belajarnya
mempunyai konsep dan kesadaran mengenai belajar dan menunjukkan
pemahaman bagaimana menggunakan strategi dan ketrampilan metakognisi.
Penggunaan strategi metakognisi dapat dilakukan dengan membuat ringkasan
yang berisi pikiran pokok dan konsep-konsep dari mata kuliah tersebut. Selain
itu, mahasiswa dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu
fokus pada materi kuliah. Strategi metakognisi tersebut akan membantu
mahasiswa dalam merencanakan, mengorganisasi, memonitor dan melakuan
evaluasi dalam aktivitas belajar. Apabila mahasiswa mampu menerapkan
strategi dan ketrampilan metakognisi dari setiap mata kuliah tentu saja ini
akan membantu proses belajar mahasiswa sehingga nantinya mahasiswa dapat
mengoptimalkan prestasi akademisnya.
Hal lain yang berperan membangun SRL adalah motivasi. Motivasi dalam
SRL ini merupakan pendorong yang ada pada diri mahasiswa yang mencakup
persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi dan otonomi yang dimiliki dalam
aktivitas belajar. Cara memotivasi diri yang dapat dilakukan, yaitu mahasiswa
meyakinkan dirinya untuk berusaha memikirkan bagaimana cara mendapat
nilai bagus. Cara lainnya dengan memberikan hadiah pada diri sendiri apabila
targetnya dipenuhi. Motivasi tersebut akan membuat mahasiswa merasa
optimis dan mempersepsi terhadap kemampuan, potensi dan kecenderungan
yang tinggi akan melihat permasalahan sebagai sesuatu yang harus
dihadapinya, termasuk dalam hal belajar untuk meraih prestasi akademis yang
memuaskan. Sebaliknya, motivasi belajar yang rendah akan menurunkan
semangat mahasiswa untuk belajar dan tidak sungguh-sungguh mengikuti
perkuliahan. Hal ini tentunya juga akan menurunkan prestasi belajarnya.
Kedua komponen tersebut, yaitu metakognisi dan motivasi juga didukung
oleh perilaku aktif mahasiswa dalam aktivitas belajar. Perilaku aktif ini dapat
diwujudkan dengan tetap bekerja keras melakukan yang terbaik dalam mata
kuliah meskipun tidak menyukainya. Selain itu, mahasiswa dapat
memanfaatkan waktu belajarnya dengan baik dan dapat mencari tempat
dimana mahasiswa dapat berkonsentrasi. Dalam hal ini mahasiswa juga
memiliki inisiatif dan mengarahkan usahanya pada guru, orang tua atau pihak
lain. Mereka tetap berinteraksi dengan pihak lain untuk meminta bantuan,
tetapi tidak sepenuhnya tergantung dan mereka tetap memiliki inisiatif serta
kehendak untuk mengambil suatu keputusan. Semua kegiatan tersebut
bertujuan agar mahasiswa dapat mengatur diri sendiri, meyeleksi, dan
memanfaatkan lingkungan yang mendukung aktivitas belajarnya. Diharapkan
dengan kegiatan tersebut dapat membantu dan mempermudah mahasiswa
dalam memahami materi kuliah sehingga nantinya dapat meningkatkan
D. Hipotesis
Sesuai dengan paparan teoritik dan hasil penelitian terdahulu, ditarik
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Hipotesis tersebut adalah ada
hubungan positif antara self regulated learning (SRL) dengan prestasi akademis mahasiswa. Semakin tinggi kecenderungan subjek untuk melakukan
SRL semakin tinggi pula prestasi akademis yang dicapai oleh mahasiswa.
Sebaliknya semakin rendah kecenderungan subjek untuk melakukan SRL
33
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian korelasional. Jenis penelitian
korelasional merupakan jenis penelitian yang berbentuk hubungan antara dua
variabel. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi pada
suatu variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu hubungan
antaraself regulated learningdengan prestasi akademis mahasiswa.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel menurut Azwar (2009) adalah simbol yang nilainya dapat
bervariasi, yaitu angkanya dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang
lain atau dari objek ke objek yang lainnya. Variasi angka termasuk tidak hanya
dalam arti variasi kuantitatif akan tetapi juga dapat mengandung arti variasi
kualitatif. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas :Self regulated learning
2. Variabel Tergantung : Prestasi akademis
C. Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian perlu dirumuskan ke dalam suatu
operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan sesuai
karakteristik variabel yang diamati (Azwar, 2009).
1. Self regulated learning (SRL) adalah perilaku individu untuk meraih tujuan dan mengatur diri dalam aktivitas belajar dengan menggunakan
strategi yang melibatkan kemampuan sebagai berikut :
a. Metakognisi yaitu kemampuan individu dalam melakukan
perencanaan, pengorganisasian, menginstruksikan dirinya, memonitor
dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
b. Motivasi yaitu sebagai kemampuan mendorong pada diri individu yang
mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi dan otonomi
dalam aktivitas belajar.
c. Perilaku aktif yaitu upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi
dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitas belajar.
SRL ini akan diukur dengan menggunakan skala self regulated learning (SRL). Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala ini, semakin besar pula tendensi subjek melakukan SRL. Begitu pula
sebaliknya.
2. Prestasi akademis adalah nilai sehari-hari yang diukur dari hasil tes, hasil
belajar, dan kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif serta dilakukan
dengan cara tes tertulis atau tes lisan, dan perbuatan. Pada umumnya,
prestasi akademis mahasiswa dinyatakan dalam bentuk Indeks Prestasi
menguasai, memahami sebuah pelajaran yang telah diajarkan di perguruan
tinggi. IPK adalah jumlah total dari hasil perkalian nilai dengan jumlah
kredit tiap mata kuliah yang telah ditempuh, hasil perkalian tersebut
kemudian dibagi dengan total kredit yang telah ditempuh. Dalam
penelitian ini, prestasi akademis akan diketahui dengan menggunakan
metode dokumentasi untuk memperoleh data IPK mahasiswa.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa yang sekurang-kurangnya telah menempuh perkuliahan 6
semester. Pemilihan subjek mahasiswa dengan kriteria telah menjalani
perkuliahan minimal 6 semester dengan pertimbangan bahwa pola belajar
mahasiswa sudah menetap dan IPK yang diperoleh sudah cukup untuk
menggambarkan baik tidaknya prestasi akademis mahasiswa tersebut.
2. Sedang aktif berkuliah dan tidak pernah cuti. Pemilihan subjek mahasiswa
dengan kriteria sedang aktif berkuliah dengan pertimbangan bahwa
peneliti ingin mengukur mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
pembelajaran dan kriteria tidak pernah cuti dengan pertimbangan bahwa
IPK yang dibutuhkan hanyalah mahasiswa yang sekurang-kurangnya telah
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode
skala dan metode dokumentasi. Skala yang digunakan adalah skala SRL,
sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data IPK
mahasiswa.
Data yang diperoleh setiap aitem pada skala SRL akan diukur dengan
skala yang menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) dimana tiap respon dari subjek akan diberi skor sesuai dengan nilai jawaban setiap aitem tersebut kemudian akan dijumlahkan
sehingga merupakan skor subjek pada skala tersebut (Azwar, 2003).
1. Self regulated learning
Skala mempunyai karakteristik sebagai alat ukur psikologi yaitu
stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang menggungkap
indikator perilaku dari atribut yang akan diukur, skala selalu berisikan
banyak aitem dan semua jawaban dalam skala dapat diterima sejauh
diberikan secara jujur dan bersungguh-sungguh (Azwar, 2003). Alasan
pemilihan skala dalam penelitian ini adalah karena metode skala sangat
populer dalam penelitian, praktis dan jika dirancang dengan baik,
umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Penelitian ini
menggunakan satu skala, yaitu skala SRL.Skala ini disusun oleh Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003). Dalam penelitian ini, peneliti
menerjemahkan dan mengurangi sesuai dangan karakteristik subjek
a. Metakognisi
Dengan indikator :
1) Rehearsal strategies
2) Elaboration strategies
3) Organization strategies
4) Metacognitive self-regulation
b. Motivasi
Dengan indikator :
1) Mastery self-talk
2) Relevance enhancement
3) Situational interest enhancement
4) Perfomance/relative ability self-talk
5) Perfomance/extrinsic self-talk
6) Self-consequating
7) Enviromental structuring
c. Perilaku
Dengan indikator :
1) Effort regulation
2) Regulating time and study environment
3) General intention to seek needed help
4) General intention to avoid needed help
5) Perceived costs of help-seeking
7) Instrumental help-seeking goal
8) Expedient help-seeking goal
9) Seeking help from formal source
Tabel 2
Blue Print Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba
Aitem
Aspek No Aitem
Favorable
No Aitem
Unfavorable Total
1. Metakognisi
a. Rehearsal strategies 5,11,25,80 4 b.Elaboration strategies 7,51,56,83,91,95 6 c.Organization strategies 30,36,45,92 4 d.Metacognitive self- regulation4,16,20,23,42,48,54,
61,87,94 29,32 12
2. Motivasi
a.Mastery self-talk 3,12,15,27,34,41 6 b.Relevance enhancement 14,22,28,35,38,39 6 c.Situational interest
enhancement 26,31,33,40,57 5
d.Perfomance/relative ability
self-talk 21,62,90,93 4
e.Perfomance/extrinsic self-talk 46,67,72,77,88 5 f. Self-consequating 19,24,49,55,58 5 g.Enviromental structuring 8,18,43,60,70 5 3. Perilaku
a.Effort regulation 71,79 50,85 4 b.Regulating time and study
environment 47,53,63,68,82 1, 73,75 8 c.General intention to seek
needed help 52,76,78 3
d.General intention to avoid
needed help 13,59,65 3
e.Perceived benefits of
help-seeking 64,66,84 3
f.Perceived costs of help-seeking6,10,74,81 4 g.Instrumental help-seeking
goal 17,44,69 3
h.Expedient help-seeking goal 2,37,86 3 i.Seeking help from formal
source 89 1
j.Seeking help from informal
source 9 1
Setiap pernyataan dalam skala diberikan 6 kategori jawaban, yaitu
sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), agak tidak sesuai (ATS)
artinya jawaban cenderung pada tidak sesuai, agak sesuai (AS) artinya
jawaban cenderung pada sesuai, sesuai (S), dan sangat sesuai (SS).
Pembobotan skala dilakukan dengan melihat sifat aitem. Butir aitem dalam
skala SRL bersifat favorabel dan unfavorabel. Rentang skor setiap butir
aitem berkisar dari 0 sampai dengan 5 seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3
Skor Jawaban untuk Skala Self Regulated Learning
Pernyataan Jawaban
Favorabel Unfavorabel
Sangat tidak sesuai (STS) 0 5
Agak tidak sesuai (ATS) 1 4
Tidak sesuai (TS) 2 3
Agak sesuai (AS) 3 2
Sesuai (S) 4 1
Sangat sesuai (SS) 5 0
Pada skala SRL ini dikatakan bahwa semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek berarti semakin tinggi kecenderungan subjek melakukan
SRL dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti
semakin rendah kecenderungan subjek melakukan SRL.
2. Prestasi Akademis
Dalam metode dokumentasi data-data yang didapat merupakan
kumpulan data yang berbentuk catatan, transkip dan keterangan secara
tertulis yang pernah dilakukan pihak Fakultas Psikologi di waktu yang
lalu. Dokumentasi Fakultas Psikologi yang digunakan berupa IPK
jumlah kredit tiap mata kuliah yang telah ditempuh, hasil perkalian
tersebut kemudian dibagi dengan total kredit yang telah ditempuh. Alasan
penggunaan IPK adalah karena IPK menjadi ukuran pencapaian prestasi
akedemis mahasiswa.
F. Uji Coba Alat Ukur
Peneliti melakukan pengambilan data dalam rangka uji coba skala yang
sudah disusun pada sampel mahasiswa/mahasiswi yang terkait. Tujuan dari uji
coba adalah untuk melihat melihat kualitas aitem-aitem dalam skala yang akan
digunakan dalam penelitian. Uji coba alat penelitian dilakukan pada tanggal
14 Mei 2009 di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Alat ukur ini diujicobakan pada kelompok subjek yang memiliki karakteristik
sama dengan kelompok subjek penelitian yang sesungguhnya. Subjek dalam
uji coba alat ukur ini sebanyak 50 orang dari mahasiswa yang telah menempuh
minimal 6 semester dan tidak pernah cuti.
Uji coba dilakukan pada subjek di dalam kelas. Adapun prosedurnya,
peneliti membagikan skala kepada para subjek dan selanjutnya meminta
mereka untuk membaca petunjuk pengisian skala yang tertera dan menulis
identitas mereka. Subjek lalu diminta untuk mengisi skala tersebut dengan
sejujurnya sesuai dengan petunjuk pengisian. Tidak ada batasan waktu dalam
pengisian skala. Peneliti menyebar 50 eksemplar pada uji coba ini, 50
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas adalah tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur dikatakan valid jika dapat
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
(Azwar, 2000). Validitas dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara
yaitu :
a. Validitas Isi
Validitas isi dilakukan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional yaitu dengan menganalisis sejauh mana alat
ukur merefleksikan keseluruhan isi kawasan ukur dengan ciri atribut
yang hendak diukur (Azwar, 2000). Validitas isi dari skala ini
diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes atau melalui
professional judgement (dosen pembimbing), yaitu dengan cara melihat apakah aitem-aitem yang telah disusun menurut batasan
domain ukur yang telah ditetapkan semula (blue print), dan memeriksa apakah masing-masing aitem telah sesuai dengan indikator perilaku
yang hendak diungkapkan.
b. Validitas Tampang
Validitas tampang adalah validitas yang didasarkan pada penilaian
terhadap format penampilan (Azwar, 2000). Validitas tampang
menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur sifat
yang akan diukur.
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem yaitu sejauh mana aitem mampu membedakan kelompok
yang tidak dan yang memiliki atribut yang diukur. Kriteria aitem terpilih
dilakukan dengan cara membuang aitem dengan alpha yang lebih besar
daripada alpha aitem total sehingga diperoleh korelasi aitem total tertinggi.
Bila korelasi aitem total yang diperoleh tinggi maka dapat dikatakan
bahwa aitem tersebut memiliki indeks daya beda aitem yang dianggap
memuaskan (Azwar, 2003).
Peneliti melakukan analisis aitem terhadap skala-skala yang akan
dianalisis tersebut berdasarkan koefisien alpha yang digunakan untuk
menetapkan konsistensi internal skala secara keseluruhan. Prosesnya
dengan melakukan analisis reliabilitas dengan program SPSS versi 12 for windows.Aitem-aitem dipilih dengan melihat kolom output ”alpha if item deleted”, jika koefisien aitem pada kolom ini lebih besar daripada koefisien alpha secara keseluruhan, maka aitem tersebut harus dibuang.
Proses ini dilakukan berkali-kali sehingga taraf koefisien alpha yang
maksimal, artinya koefisien dalam kolom ”alpha if item deleted” tidak ada yang lebih besar daripada koefisien alpha skala secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis aitem pada skala SRL didapat 83 aitem yang sahih
dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0,931. Distribusi
Tabel 4
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Self Regulated Learning
Nomer Aitem Nomer Aitem
Aspek
Gugur Jumlah Sahih Jumlah
1. Metakognisi
a.Rehearsal strategies - 0 5,11,25,80 4 b.Elaboration strategies - 0 7,51,56,83,91,95 6 c.Organization strategies - 0 30,36,45,92 4 d.Metacognitive
self-regulation
a.Mastery self-talk 41 1 3,12,15,27,34 5 b.Relevance enhancement - 0 14,22,28,35,38,39 6 c.Situational interest
enhancement - 0 26,31,33,40,57 5
d.Perfomance/relative
ability self-talk - 0 21,62,90,93 4
e.Perfomance/extrinsic
self-talk - 0 46,67,72,77,88 5
f.Self-consequating - 0 19,24,49,55,58 5 g.Enviromental structuring 18 1 8,43,60,70 4 3. Perilaku
a.Effort regulation 85 1 50,71,79 3 b.Regulating time and study
environment 1, 73 2 47,53,63,68,75,82 6
c.General intention to seek
needed help - 0 52,76,78 3
d.General intention to avoid
needed help 13 1 59,65 2
e.Perceived benefits of
help-seeking - 0 64,66,84 3
f.Perceived costs of
help-seeking 10,74 2 6,81 2
g.Instrumental help-seeking
goal - 0 17,44,69 3
h.Expedient help-seeking
goal 86 1 2,37 2
i.Seeking help from formal
source - 0 89 1
j. Seeking help from
informal source - 0 9 1
Tabel 5
Blue Print Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba
Aitem
Aspek No Aitem
Favorable
No Aitem
Unfavorable Total
1. Metakognisi
a.Rehearsal strategies 5(4),11(9),25(21),80(70) 4 b.Elaboration strategies 7(6),51(43),56(48),83(73),
91(79), 95(83) 6
c.Organization strategies 30(25),36(30),45(37), 92(80) 4 d.Metacognitive self- regulation 4(3),16(13),20(16),23(19),48(
40),54(46),61(53),87 (75),94(82)
9
2. Motivasi
a.Mastery self-talk 3(2),12(10),15(12),27(23),
34(28) 5
b.Relevance enhancement 14(11),22(18),28(24), 35(29),
38(32),39(33) 6
c.Situational interest enhancement
26(22),31(26),33(27),
40(34),57(49) 5
d.Perfomance/relative ability
self-talk 21(17),62(54),90(78), 93(81) 4
e.Perfomance/extrinsic self-talk 46(38),67(59),72(64),
77(67),88(76) 5
f.Self-consequating 19(15),24(20),49(41),
55(47),58(50) 5
g.Enviromental structuring 8(7),43(35),60(52),70(62) 4 3. Perilaku
a.Effort regulation 71(63),79(69) 50(42) 3 b.Regulating time and study
environment
47(39),53(45),63(55),
68(60),82(72) 75(65) 6
c.General intention to seek
needed help 52(44),76(66),78(68) 3
d.General intention to avoid
needed help 59(51),65(57) 2
e.Perceived benefits of
help-seeking 64(56),66(58),84(74) 3
f.Perceived costs of
help-seeking 6(5),81(71) 2
g.Instrumental help-seeking
goal 17(14),44(36),69(61) 3
h.Expedient help-seeking goal 2(1),37(31) 2 i.Seeking help from formal
source 89(77) 1
j.Seeking help from informal
source 9(8) 1
Total 83
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh
koefisien reliabilitas. Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Estimasi reliabilitas diperoleh melalui pendekatan konsistensi internal yaitu dengan melihat konsistensi
antar aitem dalam tes itu sendiri. Dalam pendekatan ini, subjek hanya
dikenai satu kali pengukuran (single trial administration) kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian (Azwar, 2000).
Estimasi reliabilitas skala SRL menggunakan teknik Alpha Cronbach
dengan menggunakan program SPSS 12 for Windows, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,925 dari 83 aitem, yang berarti skala ini reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Data Penelitian
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang
akan dianalisis dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak
(Sugiyono, 2008). Uji normalitas dengan metodeKolmogorov-Smirnov
dalam program SPSS versi 12.00for windows dapat dilakukan dengan melihat sig. Apabila nilai sig > 0,05 maka distribusinya adalah normal
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung membentuk garis lurus atau
tidak (Sugiyono, 2008). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
test for linearitydalam program SPSS versi 12.00 for windows
.
Kriteria pengujiannya nilai p untuk test for linearity < 0,05 maka terdapat hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel tergantung(Trihendradi, 2005).
2. Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 12.00for windows.Alasan penggunaan teknik analisis statistik ini adalah karena penelitian ini mencoba menguji
hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung tanpa variabel
sertaan lain. Teknik korelasi product moment dapat dilakukan bila hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah linear dan
data dari variabel bebas dan variabel tergantung mempunyai distribusi