• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

ATI

(

APTITUDE TREATMENT

INTERACTION

) BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA

A.A. Ngurah Mahendra Putra

1

, Ndara Tanggu Renda

2

, H. Syahruddin

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: agungmahendra07@yahoo.co.id

1

, ndara.renda@yahoo.com

2

,

p.syahrudin@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD di gugus VII di Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan The Posttest-Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD di gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 125 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep memiliki mean (M) = 25,44 termasuk dalam kategori sangat tinggi, (2) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional memiliki mean (M) = 16,2 termasuk dalam kategori sedang, (3) terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional (thitung 2,13 > ttabel 2,000). Siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: ATI, peta konsep, hasil belajar

Abstract

This research purpose for to know the different student learning result of science that learned using the model ATI (Aptitude Treatment Interaction) helped concept maps and students that learned using conventional learning model in IV grade elementary school in cluster VII in Sawan subdistrict academic year 2013/2014 . This research is a quasi experiment with The Posttest-Only Control Group Design. This research population is all the IV grade students in cluster VII Sawan subdistrict academic year 2013/2014, amounting to 125 people. Data collection in this research was conducted using a test method. Test methods used to collect data on student learning result. Data analysis method used is descriptive statistical analysis and test requirements analysis. The research showed that (1) the learning result of students who take lessons with learning model ATI (Aptitude Treatment

(2)

Interaction) helped concept maps have a mean (M) = 25.44 included in the very high category, (2) the learning result of students with the following conventional learning models have a mean (M) = 16.2 is included in the medium category, (3) there are significant differences in learning result between students who are learning to follow the learning model

ATI (Aptitude Treatment Interaction) helped concept maps with students who are learning to follow the conventional learning models (thitung 2,13 > ttabel 2,000). Students who learn

to use learning model ATI (Aptitude Treatment Interaction) helped concept maps showed better learning result than students who learn to follow the learning using conventional learning models.

Key words: ATI, concept mapping, learning result

PENDAHULUAN

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (UU No. 20 tahun 2003). Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar (Mulyasa, 2004).

Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar berkaitan erat dengan usaha siswa untuk mencari tahu tentang alam dengan langkah-langkah yang sistematis. Memperhatikan pernyataan tersebut, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Data riil di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran IPA sampai sekarang ini masih merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian anak didik. Hal ini disebabkan oleh cara memahami IPA itu masih belum tepat terutama pada tahap pembelajaran awal. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa menurut Djamarah (2002 :12 ) yaitu : “Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.” Faktor pendekatan mengajar, yakni jenis upaya mengajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Faktor ini ditentukan oleh strategi dan metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Selain itu dalam proses belajar mengajar siswa sering kurang mendapat peluang untuk pelan-pelan dituntun dan dididik menjadi aktif mengikuti proses pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diajarkan. Padahal umumnya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satu perbedaan karakteristik individu tersebut adalah perbedaan kemampuan (aptitude). Menurut Ahmadi (2004:77) setiap siswa bersifat individu, setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual inilah yang menyebabkan adanya perbedaan tingkah laku dan kemampuan dikalangan anak didik, sehingga guru harus mampu memberikan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan siswa tersebut.

(3)

Mencermati hal tersebut serta terkait dengan pembelajaran IPA tampak bahwa pembelajaran di SD gugus VII terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran konvensional akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, siswa hanya duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan banyak siswa yang mengalami remidi atau memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam mata pelajaran IPA. Permasalahan ini terjadi pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di Gugus VII Kecamatan Sawan. Pada saat dilakukan ulangan umum, nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Setelah dilakukan wawancara dengan guru wali kelas IV mata pelajaran IPA dan observasi lebih lanjut pada hari senin tanggal 18 maret 2013 di SD gugus VII ditemukan beberapa permasalahan yaitu 1) Masih banyak siswa bermain, mengobrol dan ada pula yang mengantuk pada saat pelajaran berlangsung, 2) Kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberikan pertanyaan, 3) Pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif, 4) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mampu untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA.

Terbatasnya media pembelajaran yang ada di sekolah, sehingga guru sulit untuk menjelaskan apa yang ingin disampaikan kepada peserta didik. Walaupun dapat dijelaskan oleh guru kadang-kadang siswa tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan guru dan pembelajarannya pun kadang-kadang menjadi kurang efektif karena siswa merasa jenuh dan kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan.

Beberapa gejala juga ditemui dalam observasi yang dilaksanakan di kelas IV seperti: sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas, baik

dalam hal mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru ataupun merespon dan menanggapi jawaban dari temannya. Interaksi siswa dalam pembelajaran masih rendah, dalam kelas tidak semua siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan guru. Aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas masih rendah hal ini disebabkan karena siswa di kelas hanya mendengarkan, mencatat, dan melakukan kegiatan sesuai perintah guru sehingga partisipasi siswa untuk menemukan sendiri pemecahan masalah masih kurang. Tidak dipungkiri hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar. Penyampaian materi oleh guru kepada peseta didik masih berlangsung secara tradisional atau konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran sehingga siswa sulit memahami pembelajaran. Akibatnya, siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal, seperti soal ulangan harian.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa Kelas IV menunjukkan bahwa ketika siswa mengikuti pelajaran IPA mereka diliputi rasa takut, rasa jenuh dan bosan. Mereka beranggapan bahwa IPA itu menakutkan dan menegangkan. Sedangkan, salah satu dari siswa tersebut menyatakan pelajaran IPA itu menyenangkan bila bisa menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran IPA karena dianggap sulit, dan apabila IPA itu dapat dimengerti maka akan menjadi mata pelajaran yang menyenangkan..

Dengan demikian usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menekankan suatu prinsip individual siswa melalui pembelajaran yang tepat digunakan yaitu model pembelajaran ATI (Aptitude- Treatment Interaction). Menurut pakar pendidikan ( Nurdin, 2005:39 ) : ATI (Apptitude-Treatment Interaction) merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment)

(4)

yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude)”. Model ini memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kinerja profesionalnya dengan menggunakan bermacam–macam metode mengajar pada tiga bentuk perlakuan (treatment).

Sementara itu model pembelajaran konvensional menurut Putrayasa (dalam Rasana, 2009:20), Pembelajaran yang diawali dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa materi yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa. Pada pembelajaran, ini guru tidak banyak memberikan kesempatan kepada siswa melaksanakan tanya jawab multi arah. Dalam pelaksanaan model pembelajaran konvensional guru berperan secara penuh atau menguasai jalannya pembelajaran. Siswa hanya pasif menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dalam pembelajaran konvensional, kegiatan belajarnya lebih berpusat pada guru (teacher centered).

Peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan antarkonsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan (Supriyono, 2008). Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit sematik. Peta konsep sederhana hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi (Dahar, 1989). Peta konsep pada model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) digunakan untuk mengungkapkan gagasan awal siswa.

Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses pembelajaran. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru dan juga merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri proses evaluasi belajar.

Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 3).

Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan adaya perubahan struktur pengetahuan individu.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa sekolah dasar. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar berkaitan erat dengan usaha siswa untuk mencari tahu tentang alam dengan langkah-langkah yang sistematis. Memperhatikan pernyataan tersebut, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Dengan demikian, IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar baik itu lingkungan alam maupun lingkungan alam buatan. Begitu pula halnya dengan

(5)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki sebuah tujuan yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa. Azmiyawati (2008:23) menyatakan dengan belajar IPA segala permasalahan yang muncul dilingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun non fisik dapat dipecahkan dan diperingan. Begitupula dengan Sulistyanto (2008:43) yang menyatakan “Dengan belajar IPA kita dapat mengenal alam serta kita dapat mengambil manfaat dan menjaga kelestarian alam”.Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajran IPA adalah kita mampu megenal lingkungan serta melestarikan dan memanfatkannya untuk mempermudah tugas kita dalam bekerja.

Keefektifan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) telah dibuktikan oleh hasil penelitian dari peneliti lain. Arifin (2011) membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo.

Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dan model pembelajaran konvensional yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian eksperimen ini ingin diketahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng? Untuk memecahkan masalah tersebut, diperlukan dua sampel kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan

kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.

Sementara dalam penelitian ini, dapat dirumuskan hipotesis yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.

METODE

Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.

Menurut Agung (2011:60) “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang di tes (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”.

Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar IPA. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur terbatas hanya untuk kemampuan kognitif siswa.

Pada penelitian ini, tes objektif pilihan ganda terdiri dari 40 (empat puluh) butir soal yang akan diujicobakan di lapangan. Uji coba tes di lapangan dilaksanakan pada siswa kelas V yang ada di SD N 1 Sinabun, SD N 3 Sinabun, dan SD N 2 Suwug Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Data yang diperoleh dari uji coba tes di lapangan, kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas butir soal, indeks daya beda, dan indeks kesukaran butir soal. Berdasarkan hasil analisis dari 40 butir soal yang diujicobakan di lapangan, 30 soal terbaik dipilih sehingga dapat dipakai untuk penelitian dan 10 soal tidak dipakai untuk penelitian.

(6)

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus VII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa“Post Test Only Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas IV SD di Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Banyak siswa seluruhnya adalah 125 orang yang tersebar dalam 6 SD. Distribusi populasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian

No Nama SD Kelas Jumlah Siswa

1 SD Negeri 1 Sinabun IV 20 2 SD Negeri 2 Sinabun IV 25 3 SD Negeri 3 Sinabun IV 20 4 SD Negeri 1 Suwug IV 25 5 SD Negeri 2 Suwug IV 10 6 SD Negeri 3 Suwug IV 25 Jumlah 125

Pemilihan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi secara acak dengan tidak memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Pada populasi yang sudah setara, pengundian dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pengundian yang telah dilakukan, maka siswa kelas IV di SD N 1 Suwug digunakan sebagai kelas eksperimen, sedangkan siswa kelas IV di SD N 2 Sinabun digunakan sebagai kelas kontrol.

Pada penelitian ini digunakan dua teknik analisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis (uji-t). Teknik analisis statistik deskriptif menyajikan nilai mean (rata-rata), median, modus dan standar deviasi. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya hasil belajar IPA siswa yang dikonversikan ke dalam kriteria rata-rata ideal dan standar deviasi ideal. Teknik analisis statistik inferensial yang digunakan adalah

dengan menguji hipotesis (uji-t). Sebelum melakukan uji-t, data harus diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui bahwa varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Analisis uji-t untuk sampel independent (tidak berkorelasi) menggunakan rumus separated varians.

2 2 2 1 2 1 2 1

n

s

n

s

X

X

t

(1) (Sumber: Koyan, 2012:29) HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data post test hasil belajar IPA siswa memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varians, skor minimum, skor maksimum, dan jangkauan yang dapat dilihat pada tabel 2.

(7)

Tabel 2. Deskripsi Data Post Test Siswa Hasil Analisis Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Mean 25,44 16,2 Median 26,33 15,75 Modus 27,21 12,9 Standar Deviasi 3,72 4,09 Varians 13,84 16,69 Skor Minimum 14 11 Skor Maksimum 29 26 Jangkauan 15 15

Berdasarkan Tabel 2, maka dapat diketahui bahwa rata-rata post test pada kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep lebih besar dari rata-rata post test siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Selain itu pada kelas eksperimen, nilai modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M), sehingga memiliki kurva juling negatif yang artinya sebagian besar skor cenderung tinggi. Kurva juling negatif dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Juling Negatif Kelas Eksperimen

Sementara pada kelas kontrol, mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo), sehingga kurva juling positif yang artinya sebagian skor cenderung rendah. Kurva juling negatif dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Juling Positif Kelas kontrol Jika berpedoman pada kriteria rata-rata ideal dan standar deviasi ideal dan hasil post test yang diperoleh, maka dapat dibuat distribusi rata-rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

Tabel 3. Kriteria Rata-rata Ideal dan Standar Deviasi Ideal

Rentang Skor

Kategori

22,5

X

30

Sangat tinggi

17,5

X

< 22,5

Tinggi

12,5

X

< 17,5

Sedang

7,5

X

< 12,5

Rendah

0

X

< 7,5

Sangat rendah

Berdasarkan Tabel di atas, nilai X

yang diperoleh kelas eksperimen adalah 25,44 yang terletak pada kriteria sangat tinggi. Jadi hasil belajar IPA pada kelas eksperimen tergolong sangat tinggi. Sedangkan nilai X yang diperoleh kelas kontrol adalah 16,2 yang terletak pada kriteria sedang. Jadi hasil belajar IPA pada kelas kontrol tergolong sedang.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor post test IPA kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep lebih tinggi dari pada rata-rata skor post test IPA kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat (χ2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-3. Hasil perhitungan pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa untuk

χ2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh χ2

tabel = 7,815 dan χ2 hitung = 7,428419. Karena χ2

hitung < χ2 tabel maka data hasil belajar IPA pada

kelas eksperimen dikatakan berdistribusi normal. Begitu juga hasil perhitungan pada kelas kontrol yang menunjukkan bahwa untuk

χ2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh χ2

tabel = 7,815 dan χ2 hitung = 6,162913. Karena χ2

hitung < χ2 tabel maka data hasil belajar IPA pada

kelas kontrol dikatakan berdistribusi normal. Sementara itu, ringkasan uji homogenitas varians dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji F Sampel Mean SD Varians (s2) F hitung F tabel Kesimpulan

Kelas

eksperimen 25,44 3,72 13,84

1,21 1,98 F hitung < F tabel

Kelas

kontrol 16,2 4,09 16,69 Berdasarkan Tabel 4, hasil uji homogenitas varians untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan hasil bahwa F hitung < F tabel.Ini

berarti bahwa varians antar kelas yang menggunakan model pembelajaran ATI

(Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep (kelas eksperimen) dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol) adalah homogen.

Ringkasan hasil analisis uji-t menggunakan rumus separated varians disajikan pada Tabel 5.

(9)

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji-t Sampel Independent (Tidak Berkorelasi)

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa hasil analisis uji-t didapatkan nilai t hitung lebih

besar dari pada t tabel yaitu 2,13 > 2,000 pada

derajat kebebasan 48. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa H0

yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional” ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep adalah 25,44 berada pada kategori sangat tinggi dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 16,2 berada pada kategori sedang. Jika skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok

kontrol, jika hasil belajar IPA siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 2,13 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,000.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel),

sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Dengan kata lain, model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep memiliki pengaruh yang signifikan pada hasil belajar IPA siswa. Pengaruh tersebut ditunjukkan oleh rata-rata hasil belajar yang lebih baik daripada hasil belajar pada kelompok yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Pada model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) memiliki langkah yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas, mempresentasikan hasil diskusi, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang Kelas Mean Varians N db t hitung t tabel Kesimpulan

Kelas

eksperimen 25,44 13,84 25 48 2,13 2,000 H

1 diterima

(10)

dimilikinya. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran ATI memiliki ciri khusus yaitu siswa dibagi sesuai dengan karakteristik kemampuannya (aptitude), lalu diberi pembelajaran atau perlakuan-perlakuan (treatments) yang berbeda-beda. Pembelajaran self-learning yang dikembangkan pada siswa yang berkemampuan tinggi (anak-anak pintar) tidak banyak menuntut kinerja dan kemampuan khusus dari guru. Dengan demikian berarti pembelajaran sudah bisa berjalan dengan sendiri baik ada guru maupun tidak. Selain dari kemampuan untuk mempersiapkan peta konsep, yang perlu juga dipersiapkan dari guru disini adalah kemampuan dalam memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan agar siswa kelompok ini lebih giat lagi dalam meningkatkan belajarnya.

Pembelajaran reguler teaching yang dikembangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang mirip dengan pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru-guru pada saat ini. Pembelajaran dalam bentuk re-teaching dan tutorial yang dikembangkan untuk siswa yang berkemampuan rendah dalam implementasinya menghendaki adanya keterampilan dan kemampuan menjelaskan ulang pelajaran yang sudah diberikan dengan menggunakan bantuan alat atau media pembelajaran seoptimal mungkin. Sehingga pada proses pembelajaran ini sangat terlihat partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa sangat antusias dan terlibat dengan baik dalam pembelajaran ini. Hal ini didukung oleh Snow (dalam Nurdin, 2005:37) yang menjelaskan bahwa model pendekatan ATI sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan– perlakuan (treatments) yang sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di dalam kelas.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh oleh Arifin (2011) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena pembelajaran yang disajikan dalam bentuk belajar berkelompok, membuat siswa lebih percaya diri dan menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri karena dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran ATI menekankan pada keaktikan dan kerjasama siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Berbeda halnya dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional, pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Model pembelajaran ini berorientasi kepada guru (teacher centered approach) yang berarti guru memegang peran penting yang sangat dominan. Dalam hal ini guru mengambil alih sebagian besar kegiatan pembelajaran, mulai dari mendefinisikan, menjelaskan, mendemon- strasikan, menerapkan konsep, bahkan sampai dengan menyimpulkan tanpa adanya kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Sementara siswa menjadi individu pasif yang bertugas mendengarkan, mencatat, dan menghafalkan informasi yang diberikan guru. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga siswa cepat merasa bosan, serta mengurangi motivasi dan minat siswa untuk belajar. Pada akhirnya juga akan mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang masksimal.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari analisis deskriptif,

(11)

hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) sudah mencapai kategori sangat tinggi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus VII di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Adapun beberapa saran yang dapat diajukan yaitu kepada guru sekolah dasar diharapkan agar selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Dalam hal ini adalah menggunakan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada kepala sekolahdiharapkan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif. Kemudian kepada peneliti lain diharapkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) ini pada bidang studi IPA khususnya, agar penelitian ini bisa dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Undiksha.

Ahmadi, Abu. dan Supriyono, Widodo., (2004), Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Akhmad. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Penerapan Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Tersedia pada https://www.google. com/search? (diakses pada tanggal 20 maret 2013).

Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyanti dan Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful.D., dan Zain, Ali., (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurdin, Syahfruddin., (2005), Quantum Teaching. Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Ciputat Press. Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan

Sabbatical Leave Model-Model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(12)

Sulistyanto, Heri. 2008. Ilmu pengetahuan alam 5: untuk SD dan kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Supriyono. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Inovatif.3(2). (1 – 6).

Gambar

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian
Tabel 2. Deskripsi Data Post Test Siswa  Hasil Analisis  Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol
Tabel 3. Kriteria Rata-rata Ideal dan Standar Deviasi Ideal
Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji-t Sampel Independent (Tidak Berkorelasi)

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan Inpassing Pangkat Dosen Bukan PNS yang telah menduduki Jabatan Akademik pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Masyarakat dengan Pangkat Pegawai Negeri

Peneliti ingin melakukan external validity dengan menggeneralisasikan hasil dari penelitian Smith et al., (2007) untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dengan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan yang dilaku- kan, dapat disimpulkan sebagai berikut, 1) Product, place, promotion, dan process tidak berpengaruh sig- nifikan pada

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan PEMASANGAN JARINGAN INTERNET SEKOLAH, dengan ini kami undang

Pengurangan kebebasan hubungan antara penasihat hukum dan tersangka atau terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan Pasal 105 dilarang setelah

• Bank card adalah “ kartu plastik”atau yang biasa kita sebut dengan ATM, yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan kepada nasabahnya untuk dipergunakan sebagai alat pembayaran

Penyebab tingginya kadar logam berat dalam sedimen pada musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke dalam badan

Terdapat permasalahan umum pada keseluruhan kawasan, yaitu: tidak terdapat kesinambungan hubungan seluruh jalur pejalan kaki, jalur pejalan kaki tidak dapat memberi