• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji potong lintang yang mendeskripsikan secara analitik profile lipid dengan rasio proinsulin-insulin.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di seluruh poliklinik rawat jalan umum di RSHAM dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU, dilaksanakan mulai pada bulan Juli 2015 - Desember 2015 atau hingga subjek tercukupi.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah seluruh individu dengan toleransi glukosa normal. Sampel adalah semua populasi dengan toleransi glukosa normal rawat jalan di RSHAM Medan.

3.4. Perkiraan besar sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis dari 1 kelompok independen, yaitu:

n = (Z + Z)2

0,5 In (1+r/1-r)

n = jumlah subyek

 = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95% Z = nilai baku normal = 1,96

 = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Z = 0,842 (Bryhni, 2010)

r = perkiraan koefisien relasi

(2)

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel sebanyak 13,8 = 14 orang.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria inklusi

a. Subjek dengan usia diatas 20 tahun baik pria waupun wanita.

b. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent) untuk menjalani pemeriksaan fisik/antropometri, dan laboratorium pada saat penelitian yang disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan diabetes melitus

b. Pasien dengan penyakit kardiovaskular

c. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat kardiovaskular d. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat dislipidemia e. Subjek menderita hipotiroid,sindroma nefrotik

f. Mengkonsumsi alkohol,merokok

3.6. Cara Kerja dan Alur Penelitian

Terhadap sejumlah subjek dilakukan penjelasan dan diminta memberikan persetujuan tertulis (informed consent) untuk mengikuti penelitian. Kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :

a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data : umur, jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, riwayat merokok, riwayat penyakit keluarga, riwayat hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner serta pemeriksaan laboratorium sebelumnya.

b. Dilakukan pengukuran Tinggi Badan (TB) dengan posisi tegak lurus tanpa alas kaki. Pengukuran mulai dari telapak kaki hingga puncak kepala

(3)

menggunakan timbangan digital merek camry, hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) serta dilakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m2.

c. Lingkar Pinggang diukur dengan posisi tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua tungkai 25-30 cm dengan mengunakan meteran.Pengukuran dilakukan melingkar secara horizontal dari titik tengah antar puncak krista illiaca dan tepi bawah kosta terakhir pada axilaris media. Hasil pengukuran dilihat dari lateral dan dinyatakan dengan satuan centimeter (cm). Keseluruhan pengukuran dilakukan oleh peneliti.

d. Pada pasien dilakukan pengambilan sampel darah pada daerah fossa cubiti subjek penelitian untuk dilakukan pemeriksaan glukosa puasa, insulin, proinsulin, serta pemeriksaan profil lipid (total kolesterol, Trigliserida, LDL kolesterol, HDL kolesterol). Pengambilan darah dilakukan oleh laboran.

3.7. Identifikasi Variabel a. Variabel bebas

Profil lipid: skala numerik b. Variabel tergantung

Rasio Proinsulin/Insulin : skala numerik

3.8. Definisi Operasional

a. Usia: berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan satuan tahun. b. Jenis kelamin: berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan hasil pria atau wanita.

c. Subjek penelitian: pasien toleransi glukosa normal di poliklinik rawat jalan di RSHAM Medan.

d. Dislipidemia adalah keadaan tingginya kolesterol total, LDL-C, TG dan rendahnya HDL-C, LDL-C < 100 mg/dL, kolesterol total < 200mg/dL, HDL > 60 mg/dl, Trigliserida ≥200 mg/dL

e. Toleransi glukosa normal adalah kondisi dimana Kadar Gula Darah puasa (KGD) <100 mg/dl dan KGD 2 jam PP < 140 mg/dl.

(4)

f. Toleransi glukosa terganggu adalah kondisi dimana Kadar gula darah plasma puasa < 100 mg/dl atau KGD 2 jam PP 140-199 mg/dl.

g. Nilai insulin : merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diambil oleh laboran dan menggambarkan nilai insulin dalam plasma dengan satuan pmol/L diiperiksa dengan menggunakan radioimmunoassay.Nilai normal 14.3–122 pmol/l (2–17 mIU/l).

h. Nilai proinsulin : merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diambil oleh laboran dan menggambarkan nilai proinsulin dalam plasma dengan satuan pmol/L diperiksa dengan menggunakan radioimmunoassay.Nilai normal < 11 pmol/L

i. Rasio proinsulin/insulin menunjukkan fungsi sel β pankreas dinilai dengan menggunakan rasio proinsulin/insulin nilai normal 0.8 % - 21.7%

j. Parameter Antropometri : meliputi Tinggi Badan (TB) dalam satuan meter (m) dan Berat Badan (BB) serta dilakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m2. Klasifikasi hasil pengukuran IMT jika IMT < 18,5 kg/m2 (BB kurang), IMT 18,5-22,9 kg/m2 (BB Normal), IMT 23-24,9 kg/m2 (BB Lebih), IMT 25-29,5 kg/m2 (Obese I), IMT >30 kg/m2 (Obese II). Lingkar pinggang maksimum pada dewasa laki-laki ≥ 90 cm,perempuan ≥ 80 cm.

3.9.Rencana Pengolahan dan Analisa Data

a. Untuk menampilkan data-data karakteristik dasar populasi penelitian digunakan tabulasi untuk menunjukkan gambaran deskriptif.

b. Uji normalitas Shapiro Wilk digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.

c. Untuk mengetahui hubungan antara profil lipid dan rasio proinsulin- insulin digunakan uji korelasi Pearson jika data berdistribusi normal . Jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji Spearman.

d. Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan batas kemaknaan p < 0,05 dinyatakan signifikan.

(5)

3.10 Kerangka Operasional

PASIEN

POLIKLINIK

Inklusi:

- Pasien usia  20 tahun

Eksklusi:

1. Pasien dengan diabetes melitus 2. Subjek pernah atau sedang

menggunakan obat dislipidemia 3. Subjek dengan penyakit

kardiovaskular

4. Subjek pernah atau sedang

menggunakan obat

kardiovaskular

5. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat dislipidemia

6. Subjek menderita

hipotiroid,sindroma nefrotik 7. Subjek yang mengkonsumsi

alkohol,merokok Pemeriksaan Antropometri

-Pengukuran tinggi badan -Pengukuran berat badan -Pengukuran lingkar pinggan Pemeriksaan Laboratorium

-Pemeriksaan profil lipid -Pemeriksaan insulin puasa -Pemeriksaan glukosa puasa - Pemeriksaan proinsulin

Penghitungan Rasio Proinsulin Insulin

Analisa Statistik

(6)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karateristik Subyek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dalam periode November 2015- Januari 2016, diikuti oleh 22 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi. Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu sebanyak 59,1%. Usia termuda adalah 29 tahun dan usia tertua adalah 68 tahun dengan nilai IMT terendah 23,28 kg/m2 dan tertinggi 35,91 kg/m2, ukuran lingkar pinggang dengan nilai terkecil adalah 82 cm dan terbesar adalah 132 cm.

Karakteristik laboratorium pada penelitian ini menunjukkan nilai rerata glukosa puasa 82,04 mg/dl, dimana nilai glukosa puasa ini masih dalam batas yang normal. Nilai insulin puasa pada penelitian ini masih dalam rentang normal dimana terendah 3,30 pmol/L dan tertinggi 26,60 pmol/L (Nilai normal: 14,3 – 122 pmol/L). Nilai rerata kolesterol total pada penelitian ini 200,68 mg/dl dimana melebihi batas normal < 200mg/dl. Pada penelitian ini nilai rerata LDL-C 138,27 mg/dl melebihi batas normal <100mg/dl, dan nilai rerata HDL-C 45,95 mg/dl dimana nilai ini kurang dari normal, sedangkan nilai rerata trigliserida masih dalam batas normal yaitu 97,0 mg/dl (Nilai normal: <150 mg/dl) dan nilai rerata rasio Kolesterol/HDL-C 4,51 melebihi batas normal. Nilai proinsulin masih dalam batas normal yaitu terendah adalah 0,6 pmol/L dan tertinggi adalah 6,30 pmol/L. Sedangkan rasio Proinsulin- Insulin melewati nilai batas atas dimana yang terendah adalah 3% dan tertinggi adalah 140 % . Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk diketahui data yang berdistribusi normal adalah glukosa puasa, LDL-C , HDL –C , trigliserida dan rasio kolesterol total/HDL (p>0,05).

(7)

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik n = 22

N (%), Rerata ± SB, atau Median (Min-Maks) Jenis Kelamin Laki-laki 13 (59,1)a Perempuan 9 (40,9) Usia, tahun 39 (29 - 68)b IMT, kg/m2 26,02 (23,28 – 35,91) b Lingkar pinggang, cm 97.5 (82 - 132 ) b Glukosa Puasa,mg/dl 82,04 ± 9.41c Insulin Puasa, pmol/L 7,1 (3,30 – 26,60) b Kolesterol Total,mg/dl 200,68 ± 32,61 c LDL-C, mg/dl 138,27 ± 28,63 c HDL-C, mg/dl 45,95 ± 8,61 c Trigliserida, mg/dl 97,0 ± 31,55 c Proinsulin, pmol/L 1,58 ( 0,6 – 6,30 ) b Rasio Proinsulin/Insulin,% 13,0 (3 - 140) b a data kategorik : n(%) b

data numerik, distribusi tidak normal : median (min-maks) c

data numerik, distribusi normal: rerata + SB

4.1.2 Korelasi Rasio Proinsulin/Insulin dengan Profil Lipid, Lingkar pinggang dan IMT

Dengan menggunakan uji korelasi ditemukan hubungan antara rasio proinsulin/insulin dengan kolesterol total, LDL-C, tetapi pada HDL-C, trigliserida, lingkar pinggang dan IMT tidak ditemukan hubungan (p>0,05) . Pada tabel 4.2 yang menunjukan hasil analisis statistik dijumpai hubungan yang berassosiasi lemah dan bersifat positif (r= 0,494) antara kolesterol total dan rasio proinsulin/insulin (p=0,019). Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berasosiasi lemah dan bersifat positif (r= 0,466) antara LDL-C dan rasio proinsulin/insulin (p=0,029).

(8)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara HDL-C (r= 0,397) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,067) dan juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara trigliserida (r=0,101) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,746). Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara IMT (r= 0,263) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,237) dan juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lingkar pinggang (r=0,12) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,958).

Tabel 4.2 Korelasi Profil Lipid, Lingkar pinggang dan IMT dengan Rasio Proinsulin/Insulin Rasio Proinsulin-insulin P r Kolesterol Total 0,019 0,494 LDL-C 0,029 0,466 HDL-C 0,067 0,397 Trigliserida 0,655 0,101 IMT 0,237 0,263 Lingkar pinggang 0,958 0,12

(9)

Gambar 4.1 Grafik Korelasi Total Kolesterol dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat korelasi antara total kolesterol dan rasio proinsulin-insulin, dimana peningkatan nilai total kolesterol akan diikuti oleh peningkatan nilai rasio proinsulin-insulin

Gambar 4.2 Grafik Korelasi LDL-C dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat korelasi antara LDL-C dan rasio proinsulin-insulin, dimana peningkatan nilai LDL-C akan diikuti oleh peningkatan nilai rasio proinsulin-insulin

(10)

Gambar 4.3 Grafik Korelasi HDL-C dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara HDL-C dan rasio proinsulin-insulin.

Gambar 4.4 Grafik Korelasi Trigliserida dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara TG dan rasio proinsulin-insulin.

(11)

Gambar 4.5 Grafik Korelasi IMT dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara IMT dan rasio proinsulin-insulin.

Gambar 4.6 Grafik Korelasi Lingkar pinggang dan Rasio Proinsulin/Insulin

Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio proinsulin-insulin.

(12)

4.2 PEMBAHASAN

Gangguan dari sel β pankreas adalah salah satu kunci dari patofisiologi penyakit DMT2. Penilaian disfungsi sel β merupakan petunjuk untuk memahami tahapan dari penyakit ini. Beberapa studi mencatat bahwa kerusakan sel β pankreas yang disebabkan oleh dislipidemia berlanjut ke manifestasi DMT2 dan merupakan faktor resiko independen munculnya DMT2. Dislipidemia memainkan peran penting dalam patogenesis disfungsi sel β. Beberapa pemeriksaan yang lazim digunakan dalam penentuan derajat kerusakan sel β diantaranya yaitu pemeriksaan kadar insulin, proinsulin, rasio proinsulin-insulin, dan sekresi peptida penghubung (C-peptide) serta penilaian homeostatik (Homeostatic model assessment, HOMA). 9,11

Lipotoksisitas dianggap sebagai salah satu mekanisme yang berkontribusi terhadap disfungsi sel β pankreas. Peningkatan FFA dapat mengurangi sekresi insulin dari sel β, dan menginduksi apoptosis sel β pankreas. Lebih lanjut, pola aterogenik lipid tidak hanya muncul pada individu diabetes dan prediabetes namun juga pada individu dengan toleransi glukosa normal.1,9

Pada penelitian ini peneliti menghubungkan kadar profil lipid pada individu dengan toleransi glukosa normal dengan fungsi sel β yang dinilai berdasarkan rasio proinsulin-insulin. Dari penelitian ini dijumpai hubungan antara total kolesterol (r: 0,494) dan LDL-C (r: 0,466) dengan rasio proinsulin – insulin dimana jika terjadi peningkatan kadar Kolesterol dan kadar LDL-C maka akan terjadi peningkatan rasio proinsulin-insulin. Sedangkan antara rasio proinsulin-insulin tidak dijumpai hubungan dengan trigliserida dan HDL-C. Hal ini sejalan dengan penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Zheng dkk (2012) yang menilai hubungan antara lipid profil dan fungsi sel β (HOMA B) pada pasien non DMT2. Dijumpai gangguan fungsi sel β berhubungan dengan total kolesterol, LDL-C , rasio kolesterol /HDL-C dan trigliserida tetapi tidak berhubungan dengan HDL-C.1 Pada penelitian Andreas Festa dkk (1995) yang menilai hubungan antara small dense LDL dengan insulin,proinsulin dan berbagai komponen dari suatu sindrom RI pada subyek non diabetes menemukan

(13)

Temuan pada penelitian ini berbeda dengan temuan oleh Haffner dkk (1994) yang meneliti hubungan antara rasio proinsulin-insulin puasa dengan sejumlah gangguan metabolisme yang diyakini terkait dengan sindrom RI. Pada 423 subyek tanpa diabetes, rasio proinsulin-insulin meningkat secara bermakna pada kadar HDL-C yang rendah, trigliserida tinggi, dan gangguan toleransi glukosa . 18 Dan juga penemuan oleh Tingting Du dkk (2014) yang meneliti kegunaan klinis dari rasio lipid,adiposa viseral,trigliserida dan indeks glukosa sebagai penanda untuk resiko RI dimana dijumpai adanya hubungan antara HOMA IR dan TG 29

Pada penelitian ini dijumpai adanya hubungan antara rasio proinsulin-insulin dengan kolesterol total dan LDL-C. Dapat dijelaskan bahwa dalam menjaga keseimbangan kolesterol pada tubuh maka akan disekresi insulin dari sel β. Meningkatnya akumulasi kolesterol pada sel β dapat menyebabkan lipotoksisistas.1

Keadaan diatas dapat dijelaskan dari mekanisme berikut diketahui dari beberapa penelitian peningkatan kadar FFA dapat membuat gangguan hiperproinsulin. Ditandai dengan adanya gangguan biosintesa dan pengolahan pasca translasi .Namun pada keadaan ini peningkatan proinsulin oleh karena peningkatan akumulasi FFA tidak melalui jalur sebenarnya, peningkatan FFA pada kondisi ini akan menyebabkan peningkatan granula imatur intraseluler yang menghasilkan proinsulin yang tidak matur. Mekanisme yang terjadi adalah pada chanel Ca dimana penumpukan FFA pada sel β akan mengganggu membran sel yang mengakibatkan gangguan pada chanel Kalsium yang menurunkan granular sitoplasma yang bebas kalsium yang membuat hambatan dalam proses dari pematangan proinsulin sehingga terbentuklah proinsulin yang tidak matur ini Prinsulin yang tidak matur menghasilkan insulin yang tidak matur. Insulin dengan kondisi seperti ini mengakibatkan tubuh kekurangan insulin sehingga terjadilah DM pada akhirnya .34 Penelitian lain menunjukan bahwa LDL-C menghambat sekresi insulin oleh stimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion,GSIS) dan profilerasi sel β melalui mekanisme reseptor LDL secara langsung maupun tidak. Roehrich dkk (2003) melaporkan bahwa kadar LDL-C yang tinggi (>6mmol/L) menyebabkan appoptosis sel β. Pada penelitian yang dilakukan

(14)

peneliti ini tidak mengklasifikasikan rasio proinsulin-insulin berdasarkan jenis kelamin dan juga berdasarkan usia. Pada penelitian Zeng dkk (2012) menemukan penurunan fungsi sel β yang lebih buruk pada pria dibanding wanita pada setiap kelompok umur kecuali pada usia > 70 tahun. 1

Penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi adanya resistensi insulin mengakibatkan berkurangnya insulin untuk menurunkan FFA . Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar FFA yang akan meningkatkan kadar small dense LDL sedangkan kadar LDL-C secara keseluruhan kurang terpengaruh. Penelitian ini menunjukan bahwa dijumpai peningkatan kadar kolesterol total dan LDL-C dihubungkan dengan disfungsi sel β melalui rasio proinsulin-insulin pada subyek dengan toleransi glukosa normal. Tapi masih perlu studi prospektif lebih untuk memperjelas hubungan antara islet pankreas disfungsi sel β dan gangguan dalam metabolisme lipid.1

Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan antara disfungsi sel beta dengan TG . Disfungsi sel β dapat mengakibatkan peningkatan kadar TG kondisi ini terjadi pada individu dengan RI yang bukan termasuk subyek pada penelitian ini. Selain itu kadar TG dipengaruhi oleh makanan yang baru dikonsumsi dan adanya perubahan berat badan.1

Pada penelitian ini juga tidak ditemukan hubungan antara HDL-C dan rasio proinsulin-insulin.Walaupun pada penelitian yang lain dijumpai hubungan antara disfungsi sel β dan HDL-C. Pada penelitian pada populasi diabetes dan prediabetes menunjukan disfungsi sel β pankreas mempunyai hubungan dengan HDL-C. Namun pada penelitian ini tidak meneliti dengan subyek prediabetes maupun diabetes. Alasan khusus untuk ketidaksesuaian ini masih tidak diketahui, diperkirakan bahwa HDL-C dapat memainkan penting peran dalam melindungi sel-sel β dalam tahap penyakit yang lanjut khususnya keadaan glukosa puasa terganggu,toleransi glukosa terganggu dan DMT2. Sementara efek protektif dalam toleransi glukosa normal kurang jelas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji hubungan antara β fungsi sel dan HDL-C dalam subyek dengan toleransi glukosa normal ,glukosa puasa terganggu,toleransi glukosa terganggu

(15)

Pada penelitian ini juga tidak dijumpai hubungan antara rasio proinsulin dan insulin dengan IMT dan lingkar pinggang. Temuan ini sejalan dengan studi oleh Mykkanen dkk (1997) yang menilai hubungan proinsulin, insulin, dan rasio proinsulin-insulin dengan sensitivitas insulin dan respons insulin akut pada subyek normoglikemik dimana pada studi ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara rasio proinsulin-insulin dengan IMT.27 Begitu juga dengan penelitian Shiraishi dkk (1990) yang menilai rasio proinsulin-insulin pada kelompok intoleransi glukosa dan bukan intoleransi glukosa,pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan kondisi obesitas antara kedua kelompok dibandingkan dengan rasio proinsulin-insulin.30

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Grill dkk (2002) yang meneliti hubungan antara hiperproinsulin dan rasio proinsulin-insulin pada laki-laki swedia usia paruh baya tidak DMT2 yang tidak mempunyai riwayat keluarga DMT2 dengan kadar gula darah normal dan keadaan RI. Penelitian ini dijumpai hubungan antara rasio proinsulin-insulin pada laki-laki usia paruh dimana IMT yang dijumpai adalah menunjukan keadaan obesitas.26 Dan juga pada penelitian Anthony dkk (2002) suatu penelitian potong lintang dan prosfektif yang menilai hubungan antara abdominal adiposit dan konsentrasi proinsulin pada individu yang DMT2 maupun bukan DMT2 . Penelitian ini dijumpai hubungan antara IMT dan lingkar pinggang pada kedua kelompok dibandingkan dengan kadar proinsulin. 31

Pada masa sekarang ini lingkar pinggang digunakan sebagai indikator awal dari akumulasi lemak viseral sewaktu pemeriksaan kesehatan rutin. Beberapa laporan menunjukan RI berhubungan dengan glukosa dan IMT yang normal. Lemak viseral dapat mengakibatkan resistensi insulin oleh karena ambilan glukosa perifer yang rendah dan mempengaruhi sensitivitas insulin. Adiponektin yang dihasilkan oleh adiposit adalah penanda akumulasi lemak viseral. Produksi adiponektin menurun karena perubahan fungsional setelah terjadi akumulasi berlebihan dari lemak viseral.32 Konsentrasi adiponektin yang rendah berhubungan dengan profil lipid aterogenik yang meliputi peningkatan trigliserida dan konsentrasi HDL-kolesterol yang rendah .33

(16)

Unger’s dkk (1995) menyatakan suatu mekanisme dimana kelebihan adiposit mengakibatkan peningkatan konsentrasi proinsulin. Pada individu dengan obesitas adominal melepaskan kadar FFA yang tinggi dimana dapat menyebabkan sel β hiperplasia dan hiperinsulinemi tapi jika terjadi paparan yang kronik akan mengakibatkan perubahan fungsi dan morfologi dari sel β dan mengakibatkan diabetes. Kondisi ini didukung dengan data deposisi lemak di sel islet pada tikus yang obesitas dimana FFA mengakibatkan hilangnya GSIS. Peningkatan FFA juga mengakibatkan pembentukan dari NOS. Akibatnya berkurangnya jumlah β -cells dapat mengakibatkan konsentrasi proinsulin tinggi, dalam hal itu tingkat sekresi oleh sel-sel yang tersisa menjadi meningkat, sehingga mengurangi penyimpanan intraseluler dan memaksa proses pelepasan bahan tidak lengkap.31

Penilaian sel β pankreas adalah penting bukan hanya untuk memprediksi DMT2 dan perkembangannya tetapi juga untuk meningkatkan strategi pencegahan dan terapi DMT2. Berdasarkan studi – studi terbaru, penilaian rasio proinsulin-insulin tidak hanya dapat menggambar disfungsi sel β namun juga dapat menilai dampak intervensi terapeutik pada fungsi islet cell yang mensekresi insulin dan ternyata penilaian rasio proinsulin-insulin lebih baik dari indeks HOMA.16 Pada penelitian ini penilaian disfungsi sel β pankreas dinilai melalui rasio proinsulin-insulin. Belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini yang menilai hubungan profil lipid dengan disfungsi sel β pankreas melalui rasio proinsulin-insulin pada toleransi glukosa normal.

Kekurangan pada penelitian ini adalah metode penelitian yang potong lintang tidak prospektif sehingga tidak dapat memantau perjalanan dari keadaan dislipdemia. Selain itu jumlah subyek penelitian yang sedikit. Penelitian ini juga tidak mengelompokan gangguan fungsi sel β pankreas berdasarkan usia dimana pertambahan usia akan menurunkan fungsi sel β pankreas.Selain itu penelitian ini juga tidak mengelompokan berdasarkan jenis kelamin.1,17

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio proinsulin-insulin sebagai penanda disfungsi sel β memliki hubungan yang bermakna dengan dengan kolesterol total dan LDL-C. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rasio proinsulin-insulin dengan HDL-C, trigliserida, IMT dan Lingkar Pinggang.

5. 2 Saran

Disfungsi sel β pankreas merupakan karakteristik penanda DM tipe 2. Kondisi dislipdemia mempunyai hubungan dengan keadaan disfungsi sel β. Oleh karena itu pada individu dengan kondisi dislipidemia yang belum jatuh kedalam DM tipe 2 sebaiknya dilakukan tatalaksana yang optimal.

Diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan seleksi yang lebih baik untuk menetapkan hubungan fungsi sel β pankreas dan profil lipid.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Operasional
Tabel 4.1  Karakteristik Subyek Penelitian  Karakteristik   n = 22
Tabel  4.2  Korelasi  Profil  Lipid,  Lingkar  pinggang  dan  IMT  dengan  Rasio  Proinsulin/Insulin  Rasio Proinsulin-insulin  P  r   Kolesterol Total  0,019  0,494  LDL-C  0,029  0,466  HDL-C  0,067  0,397  Trigliserida  0,655  0,101  IMT   0,237   0,263
Gambar 4.1  Grafik Korelasi Total Kolesterol dan Rasio Proinsulin/Insulin  Dari  grafik  terlihat  korelasi  antara  total  kolesterol  dan  rasio   proinsulin-insulin,  dimana  peningkatan  nilai  total  kolesterol  akan  diikuti  oleh  peningkatan  nilai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penempatan sensor tersebut dipasang dibagian belakang pintu atau jendela ruangan, yang bertujuan untuk menghindari seringnya kita membuka pintu atau jendela yang dapat

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam Kampung dari 2-12 minggu adalah 16% dengan kandungan energi termetabolis sebesar

Kepatuhan terhadap pengobatan adalah tingkat kesediaan seseorang dalam mengikuti aturan medis yang diberikan dokter profesional kesehatan lainnya baik secara

Weinreich mengidentifikasi ciri-ciri interferensi yaitu: adanya pemindahan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain, adanya perubahan fungsi dan kategori yang disebabkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek FD sebagian mampu merencanakan penyelesaian pada soal yaitu dengan melakukan analisis terhadap konsep yang akan

Mendeskripsikan peningkatan konformitas teman sebaya melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa di kelas XI MIPA 3 SMA 1 Bae Kudus

“Kebertahanan Bahasa Daerah dalam Konteks Kebijakan Bahasa Nasional Indonesia: Kasus Bahasa Batak”.. Sintaksis Bahasa

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada kelas V SD 2 Bakalan Krapyak dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran take and