• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL HEALTH PARTICIPATIVE MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DENGUE DAN PHBS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL HEALTH PARTICIPATIVE MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DENGUE DAN PHBS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL

HEALTH PARTICIPATIVE

MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DENGUE DAN

PHBS

1

Dhina Widayati, 2Nian Afrian Nuari STIKes Karya Husada Kediri

budinawida@gmail.com

ABSTRAK

Mitra kegiatan pengabdian masyarakat (pengabmas) adalah kader kelompok kerja kesehatan lingkungan (Pokjalin) Desa Darungan-Pare-Kediri. Permasalahan mitra pengabmas diawali dengan peningkatan jumlah penderita DBD. Peningkatan jumlah kasus dan semakin bertambahnya wilayah terjangkit sangat kompleks dan multifaktorial, antara lain faktor virologis, nyamuk vektor, lingkungan dan manusia. Masyarakat belum dilibatkan dalam pemecahan masalah serta pengelolaan kegiatan pengendalian DBD, dari tahap perencanaan hingga monitoring dan evaluasi. Agar masyarakat dapat menentukan praktik/tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta mengelola kegiatan yang direncanakan, maka perlu upaya pemberdayaan, baik peningkatan kapasitas individu, upaya pengendalian, kelembagaan dan lingkungan. Mayoritas masyarakat di daerah ini mempunyai lahan kosong yang subur sehingga sangat memungkinkan untuk budidaya Tanaman Obat Keluarga yang merupakan kearifan lokal Bangsa Indonesia. Pengabmas ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan DBD dan PHBS. Pendekatan metode yang digunakan berupa Health Education, pelatihan dan pemberdayaan dengan pendekatan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi). Desain yang digunakan adalah pra experimental dengan besar sampel 40 responden yang didapatkan melalui purposive sampling. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah terdapat peningkatan pengetahuan (75%), sikap (50%) dan motivasi (60,5%) dan perilaku participative kader Pokjalin dalam pencegahan DBD dan PHBS (65%). Data yang diperoleh melalui kuesioner & observasi dianalisis menggunakan wilcoxon sign rank test, didapatkan hasil terdapat perubahan signifikan pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,002), motivasi (p=0,001) dan perilaku partisipative (p=0,001). Hal ini menunjukkan bahwa model health partcipative masyarakat dalam pencegahan DBD dan PHBS yang dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, motivasi dan perilaku kader Pokjalin dalam pencegahan DBD dan PHBS. Kegiatan pengabmas ini dapat dilanjutkan dengan kombinasi beberapa metode pemberdayaan masyarakat, seperti metode COMBI yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Kata Kunci: Pokjalin, Health Participative, DBD, PHBS, pemberdayaan

1.

PENDAHULUAN

Pokjalin (kelompok kerja kesehatan lingkungan) di RW 1 dan RW 9, Desa Darungan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur merupakan mitra IbM Pengembangan Model Health Participative Masyarakat dalam Peningkatan Perilaku

Pencegahan Penyakit Dengue dan

Pemanfaatan Zodia sebagai Repellent Gel Aromatic Freshner. Daerah ini terletak pada bagian utara Kabupaten Kediri yang dekat Lereng Gunung Kelud dengan tanah yang bertambah subur pasca letusan tahun 2013. Sebagian besar penduduk di wilayah ini mempunyai usaha budidaya ikan lele sehingga banyak ditemui kolam ikan yang kosong dan selokan-selokan kecil untuk mengalirkan air dari kolam saat pengurasan, sehingga saat

musim hujan tiba menjadi tempat penampungan air yang disukai oleh nyamuk Aedes aegepty. Pemilihan mitra dari segi lokasi dan waktu ini sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri yang menunjukkan bahwa Kecamatan Pare mempuyai insiden tertinggi dalam KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD di wilayah Kabupaten Kediri dan kecenderungan penularan DBD terjadi pada musim penghujan yang puncaknya pada bulan April, seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

Demam berdarah dengue (DBD) atau biasa dikenal dengan penyakit dengue merupakan penyakit endemis di 97% provinsi di Indonesia. Peningkatan jumlah kasus dan semakin bertambahnya wilayah terjangkit sangat kompleks dan multifaktorial, antara lain faktor

(2)

virologis, nyamuk vektor, lingkungan dan manusia (Dirjen P2-PL Depkes RI, 2010; Kusriastuti, 2005; Mardihusodo, 2005). Aedes aegepty adalah vektor utama pada penyakit ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian penyakit ini, di antaranya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), fumigasi dan abatisasi namun kenyataannya sampai saat ini angka kejadian DBD masih cukup tinggi.

Pengendalian nyamuk dewasa, terutama ketika terjadi penularan DBD maupun kejadian luar biasa (KLB), akan membatasi penularan dan membunuh nyamuk dewasa, khususnya yang mengandung virus dengue. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat, untuk mengubah gaya hidup dan kualitas hidup melalui perubahan individu dan lingkungan yang lebih baik (Fertman & Allensworth, 2010). Strategi global promosi kesehatan antara lain adalah pemberdayaan (empowerment) dan partisipasi masyarakat (community participation) (Pusat Promkes Depkes RI dan UI, 2009).

Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat agar mampu mengenali permasalahan yang dihadapi, mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, serta mampu mengeksistensikan diri secara jelas (Purwanti, 2011). Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri, dapat juga diartikan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2001).

Communication for Behavioural Impact

(COMBI) merupakan metode penggerakan masyarakat yang mengintegrasikan pendidikan kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), teknik pemasaran sosial dan mobilisasi masyarakat, untuk mengubah perilaku yang berlandaskan pada perubahan pengetahuan, sikap dan praktik/tindakan/perilaku masyarakat. Metode COMBI secara luas telah diaplikasikan untuk pengendalian DBD dan dapat juga diaplikasikan untuk penggerakan masyarakat dalam pengendalian vektor DBD.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan 11 daerah di Jawa Timur berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Demam Berdarah (DB). Hal ini terkait sampai hari Minggu (25 Januari 2015) angka penderita demam berdarah di 38 Kabupaten/Kota di

Jatim saat ini sudah mencapai 1.054 penderita, dengan 25 penderita di antaranya meninggal dunia, sedangkan di Wilayah Kabupaten Kediri sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dr. Adi Laksono, MM. “Sampai saat ini (Senin, 26 Januari 2015) tercatat 87 kasus dengan 2 meninggal”.

Data jumlah penderita DBD di Kabupaten Kediri selama tiga bulan terakhir di tahun 2016 ini (Januari-Maret) tercatat sejumlah 464 orang terserang DBD dan 11 orang meninggal dunia. Kepala Dinas Kesehatan Kediri, Adi Laksono mengatakan “Setiap bulan, selalu ada saja korban jiwa. Pada Januari, misalnya sebanyak 5 penderita yang meninggal, bulan Februari 2 orang dan bulan Maret 4 orang. Kejadian DBD ini merata hampir di semua Kecamatan di Kabupaten Kediri, namun trennya menurun. Jumlah penderita turun, tetapi jumlah yang meninggal mengalami kenaikan. Hal ini dapat disebut sebagai peningkatan kualitas kasus DBD”.

Kolam ikan kosong dan saluran pembuangan air yang pada saat musim hujan menjadi genangan air berperan besar sebagai media perkembangbiakan nyamuk Aedes aegepty. Masih rendahnya perilaku hidup bersih dan pencegahan-pengendalian vektor DBD menyebabkan peningkatan insiden DBD dan menyebabkan kejadian KLB. Lingkungan rumah yang tidak bersih akan mudah membuat sarang nyamuk dari genangan air seperti bak mandi, pot bunga ataupun genangan lainnya pasca hujan.

Mitra IbM Pokjalin di Desa Darungan RW 1 dan RW 9 merupakan desa yang mayoritas penduduknya mempunyai usaha ternak ikan lele, sehingga banyak dijumpai kolam-kolam ikan yang kosong dan selokan yang pada saat musim hujan tergenang air hujan dan menjadi sarang nyamuk Aedes Aegepty. Selain itu, wilayah ini merupakan wilayah yang padat penduduk, banyak dijumpai kos-kosan karena dekat dengan kampus dan area sekolah sehingga banyak terdapat jemuran dan sampah. Lokasi tersebut memungkinkan banyaknya sarang nyamuk.

Kader yang terbentuk di Desa Darungan saat ini masih terbatas pada kader balita dan lansia, kader Pokjalin yang khusus menangani masalah kesehatan lingkungan belum terbentuk. Hal ini mendasari masih rendahnya PHBS di wilayah tersebut. Kondisi di

(3)

menunjukkan bahwa masyarakat belum dilibatkan dalam pemecahan masalah serta pengelolaan kegiatan pengendalian DBD, dari tahap perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.

Pembentukan kader Pokjalin sangat penting untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang di dalamnya memuat perilaku pencegahan DBD sehingga insiden DBD dapat ditekan setiap tahunnya. Selain itu, agar masyarakat dapat menentukan praktik/tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta mengelola kegiatan yang direncanakan, maka perlu upaya pemberdayaan dan partisipasi mayarakat, baik peningkatan kapasitas individu, peningkatan upaya pengendalian, peningkatan kelembagaan dan peningkatan lingkungan. Pokjalin akan melaksanakan perannya dalam Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dan penyuluhan di rumah warga. Di daerah Kecamatan Pare sendiri memiliki kepadatan nyamuk yang cukup tinggi karena banyaknya kolam warga yang melakukan budidaya ikan lele. Hampir sebagian besar warga di daerah Kecamatan Pare ini mempunyai kolam budidaya ikan lele yang hasil produksinya paling tinggi di Kabupaten Kediri. Permasalahan ini mungkin juga menjadi pemicu tingginya jumlah kepadatan nyamuk Aedes aegepty adalah keberadaan sungai, tempat penampungan air yang dibiarkan terbuka. Pokjalin diharapkan dapat berperan sebagai informan yang akan menyebarkan informasi tentang PHBS dan pencegahan DBD.

Pada umumnya warga di Desa Darungan belum mengetahui dan menerapkan PHBS secara optimal. Warga banyak yang belum mengetahui bahaya DBD dan cara pencegahannya. Pokjalin belum menguasai prinsip dasar dan teknologi membuat repellent atau zat pengusir nyamuk. Repellent bisa berasal dari bahan alami misalnya tanaman zodia yang ramah lingkungan. Tanaman zodia banyak ditanam di pekarangan dan hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

2.

METODE PENGABDIAN

2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian

Kegiatan pengabdian dilakukan dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan. Kegiatan ini dilakukan bulan Maret-Juli 2017 di Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri.

2.2. Metode dan Rancangan Pengabdian

Metode pelaksanaan IbM Pokjalin terdiri

dari 4 kegiatan utama untuk memberikan solusi dari 3 masalah tersebut di atas, yaitu : 1) Pembentukan dan sosialisasi peran Pokjalin, 2) Pelatihan pengembangan model health participative masyarakat, 3) Pelatihan Pokjalin dalam PHBS dan pencegahan penyakit Dengue, dan 4) Pelatihan pembuatan Zodia Repellent Gel Aromatic Freshner.

2.3. Pengambilan Sampel

Sampel dalam kegiatan pengabdian ini adalah kader POKJALIN di RW I dan RW IX Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri sejumlah 40 orang.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil 1

Pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini diperoleh beberapa hasil, antara lain:

a. Kegiatan survey awal dan perijinan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan ini diawali dengan meminta surat ijin dari Kepala Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri. Tim IbM Model Health Participative Masyarakat dalam Perilaku Pencegahan Penyakit Dengue dan Pemanfaatan Zodia sebagai Repellent Gel Aromatic Freshner yang sasarannya adalah kader POKJALIN (Kelompok Kerja Kesehatan Lingkungan) atau dapat disebut dengan Tim POKJALIN melakukan survey tempat dilaksanakannya pengabdian masyarakat. Sebelum kegiatan ini terlebih dahulu telah melakukan pertemuan awal dengan Kepala Desa dan ketua PKK untuk mengetahui jumlah kader yang akan terlibat dalam kegiatan IbM ini. Permasalahan yang ditemukan adalah mitra belum mempunyai kader kesehatan lingkungan/ POKJALIN. Kepala Desa sangat mendukung dengan diadakannya pelatihan kader POKJALIN di wilayahnya karena diharapkan dapat menurunkan angka kejadian demam berdarah di wilayah desa Darungan dan berharap masyarakat menyerap informasi tentang teknik pengolahan Repellent Gel Aromatic Freshner dengan bahan baku bunga zodia

b. Tahap selanjutnya adalah kordinasi dengan Kepala Desa mengenai pelaksanaan kegiatan Ibm Model Health Participative Masyarakat dalam Perilaku Pencegahan Penyakit Dengue dan Pemanfaatan Zodia

(4)

sebagai Repellent Gel Aromatic Freshner. Koordinasi dilakukan dengan kepala desa dan kepala PKK tentang penentuan jumlah kader yang akan ikut dalam pelaksanaan pelatihan kader POKJALIN. Tim IbM melakukan diskusi dengan kepala desa dan diambil keputusan sebanyak 25 warga yang menjadi kader POKJALIN yang diambil dari perwakilan masing-masing RT dan RW. Tiap perwakilan warga masyarakat tersebut diharapkan mampu menjadi duta untuk melakukan sosisalisasi kepada warga masyarakat lain. Hasil dari koordinasi ini disepakati waktu dan pelaksanaan Pelatihan Kader POKJALIN di kedua RW tersebut. Pelaksanaan Pelatihan Kader di RW I dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2017 sedangkan pelatihan kader di RW 9 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017. Saat dilakukan koordinasi tim IbM membagi tugas antara ketua dan anggota IbM yang lain untuk berkoordinasi dengan kader POKJALIN dan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini. Pembagian tugas yang jelas dari ketua tim diharapkan dapat membuat koordinasi lebih jelas dan lebih cepat dalam melaksanakan tugas anggota masing-masing

c. Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah Pelatihan Kader POKJALIN di RW I Desa Darungan. Pelatihan Kader POKJALIN ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 2017 di Balai Desa Darungan. Pelatihan kader ini diawali dengan pemberian materi mengenai pengertian kader dan kader POKJALIN, Tugas dan Fungsi (Tupoksi) kader POKJALIN dalam pencegahan DBD, dan materi tentang penyakit DBD yang meliputi : definisi, tanda dan gejala, penatalaksanaan penyakit Demam Berdarah, pencegahan DBD dengan 4M Plus, konsep mengenai jentik nyamuk Aedes aegepty. Pada kegiatan ini juga dilakukan simulasi mengenai pemantauan jentik. Simulasi pada mitra IbM dilakukan dengan melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dan praktek mendokumentasikan pada lembar observasi sehingga mampu menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ). Pada pelatihan kader POKJALIN ini melibatkan dua narasumber dari pihak perangkat Desa sehingga diharapkan adanya dukungan yang lebih optimal. Para kader POKJALIN sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Setelah penjelasan materi mengenai peran kader dan pencegahan DBD, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi. Pada saat dibuka sesi

tanya jawab, para peserta sangat aktif, mengutarakan beberapa pertanyaan karena ingin benar-benar memahami peran mereka sebagai kader POKJALIN. Selain itu, antusiasme kader POKJALIN juga dapat dilihat dengan mereka meminta segera dipraktekkan cara membedakan jentik Aedes aegepty dengan jentik Anopeles sehingga memakai kamar mandi salah seorang warga sebagai contoh mempraktekkan pemeriksaan jentik. Perwakilan warga yang menjadi kader POKJALIN juga mendapatkan tugas untuk melakukan pemeriksaan jentik di lingkungan rumah mereka dengan mengisi Form JPJ-1 dan tugas tersebut dikumpulkan setelah 1 minggu. Masing-masing kader POKJALIN mendapat tugas untuk melakuakan pemeriksaan jentik pada 10 rumah

d. Pelatihan Peran Kader POKJALIN dan DBD juga dilaksanakan di RW 9 Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri. Pelatihan Kader POKJALIN ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 2017 di Balai Desa Darungan, Kec Pare, Kab. Kediri. Pada kegiatan pelatihan ini, terlebih dahulu diawali dengan pemaparan materi tentang kader kesehatan lingkungan, mulai dari definisi, persyaratan, tugas poko dan fungsi kader kesehatan lingkungan di masyarakat. Selain itu juga disampaikan mengenai penyakit DBD, mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan di rumah serta pencegahan DBD, pemberantasan sarang nyamuk melalui 4M plus. Peserta juga diberikan penjelasan mengenai tugas kader kesehatan lingkungan yang terkait dengan pencegahan DBD dengan memantau jentik nyamuk yang kemudian didokumentasikan pada formulir JPJ untuk kemudian dilanjutkan dengan pemantauan jentik pada 10 rumah di sekitar kader. Pelatihan kader POKJALIN ini melibatkan perangkat desa yaitu Kepala Desa dan Ketua PKK dengan harapan akan mendapatkan dukungan lebih optimal. Para kader POKJALIN sangat semangat dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini. Terdapat beberapa kader yang mengutarakan pertanyaan ketika dibuka sesi tanya jawab karena ingin benar-benar memahami peran mereka sebagai kader POKJALIN. Antusiasme kader POKJALIN RW 9 juga dapat dilihat dengan mereka meminta segera dipraktekkan cara memantau jentik Aedes aegepty yang benar

e. Pada tanggal 13 Mei 2017 di RW I, Desa Darungan Kec. Pare, Kab. Kediri juga

(5)

diadakan kegiatan pelatihan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Pada kegiatan ini dijelaskan mengenai definisi dan 10 indikator PHBS yang salah satunya adalah pemeriksaan jentik. Kader POKJALIN terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini

f. Pada tanggal 17 Mei 2017 telah diadakan pelatihan PHBS pada kader POKJALIN RW 9 Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri. Dalam kegiatan ini dijelaskan juga mengenai 10 indikator PHBS yang salah satunya adalah pemeriksaan jentik

g. Kegiatan selanjutnya yang telah dilakukan adalah pelatihan pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner kepada Kader POKJALIN di RW I Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri. Kegiatan ini dilakukan di Balai Desa Darungan pada tanggal 20 Mei 2017. Kegiatan ini diawali dengan pemberian materi mengenai manfaat tanaman zodia sebagai repellent nyamuk dan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner kepada Kader POKJALIN di RW I Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri. Kader POKJALIN di RW I Desa Darungan, Kec. Pare, Kab. Kediri diberikan kesempatan untuk mempraktekkan secara mandiri. Kader POKJALIN di RW I dibagi menjadi 3 kelompok untuk mempraktekkan teknik pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner dengan bahan dasar tanaman zodia. Dengan dibentuknya kelompok kecil diharapkan kader akan lebih memahami cara mempraktekkan pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner. Tim IbM membagi tugas dikoordinir oleh ketua tim sesuai tugas masing-maisng. Setiap grup kader POKJALIN didampingi fasilitator yang berasal dari anggota tim IbM, sehingga apabila ada kendala atau pertanyaan terkait teknis bisa segera dapat dipecahkan. Kegiatan pengabdian ini juga dilakukan pengukuran motivasi kader POKJALIN sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan kader ini. Hasil analisis ini kemudian direncanakan publikasi di Jurnal Keperawatan STIKes RSBK.

4.

SIMPULAN,

SARAN,

DAN

REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Kegiatan ini diawali dengan meminta surat ijin dari Kepala Desa Darungan Kec. Pare, Kab. Kediri. Tim IbM POKJALIN melakukan survey tempat dilaksanakannya

pengabdian masyarakat. Pada kegiatan ini sudah melakukan pertemuan awal dengan perangkat desa dan PKK untuk mengetahui jumlah kader yang akan terlibat dalam kegiatan IbM ini. Permasalahan yang ditemukan adalah pada kedua mitra belum secara optimal terpapar informasi mengenai peran kader POKJALIN, PHBS, pencegahan dan penanganan penyakit Demam Berdarah. Hasil koordinasi dengan pihak desa kemudian ditindaklanjuti dengan mengadakan pelatihan kader POKJALIN tentang konsep peran kader POKJALIN, PHBS dan penyakit demam berdarah. Pelatihan ini dilanjutkan dengan praktek Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dan dokumentasi perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ). Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner dari bahan tanaman zodia. Mitra IbM mengumpulkan bahan pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner dan Mitra dilatih untuk dapat melakukan pembuatan Zodia Repellent Gel Aromatic Frehner. Kegiatan ini diikuti oleh Mitra IbM dengan antusias dan mendapat dukungan dari perangkat Desa Darungan Dan pengurus PKK.

4.2 Saran

a. Pada tahap akhir yaitu sosialisasi kepada masyarakat di lingkungan Desa Darungan tentang pembuatan Repellent Gel Aromatic Freshner dengan bahan dasar tanaman zodia. Mitra IbM yaitu kader POKJALIN harus mampu melakukan demonstrasi yang sistematis dan menarik sehingga sosialisasi yang diikuti oleh masyarakat yang lain bisa dipahami dan diterapkan

b. Zodia Repellent Gel Aromatic Freshner dapat digunakan sebagai produk yang bisa diproduksi sebagai program unggulan Desa Darungan karena produksinya sangat mudah dan murah dan dapat digunakan untuk mengikuti kegiatan lomba desa c. Zodia Repellent Gel Aromatic Freshner

perlu diuji laboratorium lebih lanjut dan diajukan untuk memperoleh paten.

5. DAFTAR PUSTAKA

Chahaya, Indra. 2003. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(6)

Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. 2015.

Kediri Waspada Demam Berdarah.

Kediri (diakses tanggal 21 Februari 2015).

Flona S. 2006. Herba dan Tanaman Hias, Penangkal Nyamuk dan Polusi Udara. Samidra Utama. Jakarta. Hanafiah K. 2000.

Gandahusada. 2000. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FK UI. Jakarta.

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta. Penebar Swadaya.

Jumar. 2006. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Kardinan A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Agromedia Pustaka. Jakarta. Kardinan,A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan

dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pujiyanti E. 2007. Pengaruh Pemberian Dosis Subletal Ekstrak Etanol Daun Bandotan

(Ageratum conyzoides L) terhadap

Perkembangan Larva, Fekunditas dan Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes Aegypty L (Diptera: Culicidae) di Laboratorium. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rita E. 2006. Pemanfaatan Cymbopogon nardus sebagai Larvasida Aedes aegypti. Semarang Satari H. 2004. Demam Berdarah. Puspa Swara. Jakarta. Sembel D. 2009. Entomologi Kedokteran. Penerbit ANDI OFFSET. Yogyakarta. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik

Tumbuhan Tinggi. Kosasih Padmawinata . Bandung: ITB Bandung.

Shahabuddin. 2010. Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Serai terhadap Ulat Daun Kubis (Plutellaxylostella L) di Laboratorium. Sulawesi.

Soedarto. 2006. Herba dan Tanaman Hias.http:/id.wikipedia.org/wiki/pertania n. Diakses pada 25 juli 2012.

Susanna D. 2011. Entomologi Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta. Wahyuni.

2005. Populasi Nyamuk.

http:/id.wikipedia.org/wiki/kesehatan. Wahyuningtyas E. 2004. Study Daya Proteksi Serai Wangi (Cymbopogon nardus) sebagai Repellent terhadap Nyamuk Ae.aegypti. Bogor.

Untung. 2011. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi ofset. Yogyakarta.

Wijana. 2006. Beberapa Karakteristik Aedes aegypti sebagai Vektor Utama Demam Berdarah. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayan. Cermin

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Empat Lingkungan Peradilan Koordinator Wilayah Maluku Pengadilan Agama

Kira kira sepuluh hari kemudian, mereka yang pergi berperang, datang dari Malayu, mendapat dua orang puteri, yang seorang dikawin oleh Raden Wijaya, yalah yang

Cara-cara yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya kavitasi antara lain : Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah (pompa tidak boleh diletakkan jauh di atas

Beberapa sumber risiko produksi yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom mulai dari tahap persiapan bahan baku sampai

Utara terkhusus untuk sahabat tercinta penulis yang selalu mendukung dan banyak.. memberikan masukan Arnike Doya, Mia Rhamayani dan Ari

(1) Prakarsa penyusunan rancangan Keputusan Menteri yang ditandatangani Sekretaris Jenderal atas nama Menteri, yang berasal dari Menteri, dapat disampaikan kepada Direktur

[r]

Motivasi kerja adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,