• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual

Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang

merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang

berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang

berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik)

Penelitian ini menggunakan Paradigma Konstruksivistis. Konstruksivistis berasumsi bahwa tidak dapat terpisahnya subjek dan objek komunikasi hal ini bertolak belakang dengan paradigma positivistik yang berasumsi bahwa subjek dan objek komunikasi adalah dua hal yang dapat terpisahkan. Konstrutivisme diambil dari kata “konstruksi” yakni merancang, apa yang dirancang? Disini pesan yang dirancang jadi konstrutivisme disebut juga sebagai pengkajian terhadap Bagaimana pesan di konstruksikan atau di susun. misalnya dapat dilihat

(2)

dari teori agenda setting bagaimana berita disusun pada sebuah program berita teresterial, segmen satu berisi tentang apa, segmen dua berisi tentang apa dan sebagainya. Diperkuat dengan pernyataan Von Glasersfeld dalam bukunya Bettencourt konstruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstrusi (bentukan) kita sendiri.1

Menurut, Driver dan Bell ilmu pengetahuan bukan hanya kumpulan hukum atau daftar fakta. Ilmu pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang di temukan secara bebas

(Einstein & Infeld dalam Bettencourt, 1989).2

Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan buka sesuatu yang objektif sebagaimana diyakini positivistme, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas teripta.

Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu.

Dalam hal ini paradigma konstruktivisme lebih mengkaji soal pesan, dimana pesan di konstruksikan (dibentuk). Di dunia pertelevisian pesan disebut juga dengan teks dimana teks bukan hanyalah tulisan yang tercetak tetapi semua yang ada dalam layar kaca televisi mulai dari teks, audio, video bahkan grafis semuanya memiliki maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan

1

Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 154

2 Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama

(3)

komunikator agar dapat menyamakan persepsinya dengan komunikan. Meskipun pesan yang menjadi konsentrasi dalam paradigma konstrutivisme tetapi dalam hal ini encoding serta komunikator ikut menjadi pokok kajian demi menguak bagaimana pesan di konstruksikan. Pengkonstruksian pesan berhubungan dengan faktor – faktor pengendali dan pembentukan pesan di balik layar seperti ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media (bandingkan dengan McQuail, 1987), sebagai berikut:

Faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level indivual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.

Rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya.

(4)

Organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu . Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita.

Ekstra media. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media:

Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya.

(5)

Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media.

Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.

Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca teori normatif komunikasi massa, dan teori makro). Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.

(6)

Ideologi, diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.

Inilah yang dapat membentuk pesan (teks) sesuai agenda media, misalnya kita lihat dari bagaimana berita di bentuk mulai dari pendelegasian reporter dan camera person oleh kordinator liputan kelapangan hingga berita tersebut sampai dimeja redaksi dan dieksekusi yang disebut juga news judgement, pada tahapan ini pimpinan redaksi dan kultur media bermain jika pemilik media memiliki kecenderungan pada suatu kelompok maka media tersebut tidak akan menayangkan berita mengenai hal – hal apasajakah yang dapat memperburuk citra kelompoknya.

Penelitian ini berusaha menganalisi pembingkaian berita media online terhadap suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sosial. Peristiwa yang diangkat adalah pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo. Untuk memperoleh gambaran lengkap dan mendalam tentang pembingkainan berita Penggusuran Kampung Pulo, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Pendekatan ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling namun lebih kepada persoalan kedalaman data.

(7)

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha menganalisa pembingkaian pesan berupa teks berita sehingga penulis memilih analisis framing dengan perangkat Entman sebagai metode penelitian. Analisis framing secara sederhana merupakan analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, keadaan, tokoh dan lainnya) dibingkai oleh media. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isi dan berita. Dalam praktiknya, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame berita baik media cetak, elektronik maupun media online

3Analisis framing perangkat Entman menggambarkan proses seleksi isu dan

menonjolkan aspek-aspek tertentu dari realitas yang dilakukan media. Model Entman berusaha mendefinisikan peristiwa yang dipahami wartawan dan media. Dalam proses mendefinisikan peristiwa, Entman menyebut ada empat cara yang

3 Robert N. Entman and Andrew Rojecki, "Freezing Out the Public, Elite and Media Framing of the

(8)

dilakukan media yaitu identifikasi masalah, indentifikasi penyebab masalah, evaluasi moral, dan rekomendasi penyelesaian masalah.

Peneliti memilih model Entman sebagai perangkat framing yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir, perspektif atau cara pandangan media terhadap suatu peristiwa karena model Entman bergerak pada lebel bagaimana peristiswa atau masalah dipahami serta dimaknai dengan melihat pada pendefinisian masalah, perkiraan penyebab masalah, pemilihan moral, dan pemberian rekomendasi. Selain itu, realitas yang diangkat dalam pemberitaan adalah tentang kontruksi, apa yang coba dibangun oleh Tempo.co dalam pemberitaan mengenai Penggusuran Kampung Pulo periode 20 Agustus – 15 September 2015.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian dalam penelitian ini adalah teks berita dalam Tempo.co dan VivaNews mengenai Penggusuran Kampung Pulo periode 20 Agustus - 15 September 2015. Yang membahas berita-berita seputar Penggusuran Kampung Pulo. Mengingat Penggusuran Kampung Pulo yang banyak melibatkan pihak, dan ada peran serta masyarakat dan Pemerintahan Jakarta, maka menarik untuk mengetahui apa yang coba Tempo.co dan Viva.co.id angkat dalam pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo. Sebab kedua media tersebut sangat bertentangan, sehingga peneliti mencoba melakukan penelitian untuk membandingkan konstruksi yang dibangun oleh kedua media tersebut. Dalam hal

(9)

ini juga masyarakat perlu tau, agar tidak salah memilih. Pemberitaan Pemilihan Penggusuran Kampung Pulo dibahas dengan konteks yang lebih luas dan tidak cenderung tentang masyarakat Kampung Pulo yang terlibat.

Tabel 3.1 Judul Berita Media

Online

Tanggal Berita Judul Berita

Tempo.co Kamis, 20 Agustus

2015 | 11:15 WIB

Penggusuran Kampung Pulo Ricuh, 500 Personel Polda Diturunkan

Kamis, 20 Agustus 2015 | 14:31 WIB

Penggusuran Kampung Pulo, Apa Penyebab Ricuh Warga vs Aparat

Sabtu, 22 Agustus 2015 | 07:44 WIB

Penggusuran Kampung Pulo, Ahok Bisa Kena Pasal Korupsi jika Lakukan Ini Selasa, 15 September

2015 | 14:44 WIB

Korban Penggusuran Tak Cocok Tinggal di Rumah Susun

Rabu, 26 Agustus 2015 | 22:38 WIB

Jakarta Temukan 3 Pelanggaran

Penggusuran Kampung Pulo Viva.co.id Kamis, 20 Agustus

2015 | 15:49 WIB

Bentrok di Kampung Pulo, Polisi Serang dan Rusak RS Hermina

Jum'at, 21 Agustus 2015 | 16:43 WIB

Polisi Tahan 10 Warga Kampung Pulo Diduga Bakar Alat Berat

Jum'at, 21 Agustus 2015 | 14:26 WIB

Kapolda: Warga Kampung Pulo Jangan Memaksa Ganti Rugi

(10)

Senin, 31 Agustus 2015 | 12:21 WIB

Warga Kampung Pulo Berdesakan Tinggal di Rumah Susun

Rabu, 26 Agustus 2015 | 15:17 WIB

LBH: Sudah 3.433 Kepala Keluarga Digusur Ahok Sejak Januari

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Obsesrvasi. Observasi sendiri berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn

(experimental) maupun konteks alamiah.4

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai

4 Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara.

(11)

pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Dalam penilitian ini Peneliti melakukan observasi dengan mengambil data yang terdapat pada situs Media Onlie Tempo.co dan VivaNews, mengenai Penggusuran Kampung Pulo yang diambil dalam waktu, 20 Agustus - 15 September 2015.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui referensi dan studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti buku, website, jurnal dan lain-lain. Referensi dimaksud untuk melengkapi dan mendukung data premier.

3.5 Teknik Analisis Data

Setelah peneliti memperoleh data dari website Tempo.co dan VivaNews, mengenai berita Penggusuran Kampung Pulo, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis framing model Entman dengan keempat elemen analisisnya. Analisis framing merupakan salah satu cara menganilis media untuk mengetahui realitas yang dikontruksikan dan dibingkai oleh media. Dalam kaitan dengan permasalahan penelitian, analisis framing digunakan untuk mengetahui

(12)

bagaimana Tempo.co dan VivaNews membingkai berita Penggusuran Kampung Pulo. Entman merumuskan model framing yang terdiri dari empat elemen yaitu, pendefinisian masalah (define problems), memperkirakan penyebab masalah (diagnose causes), membuat pilihan moral (make moral judgement), dan menekankan penyelesaian (treatment recomendation).

Tabel 3.2 Elemen Framing Robert N. Entman Define Problems

(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana Tempo.co & VivaNews

mendefinisikan masalah dalam

Penggusuran Kampung Pulo?

Diagnose Causes

(Memperkirakan Masalah)

Siapa atau apa yang dianggap oleh Tempo.co & VivaNews sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral)

Nilai moral apa yang disajikan

Tempo.co & VivaNews untuk

menjelaskan pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo?

Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan oleh

Tempo.co & VivaNews untuk

menyelesaikan masalah?

Langkah pertama dalam menganalisa teks berita Tempo.co & VivaNews tentang Penggusuran Kampung Pulo adalah mengidentifikasi dan memahami

(13)

masalah. Singkatnya, bagaimana peristiwa dilihat? Sebagai masalah apa? Lalu, memperkirakan penyebab masalah, yaitu melihat siapa aktor penyebab masalah. Peristiwa atau masalah itu disebabkan oleh apa?

Setelah dua tahapan tersebut, model Entman juga mengurai pemilihan nilai moral dibalik berita, yaitu proses telaah yang dilakukan untuk merumuskan landasssan pembenaran secara moral demi menguatkan gagasan yang telah dibangun. Terakhir, merumuskan rekomendasi penyelesaian masalah yang dikehendaki media untuk menuntaskan suatu masalah atau peristiswa.

Gambar

Tabel 3.1 Judul Berita  Media
Tabel 3.2 Elemen Framing Robert N. Entman  Define Problems

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini penulis akan mengkaji karya sastra lama bentuk syair karya Raja Ali Haji dengan kajian mengenai nilai-nilai budaya (berhubungan

Variasi dari kelima jenis fluida pendingin ini yang nantinya akan dianalisa mana jenis fluida pendingin yang memberikan dampak paling baik terhadap kualitas hasil

Pendugaan protein tubuh dapat dilakukan melalui konsentrasi kreatinin, karena pada individu yang sama terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi bobot badan dan kandungan

Beberapa ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pedoman Penetapan Daerah Khusus dalam Pelaksanaan Kebijakan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sistem pengupahan karyawan perkebunan di PTPN IV Kebun Balimbingan telah sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi rebusan jantung pisang terhadap ekskresi ASI pada ibu menyusui di Desa

Aspek Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan (1) Kesesuaian pantun yang dibuat dengan ciri-ciri pantun Memenuhi 4 ciri-ciri pantun Memenuhi 3

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang