• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

60

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO Joice Tatilu*, Diana Vanda Doda**, Jimmy Posangi**

* Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi rumah sakit. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu untuk seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit dalam menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit juga bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Penelitian ini merupakan penelitian mix method, dengan mengkombinasikan kuantitatif untuk memberikan gambaran implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit dari hasil sampel 83 responden dan penelitian kualitatif yang bersifat investigasi secara mendalam terhadap informan yang berjumlah sebanyak 6 (enam) informan yang terdiri dari 1 Direktur Rumah Sakit, 1 Ketua Tim K3RS, 1 Kepala Sub Bidang SDM, 1 Kepala Ruangan Rawat Inap dan 2 Perawat Pelaksana. Hasil penelitian kuantitatif menemukan bahwa implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano belum maksimal: komitmen dan kebijakan K3 yang belum baik sebanyak 59%, perencanaan K3 sebanyak 50,6%, pelaksanaan K3 sebanyak 59%, pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 sebanyak 71,1% dan kajian ulang manajemen K3 sebanyak 59%. Hasil penelitian kualitatif ditemukan bahwa komitmen dan kebijakan K3 yang ada yaitu pembentukan Tim K3RS dan mengadakan anggaran, namun masih kurang koordinasi dari pihak manajemen, Tim K3RS dan tenaga kesehatan. Perencanaan K3 sudah memuat tujuan dan sasaran K3 yang terdapat satuan/indikator pengukuran dan sasaran pencapaian tapi belum maksimal. Pelaksanaan K3 yang sudah dilakukan yaitu tersedianya prosedur dan instruksi kerja, pelaporan kecelakaan kerja dan pemeriksaan berkala untuk tenaga kerja. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 belum dilakukan sesuai tujuan dan sasaran K3. Kajian ulang manajemen K3belum pernah dilakukan. Kesimpulan dari implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano yaitu belum berjalan maksimal. Program pelaksanaan K3 yang berjalan hanya penyediaan sebagian APD (Alat Pelindung Diri) dan pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kerja, sedangkan program-program lainnya belum optimal karena kurangnya koordinasi antara pihak manajemen, Tim K3RS, dan tenaga kerja.

Kata Kunci: Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ruang Rawat Inap ABSTRACT

Hospital as a health care in institution is required to provide a good quality of health services and implement the Hospital Occupational Health and Safety program (K3RS), as stated in the hospital policy and accreditation standard. The basic concept of K3RS is an integrated effort to established a healthy, comfort and safe occupational environment for hospital workers, patients, and people around the hospital. The aim of this study is to analyze the implementation of the management system of health and safety in the inpatient installation Dr. Sam Ratulangi Hospital Tondano. This study is a mix method, combining quantitative to provide an overview the implementation of the management system of health and safety in the hospital with the results of 83 respondents and qualitative research that is both in-depth investigation of the informant, they are six (6) informants consisting of 1 Director of the Hospital, 1 Team Leader of OHSH, 1 Division Head of HR, 1 Head of Inpatient Installation and 2 Executive Nurses. The results of a quantitative study found that implementation of the management system of health and safety at the Hospital is not been running

(2)

61

optimally: commitment and OHS policy that has not been good as much as 59%, OHS planning as much as 50.6%, OHS implementation as much as 59%, OHS checking and corrective action as much as 71.1% and a review of the OHS management as much as 59%. The results of qualitative research found that commitment and OHS policy is forming the K3RS Team and organize the budget still lack of coordination on the part of management, K3RS Team and health personnel. OHS planning already contains goals and objectives occurs OHS unit / measurement indicators and target achievement but not maximized. Implementation of the availability of procedures and work instructions, work accident reporting and periodic inspections to labor has been working well. Checking and corrective action has not been carried out in accordance OHS goals and OHS objectives. A review of OHS management has not ever been conducted. The conclusion of the implementation of the management system of occupational health and safety in Hospital has not been running optimally. OHS implementation program that runs only a partial provision of PPE (Personal Protective Equipment) and a health examination for workers, while other programs has not yet been optimal due to the lack of coordination between management, K3RS team, and labor. Key Words: Management System of Health and Safety, Inpatient Installation

PENDAHULUAN

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit memutuskan bahwa “potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomik”. Potensi bahaya tersebut, dapat mengancam jiwa dan kehidupan bagi setiap karyawan yang ada di rumah sakit, para pasien dan juga para pengunjung yang berada di lingkungan rumah sakit.

Keselamatan pasien merupakan orientasi pelayanan di rumah sakit saat ini, namun keselamatan staf rumah sakit juga penting. Goodman (2004) mengemukakan bahwa di rumah sakit terdapat hal yang saling berhubungan satu sama lain yaitu keselamatan pasien, keselamatan petugas dan keselamatan sistem. Petugas kesehatan terbanyak adalah perawat yang dengan komposisi hampir 60% dari seluruh petugas kesehatan di rumah sakit dan juga yang melakukan kontak terlama dengan pasien. Dampak dari mutu layanan kesehatan akan lebih signifikan jika adanya perilaku keselamatan yang baik di kalangan perawat (Sulistia, 2012).

Rumah sakit dapat menjadi tempat yang berbahaya bagi perawat. Saat bekerja perawat dapat terpapar bermacam risiko cidera dan penyakit. Pekerja industri memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan petugas

(3)

62 kesehatan yang berisiko lebih tinggi mengalami kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja (Kepmenkes No. 1078/2010). Penelitian yang dilakukan oleh Tinubu, dkk (2010) pada perawat di Nigeria Ibadan terdapat (84,4%) mengalami gangguan muskuloskeletal saat bekerja. Periode selama 12 bulan, prevalensi gangguan muskuloskeletal di setiap wilayah tubuh adalah (78%). Gangguan muskuloskeletal terjadi sebagian besar di punggung (44,1%), leher (28,0%), dan lutut (22,4%). Bekerja di posisi yang sama untuk waktu yang lama (55,1%), mengangkat pasien (50,8%) dan mengobati pasien dalam satu hari dengan jumlah berlebihan (44,9%) merupakan faktor risiko yang paling besar mendapatkan gangguan muskuloskeletal.

Penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan oleh Ivana, dkk (2014) tentang analisis komitmen manajemen rumah sakit terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada RS Prima Medika Pemalang, diketahui bahwa RS Prima Medika Pemalang sudah memiliki komitmen awal yang diungkapkan secara lisan untuk membentuk struktur K3RS akan tetapi belum diwujudkan dalam bentuk kebijakan secara tertulis dan struktur organisasi yang khusus untuk K3RS, namun RS sudah memiliki dana yang digunakan untuk keperluan K3RS seperti pengadaan Alat Pelindung

Diri, pembelian APAR dan alat – alat keselamatan lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 11 menyatakan bahwa “sarana-prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS” (Anonim, 2010).

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 mengatakan, "Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal tersebut maka pengelola tempat kerja

(4)

63 atau pihak manajemen di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya melalui upaya kesehatan kerja dan keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari (Anonim, 2010).

RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano merupakan rumah sakit pemerintah yang senantiasa meningkatkan mutu layanan kesehatan. RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano saat ini berstatus Akreditasi Lima Program Khusus sesuai Standar Akreditasi Rumah Sakit versi KARS tahun 2012. Persiapan menghadapi Akreditasi Program selanjutnya, RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano harus lebih memberikan perhatian terhadap manajemen fasilitas dan keselamatan yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Standar manajemen fasilitas dan keselamatan berdasarkan Standar

Akreditasi Rumah Sakit Versi KARS tahun 2012 yaitu rumah sakit harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan tentang pemeriksaan fasilitas; menyusun dan menjaga rencana tertulis yang menggambarkan proses untuk mengelola risiko terhadap pasien, keluarga, pengunjung dan staf, seorang atau lebih individu yang kompeten mengawasi perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko di lingkungan pelayanan; merencanakan dan melaksanakan program untuk memberikan keselamatan dan keamanan lingkungan fisik; mempunyai rencana tentang inventaris, penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan dan limbah berbahaya; menyusun dan memelihara rencana manajemen kedaruratan dan program menganggapi bila terjadi kedaruratan komunitas demikian, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya; merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa seluruh penghuni di rumah sakit aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan lainnya; staf rumah sakit diberi pelatihan dan pengetahuan tentang peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk pengamanan kebakaran, keamanan, bahan berbahaya dan kedaruratan.

(5)

64 METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran (mix

method) yang bertujuan untuk

menganalisis komitmen dan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3, dan kajian ulang manajemen K3di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Penelitian ini dilakukan di RSUD. Dr. Sam Ratulangi Tondano. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan November 2016-Januari 2017. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara menjalankan kuesioner ke 83 responden yaitu perawat pelaksana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 6 informan yaitu Direktur, Ketua Tim K3RS, Kepala Sub Bidang SDM, Kepala Ruangan Rawat Inap dan Perawat pelaksana (2 orang). Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequency).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif dari sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja maka diperoleh hasil dari setiap variabel yang diukur yaitu

tidak baik, dimana komitmen dan kebijakan (53,0%) tidak baik, perencanaan (50,6%) tidak baik, pelaksanaan (59,0%) tidak baik, pemeriksaan dan tindakan perbaikan (71,1%) tidak baik dan kaji ulang manajemen (59,0%) tidak baik. Hal demikian terjadi karena setelah dibuktikan dengan data pendukung dengan melakukan metode penelitian kualitatif yaitu dengan mewawancarai pihak manajemen, tim K3RS maupun perawat pelaksana bahwa sistem manajemen K3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano belum berjalan maksimal dan masih banyak kekurangan baik dari segi koordinasi, keaktifan diri, pertemuan dan diskusi antar pihak manajemen dan tim K3RS yang sudah dibentuk.

Komitmen dan kebijakan K3 di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano.

Persepsi perawat ruangan rawat inap di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan alat ukur kuesioner, hasil yang di dapat bahwa dari total 83 responden sebanyak 53% menyatakan komitmen dan kebijakan dari pihak manajemen dalam mengimplementasikan K3 di rumah sakit yaitu tidak baik.

(6)

65 Hasil penelitian di atas dilakukan pembuktian dengan menggunakan metode kualitatif yaitu melakukan wawancara, didapat dari jawaban beberapa informan mengatakan bahwa kebijakan K3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano sudah ditetapkan sesuai aturan pemerintah tentang K3RS, namun pihak manajemen dan tim K3RS tidak terlalu memperhatikan tentang isi dari kebijakan tersebut. Kebijakan K3yang dibuat sudah berlandaskan dengan peraturan pemerintah yang berlaku, tapi belum semua tahapan yang dilakukan sesuai peraturan. Kendalanya, karena masih kurangnya sistem koordinasi, kerjasama, pertemuan dan diskusi antara pihak manajemen dan tim K3RS.

Penyusunan kebijakan K3 tidak semua yang dikonsultasikan ke wakil tenaga kerja karena dari pihak manajemen dan Tim K3RS tidak berpikir bahwa hal tersebut penting dan Tim K3RS hanya sekedar membuat kebijakan. Penetapan kebijakan K3 sudah secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3, tapi masih belum 100% tenaga kerja yang mengetahuinya. Mengenai anggaran di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano, tersedia anggaran khusus untuk pelaksanaan program K3. Sayangnya, belum tersedia tenaga kerja yang memiliki kompetensi khusus di bidang K3, tapi ada beberapa orang

yang sudah pernah mengikuti pelatihan K3 namun sudah pada beberapa tahun yang lalu dan harus di update lagi.

Sarana-sarana yang diperlukan di bidang K3 sudah tersedia, kususnya sarana seperti Alat Pelindung Diri (APD) untuk perawat sudah tersedia di setiap ruangan rawat inap. Tapi sarana lainnya seperti peralatan safety sign, APAR dan jalur evakuasi belum tersedia. Mengenai komitmen telah ditunjukkan oleh pihak manajemen dalam menerapkan dan mengembagkan SMK3 di RS, contohnya upaya tersedianya anggaran untuk program K3 dengan dilakukannya pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Salikunna dan Towidjojo (2011), tentang penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar didapatkan hasil bahwa komitmen dan kebijakan yang termasuk dalam tahap persiapan, terdapat 22,22% menyatakan tidak ada pembentukan organisasi K3 di RS Bersalin Pertiwi Makassar, dan 26,67% menyatakan tidak disediakannyaanggaran dan sarana yang diperlukan dalam K3.

Perencanaan K3 di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Berdasarkan persepsi perawat ruangan rawat inap di RSUD Dr. Sam Ratulangi

(7)

66 Tondano dari hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif menunjukkan bahwa dari total 83 responden sebanyak 50,6% menyatakan tidak baik.

Pembuktian dilakukan dengan metode penelitian kualitatif yaitu melakukan wawancara didapatkan jawaban dari beberapa informan bahwa telah dilakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko-risiko yang mungkin terjadi seperti infeksi tertusuk jarum yang sudah selalu diajarkan bagaimana cara untuk membuka dan menutup kembali jarum suntik yang baik dan benar dan memantau keamanan alat-alat yang digunakan. Mengenai rencana K3 juga telah memuat tujuan dan sasaran K3 yang terdapat satuan/indikator pengukuran dan sasaran pencapaian, namun belum maksimal atau belum 100% mencapai sasaran karena beberapa faktor seperti kurangnya koordinasi antara tim K3RS dan pihak manajemen, dan yang termasuk dalam tim K3RS bukan orang-orang yang berkompetensi di bidang K3.

Penelitian yang dilakukan oleh Salikunna dan Towidjojo (2011) tentang penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar didapatkan hasil bahwa dalam tahap perencanaan, sebagian

besar karyawan menyatakan bahwa rumah sakit telah atau pernah membuat perencanaan program kerja K3, kecuali pada perencanaan pemeriksaan kesehatan hanya sebesar 31,11% yang menyatakan ada pemeriksaan kesehatan sedangkan 68,89% yang menyatakan tidak pernah menjalankan pemeriksaan kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 memuat pembuatan dan pendokumentasian rencana K3. Terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 terhadap rencana strategi K3. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 yang merupakan rencana strategi K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Rencana strategi K3 telah ditetapkan guna untuk mengendalikan risiko K3 dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur serta menjadi prioritas untuk menyediakan sumber daya.

Pelaksanaan K3 di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Berdasarkan persepsi perawat ruangan rawat inap di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano dari hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif menunjukkan bahwa dari total 83

(8)

67 responden sebanyak 59,0% menyatakan tidak baik.

Hasil wawancara dengan metode penelitian kualitatif didapatkan jawaban dari beberapa informan bahwa telah tersedia prosedur dan instruksi kerja untuk setiap tenaga kerja, dimana di setiap bagian-bagian atau ruangan-ruangan sudah tersedia SOP. Prosedur pelaporan untuk tenaga kerja jika terjadi kecelakaan kerja juga sudah tersedia, namun ada beberapa informan mengatakan belum pernah melihat prosedur pelaporan karena tim K3RS yang mungkin belum menunjukkan atau mensosialisasikan kepada sebagian pihak manajemen rumah sakit. Manajemen rumah sakit belum pernah mengadakan pelatihan tentang K3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano untuk tenaga kerja, tapi tenaga kerja hanya mengikuti pelatihan K3 diluar rumah sakit. Manajemen rumah sakit menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan hingga sekarang dan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salikunna dan Towidjojo (2011) tentang penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar didapatkan hasil bahwa dalam tahap pelaksanaan, sebagian besar karyawan menyatakan rumah sakit telah melaksanakan program kerja K3.

Kecuali program kerja pemeriksaan kesehatan, hanya ada 28,89% karyawan yang menyatakan rumah sakit telah melaksanakan program kerja K3 dan sebanyak 71,1% yang menyatakan tidak. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 menyatakan manual SMK3 untuk semua tingkatan dalam rumah sakit terdiri dari kebijakan, tujuan, rencana, prosedur K3, instruksi kerja, formulir, catatan dan tanggung jawab K3. Penanggung jawab telah ditetapkan untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain. Persyaratan dari peraturan perundang-undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain yang relevan di bidang K3 harus dimasukkan pada prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.

Penggunaan produk, pengoperasian mesin dan peralatan, instalasi, pesawat atau proses serta informasi lainnya yang berkaitan dengan K3 dalam prosedur instruksi kerja telah dikembangkan selama perancangan dan/atau modifikasi. Kesiapan dalam menangani keadaan darurat, harus mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko untuk tenaga kerja. Rumah sakit harus menyediakan prosedur pelaporan bahaya yang

(9)

68 berhubungan dengan K3 dan prosedur tersebut diketahui oleh tenaga kerja. Mencakup pelaporan kecelakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan. Tempat kerja atau rumah sakit harus mempunyai prosedur pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemantauan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan untuk memantau kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung potensi bahaya tinggi. Identifikasi keadaan dengan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja perlu dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit atau tim K3RS. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan oleh dokter pemeriksa yang telah ditunjuk dan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan perundang-undangan.

Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano

Berdasarkan persepsi perawat ruangan rawat inap di RSUD Dr. Sam Ratulangi

Tondano dari hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif menunjukkan bahwa dari total 83 responden sebanyak 71,1% menyatakan tidak baik.

Hasil di atas menunjukkan persentase yang cukup tinggi karena tidak baiknya pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano, dan memang setelah dibuktikan dengan melakukan wawancarametode penelitian kualitatif didapatkan jawaban dari beberapa informan bahwa pemeriksaan dan tindakan perbaikan memang belum pernah dilakukan. Begitu juga dengan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran dari tindakan perbaikan yang belum dilakukan sesuai tujuan dan sasaran K3.

Salikunna dan Towidjojo (2011) juga melakukan penelitian tentang penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar didapatkan hasil bahwa dalam tahap monitoring dan evaluasi hanya ada 44,44% karyawan yang menyatakan bahwa rumah sakit telah melakukan tahap monitoring dan evaluasi, sedangkan sisanya yaitu 55,56% menyatakan bahwa rumah sakit tidak pernah melakukan tahapan ini. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano yang

(10)

69 juga belum pernah melakukan pemeriksaan dan tindakan perbaikan.

Peraturan Pemerintah Repblik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengatakan bahwa pemeriksaan, pengujian dan pengukuran dari setiap program pelaksanaan K3 harus dilakukan di rumah sakit, agar supaya dapat menjadi tolak ukur bagi pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan tinjauan ulang.

Kajian ulang manajemen K3 di ruang rawat inap RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano

Hasil peneitian dari persepsi perawat ruangan rawat inap di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano dari hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif menunjukkan bahwa dari total 83 responden sebanyak 59,0% menyatakan tidak baik.

Dibuktikan dengan hasil wawancara menggunakan metode penelitian kualitatif didapatkan jawaban dari beberapa informan bahwa kaji ulang manajemen K3 belum pernah dilakukan pada waktu dibuatnya kebijakan-kebijakan dan program-program K3 rumah sakit.

Kusumaningrum dan Hariyono (2014) melakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan alat pelindung diri pada perawat Unit Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II didapatkan dari hasil observasi bukti pelaksanaan yang dilakukan hanya ditemukan sebagian saja. Sudah ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan maupun prosedur tetapi tidak diperhatikan. Penggunaan APD di Unit Hemodialisa tidak dilaksanakan dengan baik karena sebagian petugas tidak menggunakan APD secara lengkap. Pengawasan di Unit Hemodialisa juga belum maksimal mengingat supervisor masih disibukkan dengan kegiatan pelayanan lainnya sehingga fungsi managerial belum terlaksana dengan baik.

Kurangnya pengetahuan petugas terhadap bahaya risiko, alat pelindung diri dirasa kurang nyaman, serta sistem pengawasan yang buruk terhadap penggunaan alat pelindung diri merupakan faktor ketidakpatuhan petugas dalam menggunakan alat pelindung diri.

KESIMPULAN

Hasil penelitian kuantitatif menemukan bahwa implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano belum maksimal: komitmen dan kebijakan K3 yang belum baik sebanyak 59%, perencanaan K3 sebanyak 50,6%, pelaksanaan K3 sebanyak 59%, pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3

(11)

70 sebanyak 71,1% dan kajian ulang manajemen K3 sebanyak 59%.

Hasil penelitian kualitatif ditemukan bahwa komitmen dan kebijakan K3 yang ada yaitu pembentukan Tim K3RS dan mengadakan anggaran, namun masih kurang koordinasi dari pihak manajemen, Tim K3RS dan tenaga kesehatan. Perencanaan K3 sudah memuat tujuan dan sasaran K3 yang terdapat satuan/indikator pengukuran dan sasaran pencapaian tapi belum maksimal. Pelaksanaan K3 yang sudah dilakukan yaitu tersedianya prosedur dan instruksi kerja, pelaporan kecelakaan kerja dan pemeriksaan berkala untuk tenaga kerja. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 belum dilakukan sesuai tujuan dan sasaran K3. Kajian ulang manajemen K3belum pernah dilakukan. Komitmen dan kebijakan K3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano sebesar 47% sudah baik dan sebesar 53% tidak baik.

SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit lebih khususnya pihak manajemen dan Tim K3RS yang sudah dibentuk untuk lebih meningkatkan komitmen, kerjasama, saling koordinasi, dan

berperan aktif dalam

mengimplementasikan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja untuk tercapainya tujuan dan sasaran K3 rumah sakit dalam hal mengadakan pelatihan K3, perekrutan Ahli K3, melengkapi sarana-sarana terkait dengan K3, melakukan pemeriksaan, tindakan perbaikan dan kajian ulang manajemen K3 terhadap setiap program yang dijalankan.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kota untuk memberi dukungan dan pengawasan terhadap implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano yaitu menyediakan anggaran khusus untuk pelaksanaan program K3. 3. Bagi Peneliti Lainnya

Diharapkan untuk peneliti lainnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan referensi pembanding dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

______2012. Peraturan Pemerintah RI No 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.

______2010. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta: Kepmenkes R.

(12)

71 ______2007. Pedoman Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. Jakarta: Kepmenkes RI.

Ivana, A., B. Widjasena dan S. Jayanti. 2014. Analisis Komitmen Manajemen Rumah Sakit terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada RS Prima Medika Pemalang. Jurnal

Kesehatan Masyarakat

(e-Journal) Vol. 2, No. 1 hal 35. Kusumaningrum, D, I., W. Hariyono.

2014. Evaluasi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Perawat Unit Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal Keehatan Masyarakat Vol. 5, No. 1 hal 27 Salikunna, A. N. dan V. D. Towidjojo.

2011. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar. Jurnal Biocelebes Vol. 5, No. 1 hal 34-35.

Tinubu, M. S., E. C. A. L. Oyeyemi and A. A. Fabunmi. 2010. Work Related Musculoskeletal Disorders amongNurses in Ibadan, South-west Nigeria: a crosssectionalsurvey. BioMed Central The Open Access Publisher.DOI: 10.1186/1471-2474-11-12.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan satu orang kepala sekolah, satu orang kepala tata usaha dan staff tata usaha tentang peran tata usaha dalam pengelolaan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada dua calon pengguna (konselor), diketahui bahwa rata-rata hasil penilaian terhadap produk software stress

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Untuk membuat balok laminasi dengan panjang melebihi kayu gergajian yang umumnya tersedia harus dilakukan dengan menyambung ujung lamina sampai panjang yang ditentukan..

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

Berdasarkan wawancara dengan tiga orang mahasiswa ketika melakukan konsultasi mengenai matakuliah evaluasi pembelajaran matematika, ketiga mahasiswa

Setelah semua pertanyaan dalam sistem telah terjawab dengan benar oleh dokter maka akan muncul diagnosis penyakit gigi sementara dengan penyakit fraktur gigi yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas assurance statement atas sustainability reports di Indonesia rata-rata pada tingkat kualitas tinggi dengan persentase tingkat